Anda di halaman 1dari 20

MENGAMATI PERILAKU KONSUMEN BELANJA ONLINE PADA

MASA PANDEMI

Tugas Soft Skill Session 3

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Usaha dan Jasa

Manajemen Bisnis SI Semester V / 2020

Dosen Pengampu : Dedi Trisnadi, SE., MM.

Oleh Rahmah Fauziah Hasibuan

Nomor Induk Mahasiswa 185210080

Manajemen Bisnis Pagi

Manajemen Bisnis

STIEB PERDANA MANDIRI

Purwakarta

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih terhadap bantuan
dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
untuk para pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Saya yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman saya. Untuk itu saya sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Purwakarta, 07 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................3
1.3 Tujuan.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................4
2.1 Pengertian Perilaku Konsumen...............................................................................4
2.2 Teori Perilaku Konsumen.......................................................................................6
2.3 Pemahaman Perilaku Konsumen............................................................................7
2.4 Pendekatan – Pendekatan Agar Dapat Memahami Perilaku Konsumen................9
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Online....................................................10
2.6 Metodologi Penelitian...........................................................................................11
2.6.1 Data dan Teknik Pengumpulan Data.............................................................11
2.6.2 Teknik Pengumpulan Data............................................................................11
BAB III PENUTUP.......................................................................................................16
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang karena berbagai alasan
berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang
kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen,
serta kebijakan umum.
Elemen kunci dalam definisi ini adalah pertukaran antara pelanggan dan penyuplai.
Masing-masing pihak memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain dengan
tujuan memenuhi kebutuhan mereka masing-masing. Dalam konteks pembelian yang
normal, uang ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Perhatikan bahwa
pelanggan terletak pada inti dari proses tersebut. Semua yang dilakukan penyuplai
dalam hal produk, harga, promosi dan distribusi diadaptasikan dengan permintaan pasar.
Oleh karena itu pelanggan menjalankan pengaruh dominan pada semua yang dilakukan
perusahaan. Tidak mengherankan bahwa studi perilaku konsumen memiliki akar
utamanya di dalam bidang ekonomi, dan yang lebih baru, dalam bidang pemasaran.
Dari hasil-hasil penelitian sebelumnya perilaku belanja online di Indonesia sangat
beragam. Perilaku setiap konsumen dalam memutuskan membeli suatu produk menjadi
kajian khusus setiap perusahaan sebelum melepaskan produknya ke pasar.
Perkembangan era digital semakin tak terhindarkan yang harus diikuti setiap perusahaan
menyesuaikan strategi pemasarannya dengan memasuki sistem online untuk menjual
produknya. Belanja online menjadi suatu kebiasaan bagi sebagian orang karena
kemudahan yang diberikan, orang-orang banyak beranggapan bahwa belanja online
adalah salah satu sarana untuk mencari barang-barang yang diperlukannya.
Menurut Liang & Lai (2002), perilaku pembelian online adalah proses membeli
produk atau jasa melalui media internet. Proses pembelian online memiliki langkah
yang berbeda seperti perilaku pembelian fisik. Kekhasan dari proses membeli melalui

