Oleh :
KELOMPOK VIII
AFRIYALDI
201000461201006
DOSEN PENGAMPU
ESI SRIYANTI, SE, MM
Penulis
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................II
DAFTAR ISI........................................................................................................III
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
C. TUJUAN.......................................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN.....................................................................................................3
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | iii
Sistem Pengendalian Manajemen..................................................................16
2) Perwujudan Mindset Pemberdayaan Karyawan Ke Dalam Proses Sistem
Pengendalian Manajemen..............................................................................24
3) Pergeseran pengelolaan dari financial assets leverage ke human assets
leverage..........................................................................................................24
BAB III..................................................................................................................27
PENUTUP.............................................................................................................27
A. KESIMPULAN...............................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................29
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan ber-
yang menjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya
artinya kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Pemberdayaan artinya
membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai daya atau mempunyai
kekuatan.
Pemberdayaan sebagai terjemahan dari empowerment menurut
Merrian Webster dalam Oxford English Dicteonary mengandung dua
pengertian :
a. To give ability or enable to, yang diterjemagkan sebagai memberi
kecakapan/kemampuan atau memungkinkan
b. Togive power of authority to, yang berarti memberi kekuasaan.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Mengapa perlu pemberdayaan karyawan?
2. Bagaimana paradigma pemberdayaan karyawan?
3. Apa itu Mindset pemberdayaan karyawan sudut pandang manajer?
4. Apa itu mindset pemberdayaan karyawan sudut pandang karyawan?
5. Bagaimana perwujudan mindset pemberdayaan karyawan kedalam
sistem pengendalian manajemen?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahi pemberdayaan karyawan?
2. Untuk mengetahi paradigma pemberdayaan karyawan?
3. Untuk mengetahi mindset pemberdayaan karyawan sudut pandang
manajer?
4. Untuk mengetahi mindset pemberdayaan karyawan sudut pandang
karyawan?
5. Untuk mengetahi perwujudan mindset pemberdayaan karyawan kedalam
sistem pengendalian manajemen?
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 10
Nilai Dasar dalam Diri Manajer untuk Mewujudkan Paradigma
Pemberdayaan Karyawan
Untuk mewujudkan paradigma pemberdayaan karyawan, perlu
ditanamkan personal values dalam diri para manajer yang pas dengan
paradigma tersebut:
1) Kejujuran.
Manajer harus mengatakan yang sebenarnya kepada karyawan, dan
sebaliknya manajer juga harus memberikan kesempatan sama kepada
karyawan untuk mengatakan yang sebenarnya kepada manajer. Manajer
harus memberikan informasi yang dimilikinya kepada karyawan untuk
memungkinkan karyawan mengambil keputusan secara efektif.
Pemberdayaan pada dasarnya merupakan "pengintegrasian antara
pemikiran dan pelaksanaan." Dalam manajemen tradisional, pemikiran
dilaksanakan oleh manajer, pembicaraan dilaksanakan oleh supervisor, dan
pelaksanaan dilakukan oleh karyawan. Dalam rerangka pengambilan
keputusan ini, karyawan hanya bertugas mengumpulkan data dan
menyerahkannya kepada supervisor. Supervisor kemudian melakukan
analisis pendahuluan dan kemudian menyerahkan hasil analisisnya kepada
manajer di atasnya. Manajer kemudian menimbang data yang dianalisis
supervisor dengan data lain yang dimilikinya, menambah alisis, dan
memberitahukan keputusannya dan memberikan arahan pelaksanaannya
kepada karyawan. Dalam pemberdayaan karyawan, karyawan yang diberi
tanggung jawab untuk pengambilan keputusan seperti itu, memerlukan
akses ke data yang sama, menggunakan alat analisis yang sama, dan
melakukan analisis yang sama.
2) Kerendahan hati.
Pemberdayaan karyawan berarti pemberian tanggung jawab lebih
besar kepada karyawan untuk mengambil keputusan. Dengan demikian,
dapat terjadi inisiatif karyawan jauh lebih baik dibandingkan yang
dilakukan oleh manajer. Kerendahan hati untuk mengakui kinerja
karyawan harus merupakan suatu nilai yang dijunjung tinggi oleh manajer,
jika pemberdayaan karyawan dikehendaki berhasil dalam suatu organisasi.
