Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang karena atas segala
karunia dan nikmat yang diberikan, kami dapat menyusun Makalah ini sampai selesai.
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui dan menambah pengetahuan tentang
“Masalah manajemen Keuangan PT. Garuda Indonesia”
kami menyadari sepenuhnya, bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari sempurna, segala hal yang kami tuangkan ini adalah hasil terbaik dari pemikiran kami
kepada pembaca.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
selama proses penyusunan makalah ini dan kami memohon maaf apabila ada kesalahan dalam
penulisan. Kritik yang terbuka dan membangun sangat kami nantikan demi kesempurnaan
makalah. Demikian kata pengantar ini kami sampaikan.

Lubuk Sikaping 20 Juni 2023

Kelompok 2
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG KASUS


Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari 1.000
pulau yang terbesar di sepanjang katulistiwa. Oleh karena itu transportasi udara merupakan
salah satu transportasi utama di negara ini. Seperti perusahaan penerbangan milik
pemerintah, Garuda Indonesia yang tengah bangkit dan terus berkembang dari posisi yang
hampir bangkrut menjadi salah satu penerbangan terbaik di Asia. Sehingga Garuda
Indonesia memutuskan untuk go public dan menerbitkan saham perdananya pada 11
Februari 2011.
PT Garuda Indonesia, Tbk., merupakan satu-satunya perusahaan penerbangan nasional
Indonesia yang sudah listed di Bursa Efek Indonesia. Sebagai flag carrier Indonesia, di
samping dimiliki publik, perusahaan ini sebagian besar sahamnya dimiliki oleh pemerintah
Indonesia. Dari data historis yang menunjukkan bahwa perusahaan besar, meski telah
menyajikan laporan keuangan yang sudah diaudit dan mendapatkan opini wajar tanpa
pengecualian oleh akuntan publik, tidak menjadi jaminan bahwa perusahaan terbebas dari
potensi manipulasi laporan keuangan. Pada tahun 2018, Laporan Keuangan PT. Garuda
Indonesia, Tbk telah membukukan laba bersih USD 809 ribu dimana berbeda jauh kinerja
tahun sebelumnya yang mengalami kerugian sebesar 216,58 juta.
Laporan yang berisi laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi, laporan
perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan keuangan dan laporan posisi
keuangan pada awal periode komparatif biasanya digunakan sebagai acuan pengambilan
keputusan. Dengan melihat laporan keuangan, kita bisa tahu bagaimana prospek
perusahaan di masa depan, analisis kinerja manajemen perusahaan serta memprediksi arus
kas yang akan datang. Laporan keuangan mencerminkan keberhasilan atau kegagalan
suatu perusahaan dalam mencapai target profitable.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kronologi kasus laporan keuangan PT Garuda Indonesia ?
2. Bagaimana pelanggaran yang di lakukan PT Garuda Indonesia ?
3. Apa sanksi dan denda yang diberikan kepada PT Garuda Indonesia ?
4. Apa Yang menyebabkan perusahaan gagal dalam mengelola keuangan?
5. Bagaimana solusi atas permasalahan kasus laporan keuangan PT Garuda ?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kronologi kasus laporan keuangan PT Garuda Indonesia.
2. Untuk mengetahui pelanggaran yang di lakukan PT Garuda Indonesia ?
3. Untuk mengetahui sanksi dan denda yang diberikan kepada PT Garuda Indonesia ?
4. Untuk mengetahui solusi atas permasalahan kasus laporan keuangan PT Garuda
PEMBAHASAN

