Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH PENGANTAR MANAGEMENT

PENGORGANISASIAN, DESAIN ORGANISASI DAN


WEWENANG

Di buat oleh :

Kelompok 5 :
Annisa Hermayanti (211010504071)
Haikal Sulthana (

PROGRAM STUDI SARJANA MANAGEMENT S1


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG

Jl. Surya Kencana No.1, Pamulang Barat, Kec. Pamulang, Kota Tangerang Selatan, Banten 15417, Tlp. 021-
7412566, Fax. 021-74709855
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia,
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pengorganisasian, Desain
Organisasi, dan Wewenang ini dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan
kami juga berterimakasih kepada Ibu selaku Dosen mata kuliah Pengantar Management yang
telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Pengorganisasian, Desain Organisasi, dan Wewenang dalam
Pengantar Manajemen. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan makalah
ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami
mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
saran dan kritik yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang

Depok, 30 Oktober 2021

Annisa Hermayanti
Haikal Sulthana

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................. i
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
1.3 Tujuan Penulisan ............................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3
2.1 Pengorganisasian ............................................................................................... 3
2.2 Desain Organisasi ............................................................................................ 12
2.3 Wewenang ....................................................................................................... 17
2.4 Kasus Pengorganisasian pada Perusahaan ....................................................... 20
BAB III PENUTUP.............................................................................................. 23
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................... 23
3.2 Saran ................................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengorganisasian (organizing) merupakan proses penyusunan struktur organisasi
sesuai dengan tujuan organisasi, sumber dayasumber daya yang dimilikinya, dan
lingkungan yang melingkupinya. Pengorganisasian dilakukan untuk mencapai sasaran
strategis dari sebuah organisasi yang harus dimulai dengan beberapatahap, salah satunya
yaitu proses mendesain organisasi. Pola hubungan spesifik dalam proses ini disebut
struktur organisasi. Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme –
mekanisme formal dengan mana organisasi dikelola.
Manusia di dalam kehidupan ini tidak dapat terlepas dari organisasi maupun
administrasi. Organisasi sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
organisasi merupakan suatu hal yang penting yang harus dipelajari dengan baik. Sejak
dalam kandungan hingga lahir bahkan sampai mati, manusia hidup dalam keteraturan.
Manusia yang membangun hidupnya dengan baik, hidupnya akan lebih terarah, teratur
dan diliputi kebahagiaan, sedangkan manusia yang tidak membangun atau menata
hidupnya dengan baik, maka sangat mungkin hidupnya akan lebih tidak terarah,
kebahagiaan akan kurang dirasakan, bebas melakukan ini dan itu, dan akan selalu
merasakan kegagalan dalam hidupnya. Setiap orang mempunyai keinginan, kebutuhan,
tujuan, atau cita-cita yang ingin diwujudkan. Namun karena setiap orang mempunyai
keterbatasan sumberdaya untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan, tujuan atau cita –
citanya tersebut, maka keterbatasan ini menggerakkannya untuk membina hubungan
dengan orang-orang lain yang memiliki keinginan, kebutuhan, tujuan ataupun cita-cita
yang sama. Kerjasama antar orang-orang yang masing-masing memiliki potensi dan
kemampuan sendiri-sendiri, membuat orangorang yang berkumpul dan bekerjasama
tersebut memiliki energi yang lebih besar dan lebih kuat. Dengan kerjasama ini orang –
orang akan dapat mencapai hasil kerja dan tujuan yang lebih besar. Dalam suatu
organisasi, kita diharuskan untuk bertatap muka, beradaptasi, menghadapi berbagai
watak, karakter, maupun tingah laku seseorang. Hal demikian sangat penting bagi kita
untuk mengetahui lebih jauh tentang wewenang dan tanggung jawab. Pemahaman
tersebut diperlukan untuk menjalin kerjasama dalam menjalankan suatu organisasi yang
terarah. Terkadang banyak orang salah mengartikan posisi atau jabatannya dalam suatu
organisasi yang tentunya dapat merugikan orang lain. Hal tersebut dapat menimbulkan

1
masalah antar individu maupun antar kelompok/organisasi. Tentunya hal yang demikian
tidak kita inginkan terjadi dalam kehidupan kita, sehingga kita dapat mengetahui Batasan
– batasan yang tidak dapat dilanggar serta cara berkomunikasi dengan baik.
Dalam suatu perusahaan juga sudah sering di jumpai yang namanya wewenang,
delegasi dan disentralisasi, ketiganya memang sangat di butuhkan perusahaan, seorang
menejer sebuah perusahaan atau organisasi dituntut kemampuannya untuk mengola
perusahaan atau organisasi dengan baik agar tujuan tercapai efektif, untuk
mewujudkannya diperlukan kemampuan dalam mendelegasikan wewenang kepada
setiap organ di perusahaan atau organisasi. Tentunya dalam mendelegasikan wewenang
maupun disentralisasi kekuasaan manajer harus memahami terlebih dahulu rentang
konsep atau teori mengenai delegasi, wewenang dan disentralisasi

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah
yang diajukan oleh penulis adalah sebagai berikut:
1) Bagaimana pemahaman dan penjelasan mengenai materi pengorganisasian?
2) Bagaimana pemahaman dan penjelasan mengenai materi desain organisasi?
3) Bagaimana pemahaman dan penjelasan mengenai materi wewenang?
4) Bagaimana contoh kasus pengorganisasian pada suatu perusahaan?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka tujuan penulisan
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk memberikan pemahaman dan penjelasan mengenai materi pengorganisasian.
2) Untuk memberikan pemahaman dan penjelasan mengenai materi desain organisasi.
3) Untuk memberikan pemahaman dan penjelasan mengenai materi wewenang.
4) Untuk memberikan pemahaman, penjelasan, serta analisis mengenai kasus
pengorganisasian pada suatu perusahaan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengorganisasian
A. Pengertian Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan
pengorganisasian didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur
organisasi sesuai dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya.
Sedangkan pengertian pengorganisasian secara umum adalah langkah untuk
merancang struktur formal, menetapkan, menggolongkan dan mengatur bebagai
macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok, wewenang dan pendelegasian
wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi
dengan efisien.
B. Langkah – Langkah Pengorganisasian
Menurut Stoner (1996) langkah-langkah dalam proses pengorganisasian
terdiri dari lima langkah yaitu:
1. Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan
organisasi.
2. Membagi beban kerja ke dalam kegiatan-kegiatan yang secara logis dan
memadai dapat dilakukan oleh seseorang atau oleh sekelompok orang.
3. Mengkombinasi pekerjaan anggota perusahaan dengan cara yang logis dan
efisien.
4. Penetapan mekanisme untuk mengkoordinasi pekerjaan anggota organisasi
dalam satu kesatuan yang harmonis.
5. Memantau efektivitas organisasi dan mengambil langkah-langkah penyesuaian
untuk mempertahankan atau meningkatkan efektivitas.
C. Fungsi Pengorganisasian
Fungsi pengorganisasian adalah proses yang menyangkut bagaimana strategi
dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan desain dalam sebuah struktur
organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan organisasi yang
kondusif, dan dapat memastikan bahwa semua pihak dalam organisasi dapat
bekerja secara efektif dan efisien guna pencapaian tujuan organisasi.
1. Kegiatan dalam Fungsi Pengorganisasian
Kegiatan dalam fungsi pengorganisasian, yaitu:

