Selain perusahaan yang menggunakan sistem harga pokok proses, juga ada
perusahaan yang menggunakan sistem harga pokok pesanan untuk membebankan biaya
ke pesanan-pesanan tertentu yang spesifikasinya bisa berbeda antara produk yang satu
dengan produk lainnya. Misalnya dalam perusahaan mebel, pada suatu saat mungkin
diproduksi sejumlah meja tulis, berikutnya diproduksi lemari, dan dilanjutkan dengan
memproduksi kursi untuk memenuhi pesanan dari pelanggan lain.
Kesamaan dan Perbedaan Antara Sistem Harga Pokok Pesanan dengan Sistem Harga
Pokok Proses
Dalam sistem harga pokok pesanan, perusahaan membebankan biaya pada setiap
pesanan. Dalam perusahaan yang menerapkan sistem harga pokok proses, perusahaan
mengikuti jejak biaya melalui sejumlah proses produksi yang sambung-menyambung,
bukan per pesanan. Berikut gambaran aliran biaya dalam sistem harga pokok pesanan
dan sistem harga pokok proses.
Kesamaan
Sistem harga pokok pesanan dan sistem harga pokok proses memiliki kesamaan
dalam tiga hal:
1. Elemen-elemen biaya produksi. Kedua sistem mengikuti jejak ketiga elemen
biaya produksi, yaitu: bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik.
2. Pengumpulan biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead. Kedua sistem
mendebet bahan baku ke Persediaan Bahan Baku, tenaga kerja ke akun Biaya
Tenaga Kerja, dan biaya overhead ke Biaya Overhead Pabrik.
3. Aliran biaya. Kedua sistem mengumpulkan semua biaya produksi dengan
mendebet akun Persediaan Bahan Baku, Biaya Tenaga kerja, dan Biaya
Overhead yang kemudian membebankan biaya-biaya tersebut ke akun yang
sama, yaitu Barang dalam proses, Persediaan barang jadi, dan Beban Pokok
Penjualan. Namun, metode pembebanan biaya pada kedua metode ini sangat
berbeda.
PERBEDAAN
Perbedaan antara sistem harga pokok pesanan dan sistem harga pokok proses adalah dalam
hal-hal berikut:
1. Jumlah akun barang dalam proses yang digunakan. Sistem harga pokok pesanan hanya
menggunakan satu akun Barang Dalam Proses, sedangkan sistem harga pokok proses
menggunakan lebih dari satu akun Barang Dalam proses.
2. Dokumen yang digunakan untuk menjejaki biaya. Sistem harga pokok pesanan
membebankan biaya ke masing-masing pesanan dan meringkasnya dalam kartu harga pokok
pesanan. Sistem harga pokok proses meringkas biaya dalam laporan biaya produksi untuk
masing-masing departemen.
3. Tahapan di mana biaya dijumlah. Sistem harga pokok pesanan menjumlah biaya produksi
ketika pesanan telah selesai. Sistem harga pokok proses menjumlah biaya produksi pada
akhir periode waktu tertentu.
4. Perhitungan biaya per unit. Dalam sistem harga pokok pesanan, biaya produksi per unit
dihitung dengan membagi total biaya produksi pesanan dengan jumiah unit pesanan yang
bersangkutan. Dalam suatu sistem harga pokok proses, biaya produksi per unit dihitung
dengan membagi total biaya produksi untuk suatu periode dengan unit yang diproduksi pada
periode waktu yang bersangkutan.
Gambar 12-3 menunjukkan perbedaan pokok antara sistem harga pokok pesanan dengan
sistem harga pokok proses.
Gambar 12-3 Perbandingan Sistem Harga Pokok Pesanan dengan Sistem Harga Pokok Proses
Fitur Sistem harga pokok pesanan Sistem harga pokok proses
Akun barang dalam proses Hanya digunakan satu akun Digunakan lebih dari satu
barang dalam proses akun barang dalam proses
Dokumen yang digunakan Kartu harga pokok pesanan Laporan biaya produksi
Penentuan total biaya Setiap pesanan Setiap periode
produksi
Perhitungan biaya produksi Biaya produksi pesanan unit Total biaya produksi : unit
per unit pesanan yang diproduksi yang di produksi selama
periode ybs.