A. KRONOLOGI KASUS LAPORAN KEUANGAN PT GARUDA INDONESIA


 2 April 2019 - Awal Mula Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia Dimulai
Semua berawal dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku 2018.
Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih
sebesar USD809,85 ribu atau setara Rp11,33 miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar
AS). Angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta.
Namun laporan keuangan tersebut menimbulkan polemik, lantaran dua komisaris
Garuda Indonesia yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini sudah tidak
menjabat), menganggap laporan keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK).
Pasalnya, Garuda Indonesia memasukan keuntungan dari PT Mahata Aero
Teknologi yang memiliki utang kepada maskapai berpelat merah tersebut. PT Mahata
Aero Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan wifi yang belum
dibayarkan.
 31 April 2019 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi
Laporan Keuangan Garuda
Bursa Efek Indonesia (BEI) memanggil jajaran direksi Garuda Indonesia terkait kisruh
laporan keuangan tersebut. Pertemuan juga dilakukan bersama auditor yang memeriksa
keuangan GIAA, yakni KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of
BDO Internasional).
Di saat yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengaku belum
bisa menetapkan sanksi kepada Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional). KAP merupakan auditor
untuk laporan keuangan tahun 2018 PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang menuai
polemik.
Kendati sudah melakukan pertemuan dengan auditor perusahaan berkode saham
GIAA itu, namun Kemenkeu masih melakukan analisis terkait laporan dari pihak
auditor
 2 Mei 2019 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Minta BEI Lakukan Verifikasi
Laporan Keuangan Garuda
OJK meminta kepada BEI untuk melakukan verifikasi terhadap kebenaran atau
perbedaan pendapat mengenai pengakuan pendapatan dalam laporan keuangan Garuda
2018. Selain OJK, masalah terkait laporan keuangan maskapai Garuda ini juga
mengundang tanggapan dari Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi.
 3 Mei 2019 - Penjelasan Garuda Indonesia Terkait Kisruh Laporan Keuangan
Garuda Indonesia akhirnya mengeluarkan pernyataan resmi setelah laporan
keuangannya ditolak oleh dua Komisarisnya. Maskapai berlogo burung Garuda ini
mengaku tidak akan melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang dinilai
tidak sesuai karena memasukan keuntunga dari PT Mahata Aero Teknologi
 8 Mei 2019 - Mahata Aero Buka-bukaan soal Kisruh Laporan Keuangan Garuda
Indonesia
Kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia ini juga menyeret nama Mahata Aero
Teknologi. Pasalnya, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada tanggal 3
November 2017 dengan modal tidak lebih dari Rp10 miliar dinilai berani
menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia.
Dengan menandatangani kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan utang
sebesar USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam Laporan
Keuangan 2018 pada kolom pendapatan.
 21 Mei 2019 - DPR Panggil Management Garuda Indonesia
Sebulan kemudian, Garuda Indonesia dipanggil oleh Komisi VI Dewan Perwakilan
Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI). Jajaran Direksi ini dimintai keterangan oleh
komisi VI DPR mengenai kisruh laporan keuangan tersebut.
Dalam penjelasannya, Direktur Utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara
Danadiputra mengatakan, latar belakang mengenai laporan keuangan yang menjadi
sangat menarik adalah soal kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi, terkait
penyediaan layanan WiFi on-board yang dapat dinikmati secara gratis.
Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang
masih berbentuk piutang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu,
USD28 juta di antaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.
 14 Juni 2019 - Kemenkeu Temukan Dugaan Laporan Keuangan Garuda Tak
Sesuai Standar
Kemenkeu telah menyelesaikan pemeriksaan terhadap KAP Tanubrata Sutanto Fahmi
Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional) terkait laporan keuangan tahun
2018 milik Garuda. KAP ini merupakan auditor untuk laporan keuangan emiten
berkode saham GIIA yang menuai polemik.
Sekertaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menyatakan, berdasarkan hasil
pertemuan dengan pihak KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai
dengan standar akuntansi. Kementerian Keuangan juga masih menunggu koordinasi
dengan OJK terkait penetapan sanksi yang bakal dijatuhkan pada KAP Tanubrata
Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO Internasional), yang menjadi
auditor pada laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018
 18 Juni 2019 - BEI Tunggu Keputusan OJK
BEI selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final dari OJK
terkait sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen bursa saat itu telah
berkoordinasi intens dengan OJK. Namun BEI belum membeberkan lebih lanjut
langkah ke depan itu dari manajemen bursa.
 28 Juni 2019 - Akhirnya Garuda Indonesia Kena Sanksi dari OJK, Kemenkeu
dan BEI
Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari berbagai
pihak. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan keuangan Garuda
Indonesia, yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik
(KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) dan Entitas Anak Tahun Buku 2018.
Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski pembekuan
izin selama 12 bulan. Selain itu, OJK juga akan mengenakan sanksi kepada jajaran
Direksi dan Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka diharuskan patungan untuk
membayar denda Rp100 juta.
Selain itu ada dua poin sanksi lagi yang diberikan OJK. Yakni, Garuda Indonesia
harus membayar Rp100 Juta. Selain itu, masing-masing Direksi juga diharuskan
membayar Rp100 juta.
Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan,
Garuda Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia. Adapun
sanki tersebut salah satunya memberikan sanksi sebesar Rp250 juta kepada maskapai
berlambang burung Garuda itu.
B. PELANGGARAN PT GARUDA INDONESIA
PT Garuda Indonesia Tbk melakukan kesalahan penyajian Laporan Keuangan Tahunan per
31 Desember 2018. Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner Hubungan
Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan bahwa Garuda
Indonesia telah terbukti melanggar :
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM)
“(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan ketentuan akuntansi di bidang
Pasar Modal.”
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan
Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik.
3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu
Perjanjian Mengandung Sewa.
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.

