38
b) Asumsi perfect knowledge ;
Konsumen mempunyai pengetahuan yang sempurna atau perfect knowledge,
khususnya pengetahuan mengenai macam barang-barang dan jasa-jasa konsumsi
yang tersedia di pasar, harga daripada masing-masing barang-barang dan jasa-jasa
tersebut, besarnya pendapatan yang ia peroleh, dan juga cita rasa yang ia miliki.
a. Asumsi
Disamping berlakunya asumsi umum dalam teori konsumen, secara
khusus pendekatan kardinal juga menggunakan asumsi sebagai berikut:
1. Asumsi Constant Narjinal Utility of Money;
Asumsi ini sangat diperlukan, jika unit moneter (uang) digunakan untuk
mengukur utiliti. Artinya, marjinal utiliti dari setiap satuan rupiah adalah
konstan. Misalnya tambahan konsumsi uang dari 4 rupiah ke 5 rupiah
menambah utility sebesar 5 utilis, maka marjinal utiliti uang dari 100 ke 101
satuan juga menambah utiliti sebesar 5 utils (MU 1 = MU2 = MUn, pada setiap
satuan rupiah)
39
2. Demenishing Marginal Utiliti;
Utiliti yang diperoleh tiap unit barang semakin berkurang. Dengan perkataan
lain semakin banyak jumlah barang yang dikonsumsikan semakin berkurang
marjinal utilitinya.
3. Total Utiliti bersifat Additive;
Total utiliti dari sekeranjang barang tergantung pada jumlah individual
komoditi-komoditi. Jika ada “n” komoditi didalam suatu bundel dengan jumlah
Xl, X2,...,Xn, total utilitinya adalah :
U = f (Xl, X2,X3,…………Xn) .....................................................................( 4.1)
Perilaku konsumen dengan mudah dapat diasumsikan additive,
U = U2(Xl) + U2(X2) + U3(X3) + ... + Un(Xn) ............................................... (4.2)
4. Cardinal Utility
Utiliti dari masing-masing barang dapat diukur dan dapat dinyatakan secara
kardinal. Jika utiliti uang (sebagai unit moneter) dapat diukur, maka konsumen
dapat menentukan kapan ia membeli barang dan kapan ia tidak membeli
barang, jika utiliti barang tersebut lebih besar daripada utiliti uang.
Asumsi berikutnya yang dipakai oleh pendekatan marginal utility ialah
bahwa semakin banyak satuan barang Q yang dikonsumsi oleh seorang konsumen
semakin kecil atau semakin menurun marginal utility (guna batas) barang Q yang
diperoleh si konsumen, bahkan akhirnya menjadi negative. Keadaan ini disebut
sebagai hukum marginal utility yang menurun atau the law of diminishing
marginal utility. Hukum ekonomi ini terkenal juga dengan sebutan Hukum
Gossen I. Dalam dunia yang nyata, boleh dikatakan bahwa pada umumnya
memang demikian. Pengecualian memang ada, akan tetapi tidak banyak.
Pendekatan kardinal menggunakan asumsi bahwa guna atau kepuasan
seseorang tidak hanya dapat diperbandingkan, akan tetapi juga dapat diukur. Oleh
karena menurut kenyataan kepuasan seseorang tidak dapat diukur maka asumsi
tersebut dengan sendirinya dapat dikatakan tidak realistik. Inilah yang biasanya
ditonjolkan sebagai kelemahan daripada teori konsumen yang menggunakan
pendekatan guna kardinal, yang terkenal pula dengan sebutan teori konsumen
dengan pendekatan guna marginal klasik atau classical margina lutility approach.
40
Marginal Utility ini dapat dilihat bahwa berlakunya hukum Gossen I
terwujud dalam bentuk menurunnya nilai marginal utility MU, yang angka-
angkanya terdapat dalam kolom 5 sebagai akibat daripada bertambahnya Q pada
kolom 2, pada Tabel 4.1.