Biaya Bahan
Semua bahan baku yang dikeluarkan dari gudang untuk produksi adalah biaya bahan untuk
departemen produksi. Sistem harga pokok proses juga menggunakan formulir permintaan
bahan, tetapi pemakaiannya tidak sebanyak dalam sistem harga pokok pesanan.
Pada awal proses pertama, perusahaan biasa memasukkan/menambahkan sebagian besar dari
kebutuhan bahan untuk produksi. Namun demikian, bahan lainnya bisa ditambahkan pada
berbagai tahapan produksi. Sebagai contoh, pada proses produksi benang diatas, perusahaan
menambahkan kapas pada awal proses di Departemen Permintalan, dan menambahkan cone
pada awal proses Departemen Penggulungan. Jurnal yang dibuat oleh Perusahaan Maju untuk
mencatat pemakaian bahan adalah sebagai berikut:
- UNIT EKUIVALEN
Proses produksi seringkali membutuhkan waktu yang cukup panjang. Apabila proses
produksi berlangsung secara kontinyu, maka dalam suatu rentang waktu tertentu (misalkan
satu periode akuntansi), jarang sekali semua produk dapat diselesaikan. Maka dari itu sering
dijumpai barang-barang yang sedang diproses tetapi belum selesai. Jika dalam sistem harga
pokok pesanan dapat dengan mudah membebankan biaya produksi ke dalam unit-unit barang
yang belum selesai dikerjakan, karena pembebanan dilakukan pada setiap pesanan tertentu.
Maka pada sistem harga pokok proses tidak bisa dilakukan seperti itu, karena pembebanan
dilakukan pada proses (departemen produksi), sehingga perlu menghitung biaya produksi per
unit dan mengkaji pembebanan biaya yang telah dilakukan dan melekat pada barang tersebut.
Biaya produksi yang dibebankan ke dalam suatu proses terdiri dari bahan, tenaga
kerja, dan overhead. Biaya tenaga kerja ditambah biaya overhead disebut biaya konversi,
yaitu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Pada umumnya barang dalam
proses telah menyerap seluruh kebutuhan bahan, sedangkan biaya konversi masih diperlukan
untuk menyelesaikan proses sampai menjadi barang siap transfer atau menjadi hasil selesai.
Konsep unit ekuivalen memungkinkan kita untuk mengukur jumlah pekerjaan yang
dilakukan atas sejumlah unit barang yang baru setengah jadi dan menyatakannya dalam unit
barang telah jadi sepenuhnya. Sebagai contoh:
Perusahaan crayon "Aneka Warna" memiliki 10.000 unit crayon dalam persediaan
dalam proses pada akhir periode di Departemen Pengepakan. Setiap unit dari 10.000 unit
tersebut telah 80% selesai. Apabila biaya konversi berlangsung secara merata sepanjang
proses, maka mendapatkan 10.000 unit crayon dengan tingkat penyelesaian sepanjang proses
sebesar 80% sama dengan mendapat hasil pekerjaan 8.000 unit yang telah sepenuhnya selesai
(10.000 unit x 80%).
Jumlah Unit Persentase Jumlah
selesai sebagian x Tingkat Penyelesaian = Unit Ekuivalen
Formula di atas digunakan apabila semua elemen biaya terjadi secara merata sepanjang
proses. Hal ini biasa terjadi pada biaya konversi, namun tidak pada biaya bahan. Pada biaya
bahan diberikan pada tahapan tertentu dari suatu proses (tidak di sepanjang proses).
Misalkan pada awal proses di Departemen Penyampuran, dan bahan berupa karton diberikan
pada akhir proses di bagian pengepakan. Berapa unit ekuivalen untuk lilin, biaya konversi,
dan bahan karton yang ada dalam persediaan akhir sebanyak 10.000 crayon.
Persediaan akhir barang dalam proses di Departemen Penyampuran memiliki:
100% bahan (lilin) karena bahan ditambahkan/dimasukkan ke dalam proses pada
tahan paling awal. Dengan demikian barang dalam proses ini memiliki 10.000 unit
ekuivalen bahan (lilin).
Crayon yang belum selesai ini, setelah diproses lebih lanjut (setelah selesai 100% di
Departemen Penyampuran) akan dipindahkan ke Departemen Pengepakan. Crayon ini
belum terbungkus dalam box, Di Departemen Pengepakan, karton baru akan diberikan
di akhir proses. Oleh karena itu pada tahap awal di Departemen Pengepakan, crayon
memiliki 0 unit ekuivalen bahan.
