Anda di halaman 1dari 5

Anisalia Faatihah Nurus Saadah 21/491384/EE/07638

Firyal Aulia Rahma 21/489055/EE/07595


Ibnu Fajar 21/491350/EE/07636
Raimundus Usbanto 21/491560/EE/07646
Syafira Regita 21/489079/EE/07618

Tugas 1

A. Pelanggaran Regulasi
Otoritas Jasa Keuangan menemukan pelanggaran dalam laporan keuangan PT
Garuda Indonesia (Persero) pada tahun buku 2018. Pelanggaran ini menyeret Direksi
dan Komisaris Garuda Indonesia, akuntan publik serta Kantor Akuntan Publik (KAP).
Deputi Komisioner Pengawasan Pasar Modal II OJK Fakhri Hilmi
menjelaskan, pelanggaran yang ditemukan regulator ada beberapa hal. Pertama, dalam
laporan keuangan tersebut, menyebutkan bahwa Garuda Indonesia mencatatkan nilai
kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) senilai US$ 239 juta atau
setara Rp 3,5 triliun.
Dana tersebut masih bersifat piutang tapi sudah diakui oleh manajemen Garuda
Indonesia sebagai pendapatan. Alhasil, pada 2018, maskapai BUM meraih laba bersih
US$ 5 juta. Perusahaan Garuda seharusnya mencatatkan kerugian sebesar US$ 213
juta di tahun 2017 berubah menjadi laba US$ 5 juta pada tahun 2018.
Pelanggaran kedua, kata Fakhri, laporan tahunan maskapai penerbangan ini
tidak menjelaskan alasan kenapa dua Komisioner Garuda, yaitu Chairal Tanjung dan
Doni Oskaria menolak menandatangani laporan keuangan tersebut. Sehingga, hal ini
dianggap telah melanggar aturan OJK.
Perusahaan Garuda Tidak ditandatangani ini laporan keuangan ini, tapi justru
tidak dimuat dalam penjelasan laporan tahunan dan tidak dijelaskan pelaksanaannya.
Sehingga itu melanggar peraturan OJK.
Atas hal itu, Garuda Indonesia telah melanggar pasal 69 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM), Peraturan Bapepam dan LK
Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan
Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang
Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

Pelanggaran Etika
Etika Bisnis
Banyak prinsip etika bisnis yang dilanggar oleh PT Garuda Indonesia, yaitu :
1. Prinsip Otonomi
Seorang petinggi bisnis yang tidak melanggar prinsip otonomi adalah
seseorang yang sadar sepenuhnya akan hak dan kewajibannya dalam berbisnis.
Dalam kasus PT Garuda Indonesia sudah sangat jelas perusahaan ini melanggar
prinsip bisnis karena dia sadar akan haknya, tapi malah melupakan kewajibannya.
2. Prinsip Kejujuran
Dalam prinsip ini PT Garuda Indonesia pun sudah sangat melanggar prinsip
ini karena sudah jelas perusahaan ini memanipulasi laporan keuangannya sehingga
tidak ada kejujuran dalam perusahaan ini.
3. Prinsip Keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai
dengan aturan yang adil dan sesuai dengan kriteria yang rasional, obyektif dan
dapat dipertanggung jawabkan. PT Garuda Indonesia jelas sangat
mengesampingkan prinsip ini, karena perusahaannya hanya mementinkan haknya
sendiri tanpa memikirkan hak orang lain.
4. Prinsip Integritas Moral
Pada prinsip ini suatu perusahaan harus mempu menjaga kepercayaan
banyak orang yang terkait dengan perusahaannya, tapi dalam kasus PT Garuda
Indonesia ini sudah sangat jelas perusahaan ini menipu banyak orang, dengan cara
memanipulasi laporan kuangannya.
5. Prinsip Loyalitas
Untuk prinsip ini sepertinya perusahaan sudah sangat salah memaknai
makna dari loyalitas ini, disini loyalitas adalah kerja keras perusahaan dalam
mencapai target usahanya, mungkin yang dipikirkan PT Garuda Indonesia demi
mencapai targetnya rela melakukan semua hal, meskipun salah dalam aturan.
Sudah jelas perusahaan ini sangat melanggar prinsip ini.

