Anda di halaman 1dari 24

BAB 12

Sistem Harga Pokok Proses

Sifat Sistem Harga Pokok Proses


 Pemakaian Sistem Harga Pokok Proses
Perusahaan menggunakan sistem harga pokok proses untuk membebankan biaya ke
produk-produk sejenis yang diproduksi secara masal dan bersifat terus menerus. Ciri
utama perusahaan yang menggunakan sistem harga pokok proses:
1) Produksi dilakukan secara terus-menerus,
2) Proses produksi yang sama untuk menghasilkan barang yang serupa, dan
3) Menggunakan bahan, tenaga kerja, dan overhead dengan jumlah yang sama.
Sebagai contoh, proses produksi pada perusahaan penghasil minuman dalam botol
(seperti Coca-Cola, Sprite, atau Pepsi-Cola) terdiri dari pencampuran/pengadukan
adonan, pengisian ke dalambotol, dan pengepakan. Berikut gambaran proses produksi
minuman dalam botol.

Selain perusahaan yang menggunakan sistem harga pokok proses, juga ada
perusahaan yang menggunakan sistem harga pokok pesanan untuk membebankan biaya
ke pesanan-pesanan tertentu yang spesifikasinya bisa berbeda antara produk yang satu
dengan produk lainnya. Misalnya dalam perusahaan mebel, pada suatu saat mungkin
diproduksi sejumlah meja tulis, berikutnya diproduksi lemari, dan dilanjutkan dengan
memproduksi kursi untuk memenuhi pesanan dari pelanggan lain.

 Kesamaan dan Perbedaan Antara Sistem Harga Pokok Pesanan dengan Sistem Harga
Pokok Proses
Dalam sistem harga pokok pesanan, perusahaan membebankan biaya pada setiap
pesanan. Dalam perusahaan yang menerapkan sistem harga pokok proses, perusahaan
mengikuti jejak biaya melalui sejumlah proses produksi yang sambung-menyambung,
bukan per pesanan. Berikut gambaran aliran biaya dalam sistem harga pokok pesanan
dan sistem harga pokok proses.
 Kesamaan
Sistem harga pokok pesanan dan sistem harga pokok proses memiliki kesamaan
dalam tiga hal:
1. Elemen-elemen biaya produksi. Kedua sistem mengikuti jejak ketiga elemen
biaya produksi, yaitu: bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead
pabrik.
2. Pengumpulan biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead. Kedua sistem
mendebet bahan baku ke Persediaan Bahan Baku, tenaga kerja ke akun Biaya
Tenaga Kerja, dan biaya overhead ke Biaya Overhead Pabrik.
3. Aliran biaya. Kedua sistem mengumpulkan semua biaya produksi dengan
mendebet akun Persediaan Bahan Baku, Biaya Tenaga kerja, dan Biaya
Overhead yang kemudian membebankan biaya-biaya tersebut ke akun yang
sama, yaitu Barang dalam proses, Persediaan barang jadi, dan Beban Pokok
Penjualan. Namun, metode pembebanan biaya pada kedua metode ini sangat
berbeda.
PERBEDAAN
Perbedaan antara sistem harga pokok pesanan dan sistem harga pokok proses adalah dalam
hal-hal berikut:
1. Jumlah akun barang dalam proses yang digunakan. Sistem harga pokok pesanan hanya
menggunakan satu akun Barang Dalam Proses, sedangkan sistem harga pokok proses
menggunakan lebih dari satu akun Barang Dalam proses.
2. Dokumen yang digunakan untuk menjejaki biaya. Sistem harga pokok pesanan
membebankan biaya ke masing-masing pesanan dan meringkasnya dalam kartu harga pokok
pesanan. Sistem harga pokok proses meringkas biaya dalam laporan biaya produksi untuk
masing-masing departemen.
3. Tahapan di mana biaya dijumlah. Sistem harga pokok pesanan menjumlah biaya produksi
ketika pesanan telah selesai. Sistem harga pokok proses menjumlah biaya produksi pada
akhir periode waktu tertentu.
4. Perhitungan biaya per unit. Dalam sistem harga pokok pesanan, biaya produksi per unit
dihitung dengan membagi total biaya produksi pesanan dengan jumiah unit pesanan yang
bersangkutan. Dalam suatu sistem harga pokok proses, biaya produksi per unit dihitung
dengan membagi total biaya produksi untuk suatu periode dengan unit yang diproduksi pada
periode waktu yang bersangkutan.
Gambar 12-3 menunjukkan perbedaan pokok antara sistem harga pokok pesanan dengan
sistem harga pokok proses.
Gambar 12-3 Perbandingan Sistem Harga Pokok Pesanan dengan Sistem Harga Pokok Proses
Fitur Sistem harga pokok pesanan Sistem harga pokok proses
Akun barang dalam proses Hanya digunakan satu akun Digunakan lebih dari satu
barang dalam proses akun barang dalam proses
Dokumen yang digunakan Kartu harga pokok pesanan Laporan biaya produksi
Penentuan total biaya Setiap pesanan Setiap periode
produksi
Perhitungan biaya produksi Biaya produksi pesanan unit Total biaya produksi : unit
per unit pesanan yang diproduksi yang di produksi selama
periode ybs.

