JANUARI 2015
Financial Times. Sedemikian rapi dan cerdasnya hingga tim auditor eksternal sekelas Ernst &
Young (EY) tak mampu mencium aroma busuk dari laporan keuangan Toshiba. Belum ada
dugaan kantor akuntan itu terlibat dalam skandal.
CEO memang tidak menginstruksikan langsung untuk melakukan penyimpangan tetapi
memasang pencapaian target yang tinggi. Ini yang membuat karyawan pusing kepala. Apalagi
ditambah budaya Toshiba yang kurang baik: tidak bisa melawan atasan. Maksudnya melawan
adalah koreksi atas kesalahan manajemen mengambil keputusan. Dalam kasus Toshiba, bawahan
tidak bisa mengkoreksi penetapan target oleh CEO yang bahkan tidak realistis dengan kondisi
bisnis dan perusahaan. Bahasa mudahnya, CEO berkata, Terserah kamu mau ngapain, pokoknya
akhir tahun harus profit!
Selain itu, sistem kompensasi karyawan yang dihitung dari kinerja keuangan juga turut andil di
dalamnya. Maka muncullah ide-ide kreatif dari karyawannya untuk mencapai target yang
ditetapkan. Celakanya kreatifitas kali ini bukan dalam riset pengembangan atau pemasaran
namun dalam hal perlakuan akuntansi. Dibuatlah laporan keuangan dengan profit tinggi padahal
tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Solusi
Dalam kasus skandal akuntansi di dalam Toshiba Corporation ini menunjukan perilaku bisnis
yang kurang baik. Dilihat dari etika pada kasus ini adanya tindakan kecurangan dalam
pembuatan laporan keuangan dengan menaikan laba operasional. Dalam menciptakan etika
bisnis yang baik dikasus ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Pengendalian Diri
Pencapaian target dalam suatu perusahaan sangatlah penting untuk meningkatkan laba bagi
perusahaan. Akan tetapi jika belum mencapai target seharusnya Hisao Tanaka dan pihak yang
terkait dalam kasus ini harusnya menahan diri untuk melakukan niat tersebut, Agar kasus yang
salah ini dapat terhindari.
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Sosial Responsibility)
Dilihat dari pengembangan tanggung jawab sosialnya, para pihak yang terkait dalam
penyimpangan pencatatan ini tidak dapat memegang tanggung jawab sosialnya yang telah
diberikan masyarakat kepada perusahaan toshiba karena hanya mementingkan dirinya pribadi
sehingga berani melakukan penyimpangan pencatatan keuntungan pada perusahaan.
3. Mempertahankan Jati Diri Tidak Mudah Untuk Terombang-Ambing Oleh Pesatnya
Perkembangan Informasi Dan Teknologi.
Dalam kasus ini penyimpangan pencatatan toshiba selaku CEO dan presiden Hisao Tanaka
seharusnya dapat mempertahankan jadi dirinya sebagai CEO dan Presiden yang seharusnya
dijalankan dengan benar dengan tidak memanipulasi data laporan keuangan.
Kesimpulan
Di dalam dunia bisnis pentingnya menerapkan etika bisnis yang baik untuk pencapaian tujuan
yang ingin dicapai dengan cara halal sesuai dengan tahap-tahap yang seharusnya, bukan dengan
cara menghalalkan segala cara agar dapat pencapaian tujuan tersebut.
eksekutif perusahaan telah menekan unit bisnis perusahaan, mulai dari unit personal
computer sampai ke unit semikonduktor dan reaktor nuklir untuk mencapai target laba yang
tidak realistis. Laporan itu juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara
terus-menerus dilakukan sebagai kebijakan resmi dari manajemen, dan tidak mungkin bagi
siapa pun untuk melawannya, sesuai dengan budaya perusahaan Toshiba.
a. Metode yang berhubungan dengan waktu tertunda dari recording operating expense.