1
media internet adalah ketika konsumen yang berpotensial menggunakan internet
dan mencari-cari informasi yang berkaitan dengan barang atau jasa yang mereka
butuhkan. Pemasar (produsen) yang mengerti perilaku konsumennya akan mampu
memperkirakan bagaimana kecenderungan konsumen untuk bereaksi terhadap informasi
yang diterimanya, sehingga pemasar (produsen) dapat menyusun strategi pemasaran
yang sesuai (Sumarwan, 2014). Oleh karena itu pebisnis online harus memiliki dan
melakukan strategi yang tepat agar dapat membuat pengguna internet yang belum
melakukan pembelian online tertarik melakukan pembelian secara online serta dapat
mempertahankan pelanggan yang telah ia miliki. Strategi yang tepat dapat diciptakan
dengan mengetahui terlebih dahulu perilaku pembelian online konsumen.
Namun, perilaku konsumen di seluruh dunia mendadak berubah semenjak
terjadinya pandemi virus Corona atau Covid-19. Perubahan yang mendadak ini
membuat banyak pebisnis kebingungan. Sebagian bisnis meraup keuntungan yang tak
terduga, namun sebagian lain justru mengalami banyak kerugian. Karena tidak ada yang
tahu kapan pandemi akan berakhir dan efek jangka panjang yang dihasilkannya,
pebisnis perlu menyesuaikan diri dengan perilaku konsumen yang baru.
Ketika kasus Covid-19 semakin bertambah, banyak konsumen di seluruh dunia
yang percaya bahwa pandemi ini dampak terburuk sudah ada di depan mata. Mereka
juga yakin bahwa dunia sedang berada dalam bahaya dan pandemi tidak akan segera
berakhir (berdasarkan hasil survei lembaga konsultan manajemen global Boston
Consulting Group (BCG)).
Di indonesia sendiri, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) juga semakin menurun.
Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah khususnya DKI Jakarta
juga semakin memicu konsumen untuk mengubah pola belanja mereka. Biaya
pengeluaran harus diperketat akibat penurunan pendapatan karena sepinya permintaan,
pengurangan gaji, dan bahkan pemutusan kerja.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa perilaku konsumen ?
2. Apa saja teori perilaku konsumen ?
3. Bagaimana pemahaman perilaku konsumen ?
4. Pendekatan – pendekatan apa saja yang sebaiknya dilakukan agar kita dapat
memahami perilaku konsumen ?
5. Apa saja faktor yang mempengaruhi perilaku pembelian online ?

1.3 Tujuan
1. Memberikan penjelasan mengenai perilaku konsumen.
2. Memberikan penjelasan teori perilaku konsumen.
3. Memberikan penjelasan mengenai pemahaman perilaku konsumen.
4. Memberikan penjelasan pendekatan-pendekatan memahami perilaku konsumen.
5. Memberikan penjelasan mengenai faktor yang mempengaruhi pembelian online.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perilaku Konsumen


Pada dasarnya perilaku konsumen merupakan tindakan atau perilaku, termasuk di
dalamnya aspek-aspek yang mempengaruhi tindakan itu, yang berhubungan dengan
usaha untuk mendapatkan produk (barang dan jasa) guna memenuhi kebutuhannya.
Tidak ada kesamaan definisi yang dikemukanan para ahli, perbedaan itu disebabkan
adanya perbedaan sudut pandang. Perilaku manusia sangat komplek sehingga sangat
sulit digambarkan dengan kata-kata.

Perilaku konsumen [1] adalah “Consumer behavior can be defined as the behavior


that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating, and disposintog
of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”. Pengertian tersebut
berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli, menggunakan,
mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat
memuaskan konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi
produk atau jasa yang ditawarkan.

Perilaku konsumen [2] adalah “Consumer behavior may be defined as the decision


process and physical activity individuals engage in when evaluating, acquiring, using,
or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku konsumen adalah proses
pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya ini
melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan
barang-barang dan jasa-jasa.

Perilaku konsumen [3] adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan,


mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahului
dan menyusul dari tindakan ini.

Perilaku konsumen adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang
terlibat dalam menerima, menggunakan dan penentuan barang, jasa, dan ide. Definisi

4
tersebut menggunakan istilah unit-unit pembuat keputusan, karena keputusan bisa
dibuat oleh individu atau kelompok. Definisi tersebut juga mengatakan bahwa konsumsi
adalah proses yang diawali dengan penerimaan, konsumsi, dan diakhiri dengan
penentuan (disposition). Tahap penerimaan menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi pilihan konsumen terhadap produk, tahap konsumsi menganalisa
bagaimana konsumen senyatanya menggunakan produk yang diperoleh. Tahap
penentuan menunjukkan apa yang dilakukan konsumen setelah selesai menggunakan
produk tersebut. Studi perilaku konsumen ini meliputi; apa yang dibeli, mengapa ia
membelinya, dan berapa sering ia membelinya. Secara umum, definisi dari perilaku
konsumen adalah “Interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan
kejadian disekitar kita, dimana terdapat aspek pertukaran didalamnya. Perilaku
konsumen dari definisi umum tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tiga
faktor penting didalam definisi tersebut, yaitu perilaku konsumen adalah dinamis,
melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku dan kejadian sekitar, adanya
aspek pertukaran.

