Anda di halaman 1dari 8

ESSAI TUGAS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

FRAUD PADA PT GARUDA INDONESIA

Nama : Kharisma Nanda Putri Permatasari


NIM : 18809134024
Prodi : D3 Akuntansi A

1. Ringkasan kronologi kasus PT Garuda Indonesia


April 2019
Sebagai perusahaan publik, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan tahun
buku 2018 kepada Bursa Efek Indonesia.Kinerja keuangan PT Garuda Indonesia
(Persero) yang berhasil membukukan laba bersih US$809 ribu pada 2018, berbanding
terbalik dari 2017 yang merugi US$216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan
lantaran pada kuartal III 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$114,08 juta.
24 April 2019
Perseroan mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) di
Jakarta. Salah satu mata agenda rapat adalah menyetujui laporan keuangan tahun buku
2018.Dalam rapat itu, dua komisaris Garuda Indonesia, Chairul Tanjung dan Dony
Oskaria selaku perwakilan dari PT Trans Airways menyampaikan keberatan mereka
melalui surat keberatan dalam RUPST. Chairal sempat meminta agar keberatan itu
dibacakan dalam RUPST, tapi atas keputusan pimpinan rapat permintaan itu tak
dikabulkan. Hasil rapat pemegang saham pun akhirnya menyetujui laporan keuangan
Garuda Indonesia tahun 2018.
Trans Airways berpendapat angka transaksi dengan Mahata sebesar US$239,94
juta terlalu signifikan, sehingga mempengaruhi neraca keuangan Garuda Indonesia. Jika
nominal dari kerja sama tersebut tidak dicantumkan sebagai pendapatan, maka
perusahaan sebenarnya masih merugi US$244,96 juta. Catatan tersebut membuat beban
yang ditanggung Garuda Indonesia menjadi lebih besar untuk membayar Pajak
Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Padahal, beban itu seharusnya
belum menjadi kewajiban karena pembayaran dari kerja sama dengan Mahata belum
masuk ke kantong perusahaan.
25 April 2019
Pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia. Sehari usai kabar
penolakan laporan keuangan oleh dua komisaris beredar, saham perusahaan dengan kode
GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan perdagangan sesi pertama, Kamis
(25/4). Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan akan memanggil manajemen Garuda
Indonesia terkait timbulnya perbedaan opini antara pihak komisaris dengan manajemen
terhadap laporan keuangan tahun buku 2018. Selain manajemen perseroan, otoritas bursa
juga akan memanggil kantor akuntan publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang
dan Rekan selaku auditor laporan keuangan perusahaan. Pemanggilan itu dijadwalkan
pada Selasa (30/4).
26 April 2019
Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyatakan bakal memanggil
manajemen perseroan. Sebelum memanggil pihak manajemen, DPR akan membahas
kasus tersebut dalam rapat internal. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Inas Nasrullah Zubir
mengatakan perseturuan antara komisaris Garuda Indonesia dengan manajemen akan
dibahas dalam rapat internal usai reses. Dalam rapat itu akan dipastikan terkait
pemanggilan sejumlah pihak yang berkaitan dengan pembuatan laporan keuangan
maskapai pelat merah tersebut. Jika sesuai jadwal, DPR kembali bekerja pada 6 Mei
2019.
Selain itu pada hari yang sama, beredar surat dari Sekretariat Bersama Serikat
Karyawan Garuda Indonesia (Sekarga) perihal rencana aksi mogok karyawan Garuda
Indonesia. Aksi ini berkaitan dengan penolakan laporan keuangan tahun 2018 oleh dua
komisaris. Dalam surat tersebut disebutkan pernyataan pemegang saham telah merusak
kepercayaan publik terhadap harga saham Garuda Indonesia dan pelanggan setia
maskapai tersebut. Namun, Asosiasi Pilot Garuda (APG) dan Sekarang justru membantah
akan melakukan aksi mogok kerja. Presiden APG Bintang Hardiono menegaskan
karyawan belum mengambil sikap atas perseteruan salah satu pemegang saham dengan
manajemen saat ini.
30 April 2019
BEI telah bertemu dengan manajemen Garuda Indonesia dan kantor akuntan
publik (KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang dan Rekan selaku auditor laporan
keuangan perusahaan. Pertemuan berlangsung pada pukul 08.30-09.30 WIB. Sayangnya,
pertemuan dua belah pihak berlangsung tertutup. Otoritas bursa menyatakan akan
mengirimkan penjelasan usai pertemuan tersebut. "Bursa meminta semua pihak untuk
mengacu pada tanggapan perseroan yang disampaikan melalui IDXnet dan penjelasan
dapat dibaca di website bursa," kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman
Yetna. Sementara Menteri Keuangan mengaku telah meminta Sekretaris Jenderal
Kementerian Keuangan Hadiyanto untuk mempelajari kisruh terkait laporan keuangan
BUMN tersebut.