Di mana layanan yang melibatkan iklan atau logistik biaya telah disediakan, meminta vendor
untuk menunda penerbitan faktur sampai kuartal berikutnya untuk mencatat pengeluaran pada
kuartal berikutnya. Penundaan pencatatan jelas berdampak pada laporan keuangan dimana
seharusnya dibukukan pada bulan ini tapi perusahaan menunda pencatatan sehingga bulan
terjadinya transakti tidak nyata karena ada transaksi yang tidak terecord dan ini tidak sesuai
pada PSAK 01 dan 02. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan
tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun,
sebagai
tambahan
terhadap
periode
cakupan
laporan
keuangan,
maka
entitas
mengungkapkan:
Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek
Fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan
secara keseluruhan.
b. Metode yang berkaitan dengan Ketetapan
Pendapatan diakui lebih besar dibandingkan kenyataannya dan diakui lebih awal agar
perusahaan kelihatan lebih profitable,
Pendapatan diakui lebih kecil dari kenyataannya dan diakui lebih belakangan agar
perusahaan kelihatan tidak profitable ,
over-riding curent profit polic, dan tekanan yang kuat untuk mencapai target anggaran di
pertemuan bulanan CEO. Presiden mengindikasikan target untuk meningkatkan pendapatan
ditetapkan sebagai challeenges untuk setiap presiden perusahaan dengan saran yang kuat
bahwa mereka perlu menarik diri dari bisnis mereka jika mereka tidak meningkatkan
keuntungannya.
Keterangan : Catatan (1) tercatat hanya ketika (2) lebih besar dari (1). Laba yang masih harus
dibayar dan kerugian yang dicatat untuk periode saat ini (penjualan - biaya penjualan)
dikurangi.
PSAK 14 Persediaan
Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui
sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan
nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan
harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Selama
TA 2013,semiconductor & storage company mencatat total kerugian sekitar JYP 8,0 miliar { JYP
4,5 miliar dari persediaan dijual produk untuk pelanggan tertentu / penggunaan spesifik
(persediaan ASIC), JYP 3,4 miliar pada persediaan (SRPJ persediaan) untuk bagian produsen
Pengurangan biaya meminta pembuat panel dan produsen ODM / OEM untuk mengurangi
harga jual mereka bagi Toshiba. Pengurangan biaya akan tercermin dalam harga pembelian
bahkan dalam kasus di mana ada kemungkinan kecil untuk mencapai biaya pengurangan.
PSAK No.25 (Laba atau Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan,Kesalahan mendasar dan
perubahan kebijakan)
Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan
dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau
kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi PSAK baru. Apabila perusahan telah mengetahui ada praktik tidak sehat dalam
perusahaan seharusnya dihentikan. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan terutama
tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang
akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang.
Jumlah penyesuaian untuk tujuan akuntansi terhadap keempat metode tersebut sebagai
berikut:
3. KEBIJAKAN AKUNTANSI
Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Menunjuk sebuah
komite khusus untuk mencoba memenangkan kembali kepercayaan dan mencegah
penyimpangan lebih lanjut. Toshiba perlu meningkatkan reformasi struktural yang bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan secara nyata.Toshiba juga harus mendeskripsikan langkahlangkah untuk mereformasi budaya perusahaan disalahkan yang menekan manajer untuk
memenuhi target realistis, dan untuk memperkuat fungsi pengawasan komite audit. Teknik yang
digunakan oleh perusahaan baik besar maupun sedang ialah mampu menilai dan mengatasi
resiko salah saji.
4. KESIMPULAN
Kasus Toshiba bukanlah yang pertama di Jepang atau dunia. Toshiba melakukan berbagai
cara baik mengakui pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya pada periode
tertentu namun dengan metode yang menurut investigator tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi. Seperti kesalahan penggunaan percentage of completion untuk pengakuan
pendapatan proyek, cash based ketika penggunaan provisi yang seharusnya dengan metode
akrual memaksa supplier menunda penerbitan tagihan meski pekerjaan sudah selesai. .
Manajemen biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar itu sebelum akhir
kuartal/tahun fiskal.