1.      Dinamis
Dinamis artinya bahwa seorang individu konsumen, suatu komunitas konsumen, atau
masayarakat luas akan selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini berdampak
tidak hanya pada studi perilaku konsumen itu sendiri akan tetapi juga pada
pengembangan strategi pemasaran.

2.      Melibatkan Interaksi antara Pengaruh (afeksi) dan Kognisi, Perilaku dan


Kejadian Sekitar
Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran kita harus
memahami apa yang dipikirkan (kognisi) apa yang dirasakan (afeksi) dan apa yang
mereka lakukan serta kejadian sekitar yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa
yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen.

3.      Adanya Aspek Pertukaran

5
2.2 Teori Perilaku Konsumen
Ada beberapa teori - teori yang mendasari perilaku konsumen terhadap produk
yang ada, yakni :

1.      Teori Ekonomi Mikro


Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh
kepuasan maksimal. Mereka akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu
produk apabila memperoleh kepuasan dari produk yang telah dikonsumsinya, di mana
kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal utility yang diturunkan dari
pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain.

2.      Teori Psikologis
Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi
oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam
menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara
langsung.

3.      Teori Antropologis
Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat
yang ruang lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan
sebagainya.

6
2.3 Pemahaman Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan
konsumsi dari individu. Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan tekanan
yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan, dan pembuangan barang dan
jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang
berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan
barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu.
Menurut Handi Irawan, Perilaku Konsumen Indonesia dikategorikan menjadi
sepuluh, yaitu  :
1.      Berpikir Jangka Pendek (short term perspective).
Ternyata sebagian besar konsumen Indonesia hanya berpikir jangka pendek dan
sulit untuk diajak berpikir jangka panjang, salah satu cirinya adalah dengan mencari
yang serba instant.
2.      Tidak Terencana (dominated by unplanned behavior).
Hal ini tercermin pada kebiasaan impulse buying, yaitu membeli produk yang
kelihatan menarik tanpa ada perencanaan sebelumnnya.
3.      Suka berkumpul.
Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan suka berkumpul (sosialisasi). Salah
satu indikator terkini adalah situs social networking seperti Facebook dan Twitter sangat
diminati dan digunakan secara luas di Indonesia.
4.      Gagap Teknologi (not adaptive to high technology).
Sebagian besar konsumen Indonesia tidak begitu menguasai teknologi tinggi.
Hanya sebatas pengguna biasa dan hanya menggunakan fitur yang umum digunakan
kebanyakan pengguna lain.
5.      Berorientasi pada Konteks (context, not content oriented).
Konsumen kita cenderung menilai dan memilih sesuatu dari tampilan luarnya.
Dengan begitu,konteks-konteks yang meliputi suatu hal justru lebih menarik ketimbang
hal itu sendiri.