3
o Mengalokasikan sumber daya,merumuskan dan menetapkan tugas, dan
menetapkan prosedur yang diperlukan.
o Menetapkan struktur organisasi yang menunjukkan adanya garis
kewenangan dan tanggung jawab.
o Kegiatan perekrutan, penyeleksian, pelatihan dan pengambangan sumber
daya manusia/tenaga kerja.
o Kegiatan penempatan sumber daya manusia pada posisi yang paling tepat.
2. Fungsi Tujuan Organisasi
- Patokan bagi Kegiatan-Kegiatan yang ada dalam Organisasi
Melalui penggambaran hasil-hasil di waktu yang akan datang. Fungsi
tujuan memberikan arah dan pemusatan kegiatan organisasi mengenai apa
yang harus dan tidak harus dilakukan.
- Sumber Legitimasi
Dengan meningkatkan kemampuan kegiatan-kegiatan yang dilakukan,
berguna untuk meningkatkan kemampuan organisasi untuk mendapatkan
sumber daya dan dukungan dari lingkungan di sekitarnya.
- Standar Pelaksanaan
Jika tujuan dinyatakan secara jelas dan dipahami, akan memberikan
standar langsung bagi penilaian pelaksanaan kegiatan organisasi.
- Sumber Motivasi
Untuk mendorong anggota lainnya dalam melaksanakan tugas,
misalnya dengan memberikan intensif bagi anggota yang melaksanakan
tugasnya dengan baik, menghasilkan produk di atas standar dan lain
sebagainya yang akhirnya dapat mendorong para anggota lainnya.
- Dasar Rasional Pengorganisasian
Tujuan organisasi merupakan suatu dasar perancangan organisasi
yang saling berinteraksi dalam kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan.
D. Tujuan Pengorganisasian
Tujuan pengorganisasian adalah agar dalam pembagian tugas dapat
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Ada beberapa tujuan
pengorganisasian yaitu:
1. Membantu koordinasi, yaitu memberi tugas pekerjaan kepada unit kerja
secara koordinatif agar tujuan organisasi dapat melaksanakan dengan mudah

4
dan efektif. Koordinasai dibutuhkan tatkala harus membagi unitkerja yang
terpisah dan tidak sejenis, tetapi berada dalam satu organisasi.
2. Pengawasan, yaitu dapat membantu pengawasan dengan menempatkan
seorang anggota manajer yang berkompetensi dalam setiap unit organisasi.
Dengan demikian sebuah unit dapat ditempatkan di dalam organisasi secara
keseluruhan sedemikian rupa agar dapat mencapai sasaran kerjanya walaupun
dengan lokasi yang tidak sama.
3. Maksimalisasi manfaat spesialisasi, yaitu dengan konsentrasi kegiatan, maka
dapat membantu seorang menjadi lebih ahli dalam pekerjaan-pekerjaan
tertentu. Spesialisasi pekerjaan dengan dasar keahlian dapat menghasilkan
produk yang berkualitas tinggi, sehingga kemanfaatan produk dapat
memberikan kepuasan dan memperoleh kepercayaan masyarakat pengguna.
4. Penghematan biaya, artinya dengan pengorganisasian, maka akan tumbuh
pertimbangan yang berkaitan dengan efisiensi. Dengan demikian pelaku
organisasi akan selalu berhati-hati dalam setiap akan menambah unit kerja baru
yang notabene menyangkut penambahan tenaga kerja yang relatif banyak
membutuhkan biaya tambahan berupa gaji/upah.
5. Meningkatkan kerukunan hubungan antar manusia, dengan
pengorganisasian, maka masing-masing pekerja antar unit kerja dapat bekerja
saling melengkapi, mengurangi kejenuhan, menumbuhkan rasa saling
membutuhkan, mengurangi pendekatan materialistis. Untuk ini pihak manajer
harus mampu mengadakan pendekatan sosial dengan penanaman rasa
solidaritas dan berusaha menampung serta menyelesaikan berbagai perbedaan
yang bersifat individual.
Dengan pembagian tugas diharapkan setiap anggota organisasi dapat
meningkatkan keterampilannya secara khusus (spesialisasi) dalam menangani
tugas-tugas yang dibebankan. Tujuan organisasi harus dirumuskan dan ditetapkan
dengan jelas, hal ini penting karena:
- Tanpa tujuan yang jelas maka organisasi tidak akan mempunyai arah.
- Tanpa tujuan yang jelas, organisasi tidak ada artinya dan hanya akan
menimbulkan pemborosan belaka.
- Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam menentukan bentuk dan struktur
organisasi.