ALIRAN BIAYA PROSES


Gambar.12-4 berikut ini melukiskan aliran biaya dalam suatu sistem harga pokok proses pada
Perusahaan Maju. Perusahaan ini memproduksi sejenis benang yang dijual melalui
perusahaan-perusahaan pengecer.Proses produksi terdiri atas dua tahapan, yaitu: pemintalan,
dan penggulungan, Dalam proses pemintalan, kapas diubah menjadi benang. Dan pada proses
penggulungan, benang digulung pada cone.
PEMBEBANAN BIAYA PRODUKSI : AYAT-AYAT JURNAL
Perusahaan mengumpulkan biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead pada sistem harga pokok
proses dengan cara yang sama seperti di dalam sstem harga pokok pesanan. Kedua sistem
tersebut mengikuti prosedur sebagai berikut:
 Mendebet Persediaan Bahan Baku untuk semua bahan yang dibeli pada saat
pembelian terjadi.
 Mendebet akun Biaya Tenaga Kerja untuk semua biaya tenaga kerja pabrik pada saat
biaya tersebut terjadi.
 Mendebet akun Biaya Overhead Pabrik untuk semua overhead pabrik pada saat biaya
terjadi.
Akan tetapi, pembenan elemen-elemen biaya produksi di atas dalam sistem harga pokok
proses ke Persediaan Barang Dalam Proses, berbeda bila dibandingkan dengan cara
pembebanan pada sistem harga pokok pesanan.

 Biaya Bahan
Semua bahan baku yang dikeluarkan dari gudang untuk produksi adalah biaya bahan untuk
departemen produksi. Sistem harga pokok proses juga menggunakan formulir permintaan
bahan, tetapi pemakaiannya tidak sebanyak dalam sistem harga pokok pesanan.
Pada awal proses pertama, perusahaan biasa memasukkan/menambahkan sebagian besar dari
kebutuhan bahan untuk produksi. Namun demikian, bahan lainnya bisa ditambahkan pada
berbagai tahapan produksi. Sebagai contoh, pada proses produksi benang diatas, perusahaan
menambahkan kapas pada awal proses di Departemen Permintalan, dan menambahkan cone
pada awal proses Departemen Penggulungan. Jurnal yang dibuat oleh Perusahaan Maju untuk
mencatat pemakaian bahan adalah sebagai berikut:

Barang Dalam Proses - Dept. Permintalan xxxx


Barang Dalam Proses - Dept. Penggulungan xxxx
Persediaan Bahan Baku xxxx
(Untuk mencatat pemakaian bahan)
 Biaya Tenaga Kerja
Dalam hal sistem harga pokok proses perusahaan dapat menggunakan kartu jam kerja untuk
menentukan biaya tenaga kerja yang akan dibebankan pada departemen produksi. Mengingat
bahwa perusahaan membebankan biaya tenaga kerja ke suatu proses (missal, departemen)
bukan pada pesanan, maka perusahaan dapat memperoleh ikhtisar biaya tenaga kerja yang
dapat dibebankan ke suatu proses dari daftar gaji pegawai atau ikhtisar gaji per departemen.
Jurnal yang dibuat untuk mencatat pembebanan tenaga kerja langsung pada perusahaan Maju
adalah sebagai berikut:

Barang Dalam Proses - Dept. Permintalan xxxx


Barang Dalam Proses - Dept. Penggulungan xxxx
Biaya Tenaga Kerja xxxx
(Untuk mencatat pembebanan biaya tenaga kerja langsung ke
produksi)

Biaya Overhead Pabrik


Tujuan pembenanan biaya overhead pabrik dalam harga pokok proses adalah untuk menglokasikan
biaya overhead ke dapartemen produksi atas dasar daya yang obyektif sesuai tingkat penyelesaiannya.
Pemicu utama biaya overhead dalam suatu perusahaan yang memperoduksi secara kontinyu adalah
pemakaian jam kerja mesing, bukan tenaga kerja langsung. Oleh karena itu, dasar yang digunakan
perusahaan adalah jam kerja mesin.
Perusahaan maju mengalokasikan overhead ke dua proses sebagai berikut:
Barang Dalam Proses- Dept. Peminatan xxxx
Barang Dalam Proses – Dpt. Penggulungan xxxx
xxxx
Biaya Overhead Pabrik
(Untuk mencatat pembebanan biaya overhead ke produksi)