41
Tabel 4.1 Total Utility dan Marginal Utility
Jumlah Uang yang Total Marginal
Harga
Barang Q Dikeluarkan Utility Utility
Barang (Rp)
(Unit) (Rp) (Util) (Util)
(1) (2) (3) (4) (5)
6 0 0 0 0
6 1 6 20 20
6 2 12 50 30
6 3 18 75 25
6 4 24 95 20
6 5 30 110 15
6 6 36 120 10
6 7 42 126 6
6 8 48 126 0
6 9 54 121 -5
6 10 60 109 -12
42
Px
126
110 TU
50
30
20
TU Maks (MU=0)
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Q
Gambar 4.1 Kurva Marginal Total Utility dan Marginal Utility
0 2 4 6 7 8 Q
43
∂U ∂Qx
- Px = 0 ............................................................. (4.3)
∂Qx ∂Qx
∂U
= Px ............................................................ (4.4)
∂Qx
Karena ∂U/∂Qx = MUx (Marginal Utility dari barang X), maka persamaan
di atas dapat ditulis :
44
Di mana :
U = Tingkat kepuasan
X = Makan bakso (mangkok per bulan)
Y = Makan lontong (mangkok per bulan)
25 4 100
20 5 100
10 10 100
5 20 100
4 25 100
Jika kombinasi itu disajikan dalam kurva akan diperoleh kurva indiferensi
(IC) seperti ditunjukkan oleh gambar 4.3.
Bakso (Y)
25
20
15
10 U =X.Y
5
4 IC
0 45 10 15 20 25 Lontong (X)
45
1. Asumsi –asumsi Kurva Indiferensi
a) Turun dari kiri atas ke kanan bahwa (downward sloping) dan Cembung ke arah
titik origin ) (convex to origin),
Y
Y1
Y2
Y3
IC
0 X1 X2 X3
Gambar 4.4: Marginal Rate of Substitution (MRS)
A A
IC3 B IC2
B
IC2 C IC1
C
IC1
0 X 0 X
(a) (b)
Gambar 4.5: Kurva Indiferens Tidak Saling Berpotongan (a) dan Berpotongan (b)
46
Pada Gambar 2.5 (b). IC1 dan IC2 berpotongan di titik B, berarti IC1=IC2.
Di titik C, IC2>IC1; pada hal di titik A, IC 1>IC2. Keadaan ini tidak sesuai dengan
asumsi transitivitas yang mengatakan : Bila A > B, dan B > C, maka A > C.
Asumsi transitivitas hanya terpenuhi bila IC1 dan IC2 tidak saling berpotongan
seperti Gambar 4.5 (a).
c) Semakin jauh dari titik origin, semakin tinggi tingkat kepuasannya (asumsi
ordinal utility).
Y
IC4
IC2 IC3
IC1
0 X
Pada Gambar 4-6 di atas ; Kepuasan yang ditujukkan oleh kurva IV yang
semakin jauh dari titik origin adalah semakin tinggi (IC 1>IC2>IC3>IC4). Walaupun
IC4 posisinya 2 kali lebih jauh dari IC1, tapi tidak dapat dikatakan bahwa kepuasan
yang ditunjukkan oleh IC4 dua kali lebih tinggi dari kepuasan pada IC 1. Yang
dapat dikatakan adalah kepuasan pada IC4 lebih besar (tinggi) dari kepuasan pada
IC1.
2. Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)
Garis anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan kombinasi
dua macam barang yang membutuhkan biaya (anggaran) yang sama besar.
Misalkan lagi, hanya ada dua barang yang dikonsumsi konsumen, yaitu X dan Y,
dibeli dalam jumlah Qx dan Qy. Harga masing-masing barang ini di pasar adalah Px
dan Py per unit. Panghasilan yang dimiliki konsumen dimisalkan sebesar M per
periode waktu tertentu. Jumlah pengeluaran untuk pembelian barang X (Qx.Px)
47
ditambah dengan pengeluaran untuk Y (Qy. Py) tidak boleh lebih besar dari
penghasilan yang tersedia, yaitu sebesar M. secara aljabar dapat dituliskan :
Persamaan ini merupakan persamaan garis lurus. Bila Y ditulis kin pada sumbu
vertikal, maka ;
OA -1 /PxM - Px
= = ............................................................. (4.10)
OB 1/ PyM Py
Garis dalam Gambar 4-7 itu sering disebut dengan garis anggaran belanja
(budget line). Garis anggaran belanja adalah garis yang menghubungkan titik
kombinasi komoditi yang dapat dibeli dengan sejumlah penghasilan yang tertentu
besarnya. Nilai kemiringan garis ini adalah minus perbandingan harga komoditi.
