Anda di halaman 1dari 8

1. A.

Analisalah kasus diatas menggunakan Asas-asas Hukum Perjanjian yang sesuai


jawab :
1. Asas Konsensualisme (concensualism) Asas konsensualisme dapat disimpulkan dalam
Pasal 1320 ayat (1) KUHPer. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat
sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak. Asas ini
merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada umumnya tidak diadakan secara
formal, melainkan cukup dengan adanya kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan
adalah persesuaian antara kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.
Asas konsensualisme muncul diilhami dari hukum Romawi dan hukum Jerman. Di dalam
hukum Jerman tidak dikenal istilah asas konsensualisme, tetapi lebih dikenal dengan
sebutan perjanjian riil dan perjanjian formal. Perjanjian riil adalah suatu perjanjian yang
dibuat dan dilaksanakan secara nyata (dalam hukum adat disebut secara kontan).
Sedangkan perjanjian formal adalah suatu perjanjian yang telah ditentukan bentuknya,
yaitu tertulis (baik berupa akta otentik maupun akta bawah tangan). Dalam hukum
Romawi dikenal istilah contractus verbis literis dan contractus innominat. Artinya, bahwa
terjadinya perjanjian apabila memenuhi bentuk yang telah ditetapkan. Asas
konsensualisme yang dikenal dalam KUHPer adalah berkaitan dengan bentuk perjanjian.

2. Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract) Asas kebebasan berkontrak dapat


dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPer, yang berbunyi: “Semua perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.”
Asas ini merupakan suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk: (1)
membuat atau tidak membuat perjanjian; (2) mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
(3) menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya, serta (4) menentukan
bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan. Pada akhir abad ke-19, akibat desakan
paham etis dan sosialis, paham individualisme mulai pudar, terlebih-lebih sejak
berakhirnya Perang Dunia II. Paham ini kemudian tidak mencerminkan keadilan.
Masyarakat menginginkan pihak yang lemah lebih banyak mendapat perlindungan. Oleh
karena itu, kehendak bebas tidak lagi diberi arti mutlak, akan tetapi diberi arti relatif,
dikaitkan selalu dengan kepentingan umum. Pengaturan substansi kontrak tidak semata-
mata dibiarkan kepada para pihak namun perlu juga diawasi. Pemerintah sebagai
pengemban kepentingan umum menjaga keseimbangan kepentingan individu dan
kepentingan masyarakat. Melalui penerobosan hukum kontrak oleh pemerintah maka
terjadi pergeseran hukum kontrak ke bidang hukum publik. Oleh karena itu, melalui
intervensi pemerintah inilah terjadi pemasyarakatan hukum kontrak/perjanjian.

3. Asas Kepastian Hukum (pacta sunt servanda) Asas kepastian hukum atau disebut juga
dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas yang berhubungan dengan akibat
perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak ketiga
harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya
sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi
kontrak yang dibuat oleh para pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam
Pasal 1338 ayat (1) KUHPer. Asas ini pada mulanya dikenal dalam hukum gereja. Dalam
hukum gereja itu disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian bila ada kesepakatan antar
pihak yang melakukannya dan dikuatkan dengan sumpah. Hal ini mengandung makna
bahwa setiap perjanjian yang diadakan oleh kedua pihak merupakan perbuatan yang
sakral dan dikaitkan dengan unsur keagamaan. Namun, dalam perkembangan selanjutnya
asas pacta sunt servanda diberi arti sebagai pactum, yang berarti sepakat yang tidak perlu
dikuatkan dengan sumpah dan tindakan formalitas lainnya. Sedangkan istilah nudus
pactum sudah cukup dengan kata sepakat saja.

