Anda di halaman 1dari 16

KONSEP DASAR PERILAKU KONSUMEN DAN ESTIMASI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Manajerial


Dosen Pengampu : Enjen Zaenal M.Ud.

Disusun oleh :
1. Dwitama Beryl Suryalfihra 2017202263
2. Siti Nurjanah 2017202265
3. Arina Nur arofah 2017202284
4. Naflah Agustina 2017202286
5. Syarrah Noor Azizah 2017202291

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah S.W.T sebab atas rahmat, petunjuk,
serta karunia-Nya kami sanggup menuntaskan makalah ini tanpa kendala apapun. Dalam
makalah ini kami mengulas materi mengenai “konsep dasar perilaku konsumen dan
estimasi”.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Enjen Zaenal M.Ud. sebagai
Dosen Pengampu Mata Kuliah Ekonomi Manajerial pada kelas 6 Ps F Universitas Islam
Negeri Prof. Kh. Saifuddin Zuhri Purwokerto.
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna untuk itu kami harap dapat
mendapatkan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya kami dapat mengevaluasi
diri menjadi lebih baik lagi dalam pembuatan makalah. Kami selaku penulis berharap agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca nya. Atas waktu dan atensinya
kami ucapkan terimakasih.

Purwokerto, 18 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................................. 2


DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 3
BAB I ............................................................................................................................................................ 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
A. Latar Belakang ................................................................................................................................ 4
B. Rumusan Masalah .......................................................................................................................... 5
C. Tujuan Masalah .............................................................................................................................. 5
BAB II .......................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 6
A. Konsep Perilaku Konsumen dan Estimasi.................................................................................... 6
B. Pengertian Utilitas Total dan Utilitas Marjinal ........................................................................... 8
C. Pengertian Kurva Indeferen dan Kendala Anggaran Konsumen ............................................ 10
D. Cara Perhitungan Pemaksimuman Utilitas Konsumen ............................................................ 13
BAB III....................................................................................................................................................... 15
KESIMPULAN ......................................................................................................................................... 15
A. Kesimpulan .................................................................................................................................... 15
B. Saran .............................................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsep perilaku berkaitan erat dengan objek yang penelitiannya berfokus pada
masalah manusia. Di bidang riset pemasaran, konsep perilaku konsumen terus
dikembangkan dengan menggunakan pendekatan yang berbeda. Perilaku konsumen adalah
tindakan yang berkaitan langsung dengan akuisisi, konsumsi, dan pembuangan produk atau
layanan, termasuk proses pengambilan keputusan yang mendahului dan mengikuti
tindakan tersebut. Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran
yang tepat, kita perlu memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan rasakan
(mempengaruhi), apa yang mereka lakukan (perilaku), dan apa dan di mana (tindakan di
sekitar) memengaruhi serta dipengaruhi apa yang dipikirkan, dirasakan dan dilakukan
konsumen.
The American Marketing Association (dalam Kotler, 2000) mendefinisikan
perilaku konsumen sebagai berikut: Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis
antara afeksi dan kog- nisi, perilaku, dan lingkungannya di mana manusia melakukan
kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Dari definisi tersebut di atas terdapat tiga ide
penting, yaitu: (1) perilaku konsumen adalah dinamis (2) hal tersebut melibatkan interaksi
antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kejadian di sekitar, dan (3) hal tersebut melibatkan
pertukaran.
Perilaku konsumen bersifat dinamis, artinya perilaku seorang konsumen,
sekelompok konsumen atau masyarakat luas berubah dan bergerak sepanjang waktu. Ini
memiliki implikasi untuk penelitian perilaku konsumen dan pengembangan strategi
pemasaran. Salah satu konsekuensi dari penelitian perilaku konsumen adalah bahwa
generalisasi tentang perilaku konsumen cenderung terbatas pada periode waktu tertentu,
produk, dan individu atau kelompok tertentu. Dalam hal pengembangan strategi
pemasaran, sifat dinamis dari perilaku konsumen berarti bahwa strategi pemasaran yang
sama tidak boleh diharapkan menghasilkan hasil yang sama lintas waktu, pasar, dan
industri.
Perilaku konsumen melibatkan pertukaran. Inilah hal terakhir yang ditekankan
dalam definisi perilaku konsumen, yaitu pertukaran antar individu. Hal ini membawa
definisi perilaku konsumen ke dalam definisi pemasaran yang selama ini lebih menekankan
pada pertukaran. Padahal, fungsi pemasaran adalah menciptakan pertukaran dengan
konsumen melalui perumusan dan penerapan strategi pemasaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep dasar perilaku konsumen dan estimasi?
2. Apa yang dimaksud utilitas total dan utilitas marjinal dalam perilaku konsumen?
3. Apa yang dimaksud kurva indeferen dan kendala anggaran konsumen?
4. Bagaimana cara perhitungan yang matematis untuk penentuan pemaksimuman utilitas
konsumen?