Hal ini mendorong kepala unit bisnis untuk menggoreng catatan akuntansinya. Laporan itu
juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus-menerus dilakukan
sebagai kebijakan resmi dari manajemen. Scandal ini juga disebabkan oleh budaya PT. Toshiba
yang kurang baik tidak bisa melawan atasan. Maksudnya melawan adalah koreksi atas
kesalahan manajemen mengambil keputusan. Dari sini lah karyawan PT. Toshiba meng-akalakali laporan keuangan agar terlihat profit, padahal tidak mencerminkan keuangan yang
sebenarnya
5. SARAN
Yang menjadi tugas auditor untuk memeriksa laporan keuangan yang disiapkan harus
mencerminkan posisi sebenarnya dari perusahaan.Ini merupakan tanggung jawab direktur
perusahaan
untuk
menyiapkan
laporan
keuangan
yang
jujur
dimana
jika
terdapat
penyimpangan atas laporan keuangan dengan sengaja dari perusahaan dan auditor masih
tetap menjalankannya maka semakin lama akan sulit terdeteksi.
Menggati auditor mungkin membantu dan mengurangi resiko kecuali pihak auditor juga
membantu untuk menyembuyikan penipuan, maka direksi harus bertanggung jawab dan auditor
harus mengundurkan diri pula.Pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan
keuangan suatu perusahaan selama beberapa periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan tersebut.Oleh karena itu, kebijakan
akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode.
Kelas
: 4eb26
Kasus
Hisao Tanaka adalah seorang yang telah menjabat di toshiba sebagai Presiden
Eksekutif dan Chief Executive Officer (CEO). Perusahaan toshiba sendiri sudah
berdiri selama 140 tahun namun hancur begitu saja dikarnakan perilaku etika yang
tidak baik yang dilakukan tanaka, karena pangkat yang tinggi dan mempunyai
kewenangan atas data yang diberikan untuk di laporkan namun menyalah gunakan
data tersebut untuk mendapatkan keuntungan dalam perusahaan dikarenakan
target yang tidak tercapai. Ia bertanggung jawab atas perbuatannya dengan cara
mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 21 juni 2015 dengan kasus toshiba
yang melebihkan keuntungan senilai US$ 1,2 Miliar untuk menutupi yang kurang
dalam pencapaian target dikarenakan pressure yang sangat tinggi untuk memenuhi
target performance unit tidak dapat sesuai target yang diharapkan sehingga terlihat
adanya angka besar dilaporan tersebut sebagai keuntungan yang didapat oleh
perusahaan demi menghindari dari kebangkrutan. Tidak hanya Hisao Tanaka selaku
Presiden dan CEO yang mengundurkan diri, pihak lain yang terlibat pada kasus ini
seperti wakil CEO toshiba yaitu Norio Sasaki dan Atsutoshi Nishida selaku Chief
Executive yang sekarang menjadi penasihat toshiba juga mengundurkan diri.
Tanaka dan Sasaki ditekan divisi bisnis untuk memenuhi target yang tinggi sehingga
mereka melebihi laba dan menenunda pelaporan kerugian, mereka merancang
laporan ini agar sulit diketahui oleh auditor. Investigasi independen sebenernya
menemukan bahwa pihak manajemen berbohong mengenai jumlah keuntungan
yang mereka dapatkan selama lebih dari 6 tahun karena ingin memenuhi target
internal perusahaan setelah terjadi krisis finansial tujuh tahun lalu. Akibat
tindakannya yang dipandang negatif itu toshiba akan dijatuhkan denda senilai 300400 miliar yen karena kasus ini dan toshiba pun berencana untuk menjual properti
dan aset lain mereka untuk menstabilkan neraca keuangan mereka.
Analisis Kasus
Dalam menciptakan etika bisnis yang baik dikasus ini ada hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
1. Pengendalian Diri
Pencapaian target dalam suatu perusahaan sangatlah penting untuk meningkatkan
laba bagi perusahaan. Akan tetapi jika belum mencapai target seharusnya Hisao
Tanaka dan pihak yang terkait dalam kasus ini harusnya menahan diri untuk
melakukan niat tersebut, Agar kasus yang salah ini dapat terhindari.