4. Asas Itikad Baik (good faith) Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3)
KUHPer yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini
merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan
substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan
baik dari para pihak. Asas itikad baik terbagi menjadi dua macam, yakni itikad baik nisbi
dan itikad baik mutlak. Pada itikad yang pertama, seseorang memperhatikan sikap dan
tingkah laku yang nyata dari subjek. Pada itikad yang kedua, penilaian terletak pada akal
sehat dan keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan (penilaian
tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif. Berbagai putusan Hoge Raad (HR)
yang erat kaitannya dengan penerapan asas itikad baik dapat diperhatikan dalam
kasuskasus posisi berikut ini. Kasus yang paling menonjol adalah kasus Sarong Arrest
dan Mark Arrest. Kedua arrest ini berkaitan dengan turunnya nilai uang (devaluasi)
Jerman setelah Perang Dunia I (Salim H.S, 2004: 3).

5. Asas Kepribadian (personality) Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan


bahwa seseorang yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk
kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340
KUHPer. Pasal 1315 KUHPer menegaskan: “Pada umumnya seseorang tidak dapat
mengadakan perikatan atau perjanjian selain untuk dirinya sendiri.” Inti ketentuan ini
sudah jelas bahwa untuk mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk
kepentingan dirinya sendiri. Pasal 1340 KUHPer berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku
antara pihak yang membuatnya.” Hal ini mengandung maksud bahwa perjanjian yang
dibuat oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun demikian,
ketentuan itu terdapat pengecualiannya sebagaimana diintridusir dalam Pasal 1317
KUHPer yang menyatakan: “Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak
ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian kepada
orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.” Pasal ini mengkonstruksikan bahwa
seseorang dapat mengadakan perjanjian/ kontrak untuk kepentingan pihak ketiga, dengan
adanya suatu syarat yang ditentukan. Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUHPer, tidak
hanya mengatur perjanjian untuk diri sendiri, melainkan juga untuk kepentingan ahli
warisnya dan untuk orang-orang yang memperoleh hak daripadanya. Jika dibandingkan
kedua pasal itu, maka Pasal 1317 KUHPer mengatur tentang perjanjian untuk pihak
ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 KUHPer untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli
warisnya dan orang-orang yang memperoleh hak dari yang membuatnya. Dengan
demikian, Pasal 1317 KUHPer mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan Pasal 1318
KUHPer memiliki ruang lingkup yang luas

1 B. Apakah kasus diatas dapat digolongkan sebagai tindakan Wan Prestasi?Uraikan


JAWAB : Iya karena Wanprestasi dapat berupa: (i) tidak melaksanakan apa yang
diperjanjikan; (ii) melaksanakan yang diperjanjikan tapi tidak sebagaimana mestinya; (iii)
melaksanakan apa yang diperjanjikan tapi terlambat; atau (iv) melakukan sesuatu yang
menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Pihak yang merasa dirugikan akibat adanya
wanprestasi bisa menuntut pemenuhan perjanjian, pembatalan perjanjian atau meminta
ganti kerugian pada pihak yang melakukan wanprestasi. Ganti kerugiannya bisa meliputi
biaya yang nyata-nyata telah dikeluarkan, kerugian yang timbul sebagai akibat adanya
wanprestasi tersebut, serta bunga. Wanprestasi ini merupakan bidang hukum perdata.