C. Yang menyebabkan perusahaan gagal mengelola keuangan


Pada 2018 GIAA mencatatkan laba bersih US$ 809,85 ribu atau setara Rp 11,33 miliar (kurs
Rp 14.000). Laba itu berkat melambungnya pendapatan usaha lainnya yang totalnya mencapai
US$ 306,88 juta.

Ternyata ada dua komisaris yang enggan menandatangani laporan keuangan itu. Mereka
merasa keberatan dengan pengakuan pendapatan atas transaksi Perjanjian Kerja Sama
Penyediaan Layanan Konektivitas Dalam Penerbangan, antara PT Mahata Aero Teknologi dan
PT Citilink Indonesia.

Pengakuan itu dianggap tidak sesuai dengan kaidah Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) nomor 23.
Sebab manajemen Garuda Indonesia mengakui pendapatan dari Mahata sebesar US$
239.940.000, yang diantaranya sebesar US$ 28.000.000 merupakan bagian dari bagi hasil
yang didapat dari PT Sriwijaya Air. Padahal uang itu masih dalam bentuk piutang, namun
diakui perusahaan masuk dalam pendapatan.

Namun pemegang saham terbesar yakni Pemerintah berpandangan sebaliknya. Mereka


menyetujui laporan keuangan tersebut.
Menurut Ekonom Indef Enny Sri Hartati apa yang dilakukan Garuda Indonesia termasuk
manipulasi penyajian laporan keuangan. Jika terungkap maka akan merusak citra perusahaan.
"Itu namanya manipulasi pelaporan. Kan piutang artinya pendapatan belum tertagih. Jadi
piutang tetap piutang,"
Sebagai pemegang saham terbesar, sudah seharusnya pemerintah melakukan pengawasan
melalui komisaris yang ditempatkan.
sebagai perusahaan yang tercatat di pasar modal seharusnya sadar untuk melakukan hal-hal
yang terbuka. Konsekuensinya jika melakukan hal yang tidak transparan akan mengurangi
kepercayaan publik.
"Sebenarnya kenapa BUMN kita dorong go public supaya tata kelolanya lebih transparan.
Sehingga sebenarnya membantu direksi untuk tidak terlalu ada tekanan kepentingan politik,"

Pandemi Covid-19 kembali membuat PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kembali


membukukan kerugian mencapai US$ 1,07 miliar (Rp 15,58 triliun, asumsi kurs Rp
14.500/US$) pada akhir kuartal ketiga 2020 lalu. Padahal pada periode yang sama tahun
sebelumnya perusahaan telah membukukan laba bersih senilai US$ 122,42 juta.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, faktor utama kerugian ini lantaran pendapatan
yang turun drastis mencapai 67,83% year on year (YoY) menjadi sebesar Rp 1,13 miliar (Rp
16,51 triliun) pada akhir September lalu. Turun dari pendapatan di akhir September 2019 yang
senilai US$ 3,54 miliar.
Penurunan paling besar terjadi pada pendapatan penerbangan berjadwal yang turun menjadi
US$ 917,28 juta dari sebelumnya US$ 2,79 juta.

