Anda di halaman 1dari 22

PSAK 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN (REVISI 2013) EFEKTIF 1

JANUARI 2015

Toshiba Corporation Accounting Scandal


Posted on May 8, 2016 by minarahayu
Kita tentu sudah tidak asing lagi dengan nama Toshiba, produknya telah banyak menghiasi
perkakas rumah dengan berbagai produk elektroniknya. Toshiba Corporation merupakan
perusahaan elektronik asal Jepang dengan reputasi yang sangat baik awalnya. Dikenal sebagai
perusahaan dengan laju inovasinya yang terdepan serta banyak mewarnai referensi buku bisnis
dengan berbagai prestasi. Salah satunya karya firma hukum Mori Hamada & Matsumoto yang
menceritakan tentang bagusnya tata kelola dalam perusahaan. Toshiba menduduki peringkat
sembilan dari 120 perusahaan publik di Jepang dalam Good Governance Practice. Mencerahkan
para pelaku bisnis sehingga ingin melakukan hal serupa di perusahaan mereka.
Namun reputasi yang bagus itu kini hancur berantakan hanya karena pressure yang sangat tinggi
untuk memenuhi target performance unit. Kasus ini terjadi baru-baru ini yaitu tahun 2015.
Toshiba terbukti melakukan pembohongan publik dan investor dengan cara menggelembungkan
keuntungan di laporan keuangan hingga overstated profit 1,2 Miliar US Dollar sejak tahun fiskal
2008. Dan yang lebih memprihatinkan skandal tersebut melibat top management dari Toshiba
Corporation.
Sejak laporan audit penginvestigasian resmi dirilis dua bulan setelah komite yang diketuai
Koichi Ueda dan beranggotakan beberapa pakar akuntansi Jepang menginvestigasi Toshiba dan
sampai pada kesimpulan telah terjadi penyimpangan. Pada 21 Juli 2015, delapan dari 16 petinggi
Toshiba yang terlibat skandal akuntansi resmi mengundurkan diri. Termasuk diantaranya
Presiden Direktur Hisao Tanaka, Wakil Presdir Norio Sasaki dan Chief Executive Atsutoshi
Nishida.
Analisis Kasus
Guna mempercantik kinerja keuangannya, Toshiba melakukan berbagai cara baik mengakui
pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya pada periode tertentu namun dengan
metode yang menurut investigator tidak sesuai prinsip akuntansi,. Seperti kesalahan penggunaan
percentage-of-completion untuk pengakuan pendapatan proyek, cash-based ketika pengakuan
provisi yang seharusnya dengan metode akrual, memaksa supplier menunda penerbitan tagihan
meski pekerjaan sudah selesai, dan lain semisalnya.
Besarnya angka, rentang waktu yang tidak sebentar, juga keterlibatan Top Management memberi
gambaran kepada kita betapa kronis dan kompleksnya penyakit dalam tubuh Toshiba.
Penyelewengan dilakukan secara berjamaah, sistematis dan cerdas. Sekian lapis sistem kontrol
dari mulai divisi akuntansi, keuangan, internal audit, tidak berfungsi sama sekali. Bagaimana
akan berfungsi, bahkan oknumnya dari staff senior mereka yang sudah hafal seluk beluk
perusahaan. Seiya Shimaoka, seorang internal auditor, mencurigai kecurangan dan berusaha
melaporkan tapi malah dianggap angin lalu oleh atasannya sendiri seperti yang dilansir jurnalis

Financial Times. Sedemikian rapi dan cerdasnya hingga tim auditor eksternal sekelas Ernst &
Young (EY) tak mampu mencium aroma busuk dari laporan keuangan Toshiba. Belum ada
dugaan kantor akuntan itu terlibat dalam skandal.
CEO memang tidak menginstruksikan langsung untuk melakukan penyimpangan tetapi
memasang pencapaian target yang tinggi. Ini yang membuat karyawan pusing kepala. Apalagi
ditambah budaya Toshiba yang kurang baik: tidak bisa melawan atasan. Maksudnya melawan
adalah koreksi atas kesalahan manajemen mengambil keputusan. Dalam kasus Toshiba, bawahan
tidak bisa mengkoreksi penetapan target oleh CEO yang bahkan tidak realistis dengan kondisi
bisnis dan perusahaan. Bahasa mudahnya, CEO berkata, Terserah kamu mau ngapain, pokoknya
akhir tahun harus profit!
Selain itu, sistem kompensasi karyawan yang dihitung dari kinerja keuangan juga turut andil di
dalamnya. Maka muncullah ide-ide kreatif dari karyawannya untuk mencapai target yang
ditetapkan. Celakanya kreatifitas kali ini bukan dalam riset pengembangan atau pemasaran
namun dalam hal perlakuan akuntansi. Dibuatlah laporan keuangan dengan profit tinggi padahal
tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Solusi
Dalam kasus skandal akuntansi di dalam Toshiba Corporation ini menunjukan perilaku bisnis
yang kurang baik. Dilihat dari etika pada kasus ini adanya tindakan kecurangan dalam
pembuatan laporan keuangan dengan menaikan laba operasional. Dalam menciptakan etika
bisnis yang baik dikasus ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Pengendalian Diri
Pencapaian target dalam suatu perusahaan sangatlah penting untuk meningkatkan laba bagi
perusahaan. Akan tetapi jika belum mencapai target seharusnya Hisao Tanaka dan pihak yang
terkait dalam kasus ini harusnya menahan diri untuk melakukan niat tersebut, Agar kasus yang
salah ini dapat terhindari.
2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Sosial Responsibility)
Dilihat dari pengembangan tanggung jawab sosialnya, para pihak yang terkait dalam
penyimpangan pencatatan ini tidak dapat memegang tanggung jawab sosialnya yang telah
diberikan masyarakat kepada perusahaan toshiba karena hanya mementingkan dirinya pribadi
sehingga berani melakukan penyimpangan pencatatan keuntungan pada perusahaan.
3. Mempertahankan Jati Diri Tidak Mudah Untuk Terombang-Ambing Oleh Pesatnya
Perkembangan Informasi Dan Teknologi.
Dalam kasus ini penyimpangan pencatatan toshiba selaku CEO dan presiden Hisao Tanaka
seharusnya dapat mempertahankan jadi dirinya sebagai CEO dan Presiden yang seharusnya
dijalankan dengan benar dengan tidak memanipulasi data laporan keuangan.

