Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
A. Pembahasan...............................................................................................
B. Pembahasan...............................................................................................
C. Pembahasan...............................................................................................
D. Pembahasan...............................................................................................
E. Pembahasan...............................................................................................
F. Pembahasan...............................................................................................
G. Pembahasan...............................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam rangka mengurangi kejenuhan
belajar pada peserta didik adalah dengan mengembangkan bahan ajar. Mengembangkan bahan
ajar selayaknya merupakan kemampuan yang harus terus menerus ditingkatkan oleh setiap
guru. Jika seorang guru tidak memiliki kemampuan mengembangkan bahan ajar yang
bervariasi maka guru akan terjebak pada situasi pembelajaran yang monoton dan cenderung
membosankan bagi peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian materi pembelajaran?
2. Apa sajakah jenis materi pembelajaran?
3. Bagaiman ragam bentuk materi pembelajaran?
4. Bagaimana kriteria pemilihan materi pembelajaran?
5. Bagaimana syarat-syarat menentukan materi pembelajaran?
6. Bagaiman cara pemilihan materi pembelajaran?
7. Bagaimana urutan materi pembelajaran?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian materi pembelajaran
2. Untuk mengetahui jenis-jenis materi pembelajaran
3. Untuk mengetahui ragam bentuk materi pembelajaran
4. Untuk mengetahui kriteria pemilihan materi pembelajaran
5. Untuk mengetahui syarat-syarat menentukan materi pembelajaran.
6. Untuk mengetahui cara pemilihan materi pembelajaran.
7. Untuk mengetahui urutan materi pembelajaran
PENGANTAR PERILAKU KONSUMEN 1. Pendahuluan Bab pertama berisi tentang pengantar perilaku
konsumen. Materi yang didiskusikan adalah konsep perilaku konsumen dan konsumen. Topik ini
merupakan pondasi penting sebelum mempelajari perilaku konsumen lebih mendalam. Pada bab ini
juga akan dipaparkan peran teknologi terhadap konsumen dan pemasaran. Terakhir mahasiswa akan
diajak untuk mengkaji asal ilmu perilaku konsumen, bahwa perilaku konsumen merupakan ilmu lintas
disiplin. Setelah mempelajari materi pada bab ini mahasiswa diharapkan: ➢ Mampu memahami dan
menjelaskan konsep konsumen dan perilaku konsumen ➢ Mampu memahami dan menjelaskan
pengaruh perkembangan teknologi pada perilaku konsumen ➢ Mampu memahami dan menjelaskan
perilaku konsumen sebagai ilmu lintas disipilin 2. Konsep Perilaku Konsumen Pemasaran dan perilaku
konsumen berasal dari konsep pemasaran yang menyatakan bahwa esensi pemasaran adalah
memenuhi kebutuhan konsumen, menciptakan nilai yang sesuai dengan kebutuhan mereka, dan
mempertahankan pelanggan (Kotler & Keller, 2016). Dalam konsep ini perusahaan dituntut untuk
memproduksi barang-barang yang telah mereka tentukan agar konsumen membeli barang tersebut.
