Anda di halaman 1dari 11

TUGAS AKUNTANSI BIAYA

OLEH :

NAMA : Cagiva Stella s


NIM : 196601057

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI 66 KENDARI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN MANAJEMEN
2021
1. Bagaimana fungsi dan penerapan biaya sesungguhnya kemudian sistem biaya
normal dan sistem biaya standar?

Jawab:
 Penerapan biaya standar
A. Biaya Bahan Baku Standar

Biaya bahan baku standar terdiri dari:

Masukan fisik yang diperlukan untuk memproduksi sejumlah


keluaran fisik tertentu, atau lebih dikenal dengan nama kuantitas standar.

Harga per satuan masukan fisik tersebut atau disebut harga standar

Penentuan kuantitas standar bahan baku dimulai dari penerapan spesifikasi


produk, baik mengenai ukuran, bentuk, warna, karakteristik pengolahan
produk, maupun mutunya.

Dari spesifkasi ini, kemudian dibuat kartu bahan baku yang berisi
spesifikasi dan jumlah tiap-tiap jenis bahan baku yang akan diolah menjadi
produk selesai.

Kuantitas standar bahan baku dapat ditentukan dengan menggunakan:

 Penyelidikan teknis

Analisis catatan masa lalu dalam bentuk:

a. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku untuk produk atau pekerjaan


yang sama dalam periode tertentu di masa lalu.
b. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan
yang paling baik dan yang paling buruk di masa lalu.
c. Menghitung rata-rata pemakaian bahan baku dalam pelaksanaan pekerjaan
yang paling baik.

Pada kartu bahan baku ini, dapat pula meliputi kelonggaran standar untu
pemborosan atau kerugian yang normal terjadi.

Tapi bisa juga pemborosan bahan baku diperlihatkan sebagai selisih dari standar
atau sebagai unsur biaya overhead pabrik.

Sehingga kuantitas standar bahan baku tidak termasuk di dalamnya unsur


pemborosan bahan baku.
Untuk mengubah kuantitas standar bahan baku menjadi biaya bahan baku
standar, perlu ditentukan harga standar bahan baku.

Harga standar ini pada umumnya ditentukan dari daftar harga pemasok, katalog
atau informasi yang sejenis.

Dan informasi lain yang tersedia yang berhubungan dengan kemungkinan


perubahan harga-harga tersebut di masa depan.

Jika biaya angkut dan biaya pengurusan dibebankan pada bahan baku, maka
harga standar tersebut harus juga memperhitungkan biaya-biaya tersebut.

Begitu juga potongan pembelian yang diperkirakan akan diperoleh dari pemasok
harus dikurangkan dari harga beli bruto dalam penetapan harga standar.

Perhatikan contoh berikut ini:

Harga beli per satuan = Rp 345

Biaya angkut = Rp 40

Potongan pembelian = Rp 10

Harga standar bahan baku:


= (a) + (b) – (c)
= (Rp 345 + Rp 40) – Rp 10
= Rp 375 per satuan

Harga yang dipakai sebagai harga standar dapat berupa:

 Harga yang diperkirakan akan berlaku di masa yang akan datang, biasanya jangka
waktu satu tahun.
 Harga yang berlaku pada saat penyusunan standar
 Harga yang diperkirakan akan merupakan harga normal dalam jangka panjang.
 Harga yang akan dipilih sebagian tergantung dari jenis fluktuasi harga yang
diperkirakan dan tujuan penggunaan biaya standar tersebut.

Jika fluktuasi harga cenderung untuk berulangkali terjadi dan tidak dapat
dipastikan mempunyai kecenderungan turun atau naik, maka harga normal yang tepat
situasi ini.

Di lain pihak, jika arah perubahan harga di masa yang akan datang dapat
diperkirakan dengan baik.

Maka harga yang tepat untuk situasi ini adalah harga rata-rata dalam periode di
mana biaya standar tersebut akan dipakai.
Harga standar bahan baku digunakan untuk:

a. Memeriksa pelaksanaan pekerjaan Departemen Pembelian.


b. Mengukur akibat kenaikan atau penurunan harga terhadap laba
perusahaan.

Pada umumnya, harga standar bahan baku ditentukan pada akhir tahun
dan digunakan selama tahun berikutnya.

Tetapi harga standar ini dapat diubah bila terjadi penurunan atau kenaikan harga
yang bersifat luar biasa.