5
- Tujuan yang jelas akan mempermudah dalam menentukan jumlah dan
penempatan pegawai.
- Tujuan yang jelas akan memberikan perangsang kerja pada para anggota
organisasi.
- Tujuan yang jelas akan mempermudah pelaksanaan koordinasi, karena mereka
menyadari bahwa semua anggota organisasi bekerja ketujuan yang sama, yaitu
tujuan organisasi.
- Tujuan yang jelas merupakan awal dari penetapan strategi. Siasat, metode, dan
prosedur yang akan dipergunakan.
- Tujuan yang jelas merupakan dasar dari pada organisasi untuk bergerak.
Dalam menetapkan tujuan organisasi hendaknya hal-hal berikut diperhatikan:
a) Tujuan harus selalu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan perkembangan
keadaan dan perkembangan organisasi.
b) Tujuan organisasi harus dapat dimengerti dan dipahami oleh setiap anggota, dan
dicamkan benar-benar, sedalam-dalamnya dalam jiwa mereka.
E. Manfaat Pengorganisasian
Pengorganisasian bermanfaat untuk hal-hal berikut:
a) Memungkinkan pembagian tugas sesuai dengan keadaan perusahaan.
b) Mengakibatkan adanya spesialisasi dalam melaksanakan tugas.
c) Anggota organisasi mengetahui tugas-tugas yang akan dikerjakan dalam rangka
mencapai tujuan.
F. Pilar Pengorganisasian
Sebagaimana dikemukakan oleh Stoner, Freeman, dan Gilbert (1995) ada
empat pilar (building block) yang menjadi dasar untuk melakukan proses
pengorganisasian, keempat pilar tersebut adalah pembagian kerja (devision of
work), pengelompokkan pekerjaan (departementalization), penentuan relasi
antarbagian dalam organisasi (hierarchy), serta penentuan mekanisme untuk
mengintegrasikan aktivitas antar bagian dalam organisasi atau koordinasi
(coordination).
1. Pilar Pertama: Pembagian Kerja
Pembagian kerja harus disesuaikan dengan kemampuan dan keahlian
sehingga pelaksanaan kerja berjalan efektif. Oleh karena itu, dalam penempatan
karyawan harus menggunakan prinsip the right man in the right place.
Pembagian kerja harus rasional/objektif, bukan emosional subyektif yang

6
didasarkan atas dasar like and dislike. Dengan adanya prinsip orang yang tepat
ditempat yang tepat (the right man in the right place) akan memberikan jaminan
terhadap kestabilan, kelancaran dan efesiensi kerja. Pembagian kerja yang baik
merupakan kunci bagi penyelengaraan kerja. kecerobohan dalam pembagian
kerja akan berpengaruh kurang baik dan mungkin menimbulkan kegagalan
dalam penyelenggaraan pekerjaan, oleh karena itu seorang manajer yang
berpengalaman akan menempatkan pembagian kerjasebagai prinsip utamayang
akan menjadi titik tolak bagi prinsip-prinsip lainnya. Dalam pembagian kerja
karyawan harus memiliki sikap seperti dibawah ini:
- Wewenang dan Tanggung Jawab (Authority and Responsibility)
Setiap karyawan dilengkapi dengan wewenang untuk melakukan
pekerjaan dan setiap wewenang melekat atau diikuti pertanggungjawaban.
Wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Setiap pekerjaan harus
dapat memberikan pertanggungjawaban yang sesuai dengan wewenang.
Oleh karena itu, makin kecil wewenang makin kecil pula
pertanggungjawaban demikian pula sebaliknya. Tanggung jawab terbesar
terletak pada manajer puncak. Kegagalan suatu usaha bukan terletak pada
karyawan, tetapi terletak pada puncak pimpinannya karena yang mempunyai
wewemang terbesar adalah manajer puncak.
- Disiplin (Discipline)
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap pekerjaan yang
menjadi tanggung jawab. Disiplin ini berhubungan erat dengan wewenang.
Dalam melakasanakan pekerjaan, karyawan harus memperhatikan prinsip
kesatuan perintah sehingga pelaksanaan kerja dapat dijalankan dengan baik.
Karyawan harus tahu kepada siapaia harus bertanggung jawab sesuai dengan
wewenang yang diperolehnya. Perintah yang datang dari manajer lain kepada
serorang karyawan akan merusak jalannya wewenang dan tanggung jawab
serta pembagian kerja.
- Kesatuan Pengarahan (Unity of Direction)
Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya, karyawan
perlu diarahkan menuju sasarannya. Kesatuan pengarahan bertalian erat
dengan pembagian kerja. Kesatuan pengarahan tergantung pula terhadap
kesatuan perintah. Dalam pelaksanaan kerja bisa saja terjadi adanya dua
perintah sehingga menimbulkan arah yang berlawanan. Oleh karena itu, perlu

7
alur yang jelas dari mana karyawan mendapat wewenang untuk
melaksanakan pekerjaan dan kepada siapa ia harus mengetahui batas
wewenang dan tanggung jawabnya agar tidak terjadi kesalahan. Pelaksanaan
kesatuan pengarahan (unity of direction) tidak dapat terlepas dari pembagian
kerja, wewenang dan tanggung jawab, disiplin, serta kesatuan perintah.
2. Pilar Kedua: Pengelompokkan Pekerjaan (Departementalization)
Departementalisasi adalah pengelompokkan pekerjaan menjadi
departemen aktivitas pekerjaan yang serupa secara logis berhubungan. Oleh
karena itu lebih jelasnya departementalisasi merupakan proses pengelompokkan
dan penamaan bagian atau kelompok pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu.
Sebagai contoh, untuk bisnis restoran seperti pencatatan menu, pemberitahuan
menu kepada bagian dapur, hingga pengiriman makanan dari bagian dapur
kepada pelanggan di meja makan dapat dikelompokkan menjadi satu
departemen tertentu, dapat dikatakan pada bagian pelayan restoran. Ada
beberapa pendekatan dalam departementalisasi yaitu:
a. Departementalisasi berdasarkan Fungsional
Merupakan pembagian departemen berdasarkan aktifitas perusahaan
dalam menjalankan bisnisnya, misalnya departemen produksi, departemen
penjualan, departemen pemasaran dan lain-lain.

Direktur Utama
PT ABC

Manajer Manajer Manajer Manajer


Keuangan Produksi Pemasaran SDM

Bagian Bagian
Functional Penjualan Promosi
Departmentalization

Bagian Bagian Rekrutmen Pelatihan dan


Produksi Pergudangan dan Seleksi Pengembangan

8
b. Departementalisasi berdasarkan Produk
Merupakan pengelompokkan departemen sesuai dengan kelompok
produk yang dihasilkan misalkannya pembagian departeman barang untuk
mengurusi produksi produk berupa barang dan departemen jasa untuk
menangani produk yang berupa jasa.

Direktur Utama
PT ABC

Manajer Manajer Manajer Manajer


Keuangan Produksi Pemasaran SDM

Bagian Bagian
Penjualan Promosi

Bagian Bagian Rekrutmen dan Pelatihan dan


Produksi Pergudangan Seleksi Pengembangan

Susu Sabun Pasta Gigi Mi Instan


Mandi

Product
Departmentalization

c. Departementalisasi berdasarkan Pelanggan


Merupakan pembagian penjualan produk ke pelanggan, biasanya ada
yang bagian produk laki-laki ataupun perempuan atau tua dan muda.