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 11
Tugas manajer adalah membuat karyawan yang berada di bawah
wewenangnya menjadi terkenal karena kinerjanya. Tugas ini hanya dapat
dilakukan oleh manajer yang memiliki kerendahan hati.
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 12
tidak akan bersemangat untuk meningkatkan kompetensi dan membangun
karakter untuk mendapatkan hak pengambilan keputusan atas pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya. Kompetensi dimiliki oleh karyawan jika
ia berkemampuan untuk menggunakan knowledge. Knowledge merupakan
sumber daya yang khusus dimiliki oleh manusia, knowledge tidak dapat
ditemukan dalam buku. Buku hanya berisi informasi; sedangkan
knowledge adalah kemampuan untuk menerapkan informasi ke pekerjaan
dan kinerja tertentu.4 Informasi bidang keuangan yang terkandung dalam
buku manajemen keuangan hanya menjadi knowledge di tangan personel
yang memiliki kemampuan menerapkan informasi tersebut dalam
pekerjaan dan kinerjanya. Informasi yang dapat diubah menjadi
knowledge dengan kemampuan manusia terdiri dari informasi yang
bersifat ilmu dan teknik sampai ke yang bersifat sosial, ekonomi, dan
manajerial. Informasi yang berkaitan dengan sain (science), teknik, sosial,
ekonomi, dan manajerial tersebut dapat diakses oleh siapa saja.
Namun tidak semua orang mampu menerapkan informasi tersebut
ke dalam pekerjaan dan kinerjanya. Itulah sebabnya keunggulan suatu
bisnis dibandingkan dengan bisnis lain terletak pada knowledge--
kemampuan sumber daya manusianya dalam menerapkan informasi yang
berkaitan dengan sain (science), teknik, sosial, ekonomi, dan manajerial ke
dalam pekerjaan dan kinerja mereka.
Knowledge bukan merupakan sumber daya bisnis, namun
merupakan sumber daya sosial, yang tidak dapat dipertahankan
kerahasiaannya untuk jangka panjang. Oleh karena itu, personel harus
senantiasa meng-up date dan meningkatkan knowledge mereka agar
organisasi tempat mereka bekerja memiliki keunggulan dibandingkan
dengan pesaingnya. Dengan demikian, untuk mempertahankan posisi
unggul organisasi mereka, personel harus menjadi life-long learners.
2. Nilai Dasar dalam Diri Karyawan
Lima nilai dasar yang perlu dijunjung tinggi oleh karyawan agar ia
dapat dipercaya oleh manajer dan teman sekerja lain dalam tim kerja
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 13
adalah:
1) Kejujuran
Kejujuran adalah kemampuan orang untuk mengatakan suatu
kenyataan sebagaimana adanya. Kejujuran membutuhkan keberanian
jiwa, karena sering kali suatu kenyataan tidak menguntungkan bagi
pengungkap. Untuk membangun kepercayaan dengan manajer dan
teman sekerja, kejujuran merupakan nilai yang harus dijunjung tinggi.
Setiap hubungan antarmanusia dilandasi oleh nilai kejujuran ini.
2) Keberanian.
Keberanian adalah keteguhan hati seseorang dalam mempertahankan
pendirian, keyakinan, prinsip, visinya. Keberanian adalah keteguhan
hati dalam mengambil posisi. Keberanian juga berarti kemampuan
untuk mengubah pikiran; kemampuan untuk mengatakan, “Saya tidak
tahu, namun saya akan mencari jawabannya;" kemampuan untuk
mengakui bahwa dirinya tidak sempurna; kemampuan untuk tetap
belajar, tidak puas dengan sukses yang telah dicapai; kemampuan
untuk meletakkan prinsip di atas prasangka dan di atas ekspediensi
(cari mudahnya saja). Nilai keberanian perlu dijunjung tinggi
karyawan untuk memacu karyawan dalam mengemban tanggung
jawab pengambilan keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya. Di samping itu, kreativitas penerapan pengetahuan
memerlukan nilai keberanian dalam diri karyawan untuk
mengungkapkan dan mengimplementasikannya.
3) Integritas.
Integritas adalah kemampuan orang untuk mewujudkan apa yang telah
diucapkan atau janjikan oleh orang tersebut menjadi suatu kenyataan.