B: Biaya Tenaga Kerja Standar

Seperti halnya dengan biaya bahan baku standar, biaya tenaga kerja standar
terdiri dari dua unsur, yaitu:

1: Jam Kerja Standar

Syarat mutlak berlakunya jam tenaga kerja standar adalah:

Tata letak pabrik (plant layout) yang efisien dengan peralatan yang modern


sehingga dapat dilakukan produksi yang maksimum dengan biaya yang minimum.

Pengembangan staf perencanaan produksi, routing, scheduling, dan dispatching,


agar aliran proses produksi lancar, tanpa terjadi penundaan dan kesimpangsiuran.

Pembelian bahan baku direncanakan dengan baik, sehingga tersedia pada saat
dibutuhkan untuk produksi.

Standarisasi kerja karyawan dan metode-metode kerja dengan instruksi-instruksi


dan latihan yang cukup bagi karyawan, sehingga proses produksi dapat dilakukan
di bawah kondisi yang paling baik.

Jam tenaga kerja dapat ditentukan dengan cara:

Menghitung rata-rata jam kerja yang dikonsumsi dalam suatu pekerjaan dan kartu
harga pokok periode yang lalu.

Membuat test-run operasi produksi di bawah keadaan normal yang diharapkan.

Mengadakan penyelidikan gerak dan waktu dari berbagai kerja karyawan di


bawah keadaan nyata yang diharapkan.
Mengadakan taksiran yang wajar, yang didasarkan pada pengalaman dan
pengetahuan operasi produksi dan produk.

Jam kerja standar ditentukan dengan memperhitungkan kelonggaran waktu untuk


istirahat, penundaan kerja yang tak bisa dihindari, seperti: menunggu bahan baku,
reparasi dan pemeliharaan mesin.

Dan faktor-faktor kelelahan kerja.

Tidaklah mungkin seorang pekerja memiliki tingkat kecepatan yang sama dalam
setiap menit selama 8 jam kerja.

2: Tarif Upah Standar

Penentuan tarif upah standar memerlukan pengetahuan mengenai aktivitas


yang dijalankan, tingkat kecepatan tenaga kerja yang diperlukan dan rata-rata
tarif upah per jam yang diperkirakan akan dibayar,

Tarif upah standar dapat ditentukan atas dasar:

Perjanjian dengan organisasi karyawan

Data upah masa lalu, yang dapat digunakan sebagai tarif upah standar adalah

Rata-rata hitung

Rata-rata tertimbang atau median dari upah karyawan masa lalu.

Penghitungan tarif upah dalam keadaan operasi normal.

C: Biaya Overhead Pabrik Standar

Prosedur penentuan tarif biaya overhead pabrik standar dihitung dengan


membagi jumlah biaya overhead pabrik yang dianggarkan pada kapasitas normal
dengan kapasitas normal.

Manfaat utama tarif overhead standar ini, yang meliputi unsur biaya overhead
pabrik variabel dan tetap adalah untuk menentukan harga pokok produksi dan
perencanaan.

Agar tarif overhead standar ini dapat bermanfaat untuk pengendalian biaya, maka
tarif ini harus dipisahkan ke dalam tetap dan variabel.
Untuk pengendalian biaya overhead pabrik dalam sistem biaya standar, maka perlu
dibuat anggaran fleksibel.

Yaitu anggaran biaya untuk beberapa kisaran (range) kapasitas.

Ada perbedaan pokok antara tarif biaya overhead standar untuk penentuan harga
pokok produk dengan tarif biaya overhead standar untuk pembuatan anggaran
fleksibel.

Tarif biaya overhead standar menggabungkan biaya tetap dan biaya variabel
dalam satu tarif yang didasarkan pada tingkat aktivitas tertentu.

Sebagai akibatnya, dalam tarif biaya overhead pabrik ini, semua biaya overhead
pabrik diperlakukan sebagai biaya variabel.

Di lain pihak, anggaran fleksibel memisahkan faktor-faktor biaya tetap dan


variabel.

Dan memperlakukan biaya overhead tetap sebagai biaya yang jumlah totalnya
tetap dalam volume tertentu.

 Fungsi Biaya

Biaya produksi dapat diartikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang
akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi oleh perusahaan
tersebut. Biaya produksi secara garis besar dibedakan dua macam, yaitu biaya eksplisit
dan biaya tersembunyi (imputed cost) (Sukirno, 2000: 205). Biaya eksplisit adalah
pengeluaran-pengeluran yang berupa pembayaran dengan uang untuk mendapatkan
faktor-faktor produksi dan bahan mentah yang dibutuhkan. Sedangkan biaya
tersembunyi adalah taksiran pengeluaran terhadap faktor-faktor produksi yang
dimiliki oleh perusahaan itu sendiri.