7
6.      Suka buatan Luar Negeri (receptive to COO effect).
Sebagian konsumen Indonesia juga lebih menyukai produk luar negeri daripada
produk dalam negeri, karna bias dibilang kualitasnya juga lebih bagus dibanding produk
di Indonesia.
7.      Beragama (religious).
Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu karakter
khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya. Konsumen akan lebih
percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh agama, ulama atau pendeta.
Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung simbol-simbol agama.
8.      Gengsi (putting prestige as important motive).
Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik
“status” walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-mobil
mewah pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi sekalipun. Menurut
Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi. Pertama : Konsumen
Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang untuk pamer. Kedua : Budaya
feodal yang masih melekat sehingga menciptakan kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi
“pemberontakan” untuk cepat naik kelas. Ketiga : Masyarakat kita mengukur
kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga mendorong untuk saling pamer
9.      Budaya lokal (strong in subculture).
Sekalipun konsumen Indonesia gengsi dan menyukai produk luar negeri,
namun  unsur fanatisme kedaerahan-nya ternyata cukup tinggi. Ini bukan berarti
bertentangan dengan hukum perilaku yang lain
10.  Kurang peduli lingkungan (low consciousness towards environment).
Salah satu karakter konsumen Indonesia yang unik adalah kekurang pedulian
mereka terhadap isu lingkungan. Tetapi jika melihat prospek kedepan kepedulian
konsumen terhadap lingkungan akan semakin meningkat, terutama mereka yang tinggal
di perkotaan begitu pula dengan kalangan menengah atas relatif lebih mudah paham
dengan isu lingkungan. Lagi pula mereka pun memiliki daya beli terhadap harga
premium sehingga akan lebih mudah memasarkan produk dengan tema ramah
lingkungan terhadap mereka.

8
2.4 Pendekatan – Pendekatan Agar Dapat Memahami Perilaku Konsumen
Teori perilaku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan yaitu
sebagai berikut :
1.      Pendekatan Nilai Guna Kardinal
Pendekatan nilai guna kardinal atau sering disebut dengan teori nilai
subyektif  menganggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen
dapat dinyatakan secara kuantitif / dapat diukur, dimana keseimbangan konsumen
dalam memaksimumkan kepuasan atas konsumsi berbagai macam barang, dilihat dari
seberapa besar uang yang dikeluarkan untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis
barang akan memberikan nilai guna marginal yang sama besarnya. Oleh karena itu
keseimbangan konsumen dapat dicari dengan pendekatan kuantitatif. Kepuasan seorang
konsumen dalam mengkonsumsi suatu barang dapat diukur dengan satuan kepuasan.
Misalnya: mata uang.
Setiap tambahan satu unit barang yang dikonsumsi akan menambah kepuasan yang
diperoleh konsumen tersebut dalam jumlah tertentu.

2.      Pendekatan Nilai Guna Ordinal.


Pendekatan nilai guna ordinal atau sering juga disebut analisis kurva
indeference menganggap bahwa manfaat yang diperoleh masyarakat dari
mengkonsumsikan barang-barang tidak kuantitif / tidak dapat diukur. Pendakatan ini
muncul karena adanya keterbatasan - keterbatasan yang ada pada pendekatan kardinal,
meskipun bukan berarti pendekatan kardinal tidak memiliki kelebihan.
Kepuasan konsumen dari mengkonsumsi barang dapat diukur dengan satuan kepuasan.
Pada kenyataannya pengukuran semacam ini sulit dilakukan.

3.     Persamaan Nilai Guna Kadinal dengan Ordinal.


Persamaan Kardinal dan Ordinal yaitu sama-sama menjelaskan tindakan konsumen
dalam mengkonsumsi barang-barang yang harganya tertentu dengan pendapatan
konsumen yang tertentu pula agar konsumen mencapai tujuannya (maximum utility).

9
4.     Perbedaan Nilai Guna Kadinal dengan Ordinal.
Nilai guna kardinal menganggap bahwa besarnya utility dapat dinyatakan dalam
bilangan/angka. Sedangkan analisis ordinal, besarnya utility dapat dinyatakan dalam
bilangan / angka. Analisis kardinal mengunakan alat analisis yang dinamakan
pendekatan marginal (marginal utiliy). Sedangkan analisis ordinal menggunakan
analisis kurva kepuasan sama (indifferent curve).