Dilihat dari pengembangan tanggung jawab sosialnya, para pihak yang terkait
dalam penyimpangan pencatatan ini tidak dapat memegang tanggung jawab
sosialnya yang telah diberikan masyarakat kepada perusahaan toshiba karena
hanya mementingkan dirinya pribadi sehingga berani melakukan penyimpangan
pencatatan keuntungan pada perusahaan.
Pada kasus ini CEO dan Presiden Hisao Tanaka memanipulasi data toshiba
dikarenakan persyaratan untuk memenuhi performance unit yang tidak bisa
terpenuhi, Maka dari itu CEO dan Presiden Hisao Tanaka bekerja sama untuk
memanipulasi data laporan keuangan dan memaksakan diri untuk mencapai profit
yang tinggi, tanpa memandang benar atau salah cara yang dilakukannya.
Didalam dunia bisnis perlu adanya etika bisnis yang baik untuk pencapaian tujuan
yang ingin dicapai dengan cara halal sesuai dengan tahap-tahap yang seharusnya,
bukan dengan cara menghalalkan segala cara agar dapat pencapaian tujuan
tersebut, Pada kasus tanaka dan pihak yang membantunya dalam membuat
laporan keuangan tidak dilakukan dengan benar yang seharusnya mengalami
kerugian mereka menambahkan labanya sehingga terciptanya keuntungan dalam
laporan keuangan tersebut.
pada
kerugiannya
perusahaannya
dikarenakan
agar
adanya
telihat
untung
Keterlambatan
dan
toshiba
menghilangkan
dalam
melakukan
pengawasan (internal audit atau komite audit) pantas saja tidak terindeteksi secara
cepat dan adanya peran OJK namun tidak mampu untuk mendeteksi menemukan
kecurangan akuntansi pada kasus ini. Perlu adanya cara baru pengawasan untuk
mencegah
initerulang kembali,
mungkin
dengan
perusahaan, dengan adanya penerapan berlapis itu pula akan tercipta laporan
keuangan yang lebih baik dan kepercayaan para stake holder akan semakin tinggi.
Laporan Audit
Pada kasus ini laporan keuangan yang dihasil pihak manajemen tidak sesuai dengan
pernyataan hal ini terbukti saat investigasi independen sebenarnya menemukan
bahwa pihak manajemen berbohong mengenai jumlah keuntungan yang mereka
dapatkan selama lebih dari 6 tahun dikarenakan ingin memenuhi target internal
perusahaan setelah terjadi krisis finansial tujuh tahun lalu. Namun adanya kelihaian
pihak manajemen dalam memanipulasi laporan keuangan membuat pihak auditor
sulit menemukan adanya kecurangan pada laporan keuangan tersebut sehingga
butuh
waktu
cukup
lama
ketidaktelitian auditornya.
untuk
mengindentifikasi
kasus
ini
dikarenakan
audit
pada
laporan
keuangan
sangatlah
perlu
dilakukan
untuk
Kreabilitas
Pada kasus hisao tanaka ini tidak memenuhi kreadibilitas dengan baik karena telah
membuat laporan keuangan agar terlihat adanya keuntungan di dalam perusahaan.
-
Profesionalisme
Pada kasus ini presiden sekaligus CEO tidak menjalankan tugasnya dengan baik
atau secara profesionalisme bahkan melakukan perbuatan yang menguntungkan
saja dengan cara menambahkan laba pada laporan keuangan.
Kualitas Jasa
Kuranganya pelayanan dan jasa pada bagian pengawasan auditor pada laporan
keuangan.
Kepercayaan
dikarenakan pada tahun tertentu ia harus mencapai target dan ternyata kurangnya
target yang diharapkan sangatlah besar maka dari itu ia melakukan penambahan
laba pada laporan keuangan dan tidak lagi dipercayai seegingga ia bertanggung
jawab atas kasus ini dan mengundurkan diri.
hilangnya
kepercayaan
masyarakat
terhadap
perusahaan
maupun
profesinya sendiri.