Karyawan perlu menjunjung tinggi integritas, dengan cara
mewujudkan semua komitmen yang telah mereka sanggupi ke dalam
tindakan nyata. Integritas adalah kemampuan orang untuk
mewujudkan apa yang telah dikatakan menjadi suatu realitas, dalam
situasi apa pun. Orang yang tidak berintegritas hanya mampu
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 14
mewujudkan apa yang telah dikatakan, terbatas yang dipandang
menguntungkan dirinya. Character is what you are in the dark. Jika
karyawan telah menjanjikan sesuatu kepada customer, dan meskipun
untuk merealisasikan komitmen kepada customer tersebut, ia harus
mengorbankan sumber daya tertentu, dan ia tetap teguh dengan
komitmen yang telah dijanjikan kepada customer, terlepas dari sumber
daya yang harus dikorbankan, ia adalah karyawan yang menjunjung
tinggi integritas dalam memenuhi komitmennya kepada customer.
Customer akan memilih berhubungan dengan perusahaan yang
karyawannya menjunjung tinggi integritas, karena hanya orang yang
berintegritas pantas dijadikan partner dalam bekerja.
4) Mental berlimpah.
Mental berlimpah (abundant mentality) adalah kemampuan jiwa
seseorang dalam menerima keberhasilan, kelebihan, keberuntungan,
penghargaan yang diperoleh orang lain. Mental berlimpah sangat
diperlukan, karena karyawan bekerja dalam tim kerja (teamwork),
yang bersama dengan karyawan lain bahu-membahu memenuhi
kebutuhan customer. Perwujudan nilai mental berlimpah antara lain:
(1) ringan hati untuk memberikan selamat atas keberhasilan rekan
sekerja,
(2) menghindarkan diri dari sikap merendahkan prestasi kerja rekan
sekerja,
(3) membiasakan diri melihat "the bright side of everyone and
everything."
5) Kesabaran.
Kesabaran dalam mewujudkan visi merupakan nilai yang perlu
dijunjung tinggi oleh karyawan. Kesabaran adalah kekuatan hati orang
untuk menerima kelainan yang terjadi terhadap dirinya dalam jangka
waktu panjang. Kesabaran adalah kemampuan orang dalam
menyalurkan semangat secara ajeg dan tekun sampai terwujud visi
yang telah dirumuskan.
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 15
E. PERWUJUDAN MINDSET PEMBERDAYAAN KARYAWAN KE
DALAM SISTEM PENGENDALIAN MANAJEMEN
Mindset pemberdayaan karyawan berdampak besar terhadap sistem
pengendalian manajemen. Mindset ini diwujudkan ke dalam dua komponen
sistem pengendalian manajemen: (1) struktur pengendalian manajemen, (2)
proses sistem pengendalian manajemen.
1) Perwujudan Mindset Pemberdayaan Karyawan Ke Dalam Struktur
Sistem Pengendalian Manajemen
Mindset pemberdayaan karyawan diwujudkan dalam struktur
sistem pengendalian manajemen berikut ini:
a. Organisasi Masa Depan
Organisasi pada dasarnya merupakan wealth-creating institution.
Oleh karena itu, setiap anggota organisasi pada dasarnya memiliki
tanggung jawab untuk menambah nilai (value-adding role). Knowledge
workers bertanggung jawab untuk menggunakan knowledge yang
mereka kuasai dengan smart technology yang disediakan oleh
organisasi untuk memproduksi produk dan menyediakan jasa yang
menghasilkan value bagi customer secara cost effective. Dengan cara
demikian knoeledge workers melaksanakan perannya sebagai
penambah nilai, sehingga organisasi perusahaan melaksanakan
perannya sebagai wealth-creating institution. Terdapat empat perubahan
organisasi masa depan yang dilandasi oleh mindset pemberdayaan
karyawan: (1) struktur organisasi menjadi datar
(2) kembalinya fungsi dasar organisasi sebagai destabilizer,
(3) deskripsi jabatan menjadi tidak diperlukan,
(4) berkembangnya jaringan organisasi untuk memenuhi kebutuhan
customers yang semakin kompleks.
b. Organisasi semakin datar.