2. Hukum Perseroan Terbatas di Indonesia


a. Modal
Untuk memahami arti dari penanaman modal, penanam modal, dan modal kita
bisa melihat pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
Pasal 1 angka 1 UU Penanaman Modal menjelaskan bahwa Penanaman modal adalah
segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun
penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia.
Pasal tersebut memberikan titik tekan pada kegiatannya, yaitu menanam modal. Kegiatan
mana dapat dilakukan oleh penanam modal dalam negeri ataupun penanam modal asing
yang berasal dari luar Indonesia. Pada akhir pasal tersebut juga menegaskan bahwa
undang-undang ini mengatur kegiatan menanam modal yang usahanya dilakukan di
wilayah negara Republik Indonesia. Sehingga undang-undang ini tidak mengatur
kegiatan menanam modal yang usahanya dilakukan diluar wilayah negara Republik
Indonesia. Penanam modal menurut Pasal 1 angka 4 UU Penanaman Modal adalah
perseorangan atau badan usaha yang melakukan penanaman modal yang dapat berupa
penanam modal dalam negeri dan penanam modal asing. Permodalan yang diperlukan
oleh negara kita untuk pencapaian pembangunan ekonomi adalah dalam bentuk investasi
dengan memanfaatkan pemupukan dan pemanfaat modal dalam negeri dan modal luar
negeri secara maksimal yang terutama diarahkan kepada usaha-usaha rehabilitasi,
pembaharuan, perluasan dan pembangunan baru di bidang produksi barangbarang dan
jasa. Oleh karenanya modal dari masyarakat umum dimobilisasi secara maksimal.
Berkaitan dengan upaya pemupukan modal dalam bentuk investasi tersebut, dalam kurun
waktu 2001-2003 ternyata dorongan investasi pembentukan modal terhadap pertumbuhan
ekonomi hanya tumbuh 3,5 % dan 2,1 % pertahun, dan sampai dengan tahun 2003 tingkat
investasi baru mencapai 69,2 % dibandingkan dengan volume investasi tahun 1997.13
Padahal di harapkan pertumbuhan ekonomi pada lima tahun ke depan pada kisaran 6,3
%- 6,8 % dan terus meningkat mencapai 7 % atau lebih jika pemulihan ekonomi secara
global dapat dicapai lebih cepat, dimana Penanaman Modal merupakan sarana
pemupukan modal yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi bangsa
Indonesia.
Pointers utama Pasal 1 angka 4 diatas ialah penanam modal adalah pihak yang
melakukan kegiatan menanam modal. Pihak mana dapat berupa orang-perseorangan
ataupun berbentuk badan usaha yang berasal dari dalam ataupun luar negeri. Modal
menurut Pasal 1 angka 7 UU Penanaman Modal adalah aset dalam bentuk uang atau
bentuk lain yang bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai
ekonomis. Jika kita perhatikan dari pengertian penanaman modal dan penanam modal
sebelumnya maka modal merupakan apa yang ditanam (asset) dalam kegiatan penanaman
modal oleh pihak penanam modal. Apa yang ditanam dapat berupa uang atau bentuk lain
selain uang yang memiliki nilai ekonomis. Jika uang atau bentuk lain selain uang yang
ditanam tersebut tidak memiliki nilai ekonomis maka ia tidak dapat dikategorikan sebagai
modal atau asset.

2. B. SAHAM
adalah surat yang menjadi bukti seseorang memiliki bagian modal suatu
perusahaan. Seseorang yang memiliki saham memiliki hak atas sebagian aset perusahan.
Sebagai contoh, jika perusahaan menerbitkan 1000 lembar saham dan seseorang
memiliki 200 lembar saham di perusahaan tersebut, maka orang tersebut sebenarnya
memiliki 20% kepemilikan aset di perusahaan tersebut. Pemegang saham mayoritas
akan memiliki hak kendali atas suatu perusahaan. Pemilik saham juga memiliki hak
untuk mendapatkan dividen sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Perolehan
dividen ini biasanya tergantung keuntungan dari perusahaan tersebut dan telah diatur
sesuai dengan anggaran dasar perusahaan. Penerbitan saham merupakan salah satu cara
perusahaan untuk mendapatkan dana segar atau modal untuk pengembangan bisnis
secara jangka panjang. Saham sendiri dapat diperjualbelikan melalui Bursa Efek dengan
harga yang berubah-ubah sesuai kondisi perusahaan dan juga kondisi ekonomi.