Bagian Produksi PT
ABC

Susu Sabun Pasta Gigi Mi Instan


Mandi

Bayi Anak-anak Remaja Dewasa

Customer
Departmentalization

9
d. Departementalisasi berdasarkan Geografis
Maksudnya pembagian departeman berdasarkan lokasi penjualan
produk misalnya departemen yang mengawasi di Jawa dan Bali, di
Kalimantan maupun di Sumatara.

Manajer
Pemasaran
PT ABC

Bagian Bagian
Penjual an Promosi

Jakarta Bandung Makassar Medan

Geographic
Departmentalization

e. Departementalisasi berdasarkan Matriks


Pada departementalisasi ini, seorang pegawai dapat memiliki dua
posisi baik secara fungsi maupun proyek sehingga otomatis akan memiliki
dua atasan/komando ganda. Proyek biasanya diadakan secara tidak menentu
dan sifatnya tidak tetap.

Direktur Utam a
PT ABC

Profit Manajer Manajer Manajer Manajer Riset dan


Project Keuangan Pemasaran SDM Pengembangan

Susu

Sabun
Mandi

Pasta Gigi

Mi Instan

10
3. Pilar Ketiga: Penentuan Relasi Antarbagian dalam Organisasi
Setelah pekerjaan dikelompokkan atau di departemenkan, kita mungkin
bertanya-tanya berapa banyak pekerjaan yang perlu dikelompokkan untuk
setiap bagian atau departemen dan berapa banyak orang yang dibutuh
menyangkut span of management control. Span of management control terkait
dengan jumlah orang atau bagian di bawah suatu departemen yang akan
bertanggung jawab kepada departemen atau bagian tertentu.
4. Pilar Keempat: Koordinasi
Setelah pekerjaan dibagi, ditentukan bagian-bagiannya, hingga ditentukan
hierarki organisasinya, maka langkah berikutnya adalah bagaimana agar
pembagian kerja yang telah dilakukan beserta penentuan desain organisasinya
berjalan secara efektif dan efisien. Disinilah peran dari koordinasi diperlukan
sebagai pilar terakhir dari pengorganisasian. Sebagaimana menurut Stoner,
Freeman, dan Gilbert, koordinasi adalah proses dalam mengintegrasikan
seluruh aktifitas dari berbagai departemen atau bagian dalam organisasi agar
tujuan organisasi bisa tercapai secara efektif.

G. Dimensi Struktur Organisasi


Dalam kasus-kasus tertentu, ahli organisasi menggunakan pengukuran –
pengukuran untuk menjelaskan dimensi-dimensi dalam organisasi, diantaranya
adalah:
1) Ukuran, merupakan jumlah anggota dalam organisasi.
2) Komponen Administratif, merupakan persentase total jumlah anggota yang
menjalankan tugas tanggung jawab administratif.
3) Rentang Kendali, merupakan jumlah bawahan yang menjadi yanggung
jawab seorang manajer.
4) Spesialisasi, merupakan jumlah kekhususan yang dilakukan dalam
organisasi.
5) Standardisasi, merupakan adanya prosedur-prosedur untuk mengatur
peristiwa yang berulang.
6) Formalisasi, merupakan sejauh mana aturan-aturan dan komunikasi yang
dilakukan secara tertulis.
7) Sentralisasi, merupakan konsentrasi wewenang pengambilan keputusan.

11
8) Kompleksitas, merupakan jumlah diferensiasi vertikal, jumlah unit atau
departemen.
9) Delegasi Wewenang, merupakan rasio antara jumlah keputusan manajerial
spesifik yang didelegasikan pucuk pimpinan, dan jumlah yang diputuskan
sendiri.
10) Integrasi, merupakan kualitas kerja sama diantara unit-unit yang dibutuhkan
untuk menyatukan tujuan, atau rencana-rencana dan umpan balik yang
digunakan untuk mengkoordinasikan unit-unit.
11) Diferensiasi, merupakan jumlah fungsi-fungsi khusus yang dijalankan dalam
organisasi, atau perbedaan dalam orientasi kognitif dan emosional diantara
pada menejer dari departemen yang berbeda.

2.2 Desain Organisasi


A. Pengertian Desain Organisasi
Desain organisasi adalah proses yang berkaitan dengan bagaimana bisnis
internasional harus diorganisasikan untuk memastikan bahwa akivitas bisnis di
seluruh dunia dapat diintregasikan dalam situasi yang efisien dan efekif. Dalam
mendesain sebuah organisasi internasional, ini penting bahwa struktur dan sistem
yang diimplementasikan bukan hanya konsisten satu sama lain, tetapi juga
konsisten dengan konteks lingkungan tempat persahaan beroperasi dan strategi
yang digunakan perusahaan untuk bersaing dalam lingkungan internasional
tersebut. Ukuran organisasi dan kompleksitas operasi bisnisnya juga harus
dipertimbangkan dalam mendesain sebuah persahaan.
Struktur perusahaan internasional (international company-IC) harus bisa
berkembang seiring berjalannya waktu, untuk memungkinkan organisasi
merespons perubahan dan secara efektif dan efisien membentuk ulang cara dimana
kompetensi dan sumber dayanya diintergrasikan di dalam dan antar berbagai unit
dalam
perusahaan. Ini adalah tantangan besar bagi manajemen perusahaan internasional,
terutama seiring meningkatnya penyebaran aktivitas perusahaan di seluruh dunia
yang juga menjadi subjek dari perubahan lingkungan dan strategi yang cepat dan
berulang-ulang. Kegagalan untuk menghadapi secara sukses tantangan ini
mengancam kinerja perusahaan dan tentunya kelangsungan hidupnya dalamjangka
panjang.