Biaya total adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan. Biaya dapat
dibedakan menjadi tiga hal: biaya total (total cost), biaya tetap total (total fixed cost ),
biaya berubah total (total variable cost). Biaya total (total cost) adalah keseluruhan
jumlah biaya produksi yang dikeluarkan, dimana terdiri dari penjumlahan antara
biaya tetap total (TFC-total fixed cost-) dan biaya berubah total (TVC-total variable
cost-). Biaya Secara matematis dapat ditulis dengan: TC = TFC + TVC. Biaya tetap
total (TFC) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor
produksi (input) yang tidak dapat diubah jumlahnya, jadi berapapun tingkat produksi
yang dihasilkan produsen maka ia harus menanggung biaya yang sama besarnya.
Sebagai contoh biaya tetap total adalah sewa bangunan/gedung/pabrik, diasumsikan
biaya sewa per tahun adalah 50.000, berapapun jumlah produksi yang dihasilkan –
termasuk ketika perusahaan tidak memproduksi- maka jumlah biaya yang harus
dikeluarkan tetap 50.000.

Biaya berubah total (TVC) adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sesuai dengan jumlah
produksi yang dihasilkan. Dimisalkan faktor produksi yang dapat berubah jumlahnya
adalah tenaga kerja, bila produsen menambah kapasitas produksinya maka ia harus
menambah tenaga kerjanya, sehingga biaya tenaga kerja yang harus dikeluarkan
bertambah pula, apabila perusahaan mengurangi jumlah produksinya maka biaya
tenaga kerja yang harus dikeluarkan pun akan berkurang pula.

Biaya rata-rata dibedakan kepada tiga pengertian: biaya tetap rata-rata (average fixed
cost), biaya berubah rata-rata (average variable cost) dan biaya total rata-rata (average
total cost).

Biaya tetap rata-rata (AFC) adalah biaya tetap total (TFC)untuk memproduksi
sejumlah barang dibagi dengan jumlah produksi tersebut. Secara matematis dapat
ditulis

TFC AFC =

Q Sementara biaya berubah rata-rata (AVC) adalah apabila biaya berubah total
(TVC) untuk memproduksi sejumlah barang dibagi dengan jumlah produksi tersebut.
Biaya berubah rata-rata dihitung dengan rumus:

TVC AVC = Q

Sedangkan biaya total rata-rata (AC) adalah apabila biaya total (TC) untuk
memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi tersebut.
Secara rumus dapat ditulis dengan:

TC AC = atau Q AC = AFC + AVC

Biaya marjinal (MC) adalah kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk
menambah produksi sebanyak satu unit dinamakan biaya marjinal. Dengan demikian,
berdasarkan kepada definisi ini, biaya marjinal dapat ditulis secara matematis dengan:

MC n = TC n – TC n-1 Dimana MC n adalah biaya marjinal produksi ke-n, TC n


adalah biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n, dan TC n-1 adalah biaya
total pada waktu jumlah produksi adalah n-1. Akan tetapi pada umumnya
pertambahan satu unit faktor produksi akan menambah beberapa unit produksi.
Contoh:
• Apabila suatu perusahaan perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap setiap
bulannya sebesar Rp 1.000.000,-, sedangkan biaya variabelnya ditunjukkan oleh
persamaan VC = 1000Q. Tunjukkan persamaan dan grafik biaya • Apabila suatu
perusahaan perusahaan harus mengeluarkan biaya tetap setiap bulannya sebesar Rp
1.000.000,-, sedangkan biaya variabelnya ditunjukkan oleh persamaan VC = 1000Q.
Tunjukkan persamaan dan grafik biaya

Jawab: FC = 1.000.000 VC = 1000Q

TC = VC + FC = 1.000Q + 1.000.000

Jika Q = 200 unit, maka biaya yang harus dikeluarkan ialah: TC

= 1000Q + 1.000.000 = 1000 ( 200) + 1.000.000

TC = 1.200.000 Sehingga biaya total yang harus dikeluarkan oleh perusahaan pada saat
memproduksi 200 unit barang ialah sebesar Rp 1.200.000,-

C = 1.000.000 + 1000Q

VC = 1000Q

2. Kemukakan konsep metode pembiayaaan yang meliputi biaya penuh full posting
dan metode biaya variabel posting serta berikan laporan keuangan?

Jawab:

Full Costing

Full costing adalah metode penentuan biaya produksi (cost of


production)yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke dalam cost
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, 
dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap.

