Anda di halaman 1dari 2

1.

Uraian Kasus Dana CSR Garuda


Pada September 2019, Staf khusus Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
menemukan dugaan adanya penyelewengan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan
(PKBL) yang merupakan bentuk program Corporate Social Responsibility (CSR) pada PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Ditemukan bukti transfer pada tanggal 17 September 2019
sebesar 50 juta dari rekening Bank BNI atas nama PT Garuda Indonesia (persero) Tbk ke
rekening Bank BRI atas nama IKAGI. IKAGI ini merupakan asosiasi Ikatan Keluarga Awak
Kabin Garuda Indonesia.
Menurut pihak kementrian BUMN, masalah ini tidak masuk ke ranah hukum melainkan
masalah administrasi saja. Oleh karena itu, kementrian BUMN memutuskan masalah ini
diselesaikan oleh pihak internal Garuda Indonesia saja, namun tetap diawasi oleh pihak
kementrian BUMN. Tetapi, tetap ada sanksi yang diberikan kepada pihak internal yang
bertanggungjawab atas dana CSR Garuda Indonesia.

2. Analisis Kasus
Sesuai dengan agenda RUPS Tahunan Perseroan, Garuda Indonesia telah melaksanakan CSR
melalui program yang bernama Garuda Indonesia Peduli. Besarnya anggaran untuk program
CSR juga telah ditetapkan dalam agenda RUPS Tahunan Perseroan. Kasus penyalahgunaan
dana CSR ini terungkap ketika kementrian BUMN menemukan adanya bukti transfer sebesar
50 juta yang mengatasnamakan program PKBL namun ditujukkan untuk pihak internal
perusahaan. Karena ketidaksesuaian inilah pihak BUMN melakukan konfirmasi ke pihak
Garuda Indonesi dan mereka mengatakan transfer tersebut merupakan transfer dana
sehubungan dengan dana Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Setelah
ditelusuri, dana transfer tersebut digunakan untuk pemilihan pimpinan IKAGI periode 2019.
Kementrian BUMN melakukan evaluasi dan pengecekan terhadap aliran dana Garuda
Indonesia, dan ditemukan fakta bahwa aliran dana tersebut hanya salah sasaran. Pihak
Garuda Indonesia seharusnya menggunakan dana yang dikhususkan untuk kepentingan
internal perseroan saja, bukan menggunakan dana yang ditujukan untuk kepentingan
eksternal perusahaan. Sebagai akibat kelalaian dari pihak internal Garuda, Kementrian
BUMN ingin tetap ada sanksi administrative bagi pihak penanggungjawab dana CSR, yaitu
VC Corporate Secretary yang dipimpin oleh Ikhsan Rosan. Sanksi administrative itu dapat
berupa pencopotan jabatan, namun karena masalah ini tidak masuk ke ranah hukum, maka
sanksi administrative ditetapkan oleh pihak internal Garuda Indonesia saja.

3. Solusi
Sebagai bentuk implementasi dari GCG, Garuda Indonesia mendukung pengembangan
masyarakat pembangunan yang berwawasan pada environment sustainability melalui
program CSR dan Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL). Oleh karena itu,
disetiap program CSR perlu dilakukan evaluasi dan pengawasan secara teratur agar dana CSR
tersebut benar-benar ditujukan untuk kepentingan 3 aspek, yaitu ekonomi, social dan
lingkungan. Selain itu, berdasarkan POJK No 35/POJK . 04/2014 Sekretaris perusahaan
merupakan organ pendukung GCG dibawah komisaris. Sebagai pihak yang
bertanggungjawab atas penggunaan dana CSR, sekretaris perusahaan ini seharusnya
menjalankan tugas dan perannya secara independent dan bertanggungjawab, serta sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan, anggaran dasar perseroan dan ketentuan-ketentuan
lainnya. Selain itu, sekretaris perusahaan juga harus memastikan menyediakan informasi
yang relevan bagi public sesuai dengan peraturan pelaksaaannnya.
Ikhsan Rosan selaku VC Corporate Secretary yang bertanggungjawab atas dana CSR ini
tidak menjalankan tugasnya sehubungan dengan penyediaan informasi mengenai dana CSR
yang transparansi. Sehingga dana CSR Garuda Indonesia ini mudah untuk diselewengkan
untuk keperluan diluar kepentingan eksternal perusahaan. Supaya kesalahan ini tidak
dilakukan berulang-ulang, pihak internal perusahaan yaitu direksi harus mengambil langkah
tegas dalam pemberian sanksi administrative berupa pencopotan jabatan sesuai dengan
POJK No 35/POJK 04/2014.

Anda mungkin juga menyukai