2. Ulasan kasus PT Garuda Indonesia


a. Jenis kejahatan
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk melakukan kesalahan terkait kasus penyajian Laporan Keuangan
Tahunan per 31 Desember 2018.Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi Komisioner
Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkan
bahwa Garuda Indonesia telah terbukti melanggar :
1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM)
“(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusun
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bapepam dapat menentukan
ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal.”
2. Peraturan Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan
Pengungkapan Laporan Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik.
3. Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah
Suatu Perjanjian Mengandung Sewa.
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
b. Teori/ konsep
Pemaparan diatas, jika dikaji berdasarkan teori PT Garuda Indonesia terbukti
melakukan penyimpangan berupa kejahatan fraud atau kecurangan yang
disengaja dengan cara memanipulasi hasil laporan keuangan perusahaan. Albrecht,
Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:7), fraud sendiri dapat didefinisikan
sebagai berikut; Secara umum, fraud dapat didefinisikan sebagai satu istilah umum
dan mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdasan manusia, yang
melalui satu individu, untuk memperoleh keuntungan dari orang lain dengan
penyajian yang salah. Tidak ada aturan yang pasti dan seragam untuk dijadikan dasar
dalam mendefinisikan fraud karena fraud mencakup kejutan, penipuan, kelicikan dan
cara – cara lain dimana pihak lain dicurangi. Kecurangan dan penyimpangan tersebut
memiliki kreteria diantaranya :

1. Manipulasi, falsifikasi, dan alterasi catatan-catatan akuntansi atau dokumen


pendukung yang menjadi dasar pembuatan laporan keuangan.
2. Salah penyajian (misrepresentations) atau penghapusan (omissions) yang sengaja
atas transaksi-transaksi dan informasi penting lainnya.
3. Salah penerapan (misapplication) prinsip – prinsip akuntansi terhadap jumlah,
klasifikasi, cara penyajian, dan pengungkapan yang disengaja.

Ditinjau dari segi klasifikasi kecurangan pata PT Garuda Indinesia,Kecurangan yang


dilakukan dapat digolongkan sebagai Management Fraud (kecurangan
manajemen). Kecurangan ini dilakukan oleh orang dari kelas sosial ekonomi yang
lebih atas dan terhormat yang biasa disebut white collar crime, karena orang yang
melakukan kecurangan biasanya memakai kemeja warna putih dan kerahnyapun
putih. Kecurangan manajemen ada dua tipe antara lain:
1. Kecurangan jabatan.
2. Kecurangan korporasi (misalnya manipulasi pajak)

Sementara faktor dari penyebab terjadinya fraud Menurut Robert Cockerall (auditor
Ernst & Young) dalam makalahnya "Forensic Accounting fundamental : Introduction
to the investigations" dinyatakan bahwa lingkungan profil fraud mencakup beberapa
hal yaitu motivasi,kesempatan, tujuan/objek fraud, indikator, metode dan konsekuensi
fraud. Motivasi dan kesempatan memiliki pengertian yang sama dengan definisi
sebelumnya. Tujuan/objek fraud adalah sarana yang digunakan untuk mencapai
motivasi kecurangan di atas. Indikator fraud mengandung pengertian adanya gejala-
gejala yang merujuk kepada pembuktian kecurangan. Metode fraud adalah cara-cara
yang dilakukan untuk melakukan kecurangan. Sedangkan konsekuensi fraud adalah
dampak kecurangan yang terjadi pada organisasi tersebut.
a. Motivasi : adalah mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri dan atau suaru
organisasi. Alasan pribadi seperti masalah keuangan dapat menjadi motivasi
untuk melakukan kecurangan. Untuk suatu organisasi, fraud pun dapat dilakukan
untuk mendapatkan keuntungan atau untuk mendapatkan apresiasi yang positif
walaupun pekerjaan yang dilakukan tidak baik, misalnya kolusi antara
kontraktor/konsultan dengan panitia pengadaan barang/jasa,
b. Sarana : mencakup seluruh media yang dapat digunakan untuk melakukan
kecurangan, misalnya dokumen kontrak/lelang yang diatur, transaksi keuangan
dilakukan secara tunai dan tidak menggunakan pencatatan yang baik, dan lain
sebagainya.
c. Kesempatan : karena kurangnya pengawasan internal dan pemahaman tentang
aturan dapatmenjadi ruang terjadinya kecurangan.

