Perhitungan biaya produk bersama dan biaya produk sampingan perlu diperhatikan terutama
ketika perusahaan menghasilkan produk lebih dari satu atau terdiri dari beberapa lini produk.
Biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang digunakan secara bersama oleh produk bersama.
Perhitunan biaya ditujukan pada saat pembebanan biaya pada masing-masing produk.
Pembebanan biaya dapat digunakan dalam menentukan persediaan, penentuan laba, dan untuk
pelaporan keuangan.
Contoh :
* Produksi susu segar yang dapat menghasilkan krim dan skim cair, selanjutnya krim dapat diolah
lebih lanjut menjadi krim mentega dan skim cair kemudian diolah lagi menjadi susu.
Gambar. Aliran Produk Berurutan
(200.000)
Biaya proses lanjutan
Biaya yang dikeluarkan dalam menghasilkan produk bersama disebut dengan biaya bersama (Joint
Cost). Biaya Bersama adalah biaya yang diolah secara bersama seperti, bahan, tenaga kerja dan biaya
overhead untuk menghasilkan beberapa produk.
Rp 700.000
Biaya Bersama Kayu Gelondongan (Produk Utama)
Alokasi Biaya
Adalah pembebanan biaya secara proporsional dari biaya tidak langsung atau biaya bersama
ke objek biaya.
Biaya bersama sulit diperhitungkan kepada masing-masing produk. Untuk memudahkan
dalam perhitungan diperlukan alokasi biaya. Secara umum alokasi biaya tersebut ditujukan untuk
berbagai alasan sebagai berikut :
1. Menghitung harga pokok dan menentukan nilai persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan
internal.
2. Menghitung harga pokok dan menentukan persediaan untuk tujuan pelaporan keuangan
eksternal.
3. Menilai persediaan untuk tujuan asuransi.
4. Menentukan nilai persediaan jika terjadi kerusakan terhadap nilai barang yang rusak.
5. Biaya bahan yang hancur.
6. Menentukan biaya departemen atau devisi untuk tujuan pengukuran kinerja eksekutif.
7. Pengaturan tarif karena adanya sebagian produksi minyak mentah dan gas alam dikansanakan
secara bersama tetapi gas alam dikarenakan peraturan harga
Rp 250.000.000
Alokasi biaya bersama :
Rp 75.000.000
Produk A = x Rp 200.000.000 = Rp 60.000.000
Rp 250.000.000
Rp 110.000.000
Produk B = x Rp 200.000.000 = Rp 88.000.000
Rp 250.000.000
Rp 35.000.000
Produk C = x Rp 200.000.000 = Rp 28.000.000
Rp 250.000.000
Rp 30.000.000
Produk D = x Rp 200.000.000 = Rp 24.000.000
Rp 250.000.000
Rp 200.000.000
Harga Jual Tidak diketahui Pada Saat Titik Pisah
Apabila suatu produk tidak bisa dijual pada titik pisah, maka harga titik dapat diketahui pada saat titik
pisah. Produk tersebut memerlukan proses tambahan sehingga harga jual dapat diketahui setelah
proses. Dasar yang dapat digunakan dalam mengalokasikan biaya bersama adalah harga pasar
hipotetis.
Harga Pasar Hipotetis adalah nilai jual suatu produk setelah diproses lebih lanjut dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan untuk memproses lebih lanjut. (HJH = NJ – BPL).
Rumus :
Jumlah nilai jual hipotetis
masing-masing produk setelah titik pisah
Pembebanan Biaya Bersama = x Biaya Bersama
Jumlah nilai jual hipotetis
seluruh produk setelah titik pisah
Contoh :
PT. Lombok Timur memproduksi tiga produk secara bersama yaitu produk X, Y, dan Z. Biaya bersama
yang dikeluarkan untuk menghasilkan ketiga produk tersebut adalah Rp 80.000.000.
Data lain yang berhubungan dengan produk bersama adalah :
Keterangan Produk X Produk Y Produk Z
Produksi 2.500 3.000 2.000
Harga jual setelah titik pisah Rp 6.000 Rp 8.000 Rp 5.000
Biaya proses lanjutan Rp 5.256.000 Rp 6.252.000 Rp 2.692.000
Diminta :
1. Hitunglah alokasi biaya bersama masing-masing produk
2. Hitunglah biaya produksi masing-masing produk
Penyelesaian : Produk X 2.500 @ Rp 6.000 + Rp 5.256.000
Rumus : Pembebanan Biaya Bersama = Biaya per unit x Jumlah unit masing-masing produk
Jumlah biaya bersama
Pembebanan Biaya Bersama =
Jumlah unit keseluruhan produk
Contoh :
PT. Indrapura memproduksi tiga jenis produk secara bersama yaitu produk A, B, dan C. Untuk
menghasilkan ketiga jenis produk tersebut dibutuhkan biaya sebesar Rp 312.000.000. Data lain
yang berhubungan ketiga produk tersebut sebagai berikut :
Keterangan Produk A Produk B Produk C
Unit Produksi 30.000 70.000 20.000
Harga jual setelah proses lanjutan Rp 2.500 Rp 2.000 Rp 500
Biaya proses lanjutan Rp 14.000.000 Rp 40.000.000 Rp 12.000.000
Diminta :
1. Hitunglah alokasi biaya bersama masing-masing produk
2. Hitunglah biaya produksi masing-masing produk
Penyelesaian : Produk A
Produk C
Diminta :
1. Alokasi biaya bersama masing-masing produk
2. Hitunglah biaya produksi masing-masing produk
Penyelesaian : Produk A
Produk C
Contoh :
• Kerosin dalam pembuatan bensin
• Perca kain dalam produksi tekstil
• Papan dan balok dalam produksi kayu.