8.000 unit ekuivalen biaya konversi yang diterima periode yang lalu.
Unit ekuivalen digunakan untuk mengukur pekerjaan yang dilakukan selama suatu periode
yang dinyatakan dalam unit yang telah selesai penuh, dan untuk menentukan biaya produksi
atau harga pokok produk selesai.
Gambar 12-5 Tahapan dan Persentase Penyelesaian Produksi Crayon
Formula untuk menghitung unit ekuivalen produksi adalah sebagai berikut:
Untuk mendapat pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep unit ekuivalen, cobalah
cermati dua contoh berikut ini:
Contoh 1: Pada suatu periode, seluruh unit yang dihasilkan oleh Departemen Penyampuran
di PT Mercu Suar masih berupa persediaan akhir barang dalam proses sebanyak 4.000 unit
dengan tingkat penyelesaian 60% untuk bahan, tenaga kerja, dan overhead. Unit ekuivalen
produksi untuk Departemen Penyampuran: 60% x 4.000 unit = 2.400 unit.
Contoh 2: Hasil dari Departemen Pengepakan pada PT Suara Alam selama periode terdiri
dari 10.000 unit selesai dan dikirim ke departemen selanjutnya, dan 5.000 unit berada dalam
persediaan akhir dengan tingkat penyelesaian 70% selesai. Dengan demikian, unit ekuivalen
produksi departemen ini adalah: 10.000 unit + (70% x 5.000 unit) = 13.500 unit.
Metoda untuk menghitung unit ekuivalen di atas disebut metoda Rata-rata Tertimbang.
Metoda ini mempertimbangkan tingkat penyelesaian (sebagai bobot/weight) dari unit yang
telah diselesaikan & dikirim ke departemen selanjutnya, dan persediaan akhir barang dalam
proses.
Penerapan Metoda Rata-rata Tertimbang Untuk memberi ilustrasi tentang penentuan unit
ekuivalen produksi dengan metoda Rata-rata Tertimbang, dimisalkan PT Bonanza
memproduksi roti kering melalui tiga departemen, yaitu Departemen Mixing, Baking, dan
Packaging. Bahan baku yang digunakan di Departemen Mixing terdiri dari tepung terigu,
garam, baking powder, yang dicampur dengan telur dan minyak sayur. Informasi yang
berhubungan dengan Departemen Mixing pada akhir bulan Juni adalah sebagai berikut:
DAPARTEMEN MIXING
% Tingkat Penyelesaian
Jumlah Unit
Bahan Biaya Konversi
Data di atas menunjukkan bahwa persediaan awal barang dalam proses terdiri dari bahan
dengan tingkat penyelesaian 100% dan biaya konversi dengan tingkat penyelesaian 70%.
Seperti telah diterangkan di atas, biaya konversi adalah jumlah biaya tenaga kerja ditambah
biaya overhead. Dengan kata lain, PT Bonanza memasukkan bahan baku ke dalam proses
pada tahap awal proses pembuatan roti kering. Biaya konversi (tenaga kerja dan overhead)
yang berkaitan dengan penyampuran (mixing) adonan tersebut terjadi secara merata
sepanjang proses telah terjadi 70% selesai. Persediaan akhir barang dalam proses terdiri dari
bahan (100%), dan biaya konversi (60% selesai). Informasi di atas dapat kita gunakan untuk
menentukan unit ekuivalen. Dengan metoda ini, persediaan awal barang dalam proses tidak
perhitungkan dalam formula penentuan unit ekuivlalen produksi. Unit yang dikirim Ke Dept.
Baking telah selesai sepenuhnya, baik untuk biaya bahan maupun biaya konversi.
Persediaaan akhir barang dalam proses telah menyerap biaya bahan seluruhnya (100%, tetapi
biaya konversi baru 60% selesai. Selanjutnya kita dapat membuat dua perhitungan unit
ekuivalen: satu untuk bahan dan yang lain untuk biaya konversi.
Persediaan akhir barang dalam proses telah menyerap biaya bahan seluruhnya 100%, tetapi
biaya konversi baru 60% selesai.