C. Tujuan Masalah
1. Memberikan informasi dan pemahaman mengenai konsep dasar perilaku konsumen
dan estimasi.
2. Memberikan informasi dan pemahaman mengenai utilitas total dan utilitas marjinal
dalam perilaku konsumen.
3. Memberikan informasi dan pemahaman mengenai ciri, kurva, dan persamaan dari
kurva indeferen dan kendala anggara konsumen.
4. Memberikan informasi dan pemahaman mengenai perhitungan penentu
pemaksimuman utilitas konsumen menggunakan pendekatan matematis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Perilaku Konsumen dan Estimasi
1. Pengertian Perilaku Konsumen
Konsumsi adalah pengeluaran oleh rumah tangga atas barang dan jasa. Elemen-
elemen pokok dari konsumsi di antara yang paling penting adalah perumahan, kendaraan
bermotor makanan, dan peralatan medis. Ilmu statistik menunjukkan bahwa ada
keteraturan yang dapat diramalkan dalam cara orang-orang mengalokasikan pengeluaran
mereka antara makanan, pakaian, dan hal-hal pokok lainya.
Konsumen adalah seseorang yang menggunakan barang atau jasa. Saat ini konsumen
begitu dimanjakan dengan berbagai produk yang dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan.
Era produsen mengendalikan konsumen telah berlalu dan telah digantikan dengan era
dimana konsumen memegang kendali. Konsumen yang mendikte produk apa yang
seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Perusahaan harus berfokus pada konsumen
konsumen adalah bagian terpenting dari perusahaan. Oleh karena itu perusahaan perlu
mengerti bagaimana konsumenya berperilaku. Perilaku konsumen merupakan suatu
proses yang berkaitan erat dengan proses pembelian, pada saat itu konsumen melakukan
aktifitas-aktifitas seperti melakukan pencarian, penelitian, dan pengevaluasian produk.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat
keputusan pembelian. yang termasuk ke dalam perilaku konsumen selain mengenai
kualitas produk juga meliputi harga produk atau jasa tersebut. Jika hargasuatu produk
tidak terlalu tinggi, maka konsumen tidak akan terlalu lama membutuhkan waktu untuk
memikirkan dan melakukan aktifitas perilaku konsumen. Namun jika harga suatu barang
atau jasa tersebut bisa dibilang tinggi, atau mahal, maka konsumen tersebut memberikan
effort lebih terhadap barang tersebut. Pembeli tersebut akan semakin lama melakukan
perilaku konsumen seperti, melihat, menanyakan, mengevaluasi, dan mempertimbangkan.
Menurut Johansson dalam Prasetijo dan Ihalauw (2005), dengan memahami perilaku
konsumen perusahaan atau pemasar selanjutnya dapat merancang produk dan jasa yang
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen serta berusaha memberi kemudahan
kepada konsumen untuk mendapatkan produk tersebut (Moshinsky, 1959).
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
a) Faktor kebudayaan
Faktor kebudayaan meliputi :
a. Budaya faktor-faktor budaya memberikan pengaruhnya paling luas pada keinginan
dan perilaku konsumen. Budaya (culture) adalah penyebab paling mendasar teori
keinginan dan perilaku seseorang
b. Subbudaya setiap kebudayaan mengandung sub kebudayaan yang lebih kecil. atau
