Anda di halaman 1dari 8

Nama : Afriyaldi

Npm : 20100461201006
Makul : Akuntansi Biaya
Dosen Pengampu : Dr.Wahyu Indah M SE.Msi

METODE HARGA POKOK STANDAR

A. Pendahuluan
Menciptakan standar biaya produksi bagi suatu perusahaan merupakan Langkah
penting karena dalam persaingan yang ketat perusahaan sering dihadapkan pada masalah
kecepatan pengajuan penawaran harga barang yang dibuat sendiri oleh perusahaan. Dengan
menciptakan standar biaya produksi maka perusahaan tidak perlu menunggu barang tersebut
selesai untuk menentukan harganya, akan tetapu harga dihitung lebih dahalu dengan standar-
standar tersebut.
Standar adalah suatu norma tertentu yang dijadikan pedoman dalam melakukan
sesuatu. Standar biaya dapat diartikan jumlah biaya yang telah dihitung lebih dahulu agar
dapat menjadi patokan. Standar biaya produksitentu saja dipecah-pecah sesuai elemen biaya
produksi yaitu standar bahan baku, standar biaya tenaga kerja dan standar biaya overhead
pabrik. System penentuan harga pokok barang yang menggunakan standar dalam
menghitung harga pokok barang disebut system harga pokok standar.
 System harga pokok standar dalam banyak hal menguntungkan perusahaan antara lain:
1. Harga jual mudah ditentukan, tanpa menunggu barang selesai diproduksi
2. Harga pokok barang selesai dan barang dalam proses dengan cepat dapat dihitung
3. Efisiensi biaya dapat dihitung dengan membandingkan antara biaya standar dan
biaya sesungguhnya.
4. Kinerja pabrik dapat ditentukan dengan berpedoman pada elemen-elemen biaya
standar.
5. Memudahkan penyusunan anggaran biaya.
 Kelemahan penggunaan standar dalam penentuan harga pokok produksi:
1. Standar dalam kenyataan harus selalu dimutakhirkan karena standar digunakan
untuk menghitung kinerja karyawan. Untuk mengubah nilai-nilai standar dibutuhkan
biaya yang tinggi.
2. Standar yang dijadikan pedoman kinerja sering kali membuat karyawan lainnya
berupaya untuk mencapai biaya standar saja akibatnya efisiensi tidak dapat dicapai
optimal.
3. Standar sangat tepat untuk produksi barang yang juga merupakan barang standar
dan sulit dipergunakan untuk barang yang kreatif, yang bentuk dan cara produksinya
sering berubah.
4. Standar hanya mengacu pada kebutuhan interen sehingga sulit digunakan untuk
bersaing.
B. Menghitung Harga Pokok Barang dengan Standar
Bahan ditentukan dengan harga bahan standar sehingga nilai persediaan bahan merupakan
umlah kuantitas bahan dikalikan dengan harga standar bahannya. Nilai barang jadi,
ditentukan jumlah kuantitasnya lebih dahulu. Jumlah ini didapat dari laporan fisik produksi,
kemudian dikalikan dengan harga standarnya. Nilai barang dalam proses ditentukan dengan
menghitung kuantitas dan prosentase penyelesaiannya dikalikan harga standarnya masing-
masing.
Contoh:
Biaya standar untuk membuat 1 unit barang adalah
Bahan baku Rp 2.500,00
Tenaga kerja Rp 2.000,00
overhead Rp 600,00
Rp 5.100,00
Apabila laporan fisik pabrik menyatakan pada akhir suatu periode menghasilkan 2.000 unit
barang jadi dan 300 unit masih dalam proses dengan prosentase penyelesaian 1005 bahan,
40% konversi, maka harga pokok barang jadi dan barang dalam proses dihitung sebagai
berikut:
Nilai barang jadi = 2.000 x Rp 5.100,00
= Rp 10.200.000,00
Nilai barang dalam proses =
Bahan baku : 300 x 100% x Rp 2.500,00 = Rp 750.000,00
Tenaga kerja : 300 x 40% x Rp 2.000,00 = Rp 240.000,00
Overhead : 300 x 40% x Rp. 600,00 = Rp 72.000,00
Rp1.062.000,00
C. Standar Bahan
1. Penentuan Biaya standar
Biaya standar ditentukan menurut karakteristik biaya tersebut. Ada biaya yang
ditentukan dengan kajian biaya masa lalu ada yang menggunakan perhitungan
berdasarkan formula, ada yang ditentukan dengan prediksi dengan menggunkan
anggaran.
a) Standar Biaya Bahan
Harga pokok bahan baku terdiri dari kuantitas fisik bahan dan harga bahan oleh
karena itu standar bahan baku juga ditentukan oleh kedua hal tersebut. Standar bahan
baku terdiri dari standar kuantitas bahan yaitu jumlah bahan yang dibutuhkan untuk
membuat satu unit barang dan standar harga bahan yaitu harga rata-rata bahan baku
yang ditetapkan.
b) Standar Kuantitas dan Standar Efisiensi
Penentuan kuantitas bahan baku ini dapat dilakukan dengan kajian teknis dengan
formula-formula yang dipakai oleh pabrik. Kajian teknis dilakukan untuk Menyusun
standar yang realistis dengan mempertimbangkan kemampuan pabrik, distribusi
bahan dan kerusakan barang yang dianggap normal.
c) Standar Harga Bahan
Ditentukan dengan memprediksi harga beli bahan rata-rata untuk setiap elemen
bahan baku. Standar harga akan mudah ditentukan apabila harga bahan relative
stabil. Variable standar biaya bahan baku yang demikian maka standar biaya bahan
baku dirumuskan:
Standar biaya bahan = standar kuantitas x standar harga bahan
Contoh :
Standar bahan : 3 ons @ Rp 300,00 = Rp 9001
3 ons adalah standar kuantitas atau standar efisiensi bahan
Rp 300,00 adalah standar harga
Rp 900,00 adalah standar biaya bahan
d) Standar Biaya Tenaga Kerja
Upah tenaga kerja pabrik ditentukan dengan jam dan tarip, oleh karenanya standar
biaya tenaga kerja juga mengandung unsur jam dan tarip upah. Bila tenaga kerja
untuk membuat barang lebih dari satu maka standar tenaga kerja juga harus
ditentukan untuk masing-masing jenis tenaga kerja.
e) Stndar Jam Kerja atau Standar Efisiensi Tenaga Kerja
Ditentukan dengan melakukan kajian gerak dan waktu untuk menentukan berapa jam
dibutuhkan untuk membuat satu unit barang.
f) Standar Tarip
Ditentukan dengan rencana tarip upah perusahaan.