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Online


Salah satu faktor yang memengaruhi perilaku pembelian online konsumen adalah
persepsi manfaat. Menurut Kim, Ferrin, & Rao (2008) persepsi manfaat merupakan
keyakinan konsumen tentang sejauh mana ia akan menjadi lebih baik dari transaksi
online dengan situs web tertentu. Konsep dari kata manfaat mengacu pada sejauh mana
suatu inovasi dianggap lebih baik untuk menggantikan gagasan yang telah ada (Rogers,
1995). Misalnya, manfaat dari berbelanja melalui website mencerminkan pengakuan
konsumen bahwa metode belanja baru ini memberikan manfaat tertentu sebagai format
belanja alternatif. Karayanni (2003) mengatakan bahwa jika seorang pelanggan percaya
bahwa ia akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar ketika membeli online
daripada membeli melalui toko konvensional, maka ia tentu lebih memilih opsi belanja
ini dalam pemenuhan kebutuhannya. Forsythe, Liu, Shannon, & Gardner (2006)
menemukan adanya hubungan positif dan signifikan antara persepsi manfaat pembelian
melalui internet dengan frekuensi pembelian dan waktu yang digunakan untuk
pencarian online. Farag & Lyons (2007) menemukan bahwa pencarian online dan
persepsi manfaat memberikan efek positif terhadap frekuensi belanja, dan hal ini
memberikan efek positif pula terhadap pembelian online. Hal ini menunjukkan bahwa
persepsi manfaat terhadap pembelian online akan memengaruhi perilaku pembelian
yang dilakukan konsumen. Ketika akan melakukan pembelian secara online, konsumen
termotivasi untuk memaksimalkan manfaat yang akan diperolehnya (Forsythe et al.,
2006). Dengan mengetahui perilaku pembelian online konsumen, pemasar dapat
merumuskan strategi pemasaran yang tepat agar dapat memberi manfaat secara
maksimal sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen.

10
2.6 Metodologi Penelitian

2.6.1 Data dan Teknik Pengumpulan Data


Data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer adalah data yang dikumpulkan dari sumber pertama, misalnya dari individu
atau perseorangan, seperti hasil wawancara, pengisian kuesioner, atau bukti transaksi
(Husein, 2003). Dengan demikian dalam penelitian ini data primer meliputi data yang
diperoleh dari responden yang berupa jawaban atas kuesioner (pertanyaan) yang
diajukan oleh peneliti meliputi variabel keyakinan, evaluasi, keyakinan normatif,
motivasi, sikap dan norma subjektif yang dirasakan oleh responden serta variabel minat
perilaku.

2.6.2 Teknik Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dalam Mengamati Perilaku Konsumen Belanja
Online pada Masa Pandemi ini yaitu dengan menggunakan kuesioner berupa google
form.

A. Metode Kuesioner
Kuesioner (angket) adalah metode pengumpulan data dengan memberikan daftar
pertanyaan kepada responden. Disini digunakan sistem tertutup yaitu alternatif jawaban
sudah disediakan bagi responden sehingga responden tinggal memilih jawaban yang
telah di sediakan. Alternatif jawaban tersebut merupakan suatu pertanyaan atau
penilaian.

Adapun susunan kuesionernya terdiri dari empat bagian :

Bagian I : Berisi pertanyaan tentang data pribadi responden beserta karakteristik


konsumen berupa gender dan usia.
Bagian II : Berisi pertanyaan tentang berapa kali berbelanja dan market place
yang biasa digunakan dalam belanja online.
Bagian III : Berisi pertanyaan tentang produk apa saja yang dibeli, pilihan apa
yang menjadi pertimbangan dalam memilih produk dan memberikan
pendapat lebih mudah dan efektif manakah belanja online/offline pada
masa pandemi.

11
B. Ringkasan Hasil Data Kuesioner

 Usia
Dari data kuesioner yang membeli produk online pada saat pandemi terdiri dari
usia 17-20 tahun yaitu sebanyak 3 orang. Dan yang paling banyak yaitu usia 20-30
tahun. Secara kuantitas atau jumlah, responden general milenial paling banyak
melakukan pembelian online.

 Gender
Dari data kuesioner yang membeli produk online pada saat pandemi paling
banyak yaitu perempuan.