12
Proses perencanaan strategis perusahaan internasional dirinya sendiri,
dikarenakan hal tersebut menekankan sebuah analisis dari lingkungan eksternal
perusahaan juga kekuatan dan kelemahan di dalam lingkungan ini, sering kali
mengungkapkan kebutuhan untuk mengubah organisasi. Perubahaan strategi
internasional mungkin membutuhkan perubahan dalam organisasi, tetapi
sebaliknya juga berlaku. Sebagai contoh, seorang CEO baru bergabung dalam
perusahaan, atau perusahaan mungkin membeli perusahaan di negara lain atau area
aktivitas bisnis lain. Perencanaan strategis dan organisasi terkait erat sehingga
biasanya struktur organisasi diperlakukan oleh manajemen sebagai bagian tak
terpisah dari proses perencanaan strategis.
Pengertian yang jelas tentang desain organisasi oleh beberapa ahli sebagai
berikut:
1. Desain organisasi adalah struktur organisasi tertentu sebagai hasil dari berbagai
keputusan dan tindakan para manajer (Ivancevich, Konopaske, dan Matteson,
2007:236).
2. Desain organisasi adalah keseluruhan rangkaian elemen struktural dan
hubungan di antara elemen-elemen tersebut yang digunakan untuk mengelola
organisasi secara total (Griffin, 2004:352).
3. Desain organisasi adalah sebuah proses memilih dan mengelola aspek-aspek
struktural dan kultural yang dilakukan oleh para manajer sehingga organisasi
mampu mengendalikan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai
tujuan bersama (Wisnu dan Nurhasanah, 2005:11).

Beberapa pengertian tersebut dapat diketahui bahwa desain organisasi


merupakan proses memilih dan mengelola segala aspek-aspek dalam organisasi
sehingga menciptakan suatu struktur organisasi tertentu untuk mencapai tujuan
bersama. Pada umumnya orang akan menganggap struktur sama dengan desain
organisasi. Sesungguhnya desain organisasi merupakan proses perkembangan
hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Jadi struktur
merupakan hasil dari proses desain. Proses desain merupakan suatu kegiatan yang
bersifat kontinu dan dirancang oleh manajer. Apapun bentuk atau hasil dari proses
desain tersebut, para perancang desain organisasi harus merancang sebuah
organisasi yang dapat membuat organisasi tersebut tetap bertahan hidup. Selain itu
pemilihan desain organisasi tersebut akan menentukan besar kecilnya organisasi.

13
Setiap ukuran organisasi akan memberikan keuntungan masing-masing, namun
diharapkan tercapainya tujuan organisasi dan juga eksistensi dari organisasi.
B. Model Desain Struktur Organisasi
Model desain organisasi adalah mekanisme-mekanisme formal pengelolaan
suatu organisasi yang menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap
hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi
maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan
tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Desain mengandung
unsur-unsur spesialisasi kerja, standardisasi, koordinasi, sentralisasi, desentralisasi
dalam pembuatan keputusan dan besaran satuan kerja.
1. Model Mekanistik
- Proses kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan
kepercayaan.
- Proses motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa aman dan ekonomi
melalui perasaan takut dan sanksi.
- Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi
mengalir ke bawah dan cenderung terganggu tidak akurat.
- Proses interaksi bersifat tertutup dan terbatas, hanya sedikit pengaruh
bawahan atas tujuan dan metode departemental.
- Proses pengambilan keputusan hanya di tingkat atas keputusan relatif.
- Proses penyusun tujuan dilakukan di tingkat puncak original, tanpa
mendorong adanya partisipasi kelompok.
- Proses kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan.
2. Model Organik
- Proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan
kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan.
- Proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode partisipasi.
- Proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi
mengalir secara bebas keseluruh orgranisasi yaitu ke atas ke bawah dan
kesamping.
- Proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif, baik atasan ataupun bawahan
dapat mempengaruhi tujuan dan metode partemental.
- Proses pengambilan keputusan dilaksanakan di semua tingkatan melalui
proses kelompok.

14
- Proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk
menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis.
- Proses kendali menyebar ke seluruh orgranisasi dan menekan pemecahan
masalah dan pengendalian diri.
C. Jenis – Jenis Struktur Desain Organisasi
1) Desain Organisasi Umum
a) Struktur Sederhana
Struktur sederhana adalah sebuah struktur yang dicirikan dengan kadar
departementalisasi yang rendah, rentang kendali yang luas, wewenang yang
terpusat pada seseorang saja, dan sedikit formalisasi. Struktur sederhana
paling banyak dipraktikkan dalam usaha-usaha kecil di mana manajer dan
pemilik adalah orang yang satu dan sama.Kekuatan dari struktur ini adalah
kesederhanaannya yang tercermin dalam kecepatan, kef leksibelan,
ketidakmahalan dalam pengelolaan, dan kejelasan akuntabilitas. Satu
kelemahan utamanya adalah struktur ini sulit untuk dijalankan di mana pun
selain di organisasi kecil karena struktur sederhana menjadi tidak memadai
tatkala sebuah organisasi berkembang karena formalisasinya yang rendah
dan sentralisasinya yang tinggi cenderung menciptakan kelebihan beban
(overload) di puncak.
b) Birokrasi
Birokrasi adalah sebuah struktur dengan tugas-tugas operasi yang
sangat rutin yang dicapai melalui spesialisasi, aturan dan ketentuan yang
sangat formal, tugas-tugas yang dikelompokkan ke dalam berbagai
departemen fungsional, wewenang terpusat, rentang kendali yang sempit,
dan pengambilan keputusan yang mengikuti rantai komando.
c) Struktur Matriks
Struktur Matriks adalah sebuah struktur yang menciptakan garis
wewenang ganda dan menggabungkan departementalisasi fungsional dan
produk.Struktur matriks dapat ditemukan di agen-agen periklanan,
perusahaan pesawat terbang, laboratorium penelitian dan pengembangan,
perusahaan konstruksi, rumah sakit, lembaga-lembaga pemerintah,
universitas, perusahaan konsultan manajemen, dan perusahaan hiburan.