Oleh karena pemanfaatan shared database memungkinkan organisasi
melakukan information sharing di antara anggota organisasi, smart
technology memberikan kesempatan kepada karyawan untuk akses ke
pusat informasi organisasi perusahaan. Faktor ketersediaan informasi di
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 16
dalam pengambilan keputusan menjadi terwujud untuk memungkinkan
karyawan melakukan pengambilan keputusan. Diperlukan kemudian
pendidikan dan pelatihan agar karyawan memiliki knowledge dan
keterampilan memadai untuk pengambilan keputusan. Dengan
penguasaan pengetahuan, keterampilan, kewenangan untuk mengakses
informasi ke database, sistem penghargaan berbasis kinerja, dan
dukungan dari manajer, karyawan akan berdaya dalam pengambilan
keputusan atas pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.
Di dalam organisasi tradisional, karyawan hanya berperan dalam
pengumpulan data sebagai bahan untuk proses pengambilan keputusan.
Data yang dikumpulkan oleh karyawan, kemudian diserahkan kepada
manajer di atasnya untuk dianalisis. Manajer ini kemudian memberikan
pertimbangan atas dasar analisisnya tersebut bagi manajer di atasnya.
Berdasarkan analisis dan pertimbangan dari manajer di bawahnya,
manajer yang terakhir ini kemudian memberikan rekomendasi kepada
manajer puncak untuk pengambilan keputusan. Manajer puncak
kemudian melakukan pengambilan keputusan berdasarkan data yang
dikumpulkan oleh karyawan, dianalisis oleh manajer tingkat pertama,
dan rekomendasi manajer tingkat kedua. Pengambilan keputusan berada
di tangan manajer puncak karena hanya dia yang menguasai informasi
yang diperlukan dalam pengambilan keputusan.
Dengan dimanfaatkannya shared database, karyawan dapat
melakukan akses ke pusat informasi. Dengan demikian, jika karyawan
memiliki pengetahuan memadai untuk pengambilan keputusan, ia dapat
melakukan analisis dan rekomendasi tanpa bantuan dari manajer tingkat
menengah. Oleh karena itu, pemanfaatan shared database berakibat
peran manajer tingkat menengah tidak diperlukan. Terjadilah trend
organisasi menjadi semakin datar (flat), dengan hilangnya jenjang
manajer menengah. Karakteristik organisasi seperti itu dilandasi oleh
mindset pemberdayaan karyawan di dalam pengelolaan sumber daya
manusia.
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 17
c. Organisasi sebagai destabilizer.
Pekerjaan knowledge workers adalah berupa penerapan secara kreatif
knowledge ke dalam pembuatan produk dan jasa dengan memanfaatkan
smart technology. Dengan demikian perubahan akan menjadi bagian
yang biasa terjadi di dalam organisasi perusahaan. Fungsi organisasi
dikembalikan kepada sifat dasarnya, yaitu sebagai destabilizer. Sebagai
destabilizer, organisasi harus secara sistematik melakukan pendobrakan
terhadap segala proses dan sistem yang mapan, untuk digantikan
dengan sistem dan proses yang mampu menghasilkan produk dan jasa
yang lebih berkualitas, lebih dapat diandalkan, lebih cepat, dan lebih
cost effective. Mindset pemberdayaan karyawan menjadikan karyawan
mampu menciptakan dan melaksanakan perubahan, kapan saja
lingkungan bisnis memerlukan perubahan.
d. De-jobbed organization.
Jika pekerjaan knowledge workers bersifat kreatif, perubahan akan
senantiasa terjadi di dalam organisasi masa depan. Oleh karena itu, sulit
atau hampir dapat dikatakan tidak mungkin membuat job description
untuk pekerja semacam itu. Jika misalnya mungkin dilaksanakan,
penyusunan job description bagi knowledge workers akan
menghasilkan deskripsi pekerjaan yang segera out-dated. Jika
organisasi menghadapi kesulitan di dalam membuat job description
bagi knowledge workers, organisasi masa depan akan cenderung
menjadi de-jobbed organization suatu organisasi yang karyawannya
tidak memiliki job description. Berdasarkan shared vision, karyawan
memanfaatkan smart technology untuk menerapkan knowledge didalam
desain dan produksi produk dan jasa yang menghasilkan value bagi
customers. De-jobbed organization dilandasi oleh mindset
pemberdayaan karyawan dalam pengelolaan sumber daya manusia,
sehingga memungkinkan karyawan mencurahkan kreativitas mereka
dalam memanfaatkan knowledge mereka dalam menghasilkan produk
dan jasa yang menghasilkan value bagi customers.