12
 Sudah berapa kali belanja online saat masa pandemi
Dari 10 orang, 1-10 kali terdapat 20% yang berbelanja online, lebih dari 10 kali
terdapat 70% dan tidak terhitung terdapat 10%.

 Market
place yang biasa digunakan untuk belanja online
Dari 10 orang, 100% menggunakan Shopee untuk belanja online dan lainnya
menggunakan Lazada, Tokopedia dan Bukalapak.

 Produk apa saja yang anda beli di online saat masa pandemi

13
Sebagian besar produk yang dibeli ialah kelengkapan sandang seperti pakaian, dan
lainnya membeli kebutuhan seperti kosmetik & skincare, elektronik & aksesoris, produk
yang paling banyak dicari atau dibeli di saat pandemi adalah produk kesehatan seperti
masker dan hand sanitizer.

 Pilihan apa yang menjadi pertimbangan sebelum memilih produk


Dari 10 orang, 90% memilih kualitas produk, 60% harga produk yang dibeli, 50%
testimoni dari konsumen yang sudah pernah membeli dan 40% nilai produk yang dibeli.

 Menurut pendapat anda di masa pandemi lebih mudah dan efektif manakah
berbelanja secara online/offline ?
Beberapa orang mempunyai pendapat yang berbeda-beda dan 100% memilih
online karena masa pandemi ini belanja secara online lebih efektif dapat mengurangi
wabah virus corona, menghemat waktu, mengurangi aktivitas di luar dan mendapatkan
kemudahan berbelanja dengan cara pembayaran yang praktis.

14
15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya,
maka dapat diambil kesimpulan di masa pandemi seperti saat ini masyarakat jadi harus
mempertimbangkan mengenai langkah yang harus diambil ketika mereka ingin membeli
berbagai kebutuhan selama mengisolasi diri. Mulai dari kebutuhan pangan hingga
kebersihan menjadi beberapa hal yang harus dipenuhi oleh setiap lapisan masyarakat.
Merebaknya pandemi corona memang membuat siapapun khawatir ketika ingin keluar
rumah, meskipun hanya sebatas pergi ke minimarket. Untuk memutus penularan virus
covid-19 dan mendukung peraturan dan kebijakan pemerintah yang mencegah
penularan virus covid-19 banyak masyarakat memilih belanja secara online.
Belanja online dan offline saat wabah corona memiliki kelebihan dan kekurangannya
masing-masing. Tidak dapat dipungkiri bahwa memang ada beberapa barang yang tidak
memungkinkan untuk membeli secara online, karena mengharuskan untuk melihat
langsung secara nyata barang tersebut. Diantaranya seperti barang elektronik dan
beberapa produk fashion seperti sepatu dan baju. Selain itu, dengan berbelanja melalui
online lebih efektif dan mudah hanya dengan menggunakan smartphone/laptop sudah
bisa berbelanja kapan saja, menghemat waktu dan tenaga, dapat membandingkan
harga barang, tersedia banyak promo yang bisa didapatkan dengan berbelanja online.

16
DAFTAR PUSTAKA

Harahap, D. A. (2018). Perilaku Belanja Online Di Indonesia: Studi Kasus. JRMSI -


Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, 9(2), 193–213.
https://doi.org/10.21009/jrmsi.009.2.02

Nofri, O., & Hafifah, A. (2018). Analisis Perilaku Konsumen Dalam Melakukan Online
Shopping Di Kota Makassar. Jurnal Minds: Manajemen Ide Dan Inspirasi, 5(1),
113–132. https://doi.org/10.24252/minds.v5i1.5054

https://andyyjr20.blogspot.com/2017/03/makalah-perilaku-konsumen.html

https://sites.google.com/site/wwwharmokonet/makalah-perilaku-konsumen

Surakarta, D. I. K. (2008). Pembelian Sepeda Motor Yamaha Mio.


https://core.ac.uk/download/pdf/16507787.pdf

iii

Anda mungkin juga menyukai