sekelompok orang yang mempunyai sistem nilai yang sama berdasarkan
pengalaman dan situasi kehidupan yang sama. Sub kebudayaan meliputi:
kewarganegaraan, agama, ras, dan daerah gegrafis
c. Kelas sosial: hampir setiap masyarakat memiliki beberapa bentuk struktur kelas
sosial Kelas-kelas sosial adalah bagian-bagian masyarakat yang relatif permanen
dan tersusun rapi yang anggota anggotanya mempunyai nilai-nilai.
b) Faktor Sosial
a. Kelompok Acuan
Kelompok acuan, kelompok acuan seseorang terdiri dari semua kelompok yang
memiliki pengaruh langsung atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku
seseorang.Kelompok acuan juga mempengaruhi perilaku dan konsep pribadi
seseorang.kelompok acuan menciptakan tekanan untuk mengikuti kebiasaan
kelompok yang mungkin mempengaruhi pilihan produk dan merek aktual seseorang.
b. Kelompok Keluarga
Keluarga, keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling penting
dalam masyarakat dan ia telah menjadi obyek penelitian yang luas. Anggota
keluarga merupakan kelompok acuan primer yang paling berpengaruh.pengaruh
yang lebih langsung terhadap perilaku pembelian sehari-hari adalah keluarga
prokreasi yaitu pasangan dan anak-anak.
c) Faktor Pribadi
Faktor pribadi merupakan cara mengumpulkan dan mengelompokkan kekonsistenan
reaksi seorang individu terhadap situasi yang sedang terjadi (Lamb,2001:221).
Perilaku seseorang dalam membeli sesuatu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor
kepribadian dari konsumen yang bersangkutan. Faktor pribadi menggabungkan
antara tatanan psikologis dan pengaruh lingkungan (Ghoni & Bodroastuti, 2012).
Dalam Tahapan-tahapan perilaku konsumen, yaitu (Nur Solihat & Arnasik, 2018) :
1) Tahap untuk merasakanadanya kebutuhan dan keinginan
2) Usaha untuk mendapatkan produk, mencari informasi tentang produk, harga, dan
saluran distribusi
3) Pengonsumsian, penggunaan, dan pengevaluasian produk setelah digunakan.
4) Tindakan pasca pembelian yang berupa perasaan puas atau tidak puas.
3. Pengertian Perilaku Estimasi
Kinney dan Raiborn (2011) secara sederhana memberikan pemahaman yang mendasar
bahwa biaya (cost) akan merefleksikan ukuran moneter atas sumber daya yang digunakan
untuk mencapai suatu tujuan, seperti menghasilkan suatu produk atau memberikan suatu
pelayanan atau jasa. Berdasarkan pemahaman tersebut, dapat dimengerti bahwa suatu
organisasi pasti akan selalu memerlukan dan mengeluarkan biaya untuk menjalankan
kegiatan operasionalnya. Tidak ada satu pun organisasi yang tidak memerlukan biaya
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut. Dengan demikian,
analisis lanjut atas biaya dikeluarkan oleh perusahaan menjadi salah satu hal yang penting
untuk dilakukan. yang Untuk melakukan analisis lanjut atas biaya, pada umumnya biaya
akan dilihat perilakunya berdasarkan jumlah totalnya dalam kaitannya dengan perubahan
pemicu biayanya (cost driver). Pengetahuan mengenai hubungan tersebut penting artinya
untuk mengefisienkan penggunaan biaya dalam kaitannya dengan output yang dihasilkan.
dikeluarkan oleh perusahaan menjadi salah satu hal yang penting untuk dilakukan
(Kurniawan, 2017).

