• Rekening Barang Dalam Proses dengan biaya sesunggunya dan dikredit dengan biaya standar.
Metode ini persediaan bahan baku dicatat pada biaya sesungguhnya dan persediaan produk jadi
dicatat pada harga harga pokok standar. Harga pokok penjualan dicatat pada harga pokok standar.
• Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar dihitung pada akhir periode akuntansi, setelah harga
pokok persediaan produk dalam proses ditentukan dan harga pokok produk jadinyang ditransfer ke
gudang dicatat dalam rekening Barang dalam proses.
• Selisih biaya sesungguhnya dari biaya standar merupakan jumlah total perbedaan antara biaya
standar dengan biaya sesungguhnya. Analisis terhadap selisih tersebut merupakan bantuan informasi
yang tidak tersedia dalam rekening-rekening buku besar.
Aliran Biaya Standar Dalam Metode Ganda:
Berdasarkan data dalam contoh 1, berikut ini disajikan jurnal-jurnal yang dibuat untuk mencatat
biaya produksi sesungguhnya, biata produksi standar dan selisih.
1. Pencatatan biaya bahan baku
BDP biaya bahan baku Rp. 1.155.000
Persediaan bahan baku Rp.1.155.000
(Pemakaian bahan baku sesungguhnya 1.050kg @ Rp1.000 = Rp1.155.000)
2. Pencatatan biaya tenaga kerja langsung
BDP biaya tenaga kerja langsung Rp. 2.422.500
Gaji dan upah Rp.2.422.500
(Pembebanan biaya tenaga kerja sesungguhnya 5.100jam @ Rp 475 = Rp. 2.422.500)
3. Pencatatan Biaya overhead pabrik
Dalam metode ganda, BOP dicatat dengan menggunakan salah satu metode berikut ini:
• Metode 1.
a. Pencatatan BOP sesungguhnya terjadi
BOP sesungguhnya Rp3.650.000
Berbagai Rek. Yang dikredit Rp3.650.000
b. Pembebanab BOP sesungguhya ke rekening BDP
BDP BOP Rp.3.650.000
BOP sesungguhnya Rp.3.650.000
• Metode 2.
a. Pencatatan BOP sesungguhnya
BOP sesungguhnya Rp.3.650.000
Berbagai rek. Dikredit Rp.3.650.000
b. Pembebanan BOP kepada produk atas dasar tarif tandar (5.100 jam x Rp700 = Rp.3.570.000)
BDP BOP Rp. 3.570.000
BOP yang dibebankan Rp.3.570.000
c. Penutupan rekening BOP yang dibebankan
BOP yang dibebankan Rp.3.570.000
BOP yang sesungguhnya Rp.3.570.000
4. Pencatatan harg apokok produk jadi
Persediaan produk jadi Rp.7.250.000
BDP BBB Rp.1.250.000
BDP BTK Rp.2.500.000
BDP BOP Rp.3.500.000
Biaya bahan baku =Rp5.000x250 un= Rp.1.250.000
biaya tenagakerja=Rp10.000 x 250u = Rp.2.500.000
BOP (Rp8.000 + Rp6.000) x 250 u = Rp.3.500.000
5. Pencatatan selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar.
a. Selisih bahan baku
Selisih harga bahan baku Rp. 105.000
BDP biaya bahan baku RP. 95.000
Selisih kuantitas bahan baku Rp.200.000
b. Selisih biaya tenaga kerja langsung
Selisih efisiensi upah Rp. 50.000
BDP biaya tenaga kerja Rp. 77.500
Selisih tarip upah Rp.127.500
c. Selisih biaya overhead pabrik
1. Jika pencatatan BOP menggunakan metode I
Selisih pengeluaran Rp. 50.000
Selisih kapasitas Rp. 30.000
Selisih efisiensi Rp. 70.000
BDP BOP Rp.150.000
2. Jika pencatatan BOP menggunakan metode 2
Dengan model tiga selisih dicatat sebagai berikut:
- Selisih efisiensi Rp. 70.000
BDP BOP Rp. 70.000
- Selisih pengeluaran Rp. 50.000
Selisih kapasitas Rp. 30.000
BOP sesungguhnya Rp. 80.000
C. Prosedur Penentuan Biaya Standar dengan Pedekatan Tunggal (Single
Plan)
Berdasarkan data dalam contoh 1, berikut ini disajikan jurnal-jurnal yang dibuat untuk
mencatat biaya bahan baku, mencatat biaya tenaga kerja langsung dan mencatat biaya overhead
pabrik
1. Mencatat Biaya bahan baku
a. Mencatat pembelian bahan baku
Persediaan bahan baku Rp. 1.650.000
Hutang dagang Rp. 1.650.000
b. Mencatat pemakaian bahan baku
BDP bahan baku Rp. 1.250.000