Pemasaran adalah suatu aktivitas dan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan,
menghasilkan, dan bertukar penawaran yang memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan
masyarakat (Schiffman & Wisenblit, 2015). Ada tiga kata kunci untuk memahami pemasaran yakni
menciptakan, berkaitan dengan proses produksi; delivering, terakait dengan proses penyamapain
produk pada konsumen, dan mengkomunikasikan terkait dengan proses membangun merek di mata
konsumen (Kotler & Keller, 2016). Inti dari pemasaran adalah mengidentifikasi kebutuhan konsumen
yang tidak terpenuhi kemudian memberikan produk dan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan
tersebut. Perilaku konsumen menjelaskan bagaimana individu membuat keputusan untuk
membelanjakan sumber daya yang tersedia (contoh: waktu, uang, usaha) untuk membeli barang
yang ditawarkan oleh pemasar. Konsumen dalam literature pemasaran biasanya dibedakan menjadi
dua, konsumen individual dan kosumen organisasional. Konsumen individual adalah individu yang
membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, rumah tangga, keluarga, atau teman. Konsumen
organisasional adalah entitas bisnis, lembaga pemerintah, atau lembaga lain (laba atau nirlaba) yang
membeli barang, layanan, dan, atau peralatan yang diperlukan agar organisasi bisa berjalan. Perilaku
konsumen adalah studi tentang tindakan konsumen selama mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi, dan membuang produk dan layanan yang mereka harapkan akan memuaskan
kebutuhan mereka (Kotler & Keller, 2016). Studi tentang perilaku konsumen menggambarkan produk
dan merek yang dibeli konsumen, mengapa mereka membelinya, kapan mereka membelinya, di
mana mereka membelinya, seberapa sering mereka membelinya, seberapa sering mereka
menggunakannya, bagaimana mereka mengevaluasi setelah pembelian, dan apakah mereka akan
melakukan pembelian atau tidak (Schiffman & Wisenblit, 2015). 3. Pengaruh Perkembangan
Teknologi Pada Perilaku Konsumen Teknologi telah merevolusi berbagai konep dan aktivitas
pemasaran yang selama ini kita kenal. Seperti bauran pemasaran, segmentasi, penargetan, posisi,
dan retensi pelanggan. Pada era tradisional konsumen adalah objek dari aktivitas perusahaan.
Konsumen jarang dilibatkan dalam berbagai aktivitas pemasaran. Perusahaan merasa mereka lebih
tau tentang segala sesuatu disbanding konsumen. Kini di era digital konsumen memiliki banyak
mendapatkan informasi lewat gawai mereka. Mereka bahkan tau tentang informasi produk tidak lagi
mengandalkan komunikasi perusahaan, tapi lebih memilih mendengar informasi dari sesama
konsumen (terlihat maraknya pemengaruh di medsos, adanya ulasan produk dari konsumen yang
pernah membeli). Era digital mengubah semuanya, dari cara konsumen membeli hingga
menghabiskan waktunya. Pemasar yang tidak peka dan sadar dengan perubahan ini akan kalah dari
pesaing mereka. Teknologi membuat hubungan timbal balik antara konsumen dan pemasar. Ketika
konsumen menggunakan komputer, ponsel, tablet, dan perangkat elektronik lainnya, mereka
memberikan pemasar jenis informasi yang memungkinkan perusahaan untuk menargetkan mereka
yang jauh lebih efektif daripada masa sebelum ada internet. Pemasar memberikan nilai kepada
konsumen dalam bentuk informasi yang mengubah pembeli menjadi pelanggan yang selalu
terbaharui, termasuk peluang untuk kustomisasi produk dengan mudah, mendapatkan konten
hiburan yang sesuai, dan banyak lagi. Ketika di dalam jaringan konsumen memberikan nilai kepada
pemasar dengan memberikan informasi tentang mereka sendiri yang memungkinkan perusahaan
untuk memasarkan dengan lebih efisien dan tepat. Dengan kata lain, konsumen “membayar” untuk
konten yang tampaknya gratis di Internet dengan memberikan informasi yang hampir tidak terbatas
tentang diri mereka kepada pemasar. Kemudian pemasar mengumpulkan, menganalisis, dan
menggunakan informasi tersebut untuk menargetkan pembeli. Secara singkat pengaruh teknologi
bagi pemasara antara lain adalah akan lebih banyak produk dan jasa yang terkostumisasi, semakin