B. Pengertian Utilitas Total dan Utilitas Marjinal


Utility adalah suatu ukuran kepuasan/kebahagiaan yang diperoleh konsumen dari
sekelompok barang1. Dalam konteks ekonomi, utilitas dimaknai sebagai kegunaan barang
yang dirasakan oleh seorang konsumen dalam mengonsumsi suatu barang. Karena rasa
inilah maka sering kali utilitas dimaknai juga sebagai rasa puas dan kepuasan yang
dirasakan oleh seorang konsumen dalam mengonsumsi suatu barang atau jasa. Jadi,
kepuasan dan utilitas dianggap sama, meskipun sebenarnya kepuasan adalah akibat yang
ditimbulkan oleh utilitas.
1) Utilitas Total (Nilai Guna Total)
Nilai Guna Total adalah suatu jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari
mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Kepuasan berkaitan erat dengan kualitas.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi dan harapan konsumen atas
kualitas suatu produk yaitu (Barakah, 2018) :
a. Kebutuhan dan Keinginan.
Manusia sebagai konsumen tentu tidak lepas dari kebutuhan dan keinginan, adanya
kebutuhan dan keinginan tersebut maka harapan konsumen akan tinggi.
b. Pengalaman Masa Lalu
Pengalaman yang dialami konsumen sebelumnya terhadap kualitas suatu produk
ketika membeli dan mengonsumsinya, baik berupa pelayanan, ketersediaan produk,
kecepatan pengiriman, kemudahan akses informasi dan sebagainya.
c. Komunikasi periklanan
Media sebagai komunikasi periklanan dianggap efektif dalam mempengaruhi
konsumen. Kepuasan juga dipengaruhi beberapa hal yang berbeda yang berkaitan
dengan kepuasan rohani atau sanubari namun dalam hal ini utilitas tidak dipengaruhi
oleh kuantitas dari produk yang dikonsumsi.
2) Utilitas Marjinal (Nilai Guna Marjinal)
Nilai Guna Marjinal merupakan suatu pertambahan (pengurangan) kepuasan sebagai
akibat dan pertambahan (pengurangan) penggunaan satu unit barang tertentu (Ali, 2021).
Hukum utilitas marjinal mengatakan bahwa jika seseorang mengonsumsi satu jenis barang
secara terus-menerus, maka utilitas yang diterima akan semakin kecil. Jika seseorang
konsumen tidak menghentikan konsumsinya, maka pada akhirnya akan mencapai pada
titik jenuh, sehingga nilai utilitas akan bernilai nol, bahkan bisa juga bernilai negatif. Pada
akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila menambah satu
unit barang yang dikonsumsi, maka nilai kegunaan totalnya akan semakin berkurang.
Artinya penambahan yang terus menerus dalam mengkonsumsi suatu barang tidak
secara terus menerus menambah kepuasan bagikonsumen yang menikmatinya.
Dalam ilmu ekonomi konvensional dikenal adanya hukum mengenai penurunan
utilitas marginal (law of diminishing marginal utility), Utilitas Marginal (MU) adalah
tambahan kepuasan yang diperoleh konsumen akibatnya adanya peningkatan jumlah
barang/jasa yang dikonsumsi. Hukum mengenai penurunan utilitas marjinal tidak
selamanya berlaku pada maslahah. Maslahah dalam konsumsi tidak seluruhnya secara
langsung dapat dirasakan, terutama maslahah akhirat atau berkah. Adapun maslahah dunia
manfaatnya sudah bisa dirasakan setelah dikonsumsi (Liling, 2019).

C. Pengertian Kurva Indeferen dan Kendala Anggaran Konsumen


Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function) digambarkan oleh kurva
indiferensi. Biasanya yang digambarkan adalah tingkat kepuasan antara dua barang (atau
jasa) yang sifatnya sama-sama disukai oleh konsumen. Kurva indiferensi ialah suatu kurva
yang menjelaskan tingkat kepuasan konsumen atas mengkonsumsi dua jenis produk
barang, dimana semakin puas seseorang maka semakin tinggi pula kurva indiferensinya.
Namun kepuasan seseorang memiliki batasan, yaitu dalam ekonomi konvensional
batasannya adalah pendapatan yang dimilikinya, dalam ilmu ekonomi atasan pendapatan
ini dikenal sebagai garis anggaran (budget constraint). Ciri-ciri kurva indiferen Ciri-ciri
kurva indifere, yaitu:

a. Memiliki kemiringan negatif


Kurva indeferen memiliki kemiringan negatif, sehingga kurvanya selelu menjulur dari kiri
dan menurun ke kanan. Dilansir dari Economics Concepts, hal tersebut dikarenakan saat konsumen
meningkatkan konsumsi suatu produk, berarti ia harus melepaskan produk lainnya untuk
mempertahankan kepuasan. Dalam ilmu ekonomi, hal tersebut disebut dengan diminishing
marginal rate of substitution.
b. Cembung ke arah titik asal (origin)