15
Pada hakikatnya, struktur matriks menggabungkan dua bentuk
departementalisasi: fungsional dan produk. Kekuatan departementalisasi
fungsional terletak, misalnya, pada penyatuan para spesialis, yang
meminimalkan jumlah yang diperlukan sembari memungkinkan
pengumpulan dan pembagian sumber daya khusus untuk keseluruhan
produk. Kelemahan terbesarnya adalah sulitnya mengoordinasi tugas para
spesialis fungsional yang beragam agar kegiatan mereka rampung tepat
waktu dan sesuai anggaran. Departementalisasi produk, di lain pihak,
memiliki keuntungan dan kerugian yang berlawanan. Departementalisasi ini
memudahkan koordinasi di antara para spesialis untuk menyelesaikan tugas
tepat waktu dan memenuhi target anggaran. Lebih jauh, departementalisasi
ini memberikan tanggung jawab yang jelas atas semua kegiatan yang terkait
dengan sebuah produk, tetapi dengan duplikasi biaya dan kegiatan. Matriks
berupaya menarik kekuatan tersebut sembari menghindarkan kelemahan –
kelemahan mereka.
Karakteristik struktural paling nyata dari matriks adalah bahwa ia
mematahkan konsep kesatuan komando sehingga karyawan dalam struktur
matriks memiliki dua atasan–manajer departemen fungsional dan manajer
produk. Karena itulah matriks memiliki rantai komando ganda.
2) Struktur Organisasi Modern
a) Struktur Tim
Struktur tim adalah pemanfaatan tim sebagai perangkat sentral untuk
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan kerja. Karakteristik utamastruktur tim
adalah bahwa struktur ini meniadakan kendala-kendala departemental dan
mendesentralisasi pengambilan keputusan ke tingkat tim kerja. Struktur tim
juga mendorong karyawan untuk menjadi generalis sekaligus spesialis.
b) Organisasi Virtual
Organisasi virtual adalah organisasi inti kecil yang menyubkontrakkan
fungsi-fungsi utama bisnis secara detail.
c) Organisasi Nirbatas
Organisasi nirbatas adalah sebuah organisasi yang berusaha
menghapuskan rantai komando, memiliki rentang kendali tak terbatas, dan
mengganti departemen dengan tim yang diberdayakan.

16
D. Faktor Penting dalam Mendesain Organisasi
Desain organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-usaha
sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen. Kepentingan keputusan
desain telah menstimulasi minat yang besar atas topik bahasan. Manajer dan pakar
teori perilaku organisasi dan peneliti telah berkontribusi terhadap apa yang disebut
sebagai bahan bacaan yang dapat dipertimbangkan. Manajer yang menghadapi
perlunya mendesain struktur organisasi adalah pada posisi kehilangan ide. Sangat
berbeda, bahan desain organisasi telah mempunyai sejumlah ide yang
menimbulkan konflik yakni bagaimana suatu organisasi didesain mengoptimalkan
efektivitas.
Cara manajemen mendesain organisasi harus mengingat dimensi struktur
organisasi. Bagaimana kombinasinya mempunyai dampak langsung atas
efektivitas individual, kelompok dan organisasi itu sendiri. Manajer harus
mempertimbangkan sejumlah faktor ketika mendesain organisasi, di antar satu
yang sangat penting adalah teknologi, sifat kerja itu sendiri, karakteristik orang
yang melakukan kerja, tuntutan lingkungan organisasi, keperluan untuk menerima
dan memproses informasi dari lingkungan tersebut, dan keseluruhan strategi yang
dipilih organisasi untuk berhubungan dengan lingkungan.

2.3 Wewenang
A. Pengertian Wewenang
Di dalam fungsi pengorganisasian, seorang atasan berdasarkan posisinya
mempunyai hak ataupun wewenang untuk menjalankan atau memberikan perintah
kepada bawahannya untuk menjalankan wewenangnya. Menurut Louis A. Allen,
wewenang adalah sejumlah kekuasaan (powers) dan hak (rights) yang
didelegasikan pada suatu jabatan. Sedangkan menurut G. R. Terry, wewenang
merupakan kekuasaan resmi dan kekuasaan pejabat untuk menyuruh pihak lain,
supaya bertindak dan taat kepada pihak yang memiliki wewenang itu.
Wewenang (authority) merupakan dasar untuk bertindak, berbuat, dan
melakukan kegiatan/aktivitas dalam suatu perusahaan. Tanpa wewenang orang –
orang dalam perusahaan tidak dapat berbuat apa – apa. Dalam authority selalu
terdapat power dan right, tetapi dalam power belum tentu terdapat authority and
right. Wewenang (authority) adalah hak untuk melakukan sesuatu atau memerintah
orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tercapai tujuan

17
tertentu. Wewenang ini merupakan hasil delegasi atau pelimpahan wewenang dari
posisi atasan ke bawahan dalam organisasi.
Penggunaan wewenang secara bijaksana merupakan faktor kritis bagi
efektivitas organisasi. Peranan pokok wewenang dalam fungsi pengorganisasian,
wewenang dan kekuasaan sebagai metoda formal, dimana manajer
menggunakannya untuk mencapai tujuan individu maupun organisasi. Wewenang
formal tersebut harus di dukung juga dengan dasar-dasar kekuasaan dan pengaruh
informal. Manajer perlu menggunakan lebih dari wewenang resminya untuk
mendapatkan kerjasama dengan bawahan mereka, selain juga tergantung pada
kemampuan ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan mereka.
B. Sumber Wewenang
Ada dua pandangan yang saling berlawanan mengenai sumber wewenang yaitu:
1) Teori Formal (classical view)
Wewenang adalah dianugrahkan. Wewenang ada karena seseorang
tersebut diberi, dilimpahi atau diwarisi hal tersebut. Pandangan ini menganggap
bahwa wewenang berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi dan
kemudian secara hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Pendangan klasik
ini menelusuri sumber tertinggi dari wewenang ke atas sampai sumber terakhir,
di mana untuk organisasi perusahaan adalah pemilik atau pemegang saham
2) Teori Penerimaan (acceptance theory of authority)
Pandangan ini dimulai dengan pengamatan bahwa tidak semua perintah
dipatuhi oleh penerima perintah. Wewenang seseorang timbul hanya bila hal itu
diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang tersebut
dijalankan. Pandangan ini menyatakan kunci dasar wewenang oleh yang
dipengaruhi (influencee) bukan yang mempengaruhi (influencer). Jadi,
wewenang tergantung pada penerima (receiver), yang memutuskan untuk
menerima atau menolak.
Chester Barnard, menyatakan bahwa seseorang akan bersedia menerima
komunikasi yang bersifat kewenangan hanya bila empat kondisi berikut dipenuhi
secara simultan:
1. Memahami komunikasi tersebut
2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi
3. Tidak bertentangan dengan kebutuhan pribadi
4. Mampu secara mental dan fisik untuk mengikutinya