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 18
e. Virtuality.
Organisasi bisnis masa depan akan memfokuskan aktivitasnya ke core
competency-nya saja. Sebagai akibatnya, aktivitas yang bukan menjadi
kompetensi unggulannya diserahkan (outsourced) kepada mitra
bisnisnya. Perusahaan-perusahaan membangun hubungan kemitraan
yang mengikat pemasok dan customers menjadi suatu jaringan yang
erat.
Virtuality berarti mengelola orang yang tidak dapat dilihat dan
tidak dapat dikendalikan secara rinci. Karena perusahaan berusaha
menghasilkan customer value terbaik sesuai dengan core competency
yang dimilikinya, maka untuk menghasilkan suatu produk dan jasa,
perusahaan perlu beroperasi dalam suatu jejaring (network) dengan
perusahaan lain. Mengelola perusahaan yang beroperasi dalam sebuah
jejaring sama saja dengan mengelola virtual organization, yang secara
fisik tidak dapat dilihat dan dikendalikan secara rinci, namun melalui
ikatan kontrak antarperusahaan dalam network, organisasi perusahaan
dapat menyerahkan produk dan jasa berkualitas bagi customers.
Organisasi masa depan akan memfokuskan kepada misi dan
core competency-nya. Aktivitas yang bukan merupakan core
competency-nya akan diserahkan kepada organisasi lain melalui: (1)
strategic outsourcing dan (2) strategic alliance. Organisasi masa depan
lebih merupakan "a box of contracts." Organisasi bisnis merupakan
organisasi jejaring (network organization). Kekuatan organisasi bisnis
terletak pada kemampuannya menjadi matarantai yang fungsional
dalam jejaring (network). Virtual organization hanya dapat dijalankan
oleh karyawan yang berdaya (karena memiliki knowledge memadai dan
memiliki wewenang untuk akses ke pusat informasi perusahaan) yang
dikelola dengan mindset pemberdayaan karyawan dalam pengelolaan
sumber daya manusia.
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 19
f. Pengelolaan Knowledge Workers
Oleh karena knowledge workers memiliki karakteristik pekerjaan yang
sangat berbeda dengan pekerjaan pekerja yang mengoperasikan
teknologi hard automation, maka diperlukan cara pengelolaan yang
berbeda pula. Konsep subsidiarity perlu dipakai sebagai dasar di dalam
mengelola knowledge workers, untuk memungkinkan para mereka
melalui smart technology untuk menghasilkan value bagi customers. Di
samping itu perlu didefinisikan kembali konsep wewenang didalam
organisasi masa depan, agar kowledge workers menyadari bahwa
hanya melalui pemberdayaan, mereka menguasai wewenang dalam arti
sebenarnya. Sebagai tambahan, organisasi masa depan memerlukan
banyak leaders untuk memungkinkan organisasi beradaptasi dengan
perubahan dan untuk mampu menciptakan perubahan, sehingga konsep
"leadership from everybody" hanya akan terwujud melalui pendekatan
pemberdayaan karyawan.
g. Subsidiarity dan peran manajer.
Telah diuraikan bahwa prinsip subsidiarity mengajarkan bahwa badan
yang lebih tinggi kedudukannya tidak boleh mengambil tanggung
jawab yang dapat dan harus dilaksanakan oleh badan berkedudukan
lebih rendah. Dengan kata lain, mencuri tanggung jawab orang
merupakan suatu kesalahan, karena keadaan ini akhirnya menjadikan
orang tersebut tidak terampil. Negara tidak boleh merebut peran
keluarga, karena dengan demikian negara meniadakan tempat keluarga
dalam masyarakat. Manajer tidak boleh merebut tanggung jawab yang
menjadi beban karyawan, karena akhirnya karyawan menjadi tidak
kreatif, tidak memiliki keterampilan.
Kenyataannya, di masa lalu organisasi lebih banyak dirancang
untuk memastikan bahwa kesalahan tidak pernah terjadi. Dalam jargon
lama organisasi, pengambilalihan tanggung jawab bawahan oleh
manajer merupakan hal yang normal terjadi, dan dibenarkan dengan
suatu alasan bahwa suatu organisasi dibentuk untuk menghindari
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 20
kesalahan.