sering terjadinya pertukaran sesaat (instantanous exchange), dan semakin banyak data yang bisa
dikumpulkan, dianalisis dan dimanfaatkan. Selanjutnya pengaruh teknologi bagi konsumen
diantaranya adalah konsumen semakin memiliki kekuasaan (power), konsumen semakin memiliki
informasi yang semakin lengkap tentang suatu produk, sehingga pemasar tidak lagi menjadi
satusatunya pihak yang memiliki informasi; teknologi ini juga membuat konsumen memiliki banyak
alat teknologi (gawai, komputer, TV pintar, dll) yang membantu konsumen untuk memenuhi
keinginan dan kebutuhannya. 4. Perilaku konsumen sebagai ilmu lintas disiplin Perilaku konsumen
berasal dari empat disiplin ilmu. Psikologi merupakan studi tentang pikiran manusia dan faktor-faktor
mental yang mempengaruhi perilaku (yaitu, kebutuhan, kepribadian, persepsi, pengalaman, dan
sikap). Sosiologi adalah studi tentang perkembangan, struktur, fungsi, dan permasalahan masyarakat
(kelompok sosial yang paling menonjol adalah keluarga, teman sebaya, dan kelas sosial). Antropologi
membandingkan budaya dan perkembangan masyarakat manusia (contoh, nilai-nilai budaya dan
subkultur). Komunikasi adalah proses menyampaikan atau bertukar informasi secara pribadi atau
melalui media dan menggunakan strategi persuasif (Schiffman & Wisenblit, 2015; Swastha &
Handoko, 2014). 5. Rangkuman ➢ Perilaku Konsumen adalah perilaku yang ditampilkan konsumen
dalam mencari, membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan membuang (disposing) produk dan
layanan yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka ➢ Konsumen dalam literatur
pemasaran biasanya dibedakan menjadi dua, konsumen individual dan kosumen organisasional.
Konsumen individual adalah individu yang membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri, rumah
tangga, keluarga, atau teman. Konsumen organisasional adalah entitas bisnis, lembaga pemerintah,
atau lembaga lain
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Bahan Ajar (Materi Pembelajaran)
Materi pembelajaran merupakan bagian yang penting dalam proses belajar mengajar,
yang mnempari kedudukan yang menentukan keberhasilan belajar mengajar yang berkaitan
dengan ketercapaian tujuan pengajaran, serta menentukan kegiatan-kegiatan belajar mengajar.
B. Jenis-Jenis Materi Pembelajaran
Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut.
C. Ragam Bentuk Bahan Ajar
1) Bahan ajar dalam bentuk cetak; misalnya lembar kerja siswa (LKS), handout,
buku, modul, brosur.
D. Kriteria Pemilihan Bahan Ajar
Materi pelajaran berada dalam ruang lingkup isi kurikulum. Karena itu, pemilihan
materi pelajaran tentu saja harus sejalan dengan ukuran-ukuran (kriteria) yang digunakan
untuk memilih isi kurikulum bidang studi bersangkutan. Sebagai gambaran dapat kita
utarakan dalam garis besarnya sebagai berikut di bawah ini:
E. Syarat-Syarat Menentukan Materi Pembelajaran
Dalam menentukan uraian materi pembelajaran harus diperhatikan apakah materinya
berupa fakta, konsep, prinsip, ataukah prosedur, sebab seperti telah diuraikan di muka, dalam
kegiatan pembelajaran masing-masing jenis uraian materi tersebut memerlukan strategi media
pembelajaran yang berbeda-beda. Selain memerhatikan jenis uraian materi juga harus
memperhatikan prinsip-prinsip yang perlu digunakan dalam menentukan uraian materi
pembelajaran, yaitu menyangkut kekuasaan cakupan dan kedalaman materinya. Keluasaan
cakupan materi menggambarkan beberapa banyak materi-materi yang perlu dimasukan ke
dalam suatu materi pembelajaran, sedangkan kedalaman materi menyangkut seberapa detail
konsep-konsep yang terkandung didalamnya harus dipelajari; dikuasai oleh siswa.
F. Cara Pemilihan materi pembelajaran
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran:
G. Urutan Materi Pendidikan /Pembelajaran
Urutan penyajian berguna untuk menentukan urutan proses pembelajaran. Tanpa
urutan yang tepat, jika di antara beberapa materi pembelajaran mempunyai hubungan yang
bersifat prasyarat (prerequisite) akan menyulitkan peserta didik dalam mempelajarinya.