DEPARTEMEN MIXING
Unit ekuivalen
Bahan Biaya konversi
Unit dikirim ke departemen selanjutnya 700.000 700.000
Barang dalam proses, 30 juni
200.000 x 100% 200.000
200,000 x 60% 120.000
Total unit ekuivalen 900.000 820.000
Dengan demikian kita dapat memperluas formula perhitungan unit ekuivalen dari formula
sebelumnya menjadi seperti di bawah ini :
CONTOH SOAL (12-2)
Departemen Fabrikasi memiliki data produksi dan biaya untuk bulan ini sebagai berikut :
Bahan diberikan pada awal proses. Barang dalam proses akhir berjumlah 300 unit dengan
tingkat penyelesaian untuk biaya konversi 30% selesai. Hitunglah unit ekuivalen produksi
untuk (a) bahan, dan (b) biaya konversi.
Penyelesaian :
Karena bahan dimasukkan pada awal proses, maka unit ekuivalen barang dalam proses akhir
adalah 10.000. Dengan demikian unit ekuivalen produksi untuk bahan adalah: 15.000 +
10.000 = 25.000.
Karena tingkat penyelesaian untuk biaya konversi dalam persediaan akhir barang dalam
proses hanya 30% selesai, maka unit ekuivalen barang dalam proses akhir adalah: 30% x
10.000 = 3.000. Dengan demikian unit ekuivalen produksi untuk biaya konversi adalah:
15.000 + 3.000 = 18.000.
Misalkan Departemen Mixing pada PT Bonanza untuk bulan Juni memiliki data seperti
nampak di bawah ini. Kita akan menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan
laporan harga pokok produksi pada Departemen Mixing.
MENGHITUNG ALIRAN UNIT FISIK (TAHAP 1)
Unit Fisik adalah unit sesungguhnya yang harus diperhitungkan selama suatu
periode. Untuk mengikuti jejak-jejak unit tersebut, tambahkan unit yang dimulai
(atau ditransfer) ke produksi selama periode, ke unit yang ada dalam proses
pada awal periode.
Total unit inilah yang harus diperhitungkan hasilnya untuk periode yang
bersangkutan. Hasil tersebut terdiri dari unit yang ditransfer/dikirim selama
periode dan unit yang masih dalam proses pada akhir periode. Jumlah keduanya
merupakan total unit yang diperhitungkan. Sebagai contoh, aliran unit fisik pada
PT Bonanza dalam memproduksi roti adalah sebagai berikut :
Pada tiap akhir bulan perusahaan menyusun ikhtisar rekonsiliasi biaya untuk
membebankan total biaya di atas ke
a. Unit yang dipindahkan ke Departemen Baking, dan
b. Persediaan akhir barang dalam proses.
Dari ikhtisar rekonsiliasi biaya diatas, nampak bahwa biaya produksi perunit untuk barang yang telah
selesai diproses di departemen mixing dan selanjutnya dikirim ke departemen baking adalah Rp
750,00. Namun, untuk barang yang belum selesai diproses sampai dengan akhir bulan (persediaan
akhir barang dalam proses) perlu dirinci biaya bahan per unit dan biaya konversi per unit dengan
memperhatikan unit ekuivalen produksi sesuai dengan tingkat penyelesaian masing-masing
komponen biaya produksi
Setelah keempat tahapan di atas di lakukan, sekarang perusaaan siap untuk menyusun laporan
harga pokok produksi untuk Departemen Mixing. Seperti telah diterangkan di muka, laporan ini
merupakan laporan internal untuk manajemen yang menunjukkn kuantitas produk dan data biaya
untuk suatu departemen produksi.
Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam menyusun suatu laporan harga pokok produksi,
yaitu :
Gambar 17.2 berikut adalah contoh laporan harga pokok produksi untuk Departemen Mixing.
Laporan tersebut menunjukkan keempat tahapan di atas.
Laporan biaya produksi dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis produktivitas suaru
departemen. Selain itu, manejer dapat menggunakan dara biaya untuk menilai kewajaran biaya per
unit dan biaya total. Dengan membandingkan kuantitas dan data biaya dengan tujuan yang telah
ditetapkan di muka, manajemen puncak dapat menilai apakah kinerja tahun ini memenuhi tujuan
yang telah ditetapkan
Pada bulan Maret, PT Roda memiliki data biaya produksi per unit sebagai berikut: bahan
Rp6.000,00 dan biaya konversi Rp9.000,00. Pada tanggal 1 Maret tidak ada barang dalam
proses. Selama bulan Maret ditransfer 12.000 unit. Pada tanggal 31 Maret terdapat 800 unit
persediaan akhir barang dalam proses dengan tingkat penyelesaian 100% untuk bahan dan
25% untuk biaya konversi. Total biaya yang harus diperhitungkan berjumlah
Rp186.600.000,00.