Kejahatan yang dilakukan PT Garuda Indonesia merugikan banyak pihak. Terdapat


empat kategori utama korban kecurangan yaitu :
a. Pemegang saham
Pemegang saham sering menjadi korban kecurangan manajemen (management
fraud) yaitu manajer berusaha secara palsu meningkatkan laba atau aktiva.
b. Investor
Misalnya investor mengalami kerugian di pasar modal karena tindak pidana yang
dilakukan emiten (insider trading) dan lain-lain.
c. Perusahaan (enterprise)
Organisasi komersial dapat menjadi korban baik kecurangan internal maupun
eksternal.
d. Pelanggan
Masyarakat pengguna jasa dan layanan PT Garuda Indonesia.
e. Pemerintah
Kejahatan yang dilakukan akan membuat kerugian bagi negara dan peerintah
setempat, terlebi jika perusahan tersebut berbentuk BUMN.

c. Dampak
Dampak yang ditimbulkan atas kejahatan fraud pada PT Garuda Indonesia
menimbulan banyak kerugian bagi berbagai pihak tak terkejuali pada PT Garuda
sendiri. Berikut beberapa sanksi yang Diterima PT Garuda Indonesia :
Sanksi dari OJK
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II, Fakhri Hilmi, mengatakan setelah
berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik Indonesia ,Pusat Pembinaan
Profesi Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait lainnya, OJK
memutuskan memberikan sejumlah sanksi :
1. Memberikan Perintah Tertulis kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk
memperbaiki dan menyajikan kembali LKT PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
per 31 Desember 2018 serta melakukan paparan publik (public expose) atas
perbaikan dan penyajian kembali LKT per 31 Desember 2018 dimaksud paling
lambat 14 hari setelah ditetapkannya surat sanksi, atas pelanggaran Pasal 69
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM) ,Peraturan
Bapepam dan LK Nomor VIII.G.7 tentang Penyajian dan Pengungkapan Laporan
Keuangan Emiten dan Perusahaan Publik, Interpretasi Standar Akuntansi
Keuangan (ISAK) 8 tentang Penentuan Apakah Suatu Perjanjian Mengandung
Sewa, dan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 30 tentang Sewa.
2. Selain itu juga Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,
Bambang & Rekan (Member of BDO International Limited) untuk melakukan
perbaikan kebijakan dan prosedur pengendalian mutu atas pelanggaran Peraturan
OJK Nomor 13/POJK.03/2017 jo. SPAP Standar Pengendalian Mutu (SPM 1)
paling lambat 3 (tiga) bulan setelah ditetapkannya surat perintah dari OJK.
3. Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen Strategis, Anto
Prabowo mengatakan, OJK juga mengenakan Sanksi Administratif berupa denda
sebesar Rp 100 juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atas pelanggaran
Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik.
4. Sanksi denda kepada masing-masing anggota Direksi PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk sebesar Rp 100 juta atas pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor
VIII.G.11 tentang Tanggung Jawab Direksi atas Laporan Keuangan.
5. Bursa Efek Indonesia (BEI) resmi menjatuhkan sanksi kepada PT Garuda
Indonesia Tbk (GIAA) atas kasus klaim laporan keuangan perseroan yang menuai
polemik. Beberapa sanksi yang dijatuhkan antara lain denda senilai Rp 250 juta
dan restatement atau perbaikan laporan keuangan perusahaan

Opsi lain yang diterima ole PT Garuda Indonesia adalah Pembekuan saham :
Direktur Penilaian PT Bursa Efek Indonesia (BEI) I Nyoman Gede Yetna
menuturkan, manajemen BEI hingga kini belum sampai pada keputusan untuk
membekukan (suspensi) saham PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) meski laporan
keuangan perusahaan menuai polemik. "Kami dari Bursa berpendapat belum perlu
melakukan suspensi perdagangan saham Perseroan pada saat ini," ujarnya di Jakarta,
Jumat (28/6). Nyoman pun melanjutkan, BEI ke depannya akan terus melihat
pergerakan saham Garuda Indonesia untuk mempertimbangkan tindakan selanjutnya.
"Selanjutnya, Bursa akan senantiasa memantau pergerakan harga saham dan
keterbukaan informasi Perseroan serta melakukan tindak lanjut sesuai ketentuan yang
berlaku," papar dia.

