Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas segala
karunia dan nikmat yang diberikan, kami dapat menyusun Makalah ini sampai selesai.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang
“Masalah manajemen Keuangan PT. Garuda Indonesia”
kami menyadari sepenuhnya, bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari sempurna, segala hal yang kami tuangkan ini adalah hasil terbaik dari pemikiran kami
kepada pembaca.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini dan kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan
makalah. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan.
Kelompok 2
PENDAHULUAN
Ternyata ada dua komisaris yang enggan menandatangani laporan keuangan itu. Mereka
merasa keberatan dengan pengakuan pendapatan atas transaksi Perjanjian Kerja Sama
Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam Penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan
PT Citilink Indonesia.
Pengakuan itu dianggap tidak sesuai dengan kaidah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) nomor 23.
Sebab manajemen Garuda Indonesia mengakui pendapatan dari Mahata sebesar US$
239.940.000, yang diantaranya sebesar US$ 28.000.000 merupakan bagian dari bagi hasil
yang didapat dari PT Sriwijaya Air. Padahal uang itu masih dalam bentuk piutang, namun
diakui perusahaan masuk dalam pendapatan.
Kerugian Garuda di paruh pertama tahun ini disebabkan oleh beban penjualan, beban umum
dan administrasi, serta beban bunga utang yang lebih tinggi dari periode yang sama tahun
sebelumnya. Di kuartal I-2023 ini, beban penjualan Garuda tercatat sebesar US$51,58 juta.
Sedangkan tahun lalu hanya US$24,31 juta.3 Mei 2023
PENUTUP
A. KESIMPULAN
PT Garuda Indonesia Tbk melakukan kesalahan penyajian Laporan Keuangan Tahunan per
31 Desember 2018 karena adanya pencatatan transaksi antara kerja sama penyediaan
layanan wifi dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam akun
pendapatan yang seharusnya masih menjadi piutang.
Di dalam kasus ini PT Garuda Indonesia telah melanggar Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) ,Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan
Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah
Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 30 tentang Sewa. Dan diberi sanksi sesuai dengan UU yang dilanggar.
Untuk mengatasi kasus yang dilakukan PT Garuda Indonesia maka beberapa hal yang
di lakukan adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski kepada auditor
laporan keuangan PT Garuda Indonesia yaitu pembekuan izin selama 12 bulan, dan juga
OJK yang telah memberikan sanksi dan juga denda kepada PT Garuda Indonesia.
Kemdian pihak KAP perlu melakukan pengecekan pada histori dokumen penjualan
dan penerimaan perusahaan, yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
audit sehingga audit yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan PSAK.
DAFTAR PUSTAKA
https://economy.okezone.com/read/2019/06/28/320/2072245/kronologi-kasus-laporan-
keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi?page=3
https://imagama.feb.ugm.ac.id/kasus-garuda-indonesia-riwayatmu-kini/