Misalnya, materi operasi bilangan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian.
Peserta didik akan mengalami kesulitan mempelajari pengurangan jika materi penjumlahan
belum dipelajari. Peserta didik akan mengalami kesulitan melakukan pembagian jika materi
perkalian belum dipelajari.
Pengenalan Masalah
Biasanya, konsumen membeli atas dasar kebutuhan, keinginan, atau
kepentingan yang dihadapi. Karena timbul pengenalan masalah ini,
kemudian konsumen akan mengetahui manakah produk yang harus dibeli.
Pencarian Informasi
Dalam proses ini, konsumen akan mencari tahu sumber atau informasi
untuk menyelesaikan masalahnya. Dari sini kembali lagi pada faktor
perilaku konsumen, yaitu internal dan eksternal. Konsumen dapat mencari
informasi ini dari diri sendiri maupun dari orang lain.
Mengevaluasi Alternatif
Setelah mengumpulkan informasi yang diperlukan, proses selanjutnya
adalah melakukan evaluasi terhadap alternatif yang ada. Dari sini,
konsumen akan memilih produk mana yang dapat menjadi penyelesai
masalah yang dihadapi.
Keputusan Pembelian
Setelah mengevaluasi dan mempertimbangkan alternatif yang ada,
selanjutnya adalah tahapan keputusan pembelian. Di mana konsumen akan
memutuskan produk mana yang akan dibeli.
Pendekatan Interpretif
Pendekatan yang mendalam mengenai perilaku konsumen. Dilakukan
dengan observasi mendalam, mengamati, wawancara, hingga focus group
discussion. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kesimpulan tentang
adanya makna dari suatu produk untuk para konsumen.
Pendekatan Tradisional
Pendekatan tradisional dilakukan dengan studi lapangan, melalui
eksperimen dan survei. Tujuannya adalah untuk menguji hipotesa dari
penelitian yang berkaitan dengan teori. Kemudian mencari pemahaman
tentang proses dari konsumen menganalisa beberapa informasi untuk
kemudian membuat keputusan.
PENGKONDISIAN KLASIK
Pengkondisian klasik adalah jenis pembelajaran yang memiliki pengaruh besar pada sekolah
pemikiran dalam psikologi yang dikenal sebagai behaviorisme. Ditemukan oleh ahli fisiologi
Rusia, Ivan Pavlov , pengkondisian klasik adalah proses pembelajaran yang terjadi melalui
asosiasi antara stimulus lingkungan dan stimulus alami.
Penghkondisian response
Pada titik ini, ada juga stimulus netral yang tidak menghasilkan efek -
namun. Tidak sampai stimulus netral ini dipasangkan dengan UCS
sehingga akan muncul respon.
Mari kita lihat lebih dekat dua komponen penting dari fase pengkondisian
klasik ini.
Setelah asosiasi dibuat antara UCS dan CS, menyajikan stimulus yang
terkondisi saja akan muncul untuk membangkitkan respons bahkan tanpa
stimulus yang tidak terkondisi. Respons yang dihasilkan dikenal sebagai
respons yang dikondisikan (CR).
1. Akuisisi
2. Kepunahan
Sebagai contoh, jika bau makanan (stimulus yang tidak terkondisi) telah
dipasangkan dengan bunyi peluit (stimulus yang dikondisikan), maka pada
akhirnya akan muncul untuk membangkitkan respons kelaparan yang
terkondisi. Namun, jika stimulus tidak terkondisi (bau makanan) tidak lagi
dipasangkan dengan stimulus terkondisi (peluit), akhirnya respon yang
terkondisi (kelaparan) akan hilang.
3. Pemulihan Spontan
Jika stimulus terkondisi dan stimulus tidak terkondisi tidak lagi terkait,
kepunahan akan terjadi sangat cepat setelah pemulihan spontan.