d. Cara mengatasi
Untuk mengatasi permasalahn Fraud yang sering terjadi, berikut beberapa strategy
yang dapat digunakan :
Mengacu pada Albrecht, Albrecht, Albrecht, dan Zimbelman (2009:70), secara umum
terdapat empat aktivitas yang dapat mengurangi terjadinya fraud, aktivitas – aktivitas
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pencegahan Fraud
Pencegahan fraud yang efektif biasanya mencakup hal – hal berikut:
1. Menciptakan dan menjaga budaya kejujuran dan beretika
2. Menilai resiko fraud yang dapat terjadi dan melakukan respon yang tepat
untuk mengurangi resiko dan menghilangkan peluang terjadinya fraud
Pada umumnya, organisasi menggunakan beberapa pendekatan untuk menciptakan
budaya kejujuran dan beretika, cara – cara tersebut antara lain:
i. Memastikan bahwa para manajer memberikan contoh perilaku yang baik dan
benar. Seseorang cenderung mengikuti tindakan dari atasannya, atau biasa
disebut “tone at the top,” sehingga, bila atasan bertindak baik, maka bawahan
cenderung ikut berbuat yang baik dan sebaliknya. Manajemen dari suatu
perusahaan haruslah menjadi contoh yang baik bagi para bawahannya.
ii. Mempekerjakan karyawan yang tepat. Untuk mencegah fraud, langkah yang
paling awal adalah dengan mempekerjakan orang – orang yang jujur dan
beretika. Untuk itu perusahaan perlu menetapkan kebijakan dan peraturan
untuk mempekerjakan calon karyawan yang bisa memisahkan antara orang
yang jujur dan tidak jujur, khususnya untuk posisi yang penting dalam
perusahaan. Selain itu perusahaan juga harus proaktif dalam mempekerjakan
karyawan, misalnya dengan menelusuri latar belakang calon karyawan secara
cermat.
iii.Mengomunikasikan harapan yang ingin dicapai organisasi ke seluruh bagian
organisasi dan mengharuskan adanya konfirmasi tertulis secara periodik yang
berisi pernyataan setuju atas harapan – harapan organisasi. Mengomunikasikan
harapan perusahaan juga termasuk menyampaikan hal – hal berikut kepada
karyawan:
a. Mengidentifikasikan dan membentuk peraturan mengenai nilai – nilai dan
kode etik yang tepat.
b. Pelatihan mengenai fraud apa saja yang mungkin dihadapi karyawan dan
bagaimana cara menangani dan melaporkannya.
c. Mengomunikasikan hukuman bagi karyawan yang melanggar peraturan.
iv.Menciptakan lingkungan kerja yang positif. Pada kebanyakan kasus, fraud
terjadi jika karyawan merasa terancam atau diabaikan oleh perusahaan, oleh
karena itu, perusahaan harus menciptakan lingkungan kerja yang mendorong
orang untuk berbuat jujur dan benar, sehingga karyawan merasa bahagia
bekerja di perusahaan tersebut.
v. Menciptakan dan menjaga kebijakan yang efektif untuk menangani fraud jika
sampai terjadi. Jika fraud terjadi, tidak semua perusahaan konsisten dengan apa
yang tertulis di peraturan sehingga pelaku fraud merasa diampuni. Perusahaan
hendaknya selalu berpegang pada peraturan yang telah disetujui secara
bersama jika fraud sampai terjadi.
2. Deteksi Dini Fraud
Pendeteksian fraud umumnya dilakukan jika ada gejala tertentu, namun terkadang
gejala yang timbul merupakan sebagian kecil dari fraud yang besar layaknya
fenomena gunung es. Oleh karena itu, untuk mengurangi terjadiya fraud,
perusahaan harus mengubah konsep pendeteksian fraud yang awalnya reaktif atau
hanya mencari bila ada gejala menjadi proaktif yaitu melakukan pencarian fraud
secara rutin walaupun tidak ada gejala yang nampak karena bisa saja gejala
tersebut tidak secara eksplisit.
Ada beberapa cara untuk menemukan fraud:
a. Karena kebetulan.
b. Dengan menyediakan sarana bagi orang yang menemukan fraud untuk
melaporkan kepada perusahaan atau organisasi.