Selisih Harga bahan baku Rp. 105.000
Persediaan bahan baku Rp 1.155.000
Selisih Kuantitas Rp 200.000
2. Pencatatan Biaya Tenaga Kerja
BDP Biaya Tenaga Kerja Rp. 2.500.000
Selisih efisiensi Rp. 50.000
Gaji dan upah Rp. 2.422.500
Selisih tarif Rp.127.500
3. Pencatatan Biaya Overhead Pabrik
a.Metode dua selisih
Jika metode dua selisih digunakan untuk analisis selisih biaya overhead pabrik maka prosedur
pencatatan sbb:
1. Mencatat pembebanan BOP
BDP BOP Rp. 3.500.000*
BOP yang dibebankan Rp.3.500.000
*250 unit x 20 jam x Rp.700=Rp.3.500.000
2. Mencatat BOP sesungguhnya
BOP Sesungguhnya Rp3.650.000
Berbagai rek.dikredit Rp 3.650.000
3. Mencatat penutupan rekening BOP yang dibebankan kerekening BOP sesungguhnya:
BOP yang dibebankan Rp. 3.500.000
BOP sesungguhnya Rp.3.500.000
4. Mencatat selisih BOP yaitu:
Selisih terkendali Rp. 90.000
Selisih volume Rp. 60.000
BOP sesungguhnya Rp. 150.000
b. Metode tiga selisih
1. Pencatatan pembebanan BOP kepada produk:
BDP BOP ( 5.000JamxRp.700) Rp. 3.500.000
Selisih efisiensi RP 70.000
BOP yang dibebankan Rp 3.570.000*
*5.100 jam x Rp.700 = Rp.3.570.000
2. Mencatat BOP sesungguhnya :
BOP sesungguhnya Rp. 3.650.000
Berbagai rek. dkredit Rp.3.650.000
3. Mencatat penutupan rekening BOP yang dibebankan kerekening BOP sesungguhnya:
BOP yang dibebankan Rp. 3.570.000
BOP sesungguhnya Rp.3.570.000
4. Mencatat selisih BOP:
Selisih pengeluaran Rp.50.000
Selisih kapasitas Rp.30.000
BOP sesungguhnya Rp.80.000
c. Metode Empat Selisih:
Perbedaan metode empat selisih denhan metode tiga selisih terletak pada selisih efisiensi, maka
pencatatan BOP dalam metode 4 selisih dilakukan bengan membentuk rekening selisih efisiensi
variabel dan selisih efisiensi tetap.
BDP BOP Rp. 3.500.000
Selisih efisiensi variabel Rp. 40.000
Selisih efisiensi tetap Rp. 30.000
BOP yang dibebankan Rp.3.570.000
4. Pencatatan Harga Pokok Produk Jadi
Pencatatan harga pokok produk jadi yang ditransfer kegudang dilakukan dengan mengkredit
rekening BDP dan mendebet rekening persediaan produk jadi. Jadi sebesar = produk jadi yang di
transfer x harga pokok standar per satuan.
Persedian produkjadi Rp. 7.250.000 *
BDP BBB Rp. 1.250.000
BDP TKL Rp. 2.500.000
BDP BOP Rp. 3.500.000
*250 unit x Rp. 29.000 = Rp. 7.250.000
D. Cara Analisis Selisih Biaya yang Terjadi
Penyimpangan biaya sesungguhnya dari biaya standar disebut selisih (variance). Analisis selisih
dibedakan menjadi :
1. Analisis selisih biaya produksi langsung (BBB & BTKL)
2. Analisis selisih BOP
Analisis selisih biaya produksi langsung
– Model satu selisih (the one way model)
St = (HSt x KSt) – (HS x KS)
St : Selisih Total HSt : Harga Standar KSt : Kuantitas Standar
HS : Harga Sesungguhnya KS : Kuantitas Standar
– Model dua selisih (the two way model)
SH : (HSt – HS) x KS
SK : (KSt – KS) x HSt
SH : Selisih Harga SK : Selisih Kuantitas / Efisiensi
HSt : Harga Standar KSt : Kuantitas Standar
HS : Harga Sesungguhnya KS : Kuantitas Sesungguhnya
– Model tiga selisih (the three way model)
Dalam model ini ada 3 kemungkinan
1. Harga dan kuantitas standar masing-masing lebih besar atau lebih kecil dari harga dan kuantitas
sesungguhnya
2. Harga standar lebih rendah dari harga sesungguhnya, namun kuantitas standar lebih tinggi dari
kuantitas sesungguhnya
3. Harga standar lebih tinggi dari harga sesungguhnya, namun kuantitas standar lebih rendah dari
kuantitas sesungguhnya
1. Harga dan kuantitas standar lebih rendah dari sesungguhnya
SH : (HSt – HS) x KSt
SK : (KSt – KS) x HSt
SHK : (HSt – HS) x (KSt – KS)
SHK : Selisih harga/kuantitas (selisih gabungan)