3. SURAT SANGGUP
A. Pengertian Surat Sanggup
Surat sanggup ialah surat (akta) yang berisi kesanggupan seorang debitur untuk
membayar sejumlah uang tertentu kepada seorang kreditur atau penggantinya. Surat
Sanggup adalah surat pengakuan utang yang dibuat oleh debitur atas permintaan
kreditur.
Berdasarkan kitab Undang-Undang Hukum Dagang,surat sanggup diartikan
sebagai penyanggupan tak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu pada
tanggal jatuh tempo dan pada tempat pembayaran yang ditentukan dengan
mencantumkan nama orang yang kepadanya pembayaran itu harus dilakukan atau yang
kepada tertunjuk pembayaran harus dilakukan dengan ditandatangani oleh orang yang
mengeluarkan surat sanggup.
Istilah Surat Sanggup merupakan terjemahan dari orderbriefje (Belanda),billet a
ordre (Perancis),promissory note (Inggris).Surat ini juga dikenal dengan surat aksep
(accept) yang berarti setuju.Istilah sanggup dan setuju sama-sama menunjukkan adanya
janji untuk membayar sejumlah uang kepada pemegang atau penggantinya pada waktu
tertentu.Janji sanggup atau setuju yang dibuat oleh penerbit,menyebabkan kedudukan
penerbit sama dengan seorang akseptan dalam wesel.

3. B. Pengaturan Surat Sanggup


Mengenai syarat-syarat formil surat sanggup diatur dalam pasal 174 KUHD.Menurut
ketentuan pasal tersebut,setiap surat sanggup harus memuat syarat-syarat berikut ini :
1. Baik klausula order,penyebutan surat sanggup,atau promes atas pengganti,harus
dimuat dalam teksnya sendiri dan diistilahkan dalam bahasa surat itu ditulis.
2. Kesanggupan tanpa syarat untuk membayar sejumlah uang tertentu.
3. Penetapan hari bayarnya.
4. Penetapan tempat dimana pembayaran harus dilakukan.
5. Nama orang kepada siapa atau penggantinya pembayaran harus dilakukan.
6. Tanggal dan tempat surat sanggup itu ditandatangani.
7. Tanda tangan orang yang mengeluarkan surat sanggup.
Syarat-syarat formil tersebut diatas ini mutlak harus dipenuhi oleh sepucuk surat
sanggup.Hal ini ditentukan dalam pasal 175,yang menyatakan bahwa apabila salah satu
dari syarat-syarat tersebut tidak ada,surat itu tidak berlaku sebagai surat sanggup.

 Perilaku Penimbunan Barang


a. hak-hak konsumen
Sesuai dengan yang diatur oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 Pasal 1 ayat 2
tentang perlindungan konsumen. Konsumen adalah semua pihak yang menggunakan
atau memakai barang atau jasa yang ada di masyarakat, baik itu untuk kepentingan
pribadi, orang lain maupun lainnya dan tidak untuk dijual kembali. Kata lainnya,
sebagian besar dari konsumen merupakan pengguna akhir dari suatu barang ataupun
jasa. Jika pembelian barang tersebut tujuannya adalah untuk dijual kembali, maka
pembeli tersebut adalah konsumen antara yang dikenal dengan distributor atau
pengecer. Kata konsumen sendiri awalnya muncul dari consumer yang artinya setiap
orang yang menggunakan atau mengkonsumsi suatu produk baik itu barang maupun
jasa.
Konsumen memiliki hak atas kenyamanan, keamanan serta keselamatan dalam
penggunaan produk tersebut baik itu barang maupun jasa.
 Konsumen memiliki hak atas pilihannya terhadap barang atau jasa sesuai dengan nilai
tukar uang dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan
 Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan informasi yang benar, jelas dan jujur
terkait kondisi dan jaminan barang atau jasa yang dibeli.
 Konsumen memiliki hak untuk didengar pendapat serta keluhan terkait barang atau
jasa yang digunakan
 Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan atau upaya
penyelesaian masalah atau sengketa perlindungan konsumen secara patut
 Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan pembinaan serta pendidikan
 Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan perlakuan serta pelayanan yang baik dan
jujur juga tidak diskriminatif
 Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi serta penggantian
apabila barang atau jasa yang diterima tidak sesuai
 Yang terakhir adalah hak-hak yang diatur dalam ketentuan perundang-undangan
lainnya.

4 B. hak-hak pelaku usaha

Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian penyelenggaraan kegiatan usaha dalam berbagai
bidang ekonomi.
Hak pelaku usaha adalah:

a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi
dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak
baik;
c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen;
d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai