Assalamu’alaikum semuanya, “Apa yang akan kita lakukan untuk menanggapi studi kasus
di Hong Kong Disneyland ?”
Pertanyaan diatas dapat diajukan karena kali ini aku akan membahas studi kasus di Hong
Kong Disneyland dari jurnal yang berjudul “Disney’s successful adaptation in Hong Kong:
A glocalization perspective” oleh Jonathan Matusitz.
Pertama, sebelum membahas studi kasus tersebut lebih lanjut, apa sih yang dimaksud dengan
glokalisasi itu?
Glokalisasi menurut konsep teoritis terdiri dari beberapa kata, yaitu "globalisasi" dan
"lokalisasi" (Robertson 1992, 1994). Glokalisasi sama saja dengan relokasi, dimana
praktiknya adalah dengan mengintegrasikan elemen lokal ke dalam tema, produk, atau
layanan (Archer 2008, Lee 2003). Glokalisasi menekankan bahwa merelokasi tema, produk,
atau layanan di tempat lain memiliki peluang sukses yang lebih tinggi bila diakomodasi
dengan budaya lokal di mana itu diperkenalkan (Appadurai 1996, Robertson, 2001).
Nah udah tau kan apa itu glokalisasi, sekarang kita bahas isi dari jurnal yang berjudul
“Disney’s successful adaptation in Hong Kong: A glocalization perspective”. Sebelum itu
kita bahas sedikit tentang Hongkong Disneyland.
Hongkong Disneyland adalah sebuah taman hiburan di Hongkong Disneyland resort. Taman
ini dibuat oleh Walt Disney Company dan pemerintah Hong Kong di tanah sebelah Teluk
Penny, Pulau Lantau, Hong Kong. Taman ini dibuka untuk umum pada 12 September
2005. Di tengah kehadirannnya, Hongkong Disneyland mengecewakan karena hanya
menarik 5,6 juta pengunjung selama musim pertama. Hong Kong Disneyland tidak bisa
menarik pelanggan karena dianggap terlalu kecil dibandingkan dengan taman Disney
lainnya di seluruh dunia (yaitu Disneyland, Disneyworld, Disneyland Tokyo, dan
Disneyland Paris).
Dalam beberapa hari pembukaannya, Hong Kong Disneyland membuat marah bintang pop
lokal, para pemimpin buruh yang marah, dan menerima kritik dari pemerintah Hong Kong,
rekannya sendiri di taman hiburan. Di antara kritikan tersebut, pengunjung dari China
mengungkapkan bahwa mereka tidak akrab dengan budaya dan karakter Disney tersebut.
Hingga akhirnya para eksekutif Disney menyadari bahwa Hong Kong Disneyland kurang
memperhatikan adat istiadat setempat dan butuh melakukan penyesuaian lokal yang serius
agar dapat populer diantara penduduk lokal Cina dan Hong Kong, karena hal tersebut maka
Disneyland kemudian mulai mengadopsi prinsip teori glocalization yang kemudian terbukti
berhasil diimplementasikan.
Dengan mengintegrasikan dirinya ke dalam konteks Cina, tujuan Disney adalah untuk
menghindari masalah serangan balik budaya, adat istiadat, dan tradisi. Tantangan utama
Hong Kong Disneyland adalah untuk menyesuaikan filosofi perusahaan dan budaya lokal
Cina, lingkungan, dan pola pikir sekaligus mempertahankan tema Disney secara utuh.
Sehingga Disney melakukan 4 perubahan glokalisasi utama yang membuat Hong Kong
Disneyland menjadi sukses, yaitu:
1. Pengurangan harga
Awalnya, tiket masuk ke taman hiburan terlalu tinggi untuk pengunjung lokal. Karena China
secara keseluruhan masih merupakan negara dengan tingkat pendapatan rendah. Dengan
dilakukannya pemotongan harga tiket masuk, terbukti bahwa banyak penduduk yang mau
datang mengunjungi Disneyland. Dan ditambah dengan Walt Disney Company berhasil
menyampaikan pesan bahwa tamannya berbeda dengan taman lainnya yaitu sesuai dengan
standar China.
Orang-orang dari China memiliki harapan yang sangat berbeda dari orang di tempat lain.
Umumnya, pengunjung dari China melakukan perjalanan dengan paket wisata yang meliputi
makan malam kelompok. Awalnya, Hong Kong Disneyland tidak dapat menampung
kelompok-kelompok besar seperti itu. Sehingga untuk mengatasi hal ini, Disneyland
meningkatkan kapasitasnya, menambahkan atraksi lokal dan persembahan hiburan pada
tahun 2008, seperti Disney Haunted Halloween, A Sparkling Natal , dan saat tahun baru
Imlek, Disney menampilkan kembang api dan bubuk mesiu di taman untuk merayakan
festival Cina utama. Selain itu Disney juga meningkatkan kolaborasi dengan perusahaan
wisata untuk mengarahkan kelompok tersebut kepada Disneyland dengan rangkaian
kegiatan yang sesuai dengan tema Disneyland. Kemudian, Hong Kong Disneyland juga
mencoba untuk melakukan penyesuaian kebiasaan makan dan preferensi makanan lokal,
seperti memasukkan hidangan tradisional Cina yang kedalam menu-nya.
Praktik kerja mengacu pada tradisi karyawan dan keseluruhan perusahaan filsafat. Misalnya,
Disney, sebagai "tempat paling bahagia di bumi," terkenal menerapkan strategi "smile
factory" (Van Maanen, 1991). Namun, "smile factory" Disney sangat disayangkan terbukti
tidak berhasil di kalangan personil China. Untuk memulai, di Hong Kong, orang-orang yang
terlalu ramah dipandang kecurigaan. Jadi, senyuman tidak otomatis dilihat sebagai fitur
positif. Disney juga harus menerima keluhan istirahat makan siang yang pendek makan, jam
kerja yang panjang, dan terbatasnya jumlah staf serta keluhan mengenai upah yang rendah
(dibandingkan dengan taman Disney lainnya) dari para anggota cast dan pekerja konstruksi.
Untuk itu, Disney kemudian membuat penyesuaian glocalization dengan menyadari bahwa
Disney harus menunjukkan fleksibilitas, mengingat beragam budaya di Asia. Akibatnya,
Disney harus mengubah arah lagi. Kini, karyawan memiliki serikat pekerja yang disebut
Union Hong Kong Disney Cast Members, yang bertujuan untuk meningkatkan upah dan
ketentuan pekerjaan.
Nahh sekarang udah tau kan tentang glokalisasi di Hong Kong Disneyland, bukan hanya kita
yang harus beradaptasi dengan budaya lokal tapi semua bisnis juga harus bisa beradaptasi
dengan budaya local.