18
Dengan adanya pandangan kedua (teori penerimaan), maka bagaimanupun juga
manajer perlu memperhatikan pandangan ini sebagai titik strategis. Manajer untuk
menjadi efektif akan sangat tergantung pada penerimaan wewenang oleh para
bawahan. Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat ditaati oleh bawahan
maka di perlukan adanya kekuasaan (power), tanggung jawab dan akuntabilitas,
dan pengaruh (influence).
C. Distribusi atau Pelimpahan Wewenang
1) Manfaat Pelimpahan Wewenang
Terdapat beberapa manfaat pelimpahan wewenang, yaitu:
a) Memungkinkan subbagian atau bawahan mempelajari sesuatu yang baru
serta memperoleh kesempatan untuk melakukan sesuatu dan belajar
bertanggung jawab terhadap sesuatu yang baru.
b) Mendorong tercapainya keputusan yang lebih baik dalam berbagai hal.
c) Penyelesaian pekerjaan akan dapat dilakukan dengan lebih cepat sekiranya
pelimpahan wewenang tersebut berjalan sebagaimana mestinya dan
diberikan kepada orang yang bertanggung jawab.
2) Kendala Pelimpahan Wewenang
- Staf yang tidak memiliki kemampuan atau kapabilitas untuk menerima dan
menjalankan sesuatu yang didelegasikan kepadanya justru akan
menghambat pencapaian tujuan ke arah yang lebih baik.
- Berdampak pada kurang bertanggung jawabnya atasan terhadap apa yang
semestinya dia lakukan.
- Pelimpahan wewenang sering kali dilakukan bukan sebagai proses
pembelajaran dan pemberian kepercayaan dari atasan kepada bawahan, akan
tetapi lebih sebagai pelarian tanggung jawab dari atasan kepada bawahan.
3) Kunci Pokok Pelimpahan Wewenang Efektif
- Kepercayaan manajer terhadap bawahan dalam melimpahkan wewenang
perlu diiringi dengan pemberian kebebasan kepada bawahan untuk
menjalankan kewenangan menurut caranya sendiri.
- Adanya komunikasi yang terbuka antara manajer dan bawahan.
Keterbukaan dalam berkomunikasi selain akan memberikan kejelasan akan
keinginan dari kedua belah pihak, juga akan meminimalkan persepsi-
persepsi yang keliru akan berbagai hal terkait dengan pekerjaan.

19
- Kemampuan manajer dalam memahami tujuan organisasi, tuntutan dari
setiap pekerjaan, dan kemampuan bawahan. Tanpa memahami ketiga hal
ini, bisa jadi manajer salah dalam melakukan pelimpahan wewenang.
Sesuatu yang seharusnya dilimpahkan misalnya, tidak dilimpahkan dan
sebaliknya sesuatu yang semestinya tidak dilimpahkan justru dilimpahkan.
4) Tindakan Pelimpahan Wewenang Efektif
Ketiga kunci pokok sebagaimana diterangkan sebelumnya dapat
mendorong pelimpahan wewenang menjadi lebih efektif jika diiringi oleh
berbagai tindakan sebagai berikut:
- Penentuan Hal – Hal Yang Dapat Didelegasikan
Manajer harus mampu membedakan hal yang bisa dan tidak bisa
didelegasikan. Termasuk di dalamnya juga tujuan dari manajer ketika
melakukan pendelegasian itu untuk apa, mengapa, dan seterusnya
- Penentuan Orang Yang Layak Menerima Delegasi
Manajer harus mampu menentukan siapa yang memiliki kemampuan
untuk menerima pelimpahan wewenang. Siapa yang mampu ini dapat dilihat
dari segi perilaku, ketersediaan waktu, maupun kesiapannya untuk bekerja
sama.
- Penyediaan Sumber Daya Yang Dibutuhkan
Agar pelimpahan wewenang dapat berjalan efektif, maka berbagai
sumber daya yang dibutuhkan oleh bawahan untuk menjalankan wewenang
yang didelegasikan perlu untuk disediakan. Sumber daya ini mulai dari
informasi, finansial, maupun sumber daya lainnya yang terkait dengan
pelimpahan wewenang yang dilakukan.
- Pelimpahan Tugas Yang Akan Diberikan
Kadangkala kekurangpercayaan manajer terhadap bawahan justru akan
menghambat dalam keefektifan pelimpahan wewenang. Oleh karena itu,
berikan tugas yang akan dilimpahkan tersebut sepenuhnya dan jika masih
terdapat keraguan, jelaskan hasil yang ingin dicapai dari pelimpahan
wewenang tersebut, dan bahkan caranya. Sebab, cara pengerjaan sangat
berbeda dari satu orang ke orang lainnya.
- Intervensi Pada Saat Diperlukan
Ketika sesuatu yang didelegasikan tidak berjalan sebagaimana
mestinya, makaintervensi kadangkala diperlukan agar kegiatan yang telah

20
didelegasikan berikut kewenangannya tetap dalam jalur pencapaian tujuan
organisasi.

2.4 Contoh Kasus Pengorganisasian pada Perusahaan


Tim proyek di PT. Light Instrumenindo Jakarta dibentuk oleh pimpinan perusahaan
dengan tujuan menyelesaikan suatu proyek berdasarkan persyaratan tertentu. Dimana
seluruh anggota organisasi dan pemimpinnya merupakan bagian dari sumber daya
manusia perusahaan yang secara formal membentuk tim kerja, yang terdiri dari anggota
dengan perilaku tertentu. Perilaku anggota tim akan membentuk karakteristik tim yang
akan menentukan efektivitas organisasi melalui efektivitas internal tim, yaitu suatu
proses yang berhubungan dengan suasana kerja dalam tim. Dengan suasana kerja yang
sesuai dengan harapan anggota tim akan meningkatkan kemampuan dalam pencapaian
sasaran organisasi.
Berkaitan dengan tingkat pencapaian sasaran organisasi, dalam proses pelaksanaan
proyek terdapat berbagai hambatan dan penyimpangan yang sangat mengurangi
kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
kerja, yaitu terjadi keterlambatan dalam penyelesaian proyek karenaterjadinyapekerjaan
ulang atau perbaikan-perbaikan dari bagian pekerjaan yang belum memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan dan realisasi biaya selalu melampaui rencana biaya yang telah
ditetapkan. Dimana masalah tersebut berakar dari kurangnya kerja sama dan koordinasi
anggota tim dalam mencapai tujuan. Untuk itu perlu dilakukan pengukuran, pengolahan
dan analisis terhadap suasana kerja para anggota tim proyek khususnya tim design,
quantity surveyor, dan supervisor di PT. Light Instrumenindo Jakarta.
Hasil studi lapangan, pengolahan data, dan analisis menunjukkan bahwa ketidak
jelasan tujuan tim (V-1), kurangnya kerja sama antar anggota tim (V-3), kepemimpinan
yang kurang baik (V-5), dan kurang saling memberi informasi (V-7) merupakan faktor
yang menghambat ketiga tim tersebut. Sedangkan kurang pengaruh mempengaruhi
sesama anggota tim (V-4), tidak mempunyai keterampilan dalampengambilan keputusan
(V-8), kreativitas anggota tim rendah (V-9), dan kurang mampu mengolah masukan dari
sesama anggota tim (V-10) hanya menghambat tim quantity surveyor dan supervisor.