48
Y
A=M/Py
M = PxQx + PyQy
0 B =M/Px X
Gambar 4.7. Garis Anggaran Belanja
49
Y
A1
0 B =M/Px B1=M1/Px
50
Y
A
0 B1 =M/Px1 B=M/Px
51
Kepuasan di titik C, D, F adalah sama, karena berada dalam satu IC yang
sama yaitu IC1. Pengeluaran konsumen dititik F lebih kecil, jika dibanding dengan
pengeluaran di titik C dan D. Bagi konsumen lebih menguntungkan jika memilih
titik F; karena dititik F konsumen mampu mendapatkan kepuasan yang sama di titik
C dan D dengan pengeluara yang lebih sedikit. Titik F bukanlah kepuasan
maksimum bagi konsumen, karena pendapatan (anggaran) yang dimilikinya masih
ada sisa. Oleh karenanya dia masih mampu meningkatkan kepuasannya dari IC1.
Y
A
Qye E
F IC
D IC1
0 Qxe B X
52
naiknya konsumsi. Sebaliknya pengurangan penghasilan konsumen akan mendorong
berkurangnya konsumsi kedua jenis barang tersebut.
Y
BL3
BL2
ICC
BL1
QY3 E3
E2
QY2 IC3
E1 IC2
QY1
IC1
53
4.4 Perubahan Harga Barang
54
menghubungkan sejumlah keseimbangan jumlah barang yang dibeli konsumen dan
tingkat harga pasar, dimana penghasilan konsumen dan harga nominal barang lain
dianggap tidak berubah.
Bila harga X sebesar yang ditunjukkan oleh nilai kemiringan garis LM,
maka Jumlah Y yang dibeli konsumen sebanyak xl. Pasangan harga dan tingkat
konsumsi ini dilukiskan menjadi satu, titik dalam gambar 4.11. Begitu juga halnya,
bila harga X turun menjadi setingkat yang ditunjukkan garis LM', maka jumlah yang
dibeli, bertambah menjadi Ox2. Pasangan harga dan tingkat konsumsi, ini dapat Juga
dilukiskan menjadi titik yang lain dalam gambar 4.11 titik keseimbangan konsumen
pada berbagai tingkat harga alternatif.
Dari titik-titik yang dilukiskan dalam gambar 4.11 ini kalau dihubungkan
dengan suatu saris akan diperoleh kurva permintaan. Bentuk dari kurva ini
menunjukan suatu prinsip yang penting yaitu hukum permintaan (law of demand).
Jumlah barang yang diminta konsumen berubah secara berlawanan arah dengan
perubahan harga dengan anggapan penghasilan dan harga nominal barang-barang
lain tetap.
Tingkat intensitas perubahan jumlah barang yang diminta konsumen akibat
adanya perubahan harga adalah berbeda-beda. Konsep penting yang sangat
membantu dalam mempelajari ini adalah elastisitas harga (price elasticity demand)
atau disebut juga dengan elastisitas permintaan (elasticity of demand) seperti yang
telah dibahas pada bab sebelumnya.
Px
Permintaan (x)
0 Qx1 Qx2 Qx3 X
55
56
4.5 Efek Penggantian dan Efek Penghasilan
Perubahan harga nominal suatu barang mengakibatkan dua hal terhadap
Jumlah yang diminta konsumen. Pertama, adanya perubahan harga relatif.
Perubahan harga secara relatif ini (harga-harga dan barang yang lain tetap)
mendorong konsumen mengubah penggunaan barang Yang satu dengan barang
lain.
Jadi, perubahan harga relatif sendiri mendorong efek penggantian
(substitution effect). Efek penggantian menyebabkan konsumen mengganti
barang yang harganya relatif mahal, setelah adanya perubahan harga, dengan
barang yang harganya relatif lebih murah. Misalnya, bila harga daging sapi naik
(hal-hal yang lain tetap sama), konsumen akan mengganti daging sapi tersebut
dengan daging kambing, sehingga akibatnya jumlah daging sapi yang dibeli
konsumen menjadi semakin sedikit.
Kedua, perubahan harga nominal suatu barang (penghasilan nominal
konsumen tetap sama) mengakibatkan berubahnya penghasilan riil atau Jumlah
komoditi yang dapat dibeli oleh konsumen. Dengan kata lain tingkat guna
total/kepuasannya juga berubah. Perubahan penghasilan riil konsumen mungkin
berpengaruh, mungkin tidak terhadap pola konsumsi konsumen. Ini tergantung
pada Peta preferensinya. Pada setiap kemungkinan perubahan penghasilan rill
konsumen mendorong efek penghasilan (Income effect) terhadap jumlah barang
yang diminta. Misalnya, dengan naiknya harga daging sapi maka penghasilan rill
konsumen turun. Akibatnya konsumen merasa lebih miskin dan cenderung untuk
mengurangi pembeliannya. Dengan menggunakan analisa kurva indifference
dimungkinkan untuk menentukan besarnya efek penghasilan konsumen akibat
adanya perubahan harga nominal suatu barang.
a. Efek Penggantian dan efek penghasilan untuk Kasus Barang Normal atau
Superior.
Bila harga suatu barang berubah, harga barang-barang lain dan penghasilan
nominal konsumen tetap, maka konsumen bergerak dari satu titik
keseimbangan ke titik keseimbangan yang lain. Dalam keadaan normal, bila
harga suatu barang turun maka akan sertambah jumlah yang dibeli.
Sebaliknya, bila harga naik maka jumlah Yang dibeli akan berkurang.
57
perubahan jumlah barang yang diminta dari satu posisi keseimbangan ke
posisi keseimbangan Yang lain disebut efek total (total-effect).
Efek total dari suatu perubahan harga adalah seluruh perubahan jumlah yang
diminta konsumen sebagaimana konsumen bergerak dari satu titik
keseimbangan ke titik keseimbangan Yang lain. Masalah ini dilukiskan
dalam gambar 2.15. Tingkat perbandingan harga mula-mula ditunjukkan
oleh nilai kemiringan garis anggaran belanja LM. Konsumen berada dalam
keseimbangan di titik P dalam kurva indifference II. membeli X sebanyak
Ox1. Bila harga X naik, seperti ditunjukkan oleh garis LM', maka konsumen
berada dalam posisi keseimbangan Yang baru Yaitu R dalam kurva
indifference I. Pada keseimbangan Yang baru ini ia membeli X sebanyak
Ox3 unit.
Efek total ditunjukkan oleh Pergerakan dari Pke R. atau oleh Pengurang
jumlah yang diminta dari Oxl ke Ox2. Jadi efek total besarnya Oxl - Ox3 =
xlx3. Ini disebut efek total negatif karena jumlah barang yang diminta
konsumen berkurang sebanyak xlx3 unit.
Gambar 4.15
Efek Penggantian dan efek Penghasilan untuk Barang Normal atau Superior
dalam Kasus Harga Naik
Seperti diuraikan dimuka efek total ini terdiri dari dua hal yaitu efek
penggantian dan efek pendapatan. Bila harga x naik. maka konsumen merasa
pendapatan riilnya turun, sebagaimana ditunjukkan oleh pergeseran dari
kurva indifference II ke kurva indifference I. Misalkan naiknya harga barang
58
ini disertai tambahnya penghasilan nominal konsumen untuk
mengkompensir turunnya penghasilan riil. Dalam hal ini berarti konsumen
dengan tingkat harga yang baru (yang sudah mengalami kenaikan) tetap
berada dalam kurva indifference II. Secara grafis, besarnya nilai kompensasi
(compensatory payment) ini ditunjukkan oleh garis anggaran belanja fiktif
dengan nilai kemiringan perbandingan harga baru yang bersinggungan
dengan kurva II .
Garis putus-putus CC’ adalah garis anggaran belanja fiktif Yang
bersinggungan dengan kurva indifference II di titik Q. Garis ini sejajar
dengan garis anggaran belanja LM'. Jadi mencerminkan perbandingan harga
yang baru juga. Efek penggantian ditunjukkan oleh pergeseran dari posisi
keseimbangan khayalan (imaginary equilibrium position) di titik Q. Kedua
titik keseimbangan ini semuanya berada dalam kurva indifference yang
mana. Efek ini besarnya adalah xlx2 unit, yaitu perbedaan antara Ox1 dan
Ox2.
Efek penggantian adalah perubahan jumlah barang yang diminta sebagai
akibat perubahan harga relatif sesudah perubahan penghasilan riil konsumen
dikompensir. Dengan kata lain efek penggantian adalah perubahan jumlah
barang yang diminta akibat adanya perubahan harga, bila perubahan tersebut
dibatasi pada pergerakan sepanjang kurva indifference mula-mula. Jadi
dalam hal ini penghasilan riil dianggap tetap.
Penentuan efek penggantian hanya dibatasi pada pergerakan sepanjang kurva
indifference mula-mula. Padahal efek total dari adanya perubahan harga,
penghasilan nominal konsumen dan harga-harga barang lain tetap, selalu
ditunjukkan oleh pergeseran dari kurva indifference yang satu ke kurva yang
lain. Selisih antara kedua hal inilah yang disebut dengan efek penghasilan.
Efek penghasilan dari adanya perubahan harga suatu barang adalah
perubahan jumlah yang diminta konsumen akibat adanya perubahan
pendapatan riil semata-mata, dimana harga-harga barang lain dan
penghasilan nominal konsumen tetap.
Dalam Gambar 2.15, bila harga X naik seperti ditunjukkan oleh perputaran
garis anggaran belanja dari LM ke LM' konsumen berada pada titik
59
keseimbangan baru dalam kurva indifference I. Gerakan dari P ke Q
sepanjang kurva indifference II adalah efek penggantian.
Sekarang misalkan penghasilan riil konsumen turun dari tingkat yang
ditunjukkan oleh garis anggaran belanja fiktif CC' ke garis LM” Gerakan
dari posisi keseimbangan khayalan dalam kurva indifference II ke posisi
keseimbangan baru R pada kurva indifference I adalah efek pendapatan.
Selama garis CC' dan LM' sejajar, maka pergeseran ini berarti tidak
mencerminkan adanya perubahan harga relatif. Hal ini merupakan masalah
perubahan penghasilan riil.
Jadi besarnya efek penghasilan adalah x2x3 unit yaitu perbedaan antara Ox2
dan Ox3.
Efek penggantian dan efek penghasilan untuk barang normal/superior dalam
kasus harga turun dilukiskan oleh gambar 2.16.
Gambar 4.16
Efek Penggantian dan Efek Penghasilan untuk
Barang Normal atau Superior dalam Kasus
Harga Turun
60
Dalam kasus ini benarnya kompensasi penghasilan agar konsumen tetap
berada dalam kurva indifference I dengan tingkat perbandingan harga yang
mula-mula adalah sebesar selisih dari garis anggaran LM' dan garis anggaran
khayalan CC'. Garis khayal CC' ini sejajar dengan garis anggaran belanja
LM' dan menyinggung kurva indifference I di titik Q. Gerakan dari titik Q
sepanjang kurva indifference mula-mula adalah menggambarkan efek
penggantian dan besarnya adalah xlx2 yaitu selisih antara Ox1 dan Ox2.
Dengan membandingkan gambar 2.15 dapat disimpulkan bahwa, efek
penggantian selalu negatif dalam arti perubahan jumlah barang yang diminta
konsumen selalu berlawanan arah dengan perubahan harga. Kenaikan harga
X mendorong berkurangnya jumlah X yang diminta bila penghasilan rill
konsumen dianggap tidak berubah. Dengan memisahkan penghasilan rill
konsumen ini naik sebesar pergeseran dari garis anggaran belanja fiktif CC'
ke garis LM', maka posisi keseimbangan konsumen berubah dari titik Q ke
titik R. Gerakan ini dari titik Q ke titik R ini menunjukan besarnya efek
penghasilan, karena gerakan ini tidak mengubah Perbandingan harga relatif
dari tingkat harga yang baru. Efek ini besarnya adalah x3x3 atau selisihnya
antara Ox2 dan Ox3.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk barang-barang normal
atau superior efek penghasilan memperkuat efek penggantian. Bila harga
turun berarti penghasilan riil konsumen naik dan untuk barang normal atau
superior hal ini berarti jumlah barang yang diminta konsumen akan naik.
Tetapi turunnya harga juga menaikan jumlah yang diminta karena efek
penghasilan Jadi efek penghasilan maupun efek penggantian bekerja dalam
arah yang sama. Untuk kasus barang normal atau superior jumlah yang
diminta selalu berakibat secara berlawanan arah dengan perubahan harga.
a. Efek penggantian dan Efek Penghasilan untuk Kasus Barang Inferior dan
Giffen.
Barang inferior adalah barang Yang arah perubahan jumlah
permintaannya berlawanan dengan perubahan penghasilan rill konsumen.
Adanya kenaikan penghasilan rill konsumen mengurangi. Jumlah yang
61
diminta dan berkurangnya penghasilan rill akan memperbesar jumlah yang
diminta.
Kenaikan penghasilan rill konsumen ini mungkin disebabkan oleh
naiknya penghasilan nominal dimana harga barang tetap, atau turunnya
harga barang dimana penghasilan nominal tetap. Gambar 2.17 (a)
melukiskan naiknya penghasilan dari setingkat Yang dicerminkan oleh garis
anggaran belanja LM menjadi LW. Kedua garis ini sejajar berarti perubahan
harga relatif tidak terjadi naiknya penghasilan rill konsumen dari LM ke
L’M’ ini dapat berasal dari naiknya Penghasilan nominal konsumen dimana
harga tetap, atau perubahan harga X dan Y dalam proporsi yang sama
dimana penghasilan konsumen tetap.
Dengan adanya perubahan ini posisi keseimbangan konsumen
bergeser dari titik P dalam kurva indifference I ke titik Q dalam kurva
indifference II. Sebagai akibat naiknya penghasilan riil konsumen pada
tingkat harga relatif tetap, jumlah X yang diminta turun dari Ox1 menjadi
Ox2'. Kurva penghasilan konsumsi dalam tingkat penghasilan riil membelok
ke kiri dari dari titik P ke titik Q. Dalam kurva penghasilan konsumsi
mungkin berbentuk seperti garis APQB. Jadi, efek penghasilan untuk kasus
barang normal penghasilan riil pada tingkat perbandingan harga tetap
mendorong turunnya jumlah yang diminta, dan sebaliknya. Pada umumnya,
efek penghasilan penggantian adalah cukup besar untuk menutup efek
penghasilan yang negatif ini. Tetap dalam kasus yang lain, yaitu kasus
barang giffen (Giffen’s Paradox), efek penghasilan lebih kuat dari efek
penggantiannya. Untuk kasus barang giffen ini, turunnya harga mendorong
sertambahnya jumlah yang dan naiknya harga mendorong sertambahnya
jumlah yang diminta. Harga X mula-mula dicerminkan oleh nilai kemiringan
garis LM. Dengan anggapan penghasilan nominal dan harga nominal Y tetap
sama, dimisalkan harga X turun menjadi sebesar yang dicerminkan oleh nilai
kemiringan garis LM’.
Posisi keseimbangan konsumen bergeser dari P dalam kurva
indifference I ke titik Q kurva indifference II. Dalam tingkat harga sebesar
62
ini kurva harga konsumsi adalah PQ, dan bentuk keseluruhan dari kurva ini
mungkin seperti kurva APQB.
Jadi, dalam kasus barang Giffen, kurva harga konsumsi membelok ke
kiri pada daerah tertentu.
Gambar 4.17
Barang Inferior dan Barang Giffen
63
Gambar 4.18
Efek Penghasilan dan Efek Penggantian
untuk kasus barang inferior yang
bulan termasuk barang Giffen
Barang inferior dan barang giffen ini yang disebut juga barang tidak
normal, adalah suatu jenis barang yang dalam permintaannya tidak
mengikuti hukum permintaan. Sebagai contoh misalnya Jagung sebagai
pengganti beras, apabila terjadi penurunan harga jagung orang tidak akan
menambah permintaan akan jagung begitu Juga sebaliknya, sementara itu
kalau berdasarkan hukum permintaan yang mengatakan apabila harga
suatu barang turun maka permintaan akan naik dan sebaliknya (slope
negatif), lain halnya beras maka hukum permintaan berlaku kepada
permintaannya karena beras merupakan salah satu barang normal dimana
apabila harga beras turun maka permintaan akan naik dan sebaliknya.
4.6 Permintaan Pasar
Diatas sudah diuraikan panjang lebar mengenai cara penurunan kurva
permintaan individual, baik berdasarkan pendekatan ordinal maupun kardinal.
Dari kedua pendekatan tersebut akhirnya diperoleh suatu dalil atau preposition
yang berbunyi kurva permintaan individual suatu barang berbentuk miring dari
kiri atas ke kanan bawah. Artinya jumlah barang yang, diminta konsumen
berubah secara berlawanan arch dengan perubahan harga. Perkecualian dari dalil
ini adalah hanya satu, yaitu Giffen’s paradox, tetapi masih perlu disangsikan
(belum tentu) bahwa kurva permintaan Pasar (market demand curve) dari barang
tersebut juga menunjukkan sifat yang sama. Disini akan dibicarakan mengenai
peralihan dari kurva permintaan individual ke kurva permintaan pasar terhadap
suatu komoditi tertentu, juga sekaligus akan dibicarakan sifat-sifat khusus dari
64
kurva permintaan pasar yaitu dengan menggunakan beberapa konsep seperti
penerimaan batas (margial revenue), elastisitas harga (direct price elasticity),
elastisitas silang (price cross elasticity) dan elastisitas pendapatan (income
elasticity).
Fungsi permintaan seorang konsumen terhadap suatu komoditi tertentu
diperoleh dengan proses maksimisasi kepuasan untuk sejumlah penghasilan
yang tertentu besarnya. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa dalam proses
maksimisasi terdahulu kepuasan konsumen, fungsi preferensi individual
memegang peranan yang sangat penting (ingest preferensi konsumen tercermin
pada peta indifference atau scedul guna batas). Tetapi sebenarnya preferensi
konsumen tersebut bukanlah satu-satunya kekuatan yang menentukan
permintaan seseorang. Ada 4 faktor penentu lain yang mempengaruhi fungsi
permintaan individual terhadap individual tertentu. Empat faktor tersebut
adalah :
a. Harga barang itu. sendiri. Sesuai dengan hukum permintaan, jumlah barang
yang diminta berubah secara berlawanan dengan perubahan harga. Cara lain
untuk mengekspresikan prinsip ini adalah kurva permintaan mempunyai nilai
kemiringan negatif. Perubahan harga secara nominal menyebabkan harga
pergerakan sepanjang fungsi permintaan tertentu, dan Pergerakan tersebut
ditunjukkan oleh perubahan jumlah yang diminta secara berlawanan. Hukum
ini dilukiskan dalam gambar 2.21. Harga dilukiskan pada sumbu tegak dan
Jumlah yang diminta konsumen Pada sumbu datar. Bila harga turun dari
sumbu 0P1 menjadi 0P2, maka Jumlah barang Yang diminta naik dari OQ 1,
menjadi OQ2. Perubahan ini ditunjukkan oleh pergerakan sepanjang kurva
permintaan DD', yaitu dari titik E1, ke E2. Jadi perubahan harga barang itu
sendiri mengakibatkan berubahnya jumlah Yang diminta (quantity
demanded), kurva permintaan tetap tidak berubah.
b. Penghasilan (dalam arti uang) konsumen. Faktor ini merupakan faktor yang
paling penting dalam permintaan suatu barang. Pada umumnya, semakin
besar penghasilan semakin besar pula permintaan (artinya semakin besar
penghasilan semakin jauh dan semakin ke kanan letak kurva permintaan).