Dengan variable standar biaya tenaga kerja yang demikian maka standar biaya tenaga
kerja dapat dirumuskan sebagai berikut:
Standar biaya tenaga kerja = standar jam x standar tarip upah
Contoh:
Standar biaya tenaga kerja :
2 jam @ Rp 1.500,00 = Rp 3.000,00
2 jam adalah standar jam atau standar efisiensi
Rp 1.500,00 adalah standar tarip
Rp 3.000,00 adalah standar biaya tenaga kerja
g) Selisih Biaya Standar
Standar akuntansi keuangan mengisyaratkan bahwa harga pokok barang harus dinilai
dengan harga pokok sesunggguhnya, oleh kerena itu bila perushaan menggunakan
system harga pokok standar akan terdapat selisih penilaian harga pokok barang.
Selisih harus dihitung dan ditampilkan dalam laporan keuangan.
Selisih terhadap standar adalah perbedaan antara biaya sesungguhnya dengan biaya
menurut standar.
Standar terhadap standar = biaya sesungguhnya – biaya menurut standar
Biaya sesungguhnya dapat ditemukan dalam catatan biaya yaitu pada buku pembantu
dan buku besar biaya, sedangkan biaya menurut standar harus dihitung lebih dahulu
sesuai dengan jumlah produksi dan biaya standarnya masing-masing.
Selisih biaya standar tidak semua dihitung karena pencatatan selisih umumnya
langsug dari selisih elemen biaya.
h) Selisih Biaya Bahan
Selisih biaya bahan menrupakan perbedaan antara biaya bahan sesungguhnya dengan
biaya bahan menurut standar.
Contoh:
 Standar bahan untuk 1 tablet : 7 mg @ Rp 200,00
 Produksi 900 tablet
 Biaya bahan sesungguhhnya Rp 340.000,00
selisih biaya bahan dihitung demikian
 Standar biaya bahan = 2 x Rp 200,00 = Rp 400,00
 Biaya standar untuk produksi 900 tablet
= 900 x Rp 400,00 = Rp 360.000,00
 Selisih biaya bahan
= Rp 340.000,00 – Rp 360.000,00
= selisih Rp 20.000,00
Selisih dapat dideteksi sebagai selisih hemat (favorable) atau selisih boros
(unfavorable). Selisih hemat terjadi bila biaya standar lebih besar dari biaya
sesungguhnya. Sebaliknya selisih boros terjadi bila biaya standar lebih kecil dari
biaya sesunggunya. Selisih biaya bahan dicatat dalam selisih harga bahan dan selisih
efisiensi bahan.
i) Selisih Harga Bahan
Selisih harga adalah selisih yang disebabkan oleh perbedaan harga. Rumus
perhitungan selisihnya adalah sebagai berikut :
Selisih harga = (HS-HSt) KS
HS = harga bahan sesungguhnya dibeli
HSt = harga bahan menurut standar
KS = kuantitas sesungguhnya
Selisih harga dapat merupakan selisih harga bahan dibeli bila kuantitas
sesungguhnya (KS) merupakan kuantitas sesungguhnya dibeli. Selisih harga dapat
merupakan selisih harga bahan dipakai bila kuantitas sesungguhnya (KS) merupakan
kuantitas sesungguhnya dipakai.
Contoh :
Bila standar biaya bahan untuk 1 tablet : 2 mg @ Rp 200,00 dan ternyata perusahaan
membeli bahan 2.000 mg dengan harga Rp 210,00 per mg. maka selisih bahan dibeli
dapat dihitung demikian.
Selisih harga bahan dibeli = (HS – HSt) KS
(210,00 – 200,00)2000 = Rp 20.000,00
j) Selisih Efisiensi atau Kuantitas Bahan
Selisih efisiensi timbul karena perbedaan kuantitas yang dibutuhkan menurut standar
dan sesungguhnya untuk membuat sejumlah produksi.
Selisih efisiensi/kuantitas bahan dihitung dengan rumus:
Selisih kuantitas = (KS – KSt)HSt