Kerugian Garuda di paruh pertama tahun ini disebabkan oleh beban penjualan, beban umum
dan administrasi, serta beban bunga utang yang lebih tinggi dari periode yang sama tahun
sebelumnya. Di kuartal I-2023 ini, beban penjualan Garuda tercatat sebesar US$51,58 juta.
Sedangkan tahun lalu hanya US$24,31 juta.3 Mei 2023

D. SANKSI DAN DENDA YANG DIBERIKAN KEPADA PT GARUDA


INDONESIA
Bagi auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski pembekuan izin selama
12 bulan, kemudian setelah melakukan koordinasi dengan Kementrian Keuangan Republik
Indonesia, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, sanksi yang dijatuhkan
OJK kepada PT Garuda Indonesia berupa:
1. Memberikan perintah tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk per 31
Desember 2018 serta melakukan public expose atas perbaikan dan penyajian kembali
LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling lambat 14 hari setelah ditetapkannya
surat sanksi, atas pelanggaran yang telah di lakukan
2. Memberi perintah tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan
(Member of BDO International Limited) untuk melakukan perbaikan kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1) paling lambat 3
(tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK,
3. OJK menjatuhkan sanksi administratif berupa denda sebesar Rp 100 juta kepada PT
Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran Peraturan OJK Nomor
29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau Perusahaan Publik,
4. Sanksi berupa denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan, dan
5. BEI resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas kasus
klaim laporan keuangan perseroan yang menuai polemik. Beberapa sanksi yang
dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta dan restatement atau perbaikan laporan
keuangan perusahaan dengan paling lambat 26 Juli 2019 ini. Rekomendasi atas Kasus
Garuda Indonesia
C. SOLUSI PERMASALAHAN
Untuk mengatasi pelanggaran yang telah di lakukan oleh PT Garuda Indonesia, beberapa
hal yang di lakukan adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski kepada
auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia yaitu pembekuan izin selama 12 bulan, dan
juga OJK yang telah memberikan sanksi dan juga denda kepada PT Garuda Indonesia.
Agar kasus serupa tidak terulang kembali, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
berbagai pihak. Pihak KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan (Member of
BDO International Limited) perlu melakukan pengecekan ulang terhadap piutang PT
Garuda Indonesia Tbk (GIAA) atas Mahata sebesar US$239,94. Pihak KAP perlu
melakukan pengecekan pada histori dokumen penjualan dan penerimaan perusahaan.
Seperti dokumen customer Order, sales order, shipping document, sales invoice, sales
transaction file, sales journal or listing, account receivable master file, account receivable
trial balance, monthly statement. Dan dokumen penerima seperti remittance advice,
prelisting of cash receipts, cash receipt transaction file, cash receipt journal or listing.
Pengecekan histori dokumen-dokumen ini bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam
proses audit sehingga audit yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan PSAK.

PENUTUP

A. KESIMPULAN
PT Garuda Indonesia Tbk melakukan kesalahan penyajian Laporan Keuangan Tahunan per
31 Desember 2018 karena adanya pencatatan transaksi antara kerja sama penyediaan
layanan wifi dalam penerbangan dengan PT Mahata Aero Teknologi (Mahata) dalam akun
pendapatan yang seharusnya masih menjadi piutang.
Di dalam kasus ini PT Garuda Indonesia telah melanggar Pasal 69 Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) ,Peraturan Bapepam dan LK Nomor
VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan
Publik, Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah
Suatu Perjanjian Mengandung Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) 30 tentang Sewa. Dan diberi sanksi sesuai dengan UU yang dilanggar.
Untuk mengatasi kasus yang dilakukan PT Garuda Indonesia maka beberapa hal yang
di lakukan adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanski kepada auditor
laporan keuangan PT Garuda Indonesia yaitu pembekuan izin selama 12 bulan, dan juga
OJK yang telah memberikan sanksi dan juga denda kepada PT Garuda Indonesia.
Kemdian pihak KAP perlu melakukan pengecekan pada histori dokumen penjualan
dan penerimaan perusahaan, yang bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam proses
audit sehingga audit yang dilakukan sudah sesuai dengan ketentuan PSAK.
DAFTAR PUSTAKA

https://economy.okezone.com/read/2019/06/28/320/2072245/kronologi-kasus-laporan-
keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi?page=3
https://imagama.feb.ugm.ac.id/kasus-garuda-indonesia-riwayatmu-kini/

Anda mungkin juga menyukai