Pemindahan Ke Dapartemen Selanjutnya


Pada akhir bulan, PT Maju perlu membuat jurnal untuk mencatat barang yang dipindahkan
(ditransfer) ke dapartemen selanjutnya.
Jurnal yang harus dibuat perusahaan Maju adalah sebagai berikut:
Barang Dalam Proses-Dept. Penggulungan Xxxx
Barang Dalam Proses – Dpt. Pemintalan Xxxx
(Untuk mencatat pemindahan barang dari Dept. Pemintalan
ke Dept. Penggulungan)

Pemindahan Produksi Selesai Ke Persediaan Barang Jadi


Apabila Dapartemen Penggulungan telah selesai mengerjakan proses yang diperlukan di dapartemen
yang bersangkutan, maka hasil produksi yang telah selesai tersebut dipindahkan ke gudang barang
jadi.
Jurnal untuk mencatat pemindahan ke barang jadi sebagai berikut:
Persediaan Barang Jadi Xxxx
Barang Dalam Proses – Dpt. Penggulungan
Xxxx
(Untuk mencatat pemindahan barang yang telah selesai ke
persediaan barang jadi)

Pemindahan Ke Beban Pokok Penjualan


Apabila perusahaan Maju menjual barang jadi, maka jurnal yang dibuat perusahaan sebagai berikut:
Beban Pokok Penjualan Xxxx
Persediaan Barang Jadi
xxxx
(Untuk mencatat biaya pokok produksi barang yang dijual)

Contoh Soal & Penyelesaiannya (12-1)


PT Mayasari memproduksi minuman dalam botol yang diberi nama “Sari Segar” melalui dua proses
yakni: penyampuran dan pembotolan. Pada bulan Juni bahan yang digunakan pada setiap departemen
terdiri dari: Penyampuran Rp18.000.000,00 dan Pembotolan Rp4.000.000,00. Biaya tenaga kerja
pabrik terdiri dari: Penyampuran Rp12.000.000,00 dan Pembotolan Rp5.000.000,00 sedangkan biaya
overhead pabrik terdiri dari: Penyampuran Rp6.000.000,00 dan Pembotolan 2.500.000,00 Departemen
Penyampuran memindahkan unit yang telah selesai di departemen tersebut ke departemen pembotolan
dengan harga pokok Rp19.000.000,00. Departemen pembotolan memindahkan hasil produksi selesai
dari departemen tersebut ke barang jadi dengan harga pokok Rp11.000.000,00
Buatlah jurnal untuk mencatat pembebanan biaya produksi ke dalam dua departemen di atas dan
pemindahan dari departemen yang satu ke daftar teman yang lain.
Barang Dalam Proses- Dept. Penyampuran Rp18.000.000,00
Barang Dalam Proses – Dpt. Pembotolan 4.000.000,00
Rp22.000.000,00
Persediaan Bahan Baku
(Untuk mencatat pemakaian bahan)

Barang Dalam Proses- Dept. Penyampuran Rp12.000.000,00


Barang Dalam Proses – Dpt. Pembotolan 5.000.000,00
Biaya Tenaga Kerja Rp17.000.000,00
(Untuk mencatat pembebanan biaya tenaga
kerja ke produksi)

Barang Dalam Proses- Dept. Penyampuran Rp6.000.000,00


Barang Dalam Proses – Dpt. Pembotolan 2.500.000,00
Rp8.500.000,00
Biaya Overhead Pabrik
(Untuk mencatat pembebanan biaya overhead ke
produksi)

Barang Dalam Proses-Dept. Pembotolna Rp19.000.000,00


Barang Dalam Proses – Dpt. Penyampuran Rp19.000.000,00
(Untuk mencatat pemindahan barang dari Dept.
Pembotolan)

Persediaan Barang Jadi Rp11.000.000,00


Barang Dalam Proses – Dpt. Pembotolan
Rp11.000.000,00
(Untuk memindahkan hasil produksi ke persediaan
barang jadi)

- UNIT EKUIVALEN

Proses produksi seringkali membutuhkan waktu yang cukup panjang. Apabila proses
produksi berlangsung secara kontinyu, maka dalam suatu rentang waktu tertentu (misalkan
satu periode akuntansi), jarang sekali semua produk dapat diselesaikan. Maka dari itu sering
dijumpai barang-barang yang sedang diproses tetapi belum selesai. Jika dalam sistem harga
pokok pesanan dapat dengan mudah membebankan biaya produksi ke dalam unit-unit barang
yang belum selesai dikerjakan, karena pembebanan dilakukan pada setiap pesanan tertentu.
Maka pada sistem harga pokok proses tidak bisa dilakukan seperti itu, karena pembebanan
dilakukan pada proses (departemen produksi), sehingga perlu menghitung biaya produksi per
unit dan mengkaji pembebanan biaya yang telah dilakukan dan melekat pada barang tersebut.
Biaya produksi yang dibebankan ke dalam suatu proses terdiri dari bahan, tenaga
kerja, dan overhead. Biaya tenaga kerja ditambah biaya overhead disebut biaya konversi,
yaitu biaya untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Pada umumnya barang dalam
proses telah menyerap seluruh kebutuhan bahan, sedangkan biaya konversi masih diperlukan
untuk menyelesaikan proses sampai menjadi barang siap transfer atau menjadi hasil selesai.
Konsep unit ekuivalen memungkinkan kita untuk mengukur jumlah pekerjaan yang
dilakukan atas sejumlah unit barang yang baru setengah jadi dan menyatakannya dalam unit
barang telah jadi sepenuhnya. Sebagai contoh:
Perusahaan crayon "Aneka Warna" memiliki 10.000 unit crayon dalam persediaan
dalam proses pada akhir periode di Departemen Pengepakan. Setiap unit dari 10.000 unit
tersebut telah 80% selesai. Apabila biaya konversi berlangsung secara merata sepanjang
proses, maka mendapatkan 10.000 unit crayon dengan tingkat penyelesaian sepanjang proses
sebesar 80% sama dengan mendapat hasil pekerjaan 8.000 unit yang telah sepenuhnya selesai
(10.000 unit x 80%).
Jumlah Unit Persentase Jumlah
selesai sebagian x Tingkat Penyelesaian = Unit Ekuivalen

10.000 x 80% = 8.000


x

Formula di atas digunakan apabila semua elemen biaya terjadi secara merata sepanjang
proses. Hal ini biasa terjadi pada biaya konversi, namun tidak pada biaya bahan. Pada biaya
bahan diberikan pada tahapan tertentu dari suatu proses (tidak di sepanjang proses).
Misalkan pada awal proses di Departemen Penyampuran, dan bahan berupa karton diberikan
pada akhir proses di bagian pengepakan. Berapa unit ekuivalen untuk lilin, biaya konversi,
dan bahan karton yang ada dalam persediaan akhir sebanyak 10.000 crayon.
Persediaan akhir barang dalam proses di Departemen Penyampuran memiliki:
 100% bahan (lilin) karena bahan ditambahkan/dimasukkan ke dalam proses pada
tahan paling awal. Dengan demikian barang dalam proses ini memiliki 10.000 unit
ekuivalen bahan (lilin).
 Crayon yang belum selesai ini, setelah diproses lebih lanjut (setelah selesai 100% di
Departemen Penyampuran) akan dipindahkan ke Departemen Pengepakan. Crayon ini
belum terbungkus dalam box, Di Departemen Pengepakan, karton baru akan diberikan
di akhir proses. Oleh karena itu pada tahap awal di Departemen Pengepakan, crayon
memiliki 0 unit ekuivalen bahan.
 8.000 unit ekuivalen biaya konversi yang diterima periode yang lalu.

Unit ekuivalen digunakan untuk mengukur pekerjaan yang dilakukan selama suatu periode
yang dinyatakan dalam unit yang telah selesai penuh, dan untuk menentukan biaya produksi
atau harga pokok produk selesai.
Gambar 12-5 Tahapan dan Persentase Penyelesaian Produksi Crayon
Formula untuk menghitung unit ekuivalen produksi adalah sebagai berikut:

Unit Selesai dan Dikirim Unit Ekuivalen


Unit ekuivalen
ke Departemen + Persediaan Akir Barang =
Produksi
Selanjutnya Dalam Proses

Untuk mendapat pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep unit ekuivalen, cobalah
cermati dua contoh berikut ini:

Contoh 1: Pada suatu periode, seluruh unit yang dihasilkan oleh Departemen Penyampuran
di PT Mercu Suar masih berupa persediaan akhir barang dalam proses sebanyak 4.000 unit
dengan tingkat penyelesaian 60% untuk bahan, tenaga kerja, dan overhead. Unit ekuivalen
produksi untuk Departemen Penyampuran: 60% x 4.000 unit = 2.400 unit.

Contoh 2: Hasil dari Departemen Pengepakan pada PT Suara Alam selama periode terdiri
dari 10.000 unit selesai dan dikirim ke departemen selanjutnya, dan 5.000 unit berada dalam
persediaan akhir dengan tingkat penyelesaian 70% selesai. Dengan demikian, unit ekuivalen
produksi departemen ini adalah: 10.000 unit + (70% x 5.000 unit) = 13.500 unit.

Metoda untuk menghitung unit ekuivalen di atas disebut metoda Rata-rata Tertimbang.
Metoda ini mempertimbangkan tingkat penyelesaian (sebagai bobot/weight) dari unit yang
telah diselesaikan & dikirim ke departemen selanjutnya, dan persediaan akhir barang dalam
proses.
Penerapan Metoda Rata-rata Tertimbang Untuk memberi ilustrasi tentang penentuan unit
ekuivalen produksi dengan metoda Rata-rata Tertimbang, dimisalkan PT Bonanza
memproduksi roti kering melalui tiga departemen, yaitu Departemen Mixing, Baking, dan
Packaging. Bahan baku yang digunakan di Departemen Mixing terdiri dari tepung terigu,
garam, baking powder, yang dicampur dengan telur dan minyak sayur. Informasi yang
berhubungan dengan Departemen Mixing pada akhir bulan Juni adalah sebagai berikut:

DAPARTEMEN MIXING

% Tingkat Penyelesaian
Jumlah Unit
Bahan Biaya Konversi

Barang dalam proses, 1 Juni 100.000 100% 70%

Dimulai dalam proses 800.000

Total Unit 900.000

Unit dikirim ke Dept. Baking 700.000 100% 60%

Barang dalam proses, 30 Juni 200.000

Total Unit 900.000

Data di atas menunjukkan bahwa persediaan awal barang dalam proses terdiri dari bahan
dengan tingkat penyelesaian 100% dan biaya konversi dengan tingkat penyelesaian 70%.
Seperti telah diterangkan di atas, biaya konversi adalah jumlah biaya tenaga kerja ditambah
biaya overhead. Dengan kata lain, PT Bonanza memasukkan bahan baku ke dalam proses
pada tahap awal proses pembuatan roti kering. Biaya konversi (tenaga kerja dan overhead)
yang berkaitan dengan penyampuran (mixing) adonan tersebut terjadi secara merata
sepanjang proses telah terjadi 70% selesai. Persediaan akhir barang dalam proses terdiri dari
bahan (100%), dan biaya konversi (60% selesai). Informasi di atas dapat kita gunakan untuk
menentukan unit ekuivalen. Dengan metoda ini, persediaan awal barang dalam proses tidak
perhitungkan dalam formula penentuan unit ekuivlalen produksi. Unit yang dikirim Ke Dept.
Baking telah selesai sepenuhnya, baik untuk biaya bahan maupun biaya konversi.

Persediaaan akhir barang dalam proses telah menyerap biaya bahan seluruhnya (100%, tetapi
biaya konversi baru 60% selesai. Selanjutnya kita dapat membuat dua perhitungan unit
ekuivalen: satu untuk bahan dan yang lain untuk biaya konversi.

Persediaan akhir barang dalam proses telah menyerap biaya bahan seluruhnya 100%, tetapi
biaya konversi baru 60% selesai.

DEPARTEMEN MIXING

Unit ekuivalen
Bahan Biaya konversi
Unit dikirim ke departemen selanjutnya 700.000 700.000
Barang dalam proses, 30 juni
200.000 x 100% 200.000
200,000 x 60% 120.000
Total unit ekuivalen 900.000 820.000

Dengan demikian kita dapat memperluas formula perhitungan unit ekuivalen dari formula
sebelumnya menjadi seperti di bawah ini :
CONTOH SOAL (12-2)
Departemen Fabrikasi memiliki data produksi dan biaya untuk bulan ini sebagai berikut :

Barang dalam proses Unit dikirim ke Barang dalam proses


awal Departemen selanjutnya akhir

-0- 15.000 10.000

Bahan diberikan pada awal proses. Barang dalam proses akhir berjumlah 300 unit dengan
tingkat penyelesaian untuk biaya konversi 30% selesai. Hitunglah unit ekuivalen produksi
untuk (a) bahan, dan (b) biaya konversi.

Penyelesaian :
Karena bahan dimasukkan pada awal proses, maka unit ekuivalen barang dalam proses akhir
adalah 10.000. Dengan demikian unit ekuivalen produksi untuk bahan adalah: 15.000 +
10.000 = 25.000.
Karena tingkat penyelesaian untuk biaya konversi dalam persediaan akhir barang dalam
proses hanya 30% selesai, maka unit ekuivalen barang dalam proses akhir adalah: 30% x
10.000 = 3.000. Dengan demikian unit ekuivalen produksi untuk biaya konversi adalah:
15.000 + 3.000 = 18.000.