Analisis dan Pembahasan


Tim proyek di PT. Light Instrumenindo Jakarta dibentuk oleh pimpinan perusahaan
dengan tujuan menyelesaikan suatu proyek berdasarkan persyaratan tertentu. Dimana

21
seluruh anggota organisasi dan pemimpinnya merupakan bagian dari sumber daya
manusia perusahaan yang secara formal membentuk tim kerja, yang terdiri dari anggota
dengan perilaku tertentu. Perilaku anggota tim akan membentuk karakteristik tim yang
akan menentukan efektivitas organisasi melalui efektivitas internal tim, yaitu suatu
proses yang berhubungan dengan suasana kerja dalam tim. Dengan suasana kerja yang
sesuai dengan harapan anggota tim akan meningkatkan kemampuan dalam pencapaian
sasaran organisasi.
Berkaitan dengan tingkat pencapaian sasaran organisasi, dalam proses pelaksanaan
proyek terdapat berbagai hambatan dan penyimpangan yang sangat mengurangi
kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam rencana
kerja, yaitu terjadi keterlambatan dalam penyelesaian proyek karenaterjadinyapekerjaan
ulang atau perbaikan-perbaikan dari bagian pekerjaan yang belum memenuhi spesifikasi
yang telah ditetapkan dan realisasi biaya selalu melampaui rencana biaya yang telah
ditetapkan.
Menurut saya, dalam kasus ini yang harus bertanggung jawab adalah manager dari
perusahaan tersebut karena kurang mengontrol kinerja dari pekerjaan bawahan-
bawahannya. Serta pada hasil studi lapangan, pengolahan data, dan analisis menunjukkan
bahwa ketidak jelasan tujuan tim (V-1), kurangnya kerja sama antar anggota tim (V-3),
kepemimpinan yang kurang baik (V-5), dan kurang saling memberi informasi (V-7)
merupakan faktor yang menghambat ketiga tim tersebut. Sedangkan kurang pengaruh
mempengaruhi sesama anggota tim (V-4), tidak mempunyai keterampilan dalam
pengambilan keputusan (V-8), kreativitas anggota tim rendah (V-9), dan kurang mampu
mengolah masukan dari sesama anggota tim (V-10) hanya menghambat tim quantity
surveyor dan supervisor.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pengorganisasian adalah proses penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan
tujuan organisasi, sumber daya – sumber daya yang dimiliki dan lingkungan yang
melingkupinya. Keberhasilan manajer mengelola organisasi tergantung pada
kemampuannya menentukan pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan anggota
organisasi untuk mencapai tujuan. Desain organisasi merupakan proses perkembangan
hubungan dan penciptaan struktur untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan desain
organisasi, maka keadaan perusahaan bisa terkontrol dan bisa meminimalisir apabila
terdapat kendala kedepannya dan bisa memajukan perusahaan untuk bisa menjadi
perusahaan yang unggul dibidangnya. Tetapi tidak luput dari aturan, dalam mendesain
organisasi diperlukan adanya pertimbangan serta pemilihan yang matang dalam
menentukan cara/jenis mendesain organisasinya, tepat/tidak dan dapatkah cara itu
mengimplementasikan tujuan daripada organisasi tersebut nantinya. Serta dalam sebuah
perusahaan atau organisasi tentu ada wewenang yang dimiliki oleh pemimpin atau
manajer. Mereka mempunyai wewenang untuk mengatur dan menata bawahannya agar
tujuan perusahaan atau organisasi tercapai. Seorang manajer atau pemimpin yang pandai
mendelegasikan wewenang atau tugasnya kepada orang di bawahnya maka ia adalah
manajer yang baik dan memudahkan perusahaan atau organisasi dalam mencapai
tujuannya.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah tentang pengorganisasian ini, mahasiswa khususnya
dalam bidang manajemen, untuk membentuk tenaga kerja yang handal harus memiliki
pengetahuan tentang pengorganisasian itu sendiri. Hal ini didasari pada pengaplikasian
dimasyarakat nantinya apabila telah bekerja, karena telah kita temui kenyataan saat ini
organisasi disegala aspek kehidupan sangat diperlukan. Dosen dengan segala
keahliannya juga diharapkan mampu mengenalkan dengan baik kepada mahasiswanya,
bagaimana pengorganisasian dan manajemen yang baik untuk suatu perusahaan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Diakses pada 30 Oktober 2021, dari makalah-pengorganisasian dan struktur.


Diakses pada 30 Oktober 2021, dari wikipedia Organisasi
Diakses pada 30 Oktober 2021, dari defickry wordpress, manajemen konflik dalam organisasi
Diakses pada 30 Oktober 2021, dari nuwrileardkhiyari, struktur organisasi
Diakses pada 30 Oktober 2021, dari gustriphenomg3 bentuk bagan organisasi
Diakses pada 30 Oktober 2021, dari empat pilar pengorganisasian contoh dari bagan organisasi
listastaff
Diakses pada 30 Oktober 2021, dari infodesipuspitasari.
Diakses pada 30 Oktober 2021, dari tarantoel, empat pilar dalam pengorganisasian
Diakses pada 30 Oktober 2021, dari fransisco04, Struktur organisasi.
Diakses pada 30 Oktober 2021, dari duniatugasasri, dimensi struktur organisasi

Diakses pada 30 Oktober 2021, dari studentsitesoftskill, pengorganisasian dan


koordinasi
Diakses pada 30 Oktober 2021, dari wikipedia, Struktur_organisasi

24

Anda mungkin juga menyukai