Organisasi yang didesain untuk menghindari kesalahan
menghambat bawahan untuk berkreasi, karena tidak ada kesalahan
berarti juga tidak ada eksperimen. Tidak ada eksperimen berarti tidak
pernah terjadi improvement, sehingga organisasi tidak pernah beranjak
dari status quo.
Pemanfaatan teknologi informasi menuntut setiap perusahaan
untuk melaksanakan improvement berkelanjutan terhadap sistem dan
proses yang digunakan dalam menghasilkan customer value. Dengan
demikian, organisasi perusahaan yang didesain untuk tujuan kontrol
menjadi tidak cocok lagi dengan lingkungan bisnis global yang
menuntut perusahaan senantiasa melakukan improvement
berkelanjutan.
Dalam subsidiarity, kontrol dilakukan setelah peristiwa terjadi.
Manajer mereka terbukti tidak dapat dipercaya. Dalam berhubungan
dengan pemasok meletakkan kepercayaan kepada individu atau
kelompok selamanya, kecuali jika misalnya, perusahaan perlu
membangun kepercayaan (trust) timbal balik jangka panjang.
Perusahaan harus meletakkan kepercayaan penuh kepada pemasok yang
telah diseleksi, dan membangun hubungan kemitraan jangka panjang
dalam bisnis berdasarkan prinsip win/win relationship.
Tugas manajer dalam kondisi subsidiarity adalah memastikan
bahwa individu atau kelompok:
1) Memiliki kompetensi dan karakter dalam melaksanakan tanggung
jawab yang dibebankan kepada mereka.
2) Memahami visi yang akan dituju organisasi.
3) Memiliki komitmen terhadap visi organisasi.
Berdasarkan konsep subsidiarity, manajer bertanggung jawab
untuk melakukan pemberdayaan (empowerment) dan pelibatan
(involvement) seluruh knowledge workers dalam melakukan
improvement berkelanjutan terhadap sistem dan proses untuk
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 21
mewujudkan visi organisasi. Pemberdayaan karyawan dapat terwujud
melalui pemberian ke tangan karyawan empat komponen berikut ini:
kompetensi, informasi, wewenang, dan penghargaan. Untuk
menjadikan karyawan berdaya, langkah pertama yang perlu ditempuh
adalah meningkatkan kompetensi karyawan sehingga mereka mampu
melakukan pengambilan keputusan atas pekerjaan yang menjadi
tanggung jawab mereka. Langkah berikutnya adalah menyediakan
teknologi informasi yang menjadikan karyawan dapat melakukan akses
ke pusat informasi, sehingga mereka dapat melakukan pengambilan
keputusan berbasis informasi yang andal. Untuk memungkinkan
karyawan melakukan pengambilan keputusan, mereka harus diberi
wewenang untuk itu. Jika karyawan diberi tanggung jawab atas
jalannya perusahaan, mereka harus mendapatkan penghargaan sesuai
dengan tanggung jawab yang mereka pikul.
Peran manajer bergeser menjadi "seorang yang bertanggung
jawab atas penerapan dan kinerja pengetahuan. Manajemen
bertanggung jawab untuk memimpin knowledge workers, yang dengan
kreativitasnya menerapkan knowledge di dalam pembuatan produk dan
penyediaan jasa. Di samping itu, manajemen juga bertanggung jawab
untuk menerapkan knowledge ke dalam pengelolaan (management),
sehingga kinerja manajemen juga diukur dari seberapa kompeten
mereka menerapkan knowledge ke dalam pengelolaan. Kinerja
pengetahuan berkaitan penyediaan pendidikan dan pelatihan bagi
karyawan dan pemberian akses bagi karyawan ke pusat informasi,
pemberian support (sikap terhadap kesalahan yang terjadi).
h. Wewenang.
Dalam organisasi bisnis, kekuasaan berasal dari kedudukan seseorang.
Dalam organisasi politik, kekuasaan diberikan oleh rakyat kepada
pemimpin yang dipercaya akan menerapkan kekuasaan tersebut dengan
baik bagi rakyat pemilih. Dalam organisasi masa depan, jabatan dan
peran yang disandang oleh seseorang tidak banyak artinya sampai
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 22
dengan orang tersebut mampu membuktikan keandalan Secara
profesionalnya. Semua wewenang harus dapat diperoleh (melalui
pembuktian efektif. Organisasi harus mampu mengembangkan
leadership potential setiap personel, keandalan profesional) sebelum
wewenang tersebut dapat dilaksanakan baik yang memegang posisi
manajerial maupun yang berperan sebagai karyawan.