Laporan harga pokok produksi


Laporan harga pokok produksi merupakan dokumen utama yang digunakan manajemen
untuk memahami aktivitas dalam suatu departemen. Laporan tersebut menunjukkan kuantitas
produksi dan data biaya yang menyangkut departemen yang bersangkutan. Sebagai contoh,
dalam memproduksi roti kering, PT Bonanza memiliki tiga laporan harga pokok produksi,
yaitu untuk: Mixing, Baking, dan Packing seperti dilukiskan dalam Gambar 12-6 berikut ini.

Gambar 12-6 Aliran Biaya Pada Produksi Roti

Catatan : BDP = Barang dalam Proses


Untuk menyelesaikan suatu laporan harga pokok produksi, perusahaan harus
melakukan empat langkah yang secara keseluruhan membentuk suatu sistem harga
pokok proses.
1. Menghitung aliran unit fisik.
2. Menghitung unit ekuivalen produksi.
3. Menghitung harga pokok produksi per unit.
4. Menyusun ikhtisiar rekonsiliasi biaya.
 CONTOH SISTEM HARGA POKOK PROSES

Misalkan Departemen Mixing pada PT Bonanza untuk bulan Juni memiliki data seperti
nampak di bawah ini. Kita akan menggunakan informasi tersebut untuk menyelesaikan
laporan harga pokok produksi pada Departemen Mixing.
 MENGHITUNG ALIRAN UNIT FISIK (TAHAP 1)

Unit Fisik adalah unit sesungguhnya yang harus diperhitungkan selama suatu
periode. Untuk mengikuti jejak-jejak unit tersebut, tambahkan unit yang dimulai
(atau ditransfer) ke produksi selama periode, ke unit yang ada dalam proses
pada awal periode.

Total unit inilah yang harus diperhitungkan hasilnya untuk periode yang
bersangkutan. Hasil tersebut terdiri dari unit yang ditransfer/dikirim selama
periode dan unit yang masih dalam proses pada akhir periode. Jumlah keduanya
merupakan total unit yang diperhitungkan. Sebagai contoh, aliran unit fisik pada
PT Bonanza dalam memproduksi roti adalah sebagai berikut :

Catatan di atas menunjukkan bahwa Departemen Mixing harus memperhitungkan


900.000 unit atau hasil penjumlahan dari unit yang ditransfer ke Departemen Baking
sebanyak 700.000 unit dan 200.000 unit yang masih dalam proses.

 MENGHITUNG UNIT EKUIVALEN PRODUKSI (TAHAP 2)


Setelah aliran unit fisik diketahui, PT Bonanza selanjutnya harus
mengukur produktivitas Departemen Mixing dalam bentuk unit ekuivalen
produksi. Departemen Mixing memasukkan bahan pada awal proses produksi,
dan mengeluarkan biaya konversi secara merata sepanjang proses. Dengan
demikian, kita perlu menghitung dua macam unit ekuivalen : satu untuk bahan,
dan satu lagi untuk biaya konversi. Perhitungan unit ekuivalen tersebut adalah
sebagai berikut :

 Menghitung Biaya Produksi Per Unit (Tahap 3)


Biaya produksi per unit adalah biaya yang dinyatakan dalam unit ekuivalen produksi. Apabila
unit ekuivalen untuk bahan dan biaya konversi berbeda, maka kita harus menghitung tiga
biaya per unit, yaitu :
1) Bahan
2) Biaya konversi
3) Total produksi

1. Menghitung Biaya Bahan Per Unit.


Sebelum menghitung biaya bahan per unit, hitung total biaya bahan untuk membuat roti
kering sebagai berikut :
Barang dalam proses, 1 Juni
Biaya bahan langsung Rp 50.000.000
Biaya yang ditambahkan selama bulan Juni : 400.000.000
450.000.000

Perhitungan biaya bahan per unit adlah sebagai berikut :


Total Biaya Bahan : Unit Ekuivalen – Bahan = Biaya Bahan per Unit
Rp 450.000.000 : 900.000 = Rp 500

2. Menghitung Biaya Konversi Per Unit


Dalam menghitung biaya konversi per unit, terlebih dahulu hitung total biaya konversi
sebagai berikut :

Barang dalam proses, 1 Juni


Biaya konversi Rp 35.000.000
Biaya yang ditambahkan selama bulan Juni 170.000.000
Total biaya konversi 205.000.000

Perhitungan biaya konversi per unit adalah sebagai berikut :