KS = kuantitas sesungguhnya dipakai


KSt = kuantitas menurut standar
HSt = harga standar

Contoh :
Bila standar biaya bahan untuk 1 tablet : 2 mg @ Rp 200,00. Produksi 900 tablet
pemakaian bahan 1.750 mg.
Selisih kuantitas = (KS – KSt) HSt
(1750 – 1800) 200,00 = Rp 10.000,00
Kuantitas menurut standar dihitung dengan mengalikan standar kuantitas dengan
produksi. Dalam kasus ini besarnya adalah 2 x 900 = 1.800
Selisih ini merupakan selisih hemat karena menyebabkan biaya standar lebih besar
dari biaya sesungguhnya atau karena kuantitas menurut standar lebih besar dari pada
kuantitas sesungguhnya.
k) Selisih Biaya Tenaga Kerja
Selisih biaya tenaga kerja merupakan perbedaan antara biaya tenaga kerja
sesungguhnya dengan biaya tenaga kerja menurut standar.
Contoh :
Standar tenaga kerja untuk 1 tablet : 3 jam @ Rp 700,00. Produksi biaya tablet, biaya
tenaga kerja sesungguhnya Rp 1.950.000,00. Selisih biaya tenaga kerja dihitung
demikian.
 Standar biaya tenaga kerja = Rp 3 x Rp 700,00
Rp 2.100,00
 Biaya standar untuk produksi 900 tablet = 900 x Rp 2.100,00
= Rp 1.890.000,00
 Selisih biaya tenaga kerja = Rp 1.950.000,00 – Rp 1.890.000,00
Rp 60.000,00
Selisih dideteksi sebagai selisih yang boros (unfavoreable) karena biaya kerja
sesungguhnya lebih besar dari pada biaya tenaga kerja menurut standar.
Selisih biaya tenaga kerja umumnya tidak dihitung secara langsung karena
pencatatan selisih tenaga kerja terperinci dalam selisih unsur standar.
l) Selisih Tarip
Selisih tarip adalah selisih biaya tenaga kerja yang disebabkan perbedaan tarip upah
standar dengan tarip upah rata-rata sesungguhnya. Rumus perhitungan selsisih tarip
adalah sebagai berikut:
Selisih Tarip = (TS - TSt) JS

TS = tarip sesungguhnya
TSt = tarip standar
JS = jam sesungguhnya
Contoh :
bila standar biaya tenaga kerja untuk 1 tablet : 3 jam @ Rp 700,00 dan ternayata
perusahaan membayar tenaga kerja dengan tarip Rp 750,00 per jam sedangkan jam
sesungguhnya 2.600 jam. Maka selsisih tarip dapat dihitung :
selisih tarip = (TS - TSt) JS
(750,00 – 700,00)2.600 = Rp 130.000,00
Selisih ini merupakan selisih boros karena menyebabkan biaya standar lebih kecil
dari pada biaya sesunggguhnya, atau karena tarip sesungguhnya (TS) lebih besar dari
tarip standar (TSt).
m) Selisih Efisiensi atau Selisih Jam Tenaga Kerja
Selisih ini menyebabkan perbedaan jumlah jam tenaga kerja standar dengan jumlah
sesungguhnya untuk membuat sejumlah produksi.
Rumus selisih efisiensi tenaga kerja adalah sebagai berikut:
Selisih efisiensi = (JS -JSt)TSt

JS = jam kerja sesungguhnya


JS1 = jam kerja menurut standar
TSt = tarip standar
Contoh :
Standar biaya tenaga kerja untuk 1 tablet : 3 jam @ Rp 700,00. Produksi tablet dan
pemakaian tenaga kerja 2.600 jam.
Selisih efisiensi = (JS – JSt)TSt = (2.600 – 2.700)700,00
= Rp 70.000,00
Jam kerja menurut standar dihitung dengan mengalikan standar jam dengan
produksi. Dalam kasusu ini besarnya adalah 3 x 900 = 2.700
Selisih ini merupakan selisih hemat karena menyebabkan biaya standar lebih besar
dari biaya sesungguhnya atau karena jam kerjanya menurut standar lebih besar dari
pada jam kerja sesungguhnya.

Anda mungkin juga menyukai