Penyelesaian :
a. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha/pendapatan lain-lain :
Penjualan (27.000 x 1.500) Rp 40.500.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (1.000 x 1.000) Rp 1.000.000
Total Biaya produksi (32.400 x 1.000) Rp 32.400.000 +
Tersedia dijual Rp 33.400.000
Persediaan akhir (6.400 x 1.000) Rp 6.400.000 -
Harga Pokok Penjualan Rp 27.000.000 -
Laba Kotor Rp 13.500.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 5.850.000 -
Laba operasi Rp 7.650.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 4.095.000 +
Laba sebelum pajak Rp 11.745.000
Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah pendapatan lain-lain
yaitu sebesar Rp 4.095.000.
Ayat jurnal yang diperlukan sebagai berikut : Kas / Piutang Rp 4.095.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 4.095.000
b. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama :
Penjualan Rp 40.500.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 4.095.000 +
Penjualan bersih Rp 44.595.000
Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah pendapatan produk
utama sekarang menjadi Rp 44.595.000. Akibat penambahan tersebut maka menyebabkan peningkatan terhadap
laba kotor dan laba operasi sesuai dengan kenaikan dari pendapatan penjualan produk sampingan.
Penjualan Rp 40.500.000
Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan mengurangi dari pada harga pokok penjualan sebesar
Rp 4.095.0000, sehingga harga pokok penjualan sekarang menjadi Rp 22.905.000
Penjualan Rp 40.500.000
Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan dianggap sebagai pengurang biaya produksi, sehingga
biaya produksi setelah dikurangi dengan pendapatan penjualan produk sampingan menjadi Rp 28.305.000,
sedangkan biaya produksi per unit menjadi Rp 873,61 yaitu (Rp 28.305.000 : 32.400 unit).
Penjualan atau pendapatan produk sampingan yang dilaporkan dalam Laba-Rugi pada prinsipnya sama dengan
pengakuan atas penjualan atau pendapatan kotor, perbedaan hanya pada perhitungan penjualan atau pendapatan
produk sampingan itu sendiri. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Penyelesaian :
a. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai penghasilan di luar usaha/pendapatan lain-lain :
Penjualan (27.000 x 1.500) Rp 40.500.000
Harga Pokok Penjualan :
Persediaan awal (1.000 x 1.000) Rp 1.000.000
Total Biaya produksi (32.400 x 1.000) Rp 32.400.000 +
Tersedia dijual Rp 33.400.000
Persediaan akhir (6.400 x 1.000) Rp 6.400.000 -
Harga Pokok Penjualan Rp 27.000.000 -
Laba Kotor Rp 13.500.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 5.850.000 -
Laba operasi Rp 7.650.000
Pendapatan lain-lain :
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 2.775.000 +
Laba sebelum pajak Rp 10.425.000
Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah pendapatan lain-lain
yaitu sebesar Rp 2.775.000
b. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan atau pendapatan produk utama :
Penjualan Rp 40.500.000
Pendapatan penjualan produk sampingan Rp 2.775.000 +
Total Penjualan Rp 43.275.000
Pada metode ini pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai penambah penjualan produk
utama, sehingga penjualan produk utama sekarang menjadi Rp 43.275.000. Akibat penambahan tersebut maka
menyebabkan peningkatan terhadap laba kotor dan laba operasi sesuai dengan kenaikan dari pendapatan
penjualan produk sampingan.
c. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang harga pokok penjualan.
Rp 24.225.000 -
Laba Kotor Rp 16.275.000
Beban pemasaran dan administrasi Rp 5.850.000 -
Laba operasi Rp 10.425.000
d. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang biaya produksi.
Pada metode ini biaya produksi per unit persediaan akhir berubah menjadi Rp 914,352 yang diperoleh dari Biaya
produksi yang baru dibagi dengan jumlah unit (29.625.000 : 32.400 = 914,352).