Dengan demikian penentuan biaya produksi menurut metode full costing terdiri


dari unsur biaya berikut ini:

 Biaya bahan baku xxx


 Biaya tenaga kerja langsung xxx
 Biaya overhead pabrik variabel xxx
 Biaya overhead pabrik tetap xxx +
 Biaya produksi xxx
Variable Costing

Variable costing adalah penentuan harga pokok produksi yang hanya


membebankan biaya-biaya produksi variabel saja kedalam harga pokok produk. Harga
pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari:

 Biaya bahan baku xxx


 Biaya tenaga kerja variabel xxx
 Biaya overhead pabrik variabel  xxx +
 Harga pokok produk xxx

Penentuan harga pokok variabel (variable costing) adalah suatu konsep penentuan harga
pokok yang hanya memasukkan biaya produksi variabel sebagai elemen harga pokok produk.

Biaya produksi tetap dianggap sebagai biaya periode atau atau biaya waktu (period
cost) yang langsung dibebankan kepada laba-rugi periode terjadinya dan tidak diperlakukan
sebagai biaya produksi.

Keunggulan dan Kelemahan Metode Variable Costing


Berikut adalah keunggulan dan kelemahan dalam menghitung biaya produksi
menggunakan metode variable costing:

Keunggulan

 Dapat digunakan untuk pengendalian biaya karena dengan menyajikan semua biaya tetap
dalam satu kelompok tersendiri, manajemen dapat memusatkan perhatian pada perilaku
biaya tetap ini.
 Variable costing bermanfaat untuk penentuan harga jual jangka pendek.

Kelemahan

 Pemisahan biaya-biaya ke dalam biaya variabel dan tetap sebenarnya sulit dilaksanakan
karena jarang sekali suatu biaya benar-benar variabel atau benar-benar tetap.
 Metode variable costing dianggap tidak sesuai dengan prinsip akuntansi yang lazim,
sehingga dalam menyusun laporan keuangan untuk kepentingan pajak dan masyarakat
umum harus dibuat atas dasar metode full costing adalah lebih baik.
 Naik turunnya laba dihubungkan dengan perubahan-perubahan dalam penjualannya.
Untuk perusahaan yang kegiatan usahanya bersifat musiman, variable costing akan
menyajikan kerugian yang berlebih-lebihan dalam periode-periode tertentu, sedangkan
dalam periode lainnya akan menyajikan laba yang tidak normal.
 Tidak diperhitungkannya BOP tetap dalam persediaan dan harga pokok persediaan akan
mengakibatkan nilai persediaan lebih rendah, sehingga akan mengurangi modal kerja
yang dilaporkan untuk tujuan-tujuan analisis keuangan.
Contoh Perhitungan Metode Variable Costing Adalah
Diketahui pada tahun 200A, PT Sejahtera Bersama memproduksi sebanyak 1.000 unit
produk A. Berikut data biaya produksi untuk memproduksi produk A pada PT Sejahtera
Bersama:

– Biaya Bahan Baku Rp200/unit

– Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp150/unit

– Biaya Overhead Variabel Rp400/unit

– Biaya Overhead Tetap Rp100.000

– Biaya Pemasaran Variabel Rp300/unit

– Biaya Pemasaran Tetap Rp150.000

– Biaya adm. & umum Tetap Rp200.000

Produk A dijual dengan harga Rp2.000/unit. Dan produk A terjual 1.000 unit.

Hitunglah Harga Pokok Produksi menggunakan metode variable costing dan buat laporan
laba/rugi.

Penyelesaian :

Biaya Bahan Baku (Rp200 x 1.000) = Rp200.000

Biaya Tenaga Kerja Langsung (Rp150 x 1.000) = Rp150.000

Biaya Overhead Variabel (Rp400 x 1.000) = Rp400.000

Harga Pokok Produksi Rp750.000

PT. Sejahtera Bersama

Laporan Laba/Rugi

Untuk periode yang berakhir 200A

Penjualan (Rp2.000 x 1.000) Rp2.000.000

Dikurangi biaya-biaya variabel:

Harga Pokok Produksi Rp750.000


Biaya pemasaran variabel (Rp300 x 1.000) Rp300.000

Rp1.050.000

Kontribusi Marjin Rp950.000

Dikurangi Biaya-biaya tetap :

Biaya overhead tetap Rp150.000

Biaya pemasaran tetap Rp100.000

Biaya adm. & umum tetap Rp200.000

Rp450.000

Laba/Rugi Bersih Rp500.000

Dengan menggunakan software akuntansi online Jurnal, Anda tidak perlu lagi repot untuk
menghitung harga pokok produksi dan biaya-biaya lainnya. Dibawah adalah contoh laporan laba
rugi yang diterbitkan menggunakan Jurnal.

Anda mungkin juga menyukai