Total Biaya Konversi : Unit Ekuivalen – Konversi = Biaya Bahan per Unit
Rp 205.000.000 : 82.000 = Rp 250

3. Menghitung Biaya Produksi Per Unit


Dengan demikian biaya produksi per unit dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Biaya Bahan Konversi + Biaya Konversi per Unit = Biaya Produksi per Unit
Rp 500 + Rp 250 = Rp 750
 Menyusun Ikhtisar Rekonsiliasi Biaya (Tahap 4)
Sekarang kita dapat menentukan biaya produksi barang yang dipindahkan dari
Departemen Mixing ke Departemen Baking, dan biaya yang melekat pada persediaan
akhir. Total biaya yang harus diperhitungkan pada Departemen Mixing dalam bulan Juni
adalah Rp 655.000.000 dengan perincian sebagai berikut :

Biaya yang harus diperhitungkan :


Barang dalam proses, 1 Juni Rp 85.000.000
Dimasukkan ke dalam produksi 570.000.000
Total biaya Rp 655.000.000

Pada tiap akhir bulan perusahaan menyusun ikhtisar rekonsiliasi biaya untuk
membebankan total biaya di atas ke
a. Unit yang dipindahkan ke Departemen Baking, dan
b. Persediaan akhir barang dalam proses.

Dari ikhtisar rekonsiliasi biaya diatas, nampak bahwa biaya produksi perunit untuk barang yang telah
selesai diproses di departemen mixing dan selanjutnya dikirim ke departemen baking adalah Rp
750,00. Namun, untuk barang yang belum selesai diproses sampai dengan akhir bulan (persediaan
akhir barang dalam proses) perlu dirinci biaya bahan per unit dan biaya konversi per unit dengan
memperhatikan unit ekuivalen produksi sesuai dengan tingkat penyelesaian masing-masing
komponen biaya produksi

PENYUSUNAN LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI

Setelah keempat tahapan di atas di lakukan, sekarang perusaaan siap untuk menyusun laporan
harga pokok produksi untuk Departemen Mixing. Seperti telah diterangkan di muka, laporan ini
merupakan laporan internal untuk manajemen yang menunjukkn kuantitas produk dan data biaya
untuk suatu departemen produksi.

Ada empat tahapan yang harus dilakukan dalam menyusun suatu laporan harga pokok produksi,
yaitu :

1. Membuat ikhtisar unit fisik

2. Menghitung unit ekuivalen

3. Menghitung biaya produksi per unit

4. Menyusun ikhtisar rekonsiliasi biaya.

Gambar 17.2 berikut adalah contoh laporan harga pokok produksi untuk Departemen Mixing.
Laporan tersebut menunjukkan keempat tahapan di atas.
Laporan biaya produksi dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis produktivitas suaru
departemen. Selain itu, manejer dapat menggunakan dara biaya untuk menilai kewajaran biaya per
unit dan biaya total. Dengan membandingkan kuantitas dan data biaya dengan tujuan yang telah
ditetapkan di muka, manajemen puncak dapat menilai apakah kinerja tahun ini memenuhi tujuan
yang telah ditetapkan

CONTOH SOAL DAN PENYELESAIANNYA (12-3)

Pada bulan Maret, PT Roda memiliki data biaya produksi per unit sebagai berikut: bahan
Rp6.000,00 dan biaya konversi Rp9.000,00. Pada tanggal 1 Maret tidak ada barang dalam
proses. Selama bulan Maret ditransfer 12.000 unit. Pada tanggal 31 Maret terdapat 800 unit
persediaan akhir barang dalam proses dengan tingkat penyelesaian 100% untuk bahan dan
25% untuk biaya konversi. Total biaya yang harus diperhitungkan berjumlah
Rp186.600.000,00.
(a) Hitunglah jumlah unit yang harus diperhitungkan.
(b) Hitunglah unit ekuivalen produksi.
(c) Buatlah ikhtisar rekonsiliasi biaya, termasuk harga pokok produksi barang yang ditranfer
dan barang dalam proses.

CONTOH SOAL DAN PENYELESAIANNYA (12-4)

PT Semerbak memproduksi minyak wangi yang diberi merek "Harum” dalam botol plastik.
Mengingat bahwa pemasaran minyak wangi penuh dengan persaingan, perusahaan sangat
serius dalam menjaga agar biaya selalu terkendali. Minyak wangi Harum diproduksi melalui
tiga departemen, yaitu: Departemen Penyampuran, Departemen Pembotolan, dan
Departemen Pembungkusan. Pada semua proses, bahan dimasukkan pada awal proses,
sedangkan tenaga kerja dan overhead terjadi secara merata sepanjang proses. Perusahaan
menggunakan metode rata-rata tertimbang dalam menghitung biaya produksi. Berikut ini
adalah laporan harga pokok produksi yang belum selesai pada Departemen Penyampuran
untuk bulan Mei.