Leader perlu diberi waktu dan kesempatan untuk membuktikan
bahwa dirinya memiliki keandalan profesional. Leader tumbuh dari
pembuktian keandalan profesionalnya; leader bukan hasil penunjukan,
bukan dibuat. Organisasi melaksanakan banyak projek dan task force
yang dapat memberi kesempatan bagi seseorang untuk membuktikan
keandalan profesionalnya sebagai leader.
Karier personel tidak lagi berupa tangga peran menuju ke
jenjang yang lebih tinggi, namun berupa reputasi yang berkembang dari
keberhasilan seseorang dalam menjadikan berbagai hal terlaksana
dengan baik. Pengaruh-bukan wewenang yang mendorong maju
organisasi masa depan.
i. Leadership from everybody.
Di dalam manajemen tradisional, leader berada di dalam posisi puncak
organisasi, sehingga organisasi di masa lalu disebut organisasi dengan
responsibility at the top. Di dalam organisasi masa depan, setiap
karyawan adalah leader. Dengan mindset pemberdayaan karyawan,
potensi leadership yang terdapat di dalam diri setiap karyawan dipicu
dan dikembangkan, sehingga setiap karyawan memiliki tanggung jawab
untuk melakukan alignment visi pribadinya dengan visi organisasi.
Dengan potensi leadership-nya, karyawan menggunakan kompetensi
dan keterampilan dalam menerapkan knowledge-nya ke pembuatan
produk dan penyediaan jasa untuk menghasilkan value bagi customers
organisasi. Dengan smart technology karyawan mencurahkan
kreativitasnya di dalam merumuskan dan mewujudkan visinya sejalan
dengan visi organisasi, sehingga ia menjadi agen perubahan dalam
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 23
mewujudkan paradigma improvement berkelanjutan. Organisasi masa
depan berubah menjadi responsibility-based organization-suatu
organisasi yang setiap anggotanya bertanggung jawab dalam
menjadikan organisasinya sebagai wealth-creating institution.
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 24
dan semakin tinggi quality work life yang diciptakan oleh perusahaan,
semakin produktif kinerja pengetahuan dalam menghasilkan produk yang
sarat dengan kandungan pengetahuan, sehingga perusahaan dapat
mempertahankan dan meningkatkan daya saingnya dalam jangka panjang.
Kemampuan manajemen dalam menerapkan pengetahuan terhadap
pengelolaan perusahaan menentukan daya saing perusahaan dalam jangka
panjang, oleh karena itu, perusahaan harus dipimpin oleh para manajer
yang memiliki, managerial skill memadai.
Manajemen bertanggung jawab atas penerapan pengetahuan dalam
pengelolaan. Pengelolaan organisasi memerlukan pengetahuan memadai
untuk dapat menjadikan organisasi sebagai institusi pencipta kekayaan.
Semakin kompetitif dan semakin kompleks lingkungan bisnis yang
dihadapi oleh perusahaan, semakin tinggi pengetahuan yang diperlukan
untuk mengelola perusahaan. Perusahaan hanya akan mampu menempati
posisi kompetitif jika para pengelolanya menerapkan pengetahuan
memadai di dalam mengelola bisnis. Oleh karena pengetahuan manajemen
sekarang ini sedang dalam era perubahan radikal-atau lebih dikenal dengan
era revolusi manajemen-para manajer dituntut senantiasa melakukan up
dating pengetahuan manajemen mereka agar mereka mampu senantiasa
menerapkan pengetahuan manajemen mutakhir, untuk mempertahankan
dan meningkatkan posisi kompetitif perusahaan mereka.
Produk dan jasa yang sarat dengan kandungan pengetahuan akan
mampu menghasilkan value-added yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan produk dan persaingan keluar produk dan jasa dengan kandungan
pengetahuan rendah. jasa yang miskin kandungan pengetahuan. Oleh
karena itu, di arena persaingan global, produk dan jasa dengan kandungan
pengetahuan tinggi akan mendepak keluar produk dan jasa dengan
kandungan pengetahuan rendah.
