MODUL 6
Kos kualitas adalah semua kos yang timbul sebagai akibat dari mutu (kualitas) produk yang
jelek, seperti kos pengerjaan ulang, scrap, kos pelayanan purnajual yang tinggi (garansi), dan
sebagainya. Tingkat kualitas yang tinggi pada perusahaan akan mengurangi biaya (expense)
perusahaan secara keseluruhan. Jika biaya rendah dan produktivitas tinggi maka perusahaan akan
memiliki tingkat profitabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, menghasilkan produk yang berkualitas
menjadi tujuan proses produksi. Saat ini banyak perusahaan melakukan reorganisasi atas sistem
produksi untuk memperbaiki efisiensi serta menekankan pada kualitas produk.
Jenis-jenis Kos Kualitas dan Akuntansi Kerugian Produksi dalam Job Order Costing
kos kualitas secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kos K untuk aktivitas-
aktivitas yang ditujukan untuk mencapai kualitas tertentu (cost of obtaining). Kos kualitas seperti ini
disebut juga dengan nama kos kontrol. Kedua, kos yang dikeluarkan karena mutu yang jelek (cost
from lack of quality). Berikut akan dipaparkan secara lengkap klasifikasi dari kos kualitas.
Kos pencegahan adalah kos yang dikeluarkan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada
produk atau jasa selama diproduksi. Bila kos ini ditingkatkan. diharapkan kos kegagalan (failure)
dapat ditekan atau dieliminasi sampai pada tingkat nol (zero deffect), contoh kos pelatihan
karyawan.
Kos penilaian adalah kos yang terjadi dalam rangka memberikan jaminan kepastian bahwa
produk yang dihasilkan sesuai dengan syarat-syarat untuk diterima (keberterimaan produk).
Misalnya, kos inspeksi terhadap bahan baku dan kemasan, inspeksi terhadap standar penerimaan
produk, kos pembuktian terhadap keandalan pemasok, dan sebagainya.
Kos Kegagalan Internal (Internal failure Cost)
Kos kegagalan internal adalah kos yang terjadi akibat adanya kegagalan dalam proses internal
sebelum suatu produk dikirim ke konsumen. Misalnya, ditemukannya produk yang rusak sehingga
memerlukan kos pengerjaan ulang (rework), kerusakan mesin menimbulkan kos perbaikan mesin
yang disebabkan oleh kurangnya program pemeliharaan.
Kos kegagalan eksternal adalah kos yang terjadi dalam rangka memberikan pelayanan kepada
konsumen (purnajual) karena barang yang dikirim kepadanya gagal dalam memenuhi standar
kualitas. Misalnya: kos garansi, klaim reparasi, dan sebagainya.
RANGKUMAN
Kualitas adalah ukuran relatif tingkat kebaikan atau kesesuaian (goodness). Secara
operasional harus dikaitkan dengan objek tertentu, misalnya produk. Dengan demikian, kualitas
produk adalah produk yang dapat sesuai dengan standar mutu atau spesifikasi mutu yang ditetapkan
oleh perusahaan. Jika produk tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan secara umum disebut
dengan production loss. Produk hilang (losses) dapat berupa (1) sisa bahan (scrap); (2) produk cacat
(defect goods): (3) produk rusak (spoiled goods); dan (4) menyusut (shrinkage).
Kos kualitas adalah semua kos yang timbul sebagai akibat dari kualitas produk yang jelek,
seperti kos pengerjaan ulang, scrap, kos pelayanan purnajual yang tinggi (garansi), dan sebagainya.
Tingkat kualitas yang tinggi pada perusahaan akan mengurangi biaya (expense) perusahaan secara
keseluruhan. Jika kos rendah dan produktivitas tinggi maka perusahaan akan memiliki tingkat
profitabilitas yang tinggi. Oleh karena itu, menghasilkan produk yang berkualitas menjadi tujuan
proses produksi.
Kos kualitas secara garis besar diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kos untuk aktivitas-
aktivitas yang ditujukan untuk mencapai kualitas tertentu (cost of obtaining). Kos kualitas seperti ini
disebut juga dengan nama kos kontrol, meliputi kos pencegahan dan kos penilaian. Kedua, kos yang
dikeluarkan karena mutu yang jelek (cost from lack of quality). Kos kualitas ini disebut juga kos
kegagalan, meliputi kos kegagalan internal dan kos kegagalan eksternal.
Dalam job order costing barang cacat dan barang rusak bisa disebabkan oleh dua hal, yaitu
karena kegagalan internal dalam proses produksi dan karena ada perubahan spesifikasi oleh
pelanggan. Semua kos yang timbul akibat kegagalan internal dibebankan ke kos overhead pabrik,
sedangkan semua kos yang timbul akibat adanya perubahan spesifikasi oleh pelanggan dibebankan
ke pesanan bersangkutan.
Pada bagian ini dibahas dua kategori kerugian produksi, yaitu produk cacat atau rusak (dianggap
sama) dan penyusutan (shrinkage). Kedua kategori ini berpengaruh terhadap jumlah unit ekuivalen
sehingga akan berpengaruh pula pada kos produksi per unit dan kos sediaan.
Produk Cacat atau Rusak Kos yang timbul akibat produk cacat (kegagalan internal) sebaiknya
diukur dengan cara yang sama ketika mengukur kos produk jadi (produk yang baik). Dengan
demikian, unit ekuivalen juga harus dihitung sehingga akan ada unit ekuivalen produk jadi dan unit
ekuivalen produk cacat. Produk cacat ini disimpan sebagai sediaan produk cacat. Kos yang timbul
akibat produk cacat dibebankan ke overhead aktual dan hasil penjualannya diperlakukan sebagai
pengurang overhead aktual tersebut. Berikut ini disajikan contoh untuk memudahkan pemahaman.
RANGKUMAN
Dalam process costing barang cacat atau rusak semata-mata disebabkan oleh kegagalan
internal pada saat proses produksi. Oleh karena itu, kerugian yang timbul dibebankan ke overhead.
Biasanya barang cacat maupun rusak masih memiliki nilai ekonomi sehingga dapat dijual. Perlakuan
terhadap hasil penjualan tersebut dalam job order costing, bisa sebagai pendapatan lain-lain,
pengurang kos overhead, pengurang kos produk terjual (cost of goods sold), atau dikreditkan
langsung pada setiap pesanan terkait. Dalam process costing semua barang cacat atau barang rusak
disebabkan oleh kegagalan internal dan harus dinyatakan dalam persentase tingkat
penyelesaian. Data persentase tingkat penyelesaian ini diperlukan untuk menghitung unit ekuivalen
produksi. Sedangkan hasil penjualan produk cacat atau rusak diperlakukan sebagai pengurang kos
overhead sehingga akan berdampak pada kos produksi per unit.