65
Gambar 4.19
Pergeseran Faktor-faktor Penentu Permintaan
Harga Harga
Dalam gambar 2.21b, DD' adalah kurva permintaan sebelum ada perubahan
penghasilan. Sekarang misalkan penghasilan konsumen naik. Akibatnya
permintaan akan naik, yaitu Pergeseran ke kanan menjadi DU, DU" Dan bila
penghasilan konsumen turun dari tingkat semula, maka permintaan akan
turun atau bergeser ke kiri menjadi D',dD’d. Dalam hal ini Perlu diperhatikan
bahwa bila permintaan naik, harga tetap tidak berubah, maka jumlah yang
diminta konsumen juga naik. Bila harga OP dan Permintaan naik dari DD -
menjadi DUD'U, maka jumlah yang diminta naik dari OH menjadi OQ U. Jadi,
perubahan penghasilan konsumen mengakibatkan pergeseran permintaan
(shift in demand).
c. Selera (taste). Selera atau pola preferensi konsumen pada umumnya berubah
dari waktu ke waktu. Naiknya intensitas keinginan seseorang terhadap suatu
barang tertentu pada umumnya berakibat naiknya jumlah permintaan
terhadap barang tersebut misalnya pada musim penghujan, selera seorang
terhadap payung semakin tinggi, hal ini akan mendorong naiknya permintaan
terhadap payung. Begitu sebaliknya turunnya selera konsumen terhadap
suatu barang akan berakibat turunnya jumlah permintaan.
d. Harga barang-barang lain yang ada kaitannya dalam penggunaan. kaitan
baring antara barang-barang konsumsi pada umumnya mempunyai
penggunaan antara satu dengan yang lain barang konsumsi pada umumnya
mempunyai kaitan Yang satu dengan yang lain, kaitan kedua barang
konsumsi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu saling
66
mengganti (substituted relation) dan saling melengkapi (complementary
relation). 2 Barang dikatakan mempunyai hubungan saling mengganti bila
naiknya harga, salah satu barang, mengakibatkan naiknya permintaan
terhadap, barang lain. Gambar 2.21b, melukiskan permintaan akan daging
sapi. Pada tingkat harga, daging babi tertentu, kurva permintaan daging sapi
adalah DD'. Bila harga daging babi naik, maka permintaan akan daging sapi
naik menjadi DUD’U. Bila harga daging sapi tetap, tidak berubah (misalkan
sebesar OP), maka jumlah daging sapi yang diminta naik dari OQ menjadi
OQu. sama halnya bila harga daging babi turun, maka permintaan akan
daging sapi turun (akan bergeser ke kiri) menjadi D dDd' dan jumlah yang
diminta akan berkurang menjadi OQd Hubungan yang seperti ini akan
berlaku juga untuk 2 macam barang yang lain yang mempunyai kaitan
Penggunaan saling mengganti. Hubungan yang sebaliknya untuk 2 macam
barang yang mempunyai hubungan saling melengkapi. Sekarang misalkan
gambar 2.21b, tersebut adalah kurva permintaan akan raket badminton.
Barang Yang mempunyai kaitan Saling melengkapi dalam hal Ini adalah
shuttle-cock. Bila harga shuttle-cock naik maka semakin sedikit prang Yang
main badminton, berarti permintaan akan raket badminton Juga akan
menurun (meski harga raket badminton itu tidak berubah). Jadi dengan turun
harga shuttle-cock permintaan akan raket badminton DD’ menjadi DdDd'.
Keempat faktor tersebut yaitu harga, penghasilan, selera dan harga barang-
barang yang berkaitan secara bersama-sama menentukan tingkat permintaan
dan jumlah barang yang diminta untuk setiap barang bagi masing-masing
individu. Dalam sub-sub berikut ini akan dibicarakan penggabungan kurva-
kurva permintaan individu untuk mendapatkan kurva permintaan pasar
terhadap suatu komoditi tertentu.
Jadi Permintaan pasar terhadap komoditi tertentu merupakan penjumlahan
secara horizontal dari seluruh permintaan konsumen individual. Dengan kata
lain, jumlah barang yang diminta di suatu pasar Pala tingkat harga adalah
penjumlahan dari seluruh jumlah yang diminta konsumen pada tingkat harga
tersebut.
67