Informasi tambahan:

Barang dalam proses, 1 Mei, 1.000 unit


Bahan, 1.000 unit (100% selesai) Rp49.100.000
Konversi, 1.000 unit (70% selesai) 7.200.000 Rp56.300.000

Biaya bahan bulan Mei, 2.000 unit 100.000.000


Biaya konversi bulan Mei 19.320.000
Barang dalam proses 31 Mei, 800 unit dengan tingkat penyelesaian 100% untuk bahan, dan
50% untuk biaya konversi.
Diminta:
(a) Buatlah laporan harga pokok produksi Departemen Penyampuran untuk bulan Mei 2012.
(b) Buatlah jurnal untuk mencatat barang yang ditransfer dan Depertemen Penyampuran ke
Departemen Pembotolan.
(c) Jelaskan mengapa PT Semerbak menggunakan sistem biaya proses untuk menghitung
biaya produksinya.

PT SEMERBAK
Departemen Penyampuran
Laporan HPP
Untuk Bulan yang Berakhir Tanggal 31 Mei
2012
Jumlah Unit Ekuivalen
Unit Biaya Bahan Biaya Konversi
Tahap 1 Tahap 2

KUANTITAS Tahap 2
Unit yang harus diperhitungkan:
Barang dalam proses, 1 Mei 1.000
Dimasukan dalam produksi 2.000
Total unit 3.000
Perhitungan unit:
Dikirim ke Dept. baking 2.200 ? ?
Barang dalam proses, 31 Mei 800 ? ?
Total unit 3000 ? ?

BIAYA Tahap 3
Biaya per unit Bahan Konversi Total
Biaya bulan ( a) ? ? ?
Unit ekuivalen (b) ? ?
Bayar per. Unit [(a) : (b)] ? ? ?
Biaya yang harus diperhitungkan Rp 56.300.000
Barang dalam proses, 1 Mei 119.320.000
Dimasukan dalam produksi Rp 175.620.000
Total biaya

IKHTISAR REKONSIIASI BIAYA Tahap 4


Perhitugan biaya:
Ditransfer ?
Dalam proses , 31 Mei
Bahan ?
Biaya konversi ? ?
Total biaya ?
Penyelesaian:
(A)

PT SEMERBAK
Departemen Penyampuran
Laporan HPP
Untuk Bulan yang Berakhir Tanggal 31 Mei
2012
Jumlah Unit Ekuivalen
Unit Biaya Bahan Biaya Konversi
Tahap 1 Tahap 2

KUANTITAS Tahap 2
Unit yang harus diperhitungkan:
Barang dalam proses, 1 Mei 1.000
Dimasukan dalam produksi 2.000
Total unit 3.000
Perhitungan unit:
Dikirim ke Dept. baking 2.200 2.200 2.200
Barang dalam proses, 31 Mei 800 800 400
Total unit 3000 3..000 2.600 (800 x 50%)

BIAYA Tahap 3
Biaya per unit Bahan Konversi Total
Biaya bulan ( a) Rp 149.100.000 Rp 26.520.000 Rp 175.620.000
Unit ekuivalen (b) 3.000 2.600
Bayar per. Unit [(a) : (b)] Rp 49.700 rp 10.200 Rp 59.900
Biaya yang harus diperhitungkan Rp 56.300.000
Barang dalam proses, 1 Mei 119.320.000
Dimasukan dalam produksi Rp 175.620.000
Total biaya

IKHTISAR REKONSILIASI BIAYA Tahap 4


Perhitugan biaya:
Ditransfer 131.780.000
Dalam proses , 31 Mei
Bahan Rp 39.760.000
Biaya konversi 4.080.000 43.840.000
Total biaya Rp 175.620.000
(B)

Barang dalam proses – pembotolan Rp 131.780.000


Barang dalam proses – penyampuran Rp 131.780.000

(C)

Perusahaan menguunakan sistem biaya proses untuk membebankan biaya pada produk yang serupa
dan diproduksi secara masal. PT Semerbak menggunakan sistem biaya proses karena dalam proses
produksi minyak wangi, sekali produksi dimulai, maka proses produksi akan berjalan terus menerus
sampai terbentuk minyak wangi. Proses produksi persis sama – dengan jumlah bahan, tenaga kerja
dan biaya overhead yang sama pula. Setiap botol minyak wangi “Harum” tidak berbeda satu sama
lain.

Anda mungkin juga menyukai