4. Generalisasi Stimulus
Sebagai contoh, jika seekor anjing dikondisikan untuk mengeluarkan air liur
saat mendengar lonceng, hewan itu mungkin juga menunjukkan respons
yang sama terhadap rangsangan yang mirip dengan stimulus terkondisi.
Dalam Little Albert Experiment John B. Watson yang terkenal, misalnya,
seorang anak kecil dikondisikan untuk takut pada tikus putih. Anak itu
menunjukkan generalisasi stimulus dengan juga menunjukkan rasa takut
sebagai tanggapan terhadap benda-benda putih kabur lainnya termasuk
boneka mainan dan rambut Watson sendiri.
5. Diskriminasi Stimulus
Tapi, dalam kasus lain, perusahaan makanan cepat saji mungkin menawarkan
menu dari negara lain ke operasi lokal mereka, memungkinkan selera lokal
beradaptasi. Faktor seperti teknologi informasi mengembangkan minat
konsumen untuk mencoba menu-menu dari negara lain.
Bisnis fashion adalah contoh lain. Di industri ini, selera dan preferensi
konsumen juga berubah cukup cepat. Mislanya, apa yang dipakai di musim
gugur tidak sama dengan apa yang dipakai di musim semi. Kemudian,
konsumen juga sering mengikuti gaya orang lain seperti selebritas untuk
memilih pakaian. Karena alasan-alasan ini, bisnis fashion mengubah
persediaan cukup sering untuk mengikuti apa yang diinginkan pelanggan
mereka.
Pendapatan
Konsumen yang rasional menyesuaikan pengeluaran mereka dengan
pendapatan mereka. Misalnya, rumah tangga berpendapatan
rendah cenderung menghabiskan lebih banyak uang untuk kebutuhan inti atau
primer seperti makanan, pakaian, utilitas, dan sewa. Sebaliknya, rumah
tangga kaya menghabiskan lebih banyak uang untuk memenuhi kebutuhan
tersier seperti liburan, pakaian bermerek dan barang mewah
Misalnya, orang yang lebih tua akan menghabiskan uang yang lebih banyak
untuk keamanan finansial dan perawatan kesehatan. Sebaliknya, orang muda
lebih banyak menghabiskan uang untuk memenuhi kebutuhan gaya
keseharian mereka. Secara spesifik, kelompok di bawah 35
tahun mengalokasikan lebih banyak untuk transportasi, pendidikan, pakaian
dan jasa, makanan jauh dari rumah, dan tempat tinggal. Sementara itu,
kelompok 65 dan lebih tua lebih banyak menghabiskan uang untuk perawatan
kesehatan dan kontribusi tunai kepada amal, dan organisasi sosial lainnya.
Perubahan teknologi
Teknologi baru mengevolusi kebutuhan konsumen dan membuat barang lama
tidak lagi relevan dengan kebutuhan. Misalnya, komputer menggantikan mesin
ketik. Smartphone menggantikan telepon kabel.
Harga
Perubahan harga mempengaruhi apa yang dibelanjakan konsumen. Mereka
cenderung mengurangi permintaan terhadap sebuah produk ketika harganya
naik. Sebaliknya, permintaan akan naik ketika harga mereka turun.
Suku bunga
Konsumen seringkali mengandalkan pinjaman untuk belanja item seperti mobil
dan item tahan lama lainnya. Karena harganya mahal, pendapatan mereka
tidak cukup untuk membeli secara tunai. Melainkan mereka membeli secara
kredit.
Sehingga, ketika suku bunga tinggi, pengeluaran konsumen untuk item-item
semacam itu akan berkurang. Sebaliknya, ketika ketika suku bunga rendah,
mereka bisa membeli item-item tersebut dibiayai dengan pinjaman yang lebih
murah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru/instruktur dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan
lebh fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak dan bisa dipertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran yang
membangun terhadap penulisan.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.reoveme.com/apa-itu-pengkondisian-klasik/
https://cerdasco.com/pola-belanja-konsumen/