c. Dengan memeriksa pencatatan transaksi dokumen yang terkait untuk
menentukan adanya kejanggalan yang dapat menjadi red flag.
3. Investigasi Fraud
Investigasi fraud umumnya hanya dilakukan bila ada gejala yang terdeteksi.
Kegiatan ini biasanya meliputi pertanyaan – pertanyaan seperti apakah fraud
benar – benar terjadi, siapa pelakunya, mengapa ia melakukan demikian,
bagaimana ia melakukannya, kapan fraud terjadi, dan dimana bagian yang terkait.
Investigasi berguna untuk menentukan apakah gejala yang nampak benar – benar
menunjukkan adanya fraud atau hanya kesalahan yang tidak disengaja.
Dalam suatu investigasi fraud pasti menghasilkan bukti. Bukti – bukti tersebut
dapat dikelompokkan menjadi empat kategori:
1. Bukti testimoni, bukti berupa pernyataan – pernyataan ini diperoleh
dengan cara interview, interogasi, dan tes kejujuran.
2. Bukti dokumen, bukti jenis ini diperoleh dari dokumen berupa kertas, data
komputer dan bukti tertulis dan elektronis lainnya.
3. Bukti fisik, bisa berupa sidik jari, bekas alur ban kendaraan, senjata,
barang yang dicuri, dan bukti berwujud lainnya yang berkaitan dengan
fraud yang terjadi.
4. Observasi personal, proses ini melibatkan bukti – bukti yang terlihat,
terdengar, terasa, yang dirasakan oleh investigator sendiri.
Untuk melakukan investigasi fraud, umumnya para ahli mengacu pada fraud
triangle;
a. Fraud motivation triangle
b. Fraud element triangle.
4. Tindakan Lanjutan dan Penyelesaian Fraud
Ketika fraud sudah terjadi, pihak yang dirugikan seperti perusahaan maupun
stakeholder harus menentukan tindak lanjut apa yang harus dilakukan untuk
menangani fraud tersebut, baik secara perdata, pidana, maupun secara
kekeluargaan.
e. Saran
Berikut beberapa saran yang dapat saya berikan terkait kasus PT Garuda Indonesia:
1. GIAA sebagai perusahaan saran yang dapat saya berikatercatat di pasar modal
seharusnya menjelaskan ke publik nature transaksi yang terjadi serta poin poinnya
sudah eksis atau belum. Sehingga tidak menimbulkan pertanyaan bagi publik
bahwa perusahaan di kuartal III-2018 yang masih merugi tiba-tiba mengantongi
laba di tiga bulan terakhir apalagi sudah disahkan dalam RUPS.
2. kedepanya, diharapkan pihak auditor, BPK, OJK dan pihak pengawas lainya
memiliki Kompetensi untuk Memerangi fraud. Mengacu pada Albrecht, Albrecht,
Albrecht, dan Zimbelman (2009:16), sebagai seseorang dengan karir pemberantas
fraud, berikut beberapa Kreteria kompetensi yang dimaksud :
 Kemampuan analitis,
 Kemampuan komunikasi,
 Pengetahuan tentang teknologi,.
Selain hal – hal di atas, ada kemampuan tambahan lain yang dapat membantu para
pemeriksa fraud dalam melaksanakan tugasnya:
 Pemahaman akuntansi dan bisnis
 Pengetahuan mengenai hukum perdata dan pidana, kriminologi, privasi
karyawan, hak karyawan, undang – undang fraud, dan hal – hal lain yang
berkaitan dengan fraud,
 Kemampuan berbicara dan menulis dalam bahasa asing,
 Pengetahuan tentang perilaku manusia, pengetahuan tersebut dapat
dipelajari dalam bidang ilmu psikologi, psikologi sosial, atau sosiologi.

Daftar Referensi

https://www.merdeka.com/uang/fakta-fakta-kesalahan-laporan-keuangan-garuda-
indonesia-hingga-dikenakan-sanksi/ diakses pada 25 Maret 2020 pukul 20.00 WIB

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-92-390927/kronologi-kisruh-
laporan-keuangan-garuda-indonesia diakses pada 25 Maret 2020 pukul 20.05 WIB.

https://akuntansibisnis.files.wordpress.com/2012/11/viii-g-7.pdf diakses pada 27 Maret


2020 pukul 12.05 wib

https://efrizalzaida.wordpress.com/2018/07/03/resiko-fraud/ diakses pada 27 Maret 2020


pukul 12.10 wib

Anda mungkin juga menyukai