Ethical Governance ( Etika Pemerintahan )


Dalam kasus ini PT Garuda Indonesia sudah sangat melanggar Ethical
Governance yang dibuat oleh pemerintah indonesia, karena perusahaan ini sudah
banyak melakukan pelanggaran dalam sisi prinsip yang sudah jelas diciptakan dari
sisi teori pun sudah sangat dilanggar, dalam kasus ini PT Garuda Indonesia banyak
menipu orang, dengan laporan keuangan yang dimanipulasinya, pemerintah pun
pasti sangat merasa tertipu dengan kasus ini, karena pemerintah sebagai stake holder
utama, pemerintah yang sudah menciptakan perusahaan ini dan malah ditipu oleh
perusahaan yang dibuatnya sendiri.
B. Pihak yang mempunyai otorisasi untuk memberikan sanksi kepada Garuda Indonesia
adalah Otoritas Jasa Keuangan, OJK yang telah melakukan pemeriksaan terkait kasus
penyajian Laporan Keuangan Tahunan (LKT) Garuda Indonesia per 31 Desember
2018 dan setelah berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia
qq. Pusat Pembinaan Profesi Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait
lainnya memutuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT Garuda Indonesia per 31 Desember
2018 serta melakukan paparan publik (public expose) atas perbaikan dan penyajian
kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah
ditetapkannya surat sanksi, atas pelanggaran Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) jis. Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan
Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang
Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
2. Mengenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp100 juta kepada Garuda
Indonesia atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
3. Mengenakan sanksi administratif berupa denda masing-masing sebesar Rp100 juta
kepada seluruh anggota Direksi Garuda Indonesia atas pelanggaran Peraturan
Bapepam Nomor VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan
Keuangan.
4. Mengenakan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp100 juta secara
tanggung renteng kepada seluruh anggota Direksi dan Dewan Komisaris Garuda
Indonesia yang menandatangani Laporan Tahunan Garuda Indonesia  periode
tahun 2018 atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang
Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik.
5. Mengenakan aanksi administratif berupa pembekuan Surat Tanda Terdaftar
(STTD) selama satu tahun kepada Kasner Sirumapea (Rekan pada KAP Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan (Member of BDO International Limited))
dengan STTD Nomor: 335/PM/STTD-AP/2003 tanggal 27 Juni 2003 yang telah
diperbaharui dengan surat STTD Nomor: STTD.AP-010/PM.223/2019 tanggal 18
Januari 2019, selaku Auditor yang melakukan audit LKT PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk per 31 Desember 2018 atas pelanggaran Pasal 66 UU PM jis.
Peraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017, Standar Audit (SA) 315 Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) tentang Pengidentifikasian & Penilaian Risiko
Kesalahan Penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan
Lingkungannya, SA 500 SPAP tentang Bukti Audit, SA 560 SPAP tentang
Peristiwa Kemudian, dan SA 700 SPAP tentang Perumusan Suatu Opini dan
Pelaporan atas Laporan Keuangan.
6. Memberikan perintah tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang &
Rekan (Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan
kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK
Nomor 13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK.
C. Sanksi yang diberikan sudah sesuai karena pelanggaran yang dilakukan garuda cukup
komplek dan dapat membahayakan stakeholder dalam pengambilan keputusan.
Dengan adanya sederet sanksi yang berikan kepada Garuda, diharapkan dapat
menjadi pelajaran bagi perusahaan lain agar menyajikan laporan keuangan sesuai
dengan keadaan sebenarnya. Selain itu, pengenaan akan sanksi administratif dalam
rangka pembinaan terhadap profesi keuangan dan perlindungan terhadap kepentingan
publik.

D. Peran Tata Kelola Organisasi Garuda


Peran tata kelola dari Garuda dalam kasus ini antara lain:
1. Adanya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh Komisaris dari PT. Garuda, yang
dimana ada dua Komisaris yang enggan untuk menandatangani laporan keuangan
yang disajikan. Kedua komisaris menganggap pengakuan pendapatan yang dilakukan
oleh Garuda perihal transaksi Perjanjian Kerjasama Penyediaan Layanan Konetivitas
Dalam Penerbangan, antara PT. Mahata Aero Teknologi dan PT. Citilink Indonesia
tidak sesuai dengan kaidah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK 23).

Anda mungkin juga menyukai