Ciri-ciri selanjutnya dari kurva indiferen adalah bentuk grafiknya cembung ke aras
asal atau membungkuk ke dalam. Posma Sariguna Johnson Kennedy dalam Modul
Ekonomi Mikro: teori Perilaku Konsumen Dengan Pendekatan Ordinal (2016)
menyebutkan kecembungan menunjukkan adanya perbedaan proporsi jumlah yang harus
dikorbankan untuk mengubah kombinasi jumlah masing-masing barang yang dikonsumsi.

c. Tidak saling berpotongan


Garis grafik kurva indiferen juga tidak mungkin saling berpotongan. Hal tersebut
karena setiap kurva indiferen bersifat konsisten dalam menunjukkan tingkat kepuasan
yang berbeda atau tidak mungkin diperoleh kepuasan yang sama dari kurva yang berbeda.

d. Grafik tidak menyentuh sumbu

Pada kurva indiferen, grafik tidak menyentuh sumbu horizontal maupun sumbu
vertikal. Hal ini dikarenakan konsumen membeli produk yang berbeda (lebih dari satu
barang). Kura yang menyentuh sumbu hanya terjadi pada grafik non-indiferen di mana
konsumennya hanya membeli satu produk.

Kurva Indiferensi

Kurva indiferensi digambarkan dengan bentuk yang cembung terhadap titik origin
(0). Dalam kurva indiferensi semakin tinggi tingkat kepuasan seseorang maka semakin
tinggi pula kurva indiferensinya. Secara grafis tingkat kepuasanya yang lebih tinggi
digambarkan dengan tingkat kepuasan yang letaknya di sebelah kanan atas. Semua
kombinasi titik pada kurva indiferensi yang sama memiliki tingkat kepuasan yang sama.

Selain itu kurva indiferensi sifatnya tidak boleh berpotongan antar kurva indiferensi
yang satu dengan kurva indiferensi yang lain. Jika kurva tersebut berpotongan maka
terjadi pelanggaran terhadap aksioma kepuasan yaitu tidak adanya konsistensi. Secara
grafis kurva indiferensi ini dapat digambarkan sebagai berikut:

a) Garis Anggaran (Budget Line)


Keinginan untuk memaksimalkan tingkat kepuasan memiliki batasan yaitu berapa
besaran dana yang tersedia untuk membeli kedua jenis barang tersebut. Dalam ilmu
ekonomi hal ini disebut dengan garis anggaran (budget line).

Tingkat kepuasan optimum yang dapat dicapai oleh seorang konsumen adalah
ketika kurva indiferensi bersinggungan dengan garis anggaran. Titik persinggungan ini
dikatakan sebagai tingkat kepuasan yang optimum karena merupakan pertemuan antara
tingkat kepuasan yang ingin dicapai oleh konsumen dengan tingkat pendapatan yang
dimilikinya untuk mengkonsumsi kedua barang tersebut.

Garis Anggaran

Tingkat kepuasan yang konsumen paling optimum adalah pada titik Q* yaitu pada
kurva indiferensi U2. Karena pada titik inilah terjadi persinggungan antara kurva
indiferensi dengan garis anggaran. Pada kurva U1, tingkat kepuasan konsumen belum
optimum karena adanya pendapatan yang tidak dipergunakan untuk konsumsi, sehingga
tingkat kepuasan konsumen yang optimal belum tercapai. Sementara pada kurva U3,
meskipun kurva indiferensi lebih besar dibandingkan pada kurva U2, namun kurva U3
tidak dapat dicapai karena garis anggaran yang dimiliki tidak mencukupi untuk
melakukan konsumsi pada kurva U3.