Referensi :
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/07/21/149344/terlibat-skandalakuntansi-ceo-toshiba-mundur
http://teknologi.metrotvnews.com/read/2015/07/22/149632/ceo-toshibamengundurkan-diri
http://finansial.bisnis.com/read/20150721/9/455185/toshiba-diguncang-skandalakuntansi-senilai-us12-miliar
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/07/21/161317026/.Bos.Toshiba.Dilapo
rkan.Terlibat.Skandal.Penyimpangan.Akuntansi.
(di akses pada 07 November 2015)
Diposkan oleh Agnis noviani noor di 23.27
Septian Deny
1k
Sebagian besar yang dipecat bekerja di divisi lifestyle, dan diketahui memang
bergerak memproduksi produk elektronik untuk konsumen.
Liputan6.com, Jakarta - Salah satu perusahaan elektronik asal Jepang, Toshiba, dikabarkan
melakukan pengurangan tenaga kerjanya. Kabarnya pengurangan tenaga kerja ini sebagai
dampak dari penutupan pabrik di Indonesia.
Manager HRD PT Toshiba Consumer Products Indonesia, Uis Al-Qarni membenarkan hal
tersebut. Dia mengatakan soal pengurangan tenaga kerja ini sebenarnya sudah diumumkan sejak
akhir tahun lalu.
"Iya benar, sudah dari Desember, sudah ada pengumumannya. Itu sekitar 40 persen dari 900
pekerja (hasil sementara), dari lini televisi dan mesin cuci," ujar dia saat berbincang dengan
Liputan6.com di Jakarta, Rabu (3/2/2016).
Baca Juga
KSPI: 2.145 Pekerja Toshiba dan Panasonic Kena PHK Hari Ini
BKPM: Panasonic dan Toshiba Tutup karena Kalah Saing dengan China
Namun demikian, Uis mengatakan pabrik televisi dan mesin cuci akan tetap ada. Lantaran,
pabrik tersebut akan diakuisisi oleh perusahaan asal Hongkong, Skywards. Sehingga
kepemilikannya akan beralih dari Toshiba ke Skywards. Namun menurut Uis tidak semua
pekerja akan diberhentikan.
"Ini sahamnya diakuisisi oleh perusahaan lain Skywards. Pengurangan tenaga kerja hanya
sebentar, mungkin akan ditambah lagi oleh skywards karena mereka akan ada lagi produk baru
yang akan diproduksi di sini," kata dia.
Uis menyatakan, proses pengurangan tenaga kerja saat ini masih berlangsung. Kini tengah ada
perundingan antara pihak manajemen dan pekerja. Namun dia memastikan saat ini semua
karyawan masih bekerja secara normal.
"Sejauh ini proses PHK lancar, sedang ada perundingan untuk penyelesaian, dan biasanya itu
wajar. Ada pemintaan karyawan seperti apa dan kemampuan perusahaan seperti apa, lancar
tidaknya kamilihat dari waktu, ini prosesnya baru sebulan. Masih pembicaraan dasar saja.
Sampai sekarang masih 100 persen, kalau 900 pekerja mungkin ini nanti akan ditentukan di akhir
Maret," tutur dia. (Dny/Ahm)
Foto: Getty
Images
Jakarta - Toshiba yang sempat menyatakan mundur dari bisnis PC kini malah
berbalik. Laporan terbaru mengatakan bahwa mereka menolak untuk menyerah dan
memilih bangkit.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu perusahaan elektronik raksasa Jepang
ini mengumumkan kabar yang menyedihkan dimana mereka menderita kerugian
sebesar USD 6 miliar atau sekitar Rp 81,5 triliun.
Faktor utama terpuruknya Toshiba di antaranya skandal akuntansi yang
menghebohkan akibat petinggi Toshiba melebih-lebihkan keuntungan perusahaan
sejak tahun 2008 hingga 2014. Jumlah keuntungan operasional palsu yang
dilaporkan oleh Toshiba dalam rentang waktu itu adalah USD 1,2 miliar.
Namun, juru bicara Toshiba kepada media Sankei dalam laporan terbaru
mengatakan mengatakan bahwa Toshiba akan terus memproduksi PC lewat