2. Harga dan kuantitas standar lebih tinggi dari sesungguhnya
SH : (HSt – HS) x KS
SK : (KSt – KS) x HS
SHK : (HSt – HS) x (KSt – KS)
3. Harga standar lebih rendah namun kuantitas standar lebih tinggi
SH : (HSt – HS) x KS
SK : (KSt – KS) x HSt
4. Harga standar lebih tinggi namun kuantitas standar lebih rendah
SH : (HSt – HS) x KSt
SK : (KSt – KS) x HS
Selisih Biaya Overhead Pabrik
1. Model satu selisih
BOP ss : 3.650.000
BOP dibebankan : 3.500.000 –
(250x20jamxRp700)
Selisih total BOP : 150.000 (R)
2. Model dua selisih
Selisih terkendalikan (controllable variance )
BOP ss : 3.650.000
BOP tetap pada kapasitas normal : 1.560.000 –
(5200 x Rp. 300)
BOP ss : 2.090.000 –
BOP variable pada jam standar : 2.000.000
(5000 x Rp 400)
Selisih terkendalikan : 90.000 (R)
Selisih volume (volume variance)
Jam tenaga kerja pada kapasitas normal : 5.200 jam
Jam tenaga kerja standar : 5.000 jam
Selisih volume : 200 jam
Tariff BOP tetap 300/ jam
Selisih volume : 60.000 (R)
3. Model tiga selisih
Selisih pengeluaran (spending variance)
BOP ss : 3.650.000
BOP tetap pada kapasitas normal : 1.560.000 –
(5200 x 300)
BOP variable ss : 2.090.000
BOP variable dianggarkan pada jam
Sesunguhnya : 5.100 x 400 : 2.040.000 –
Selisih pengeluaran : 50.000 (R)
Selisih kapasitas (idle capacity variance)
Kapasitas normal : 5.200 jam
Kapasitas sesungguhnya : 5.100 jam
Kapasitas tidak terpakai : 100 jam
Tariff BOP tetap : Rp. 300 perjam
Selisih kapasitas : Rp. 30.000 (R)
Selisih efisiensi
Jam standar : 5000 jam
Jam sesungguhnya : 5100 jam
Selisih efisiensi : 100 jam
Tariff BOP : Rp. 700
Selisih efisiensi : Rp. 70.000 (R)
4. Model empat selisih
Selisih pengeluaran : Rp. 50.000 (R)
Selisih kapasitas : Rp. 30.000 (R)
Selisih efisiensi dipecah menjadi
Selisih efisiensi variable 100 jam x Rp 400 : Rp. 40.000 (R)
Selisih efisiensi tetap 100 jam x Rp 300 : Rp. 30.000 (R)
Total selisih BOP : Rp. 150.000 (R)
E. Perlakuan Terhadap Selisih Biaya
Perlakuan terhadap selisih biaya overhead pabrik pada akhir tahun tergantung pada penyebab
terjadinya selisih tersebut. Jika selisih tersebut disebabkan karena kesalahan dalam penghitungan
tarif biaya overhead pabrik, atau keadaan-keadaan yang tidak berhubungan dengan efisiensi
operasi seperti karena perubahan harga bahan penolong dan tarif upah tenaga kerja tidak langsung
maka selisih tersebut dibagi rata ke dalam rekening-rekening Persediaan Produk dalam Proses,
Persediaan Produk Jadi, dan Harga Pokok Penjualan. Sebagai akibatnya, harga pokok produksi
yang semula berisi biaya overhead pabrik yang diperhitungkan berdasarkan taksiran dan
disesuaikan menjadi biaya overhead pabrik yang sesungguhnya terjadi. Jika selisih biaya
overhead pabrik disebabkan karena ketidakefisienan pabrik atau kegiatan perusahaan di atas atau
di bawah kapasitas normal, maka selisih tersebut harus diperlakukan sebagai pengurang atau
penambah rekening Harga Pokok Penjualan. Tidak ada alasan yang kuat untuk menaikkan harga
pokok persediaan hanya karena ketidak-efisienan atau adanya kapasitas yang tidak terpakai.
Metode perlakuan terhadap selisih biaya overhead pabrik ini seringkali digunakan tanpa
memperhatikan penyebab terjadinya selisih itu sendiri dengan alasan sebagai berikut:
• Manajemen tidak pernah mencoba menentukan penyebab terjadinya selisih
biaya overhead pabrik
• Jumlah selisih tersebut relatif kecil bila dibandingkan dengan saldo rekening-
rekening yang akan dibebani dengan pembagian selisih tersebut.
• Saldo rekening-rekening barang Dalam Proses dan Persediaan produk Jadi
biasanya relatif kecil bila dibandingkan dengan harga Pokok Penjualan.