Tingkat Kepuasan Optimum Konsumen


Dalam analisis grafis terhadap perilaku konsumen perlu dilakukan suatu modifikasi
dimana batasan yang membatasi konsumsi seorang konsumen muslim bukanlah hanya
garis anggaran semata namun juga adanya batasan. Sehinggga batasan seorang konsumen
secara grafis dibatasi oleh garis anggaran. Tingkat kepuasan konsumen muslim optimum
dapat tercapai pada persinggungan antara kurva indiferensi dengan garis anggaran. Tingkat
kepuasan yang konsumen muslim paling optimum adalah pada titik Q* yaitu pada kurva
indiferensi U2. Karena pada titik inilah terjadi persinggungan antara kurva indiferensi
dengan garis anggaran. Pada kurva U1, tingkat kepuasan konsumen belum optimum karena
adanya pendapatan yang tidak dipergunakan untuk konsumsi, sehingga tingkat kepuasan
konsumen yang optimal belum tercapai. Sementara pada kurva U3, meskipun kurva
indiferensi lebih besar dibandingkan pada kurva U2 dan terjadi persinggungan dengan garis
anggaran, namun tingkat kepuasan konsumen tidak optimum karena adanya batasan yang
belum dipenuhi, seperti dari pendapatan yang diterima atau adanya barang-barang yang
tidak boleh dikonsumsi, hal ini menyebabkan kurva U3 tidak optimum bagi seorang
konsumen.

D. Cara Perhitungan Pemaksimuman Utilitas Konsumen


Setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan nilai guna dari barang yang
dikonsumsinya. Tidak sukar untuk menentukan pada tingkat mana nilai guna dari
menikmati barang itu akan mencapai tingkat yang maksimum apabila yang dikonsumsinya
hanya satu barang saja. Bila barang yang digunakan adalah berbagai jenis, cara untuk
menentukan corak konsumsi barang yang akan menciptakan nilai guna yang maksimum
menjadi lebih rumit. Kerumitan diakibatkan adanya perbedaan harga dari masing-masing
barang. Syarat pemaksimuman nilai guna adalah bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan
untuk membeli unit tambahan dari berbagai jenis barang harus memberikan nilai guna yang
sama besarnya (Sukirno, 1997). Misalkan, seseorang melakukan pembelian dan konsumsi
atas dua macam barang, yaitu makanan dan pakaian yang harganya berturut-turut adalah
5.000 rupiah dan 50.000 rupiah. Misalkan tambahan satu unit makanan akan memberikan
nilai guna kardinal sebanyak 5, dan tambahan satu unit pakaian mempunyai tambahan nilai
guna kardinal sebanyak 50. Andaikata orang tersebut memiliki uang 50.000 rupiah, dengan
uang tersebut, ia dapat membeli 10 unit tambahan makanan, maka jumlah nilai guna
marginalnya adalah 10 x 5 = 50.

Bila uang itu digunakan untuk membeli pakaian, yang diperolehnya hanya satu unit
dan nilai guna kardinal dari satu unit tambahan pakaian ini adalah 50. Seseorang akan
memaksimumkan nilai guna dari barang yang dikonsumsinya apabila perbandingan nilai
guna kardinal berbagai barang tersebut adalah sama dengan perbandingan harga barang
tersebut. Syarat pemaksimuman nilai guna dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:

Dalam persamaan diatas, MU adalah nilai guna kardinal dan PA, PB, serta PC adalah
harga barang A, barang B, dan barang C. MU barang A = P barang A ,dll , artinya kepuasan
tertinggi yang dicapai seseorang bila ia mengkonsumsi barang A dengan harga tersebut (PA)
adalah apabila nilai guna marjinalnya sama dengan harga yang dibayarkan untuk barang A.
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kog- nisi, perilaku,
dan lingkungannya di mana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.
Dari definisi tersebut di atas terdapat tiga ide penting, yaitu: (1) perilaku konsumen adalah
dinamis (2) hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan
kejadian di sekitar, dan (3) hal tersebut melibatkan pertukaran.
Utility adalah suatu ukuran kepuasan/kebahagiaan yang diperoleh konsumen dari
sekelompok barang1. Dalam konteks ekonomi, utilitas dimaknai sebagai kegunaan barang
yang dirasakan oleh seorang konsumen dalam mengonsumsi suatu barang. Karena rasa
inilah maka sering kali utilitas dimaknai juga sebagai rasa puas dan kepuasan yang
dirasakan oleh seorang konsumen dalam mengonsumsi suatu barang atau jasa. Jadi,
kepuasan dan utilitas dianggap sama, meskipun sebenarnya kepuasan adalah akibat yang
ditimbulkan oleh utilitas.
Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (utility function) digambarkan oleh kurva
indiferensi. Biasanya yang digambarkan adalah tingkat kepuasan antara dua barang (atau
jasa) yang sifatnya sama-sama disukai oleh konsumen. Kurva indiferensi ialah suatu
kurva yang menjelaskan tingkat kepuasan konsumen atas mengkonsumsi dua jenis produk
barang, dimana semakin puas seseorang maka semakin tinggi pula kurva indiferensinya.
Namun kepuasan seseorang memiliki batasan, yaitu dalam ekonomi konvensional
batasannya adalah pendapatan yang dimilikinya, dalam ilmu ekonomi atasan pendapatan
ini dikenal sebagai garis anggaran (budget constraint).
Bila barang yang digunakan adalah berbagai jenis, cara untuk menentukan corak
konsumsi barang yang akan menciptakan nilai guna yang maksimum menjadi lebih rumit.
Kerumitan diakibatkan adanya perbedaan harga dari masing-masing barang. Syarat
pemaksimuman nilai guna adalah bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan untuk membeli
unit tambahan dari berbagai jenis barang harus memberikan nilai guna yang sama besarnya.

B. Saran
Dengan adanya materi konsep dasar perilaku konsumen dan estimasi ini semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan kami selaku penulis mohon maaf atas segala
kekurangan maupun kesalahan dalam membuat makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, N. N. (2021). Teori Nilai Guna (Utility). Univesitas Islam Negeri, 1–15.

Barakah, A. (2018). Utilitas Dalam Perilaku Konsumen Perspektif Nilai Keislaman. CENDEKIA :
Jurnal Studi Keislaman, 4(2). https://doi.org/10.37348/cendekia.v4i2.67

Ghoni, A., & Bodroastuti, T. (2012). Pengaruh Faktor Budaya , Sosial , Pribadi Dan Psikologi
Terhadap Perilaku Konsumen ( Studi Pada Pembelian Rumah di Perumahan Griya Utama
Banjardowo Semarang ) The Influence Of Factor Of Cultural , Social , Personality And
Psychology On Customer Behavior S. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Widya Manggala, 1–23.

Kurniawan, D. (2017). Konsep Teoretis dan Praktik pada Biaya Produksi (Manufacturing Cost).
Jurnal Substansi, 1, 1–24.
http://jurnal.pknstan.ac.id/index.php/SUBS/article/download/207/158

Liling, A. (2019). Konsep Utility Dalam Prilaku Konsumsi Muslim. BALANCA : Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis Islam, 1(1), 71–91. https://doi.org/10.35905/balanca.v1i1.1040

Moshinsky, M. (1959). No Title‫یلیب‬. In Nucl. Phys. (Vol. 13, Issue 1).

Nur Solihat, A., & Arnasik, S. (2018). Pengaruh Literasi Ekonomi Terhadap Perilaku Konsumtif
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Ekonomi Universitas Siliwangi. OIKOS Jurnal Kajian
Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi, II(X). https://doi.org/10.23969/oikos.v2i1.915

Al Arif, M. N. R. (2010). Perilaku Konsumen Muslim Dalam Memaksimumkan


Kepuasan. Jurnal Sosio-Religia LinkSas Yogyakarta, 9(2).
Kurnia, Aulia Dzikriyati. 2010. Teori Konsumsi dalam Ekonomi Mikro (Analisis Kritis dalam
Perspektif Ekonomi Islam). Program Sarjana. Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang. Malang
Setiadi, N. J., & SE, M. (2019). Perilaku Konsumen: Perspektif Kontemporer pada Motif, Tujuan,
dan Keinginan Konsumen Edisi Ketiga (Vol. 3). Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai