Disusun oleh :
1. Ady Romadhon 17.61201.002428
2. Dwi Indah Nur Laily 17.61201.000000
3. Faradila Nur Febrijanti 18.61201.002567
4. Fildan Purwoko 17.61201.002455
5. Heny Vidia Arum 17.61201.002458
6. Ilham Rusdi 17.61201.002461
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TAHUN AKADEMIK 2019/2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat hidayah dan
taufiqnya kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Product Strategy Relate With Consumen Behavior”. Makalah ini disusun guna
memenuhi tugas mata kuliah Perilaku Konsumen, makalah ini yang diharapakan
bisa menambah wawasan dan dapat bermanfaat dalam dunia pendidikan.
Kami mengucapkan banyak terimaksih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna, serta masih banyak kekurangan dan kesalahannya. Oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Dan mudah-mudahan makalah ini
dapat mendorong kita untuk lebih giat dalam proses menimba ilmu dengan
sebaik-baiknya. Amin yarobbal’alamin...
Penyusun
i
DAFTAR ISI
i
1
BAB I
PENDAHULUAN
dari memahami kebutuhan dan keinginan yang menjadi motivasi yang akan
mendorong kebutuhan dengan diekspresikan dalam perilaku pembelian dan
konsumsi suatu produk.
BAB II
PEMBAHASAN
produk yang mahal, tidak sering dibeli, beresiko dan dapat mencerminkan
diri pembelinya, seperti mobil, televisi, pakaian, jam tangan, komputer
pribadi dan lainnya. Biasanya konsumen tidak tahu banyak tentang
kategori produk dan harus belajar untuk mengetahuinya.
b. Dissonace Reducing Buying Behavior (Perilaku Membeli untuk
mengurangi keragu-raguan). Perilaku membeli ini terjadi untuk pembelian
produk itu mahal, tidak sering dilakukan, beresiko, dan membeli secara
relatif cepat karena perbedaan merek tidak terlihat. Contohnya karpet,
keramik, pipa PVC dan lain-lain. Pembeli biasanya mempunyai respons
terhadap harga atau kenyamanan.
c. Habitual Buying Behavior (Perilaku membeli berdasarkan kebiasaan).
Konsumen membeli produk secara berulang bukan karena merek produk,
tetapi karena mereka sudah mengenal produk tersebut. Setelah membeli,
mereka tidak mengevaluasi kembali mengapa mereka membeli produk
tersebut karena mereka tidak terlibat dengan produk. Perilaku ini biasanya
terjadi pada produk-produk seperti gula, garam, air mineral dalam
kemasan, deterjen dan lain-lain.
d. Variety Seeking Buying Behavior (Perilaku pembeli yang mencari
keragaman). Konsumen berperilaku dengan tujuan mencari keragaman dan
bukan kepuasan. Jadi merek dalam perilaku ini bukan merupakan sesuatu
yang mutlak. Perilaku demikian biasanya terjadi pada produk-produk yang
sering dibeli, harga murah dan konsumen sering mencoba merek-merek
baru.
pada suatu saat dan tempat tertentu tapi gagal pada saat dan tempat lain.
Karena itu suatu perusahaan harus senantiasa melakukan inovasi-inovasi
secara berkala untuk meraih konsumennya.
Consumer Behavior Involves Interactions
Dalam perilaku konsumen terdapat interaksi antara pemikiran, perasaan,
dan tindakan manusia, serta lingkungan. Semakin dalam suatu perusahaan
memahami bagaimana interaksi tersebut mempengaruhi konsumen
semakin baik perusahaan tersebut dalam memuaskan kebutuhan dan
keinginan konsumen serta memberikan value atau nilai bagi konsumen.
Consumer Behavior Involves Exchange
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran antara manusia. Dalam kata lain
seseorang memberikan sesuatu untuk orang lain dan menerima sesuatu
sebagai gantinya.
Faktor yang pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang
lain dapat mengurangi alternatif yang disukai seseorang dan akan
tergantung pada sikap orang lain. Sikap orang lain juga menentukan
meningkatnya “proabilitas pembelian” kepada suatu alternatif atau tidak.
5) Perilaku sesudah pembelian. Setelah pembelian, konsumen mungkin
mengalami ketidaksesuaian karena memperhatikan fitur-fitur tertentu
yang mengganggu atau mendengar hal-hal yang menyenangkan tentang
merek lain, dan akan selalu siaga terhadap informasi yang mendukung
keputusannya.
Model ini menyiratkan bahwa konsumen melalui semua dari kelima tahap
dalam membeli suatu produk. Namun, hal ini tidak terjadi pada semua kasus,
terutama dalam pembelian dengan keterlibatan rendah. Konsumen mungkin
melewatkan atau mengulangi tahap-tahap tertentu.
15
Terdapat lima faktor internal yang relevan terhadap proses pembuatan keputusan
pembelian:
2. Teori Psikologis
Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang
dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat
kompleks dalam menganalisa perilaku konsumen, karena proses mental tidak
dapat diamati secara langsung.
3. Teori Antropologis
18
7. Beragama (religious).
Konsumen Indonesia sangat peduli terhadap isu agama. Inilah salah satu
karakter khas konsumen Indonesia yang percaya pada ajaran agamanya.
Konsumen akan lebih percaya jika perkataan itu dikemukakan oleh seorang tokoh
agama, ulama atau pendeta. Konsumen juga suka dengan produk yang mengusung
simbol-simbol agama.
8. Gengsi (putting prestige as important motive).
Konsumen Indonesia amat getol dengan gengsi. Banyak yang ingin cepat naik
“status” walau belum waktunya. Saking pentingnya urusan gengsi ini, mobil-
mobil mewah pun tetap laris terjual di negeri kita pada saat krisis ekonomi
sekalipun. Menurut Handi Irawan D, ada tiga budaya yang menyebabkan gengsi.
Pertama : Konsumen Indonesia suka bersosialisasi sehingga mendorong orang
untuk pamer. Kedua : Budaya feodal yang masih melekat sehingga menciptakan
kelas-kelas sosial dan akhirnya terjadi “pemberontakan” untuk cepat naik kelas.
Ketiga : Masyarakat kita mengukur kesuksesan dengn materi dan jabatan sehingga
mendorong untuk saling pamer.
9. Budaya lokal (strong in subculture).
20
1
21
Jenis-jenis konsumen
Setiap manusia pasti berbeda, begitu pula dengan konsumen. Agar dapat
memahami konsumen maka harus mengerti dulu jenis-jenis konsumen itu sendiri.
Jenis-jenis konsumen adalah sebagai berikut:
sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk
diperdagangkan.
b. Konsumen trend setter. Tipikal konsumen ini selalu suka akan sesuatu yang
baru, dan dia mendedikasikan dirinya untuk menjadi bagian dari gelombang
pertama yang memiliki atau memanfaatkan teknologi terbaru
d. Sedangkan jenis konsumen yang terakhir (Value seeker), adalah mereka yang
memiliki pertimbangan dan pendirian sendiri. Kelompok ini jumlahnya lebih
besar dari kelompok pertama, sehingga patut pula diberi perhatian khusus. atau
yang disebut konsumen value seeker. Jenis konsumen ini relatif sulit untuk
dipengaruhi, karena mereka lebih mendasarkan kebutuhan mereka terhadap
alasan-alasan yang rasional.
f. Konsumen curiga, ada konsumen yang datang dengan rasa curiga bahwa Anda
menjual barang gelap dengan harga gelap dan untung Anda berlipat. Jadi dia akan
menawar di bawah harga kepantasan.
g. Konsumen pengadu domba, ada jenis konsumen lain lagi, yaitu yang suka
mengadu domba. Mungkin karena menganggap anda adalah domba yang layak
diadu-adu. Konsumen jenis ini suka mengatakan bahwa harga di tempat lain lebih
murah daripada barang yang Anda tawarkan.
23
h. Konsumen pengutil, Ada lagi jenis konsumen yang suka mengutil. Dia sering
bertanya apa saja, yang pada intinya bertujuan agar Anda bingung dan linglung,
dan pada akhirnya setelah konsumen tersebut pergi, Anda mendapatkan ada
barang yang hilang.
Perilaku konsumen merupakan studi yang relatif baru pada pertengahan
sampai akhir tahun 1960-an. Karena ilmu ini tidak mempunyai sejarah atau badan
risetnya sendiri, para pakar teori pemasaran banyak sekali meminjam berbagai
konsep yang dikembangkan di berbagai disiplin ilmu pengetahuan lain, seperti
psikologi (studi mengenai individu), sosiologi (studi mengenai kelompok),
psikologi sosial (studi mengenai cara individu beroperasi dalam kelompok),
antropologi (pengaruh masyarakat pada individu), dan ilmu ekonomi dalam
rangka membentuk dasar disiplin ilmu pemasaran yang baru ini. Kebanyakan,
teori awal mengenai perilaku konsumen didasarkan pada teori ekonomi, dengan
pendapat bahwa individu bertindak secara rasional untuk memaksimumkan
keuntungan (kepuasaan) mereka dalam membeli barng dan jasa. Penelitian
belakangan ini menemukan bahwa para konsumen mungkin sekali membeli secara
impulsif, dan dipengaruhi tidak hanya oleh keluarga dan teman-teman, oleh
berbagai pemasang iklan dan model peran, tetapi juga oleh suasana hati, keadaan,
dan emosi. Semua faktor ini bergabung sehingga membentuk model perilaku
konsumen yang menyeluruh dan mampu mencerminkan aspek pengertian dan
pengetahuan (cognitif) maupun emosional dalam pengambilan keputusan
konsumen.
5. Pasar Konsumen adalah semua individu dan rumah tangga yang membeli atau
mendapatkan barang atau jasa untuk konsumsi pribadi.
•Industrial Goods : Barang (Bahan Baku) atau Bahan Mentah yang di beli untuk
untuk diolah menjadi barang jadi atau barang setengah jadi.
25
1. Budaya
26
Menurut Philip Kotler dan AB. Susanto, menyatakan bahwa Faktor budaya
dipengaruhi oleh :
a. Budaya
Yaitu budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar.
Anak-anak mendapatkan kumpulan nilai, persepsi,preferensi dan perilaku dari
keluarganya serta lembaga-lembaga penting lain.
b. Subbudaya
Masing-masing budaya terdiri atas subbudaya yang lebih kecil yang memberikan
lebih banyak ciri dan sosialisasi khusu bagi anggota-anggotanya.Subbudaya
terdiri atas kebangsaaan, agama, kelompok ras dan daerah geografis. Banyak
subbudaya membentuk segmen pasar penting dan pemasar sering merancang
produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuha konsumen
(Rangkuti, 2002 :98)
2. Kelas Sosial
Kelas sosial adalah pembagian didalam masyarakat berdasarkan kelas sosial yang
terdiri dari individu yang mempunyai nilai, minat dan perilaku yang sama.
Konsumen dibedakan atas perbedaan sosial ekonomi yang didasarkan pada tingkat
yang paling rendah hingga paling tinggi. Status sosual menghasilkan perilaku
konsumen yang didasarkan pada produk yang dikonsumsi, misalnya kendaraan
yang dipakai, merk pakaian yang dipakai,dsbnya blow up jumpers.
27
Kelas sosial dan stratifikasi sosial terbentuk karena sistem kasya yang berbeda
yang dibesarkan dalam peran tertnetu dan tidak dapat mengubah kasta
mereka.Stratifikasi tersebut sering ditemukan dalam bentuk kelas sosial. Kelas
sosial adalah pembagian masyarakat yang bersifat relatif homogen dan permanen
yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut nilai, minat dan perilaku
yang serupa. (Rangkuti, 2002 : 98)
Kelas sosial tidak hanya mencerminkan penghasilan tetapi juga indikator lain,
seperti pekerjaan, pendidikan dan tempat tinggal. Kelas sosial berbeda dalam hal
busana, cara berbicara, preferensi rekreasi dan ciri-ciri lain.
3. Pengaruh pribadi
Sebagai konsumen, perilaku kita kerap dipengaruhi oleh orang-orang yang berada
disekitar kita. Konsumen dipengaruhi oleh pendapat pribadi dari orang-orang
yang berada disekitarnya, bahkan peran opinion leader yang memberikan nasihat,
saran dan masukan kepada konsumen berpengaruh dalam pengambilan keputusan
dalam proses pembelian.
4. Keluarga
5. Situasi
28
Perilaku konsumen dapat berubah, kadangkala perubahan ini bisa tidak menentu
dan tidak dapat diramalkan, sehingga perubahan ini dapat diprediksi dengan
menggunakan penelitian dan dimanfaatkan sebagai strategi. Misalnya Pembelian
pakaian akan meningkat pada hari raya Idul Fitri,Natal,dsbnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulam
Perilaku Konsumen juga dapat merupakan suatu tindakan yang tunjukkan
oleh konsumen dalam hal mencari, menukar, menggunakan, menilai, mengatur
barang atau jasa yang mereka anggap akan memuaskan kebutuhan mereka. Dalam
arti lain perilaku ditunjukkan, yakni bagaimana konsumen mau mengeluarkan
sumber dayanya yang terbatas seperti uang, waktu, tenaga untuk mendapatkan/
menukarkan dengan barang atau jasa yang diinginkannya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pelanggan ada 2 bagian yaitu
faktor-faktor yang berasal dari dalam diri pribadi seorang konsumen (individual
determinants of consumer behavior) seperti demografis, psikografis, dan
kepribadian, motivasi konsumen, pengetahuan konsumen, dan intensi, sikap,
kepercayaan, dan perasaan konsumen dan faktor-faktor yang berasal dari
29
DAFTAR PUSTAKA
Schiffman, l.G., & Leslie L.K., 2004. Consumer Behavior. 8th edition. Prentice
Hall, New Jersey.
Solomon. R. M., 2002. Consumer Behaviour :Buying, Having, & Being. 5th
edition. Prentice Hall. New Jersey.
Sudarman, Ari, 2000, ”Teori Ekonomi Mikro,” Buku 1, Yogyakarta:
BPFE
Engel, James F, BlackWell Roger D, Miniard Paul W..1994. Perilaku
Konsumen, Jakarta, Binarupa Aksara.
Dr Wijaya, Faried, M.M.A. Pengantar Ekonomi - Ekonomika
Pembangunan dan Internasional, Edisi Kedua, Jilid Kedua, Yogyakarta, BPFE
UGM.
Paul A. Samuelson, William D. Nordhaus. Ekonomi, Edis Keduabelas,
1997, Jakarta, Penerbit Erlangga.
Rosyidi Suherman, Pengantar Teori Ekonomi – Pendekatan Kepada Teori
Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta, PT RajaGrafindo Persada.
31