(a) Hitunglah jumlah unit yang harus diperhitungkan.
(b) Hitunglah unit ekuivalen produksi.
(c) Buatlah ikhtisar rekonsiliasi biaya, termasuk harga pokok produksi barang yang ditranfer
dan barang dalam proses.
PT Semerbak memproduksi minyak wangi yang diberi merek "Harum” dalam botol plastik.
Mengingat bahwa pemasaran minyak wangi penuh dengan persaingan, perusahaan sangat
serius dalam menjaga agar biaya selalu terkendali. Minyak wangi Harum diproduksi melalui
tiga departemen, yaitu: Departemen Penyampuran, Departemen Pembotolan, dan
Departemen Pembungkusan. Pada semua proses, bahan dimasukkan pada awal proses,
sedangkan tenaga kerja dan overhead terjadi secara merata sepanjang proses. Perusahaan
menggunakan metode rata-rata tertimbang dalam menghitung biaya produksi. Berikut ini
adalah laporan harga pokok produksi yang belum selesai pada Departemen Penyampuran
untuk bulan Mei.
Informasi tambahan:
PT SEMERBAK
Departemen Penyampuran
Laporan HPP
Untuk Bulan yang Berakhir Tanggal 31 Mei
2012
Jumlah Unit Ekuivalen
Unit Biaya Bahan Biaya Konversi
Tahap 1 Tahap 2
KUANTITAS Tahap 2
Unit yang harus diperhitungkan:
Barang dalam proses, 1 Mei 1.000
Dimasukan dalam produksi 2.000
Total unit 3.000
Perhitungan unit:
Dikirim ke Dept. baking 2.200 ? ?
Barang dalam proses, 31 Mei 800 ? ?
Total unit 3000 ? ?
BIAYA Tahap 3
Biaya per unit Bahan Konversi Total
Biaya bulan ( a) ? ? ?
Unit ekuivalen (b) ? ?
Bayar per. Unit [(a) : (b)] ? ? ?
Biaya yang harus diperhitungkan Rp 56.300.000
Barang dalam proses, 1 Mei 119.320.000
Dimasukan dalam produksi Rp 175.620.000
Total biaya
PT SEMERBAK
Departemen Penyampuran
Laporan HPP
Untuk Bulan yang Berakhir Tanggal 31 Mei
2012
Jumlah Unit Ekuivalen
Unit Biaya Bahan Biaya Konversi
Tahap 1 Tahap 2
KUANTITAS Tahap 2
Unit yang harus diperhitungkan:
Barang dalam proses, 1 Mei 1.000
Dimasukan dalam produksi 2.000
Total unit 3.000
Perhitungan unit:
Dikirim ke Dept. baking 2.200 2.200 2.200
Barang dalam proses, 31 Mei 800 800 400
Total unit 3000 3..000 2.600 (800 x 50%)
BIAYA Tahap 3
Biaya per unit Bahan Konversi Total
Biaya bulan ( a) Rp 149.100.000 Rp 26.520.000 Rp 175.620.000
Unit ekuivalen (b) 3.000 2.600
Bayar per. Unit [(a) : (b)] Rp 49.700 rp 10.200 Rp 59.900
Biaya yang harus diperhitungkan Rp 56.300.000
Barang dalam proses, 1 Mei 119.320.000
Dimasukan dalam produksi Rp 175.620.000
Total biaya
(C)
Perusahaan menguunakan sistem biaya proses untuk membebankan biaya pada produk yang serupa
dan diproduksi secara masal. PT Semerbak menggunakan sistem biaya proses karena dalam proses
produksi minyak wangi, sekali produksi dimulai, maka proses produksi akan berjalan terus menerus
sampai terbentuk minyak wangi. Proses produksi persis sama – dengan jumlah bahan, tenaga kerja
dan biaya overhead yang sama pula. Setiap botol minyak wangi “Harum” tidak berbeda satu sama
lain.