Sumber daya manusia perusahaan memiliki potensi yang
menunggu untuk dikembangkan dan difokuskan, sehingga pengetahuan
yang dimiliki oleh sumber daya manusia dapat secara produktif
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 25
dimanfaatkan untuk menghasilkan value terbaik bisnis adalah melakukan
pengembangan dan pemusatan potensi sumber daya bagi customers. Pada
dasarnya apa yang terbaik dilaksanakan oleh perusahaan dalam manusia ke
dalam bisnis inti (core business) perusahaan.
Dengan demikian titik berat penekanan proses sistem pengendalian
mampu sebagai institusi pencipta kekayaan di lingkungan bisnis global ini.
Hal ini manajemen perlu diarahkan ke human asset leverage untuk
menjadikan perusahaan dapat dimulai dari sejak perumusan strategic
objectives pada waktu proses perencanaan komprehensif dengan strategik
dimulai. Strategic objectives perlu dirumuskan secara mencakup empat
perspektif: keuangan, customer, proses bisnis/intern, serta pembelajaran
dan pertumbuhan. Perspektif terakhir ini berhubungan dengan sumber
daya manusia, yang perlu dikembangkan dan kemudian difokuskan
seluruh potensi mereka ke kegiatan untuk menghasilkan value terbaik bagi
customers. Human assets leverage menekankan pentingnya perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan ini dalam perumusan strategic objectives.
Uraian lebih mendalam tentang perumusan strategic objectives dalam
perencanaan strategik disajikan dalam Bab 22 Sistem Perencanaan
Strategik dengan Rerangka Balanced Scorecard.
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pergeseran teknologi yang digunakan oleh masyarakat ke smart
technology menuntut tipe pekerja yang sangat berbeda dengan tipe pekerja
yang diperlukan pada waktu masyarakat menggunakan teknologi hard
automation. Knowledge workers yang secara produktif mampu
memanfaatkan smart technology memerlukan cara pengelolaan yang sangat
berbeda dengan pengelolaan terhadap tipe pekerja yang menjalankan
teknologi hard automation.
Pemberdayaan karyawan merupakan pendekatan pengelolaan terhadap
sumber daya manusia yang pas dengan karakteristik pekerjaan dan pekerja di
dalam jaman teknologi informasi. Tujuan utama pemberdayaan karyawan
adalah untuk penyediaan produk dan jasa yang mampu menghasilkan value
bagi customers, dengan memanfaatkan smart technology secara optimum.
Pemberdayaan karyawan akan berhasil jika dilaksanakan melalui
pembentukan mindset yang semestinya, baik di dalam diri manajer maupun di
dalam diri karyawan. Di dalam diri manajer perlu ditanamkan keyakinan
dasar bahwa:
1) karyawan adalah manusia
2) orang pada dasarnya baik
3) birokrasi membunuh bagi karyawan.
Di samping itu, manajer perlu menjunjung tinggi nilai-nilai: inisiatif,
(4) tugas manajer adalah menyediakan pelatihan, teknologi, dan dukungan
kejujuran dan kerendahan hati. Di lain pihak, dalam diri karyawan perlu
ditanamkan keyakinan dasar bahwa: (1) pemberdayaan karyawan hanya
terwujud berdasarkan kepercayaan yang tumbuh dalam diri manajer terhadap
karyawan, dan (2) kepercayaan manajer terhadap karyawan tumbuh karena
kompetensi dan karakter yang dibangun dalam diri karyawan. Di samping itu,
dalam diri karyawan perlu ditanamkan nilai-nilai: kejujuran, keberanian,
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 27
integritas, mental berlimpah, dan kesabaran dalam mewujudkan visi.
Mindset pemberdayaan karyawan diwujudkan dalam struktur sistem
pengendalian manajemen berikut ini: (1) organisasi semakin datar, (2) peran
organisasi sebagai destabilizer, (3) virtual organization, (4) de-jobbed
organization, (4) organisasi dengan banyak leaders. Mindset pemberdayaan
karyawan juga diwujudkan dalam proses sistem pengendalian manajemen
berupa pergeseran pengelolaan dari financial assets leverage ke human assets
leverage.
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 28
DAFTAR PUSTAKA
Buku
| S i s t e m P e n g e n d a l i a n M a n a j e m e n | 29