4. Menerapkan Konsep Pembangunan Berkelanjutan


Pada kasus ini Hasao Tanaka tidak memikirkan karir yang dimiliki toshiba selama 140 tahun
yang dpercaya banyak masyarakat bahkan karir untuk pelakunya sendiri pun tidak memikirkan
nantinya bagaimana dimasa yang akan datang, mereka hanya melihat masalah sekarang yang
terpenting terselesaikan walaupun dengan cara yang salah.
5. Menghindari Sifat 5K (katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi dan komisi)
Dalam kasus penyimpangan pencatatan 5k ini pasti tidak dapat terhindari dikarenakan tidak
adanya jalan lain untuk pencapaian target yang diharapkan agar tidak mendapatkan kerugian
yang besar maka mereka bekerja sama dengan koneksi dilingkungan yang berhak memegang
laporan keuangan tersebut dengan cara memperbesar laba operasional dan bekerjasma dengan
berbagai pihak dalam melakukan tindakan 5K tersebut.
6. Mampu Menyatakan Yang Benar Itu Benar
Pada kasus ini CEO dan Presiden Hisao Tanaka memanipulasi data toshiba dikarenakan
persyaratan untuk memenuhi performance unit yang tidak bisa terpenuhi, Maka dari itu CEO dan
Presiden Hisao Tanaka bekerja sama untuk memanipulasi data laporan keuangan dan
memaksakan diri untuk mencapai profit yang tinggi, tanpa memandang benar atau salah cara
yang dilakukannya.
7. Konsekuen dan Konsisten Dengan Aturan Main Yang Telah Disepakati Bersama.
Pada kasus ini tidak adanya etika bisnis yang konsekuen dan konsisten dari para pihak karena
CEO dan presiden Hisao Tanaka sudah melakukan kecurangan demi kepentingan pribadi
walaupun tujuannya baik untuk menyelamatkan perusahaan toshiba dari performance unit yang
tidak terpenuhi.
8. Menumbuhkan Kesadaran Dan Rasa Memiliki Terhadap Apa Yang Disepakati
Apabila pada kasus ini para pihak yang terkait mempunyai kesadaran bahwa dirinya ikut andil
dalam perusahaan untuk memajukan dan mematuhi apa yang telah disepakati, maka akan
menghasilkan profit seperti yang ditargetkan dan tetap akan mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat.
9. Perlu Adanya Sebagian Etika Bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan.
Dalam setiap profesi pasti memiliki aturan atau pedoman yang harus di patuhi. Pada kasus ini
para pihak yang bersalah mungkin belum telalu mengenal etika bisnis yang baik jadi mereka
belum paham dengan aturan dan pedoman yang telah ditetapkan, sehingga apa yang dilakukan
mereka menurutnya hanyalah hal biasa dan tidaknya ketegasan aturan yang ada maka banyak
orang yang melakukan terus menurus keslaahan pada kasus ini.

Kesimpulan
Di dalam dunia bisnis pentingnya menerapkan etika bisnis yang baik untuk pencapaian tujuan
yang ingin dicapai dengan cara halal sesuai dengan tahap-tahap yang seharusnya, bukan dengan
cara menghalalkan segala cara agar dapat pencapaian tujuan tersebut.

Rabu, 30 Maret 2016

Seminar Akuntansi Keuangan (Toshiba Scandal ) "2015"

1. Latar belakang permasalahan

a. Latar Belakang Berdirinya Perusahaan


Toshiba adalah perusahaan Jepang yang memproduksi dan memasarkan berbagai
peralatan elektrik dan produk elektronik yang canggih, yang berpusat di Tokyo, Jepang.
Toshiba adalah sebagai perusahaan nomor 7 dunia untuk produsen terintegrasi untuk peralatan
elektrik, elektronik dan sebagai pembuat chip.Toshiba didirikan pada tahun 1939, merupakan
hasil usaha dari perniagaan. Tokyo Denki adalah perniagaan yang bergerak dibidang consumer
goods dan perusahaan mesin Shibaura Seisakusho.diambil dari huruf depan dari perusahaan
TO dan SHIBA maka lahirlah nama Toshiba. Pada tahun 1984 perusahaan itu rasmi berubah
menjadi Toshiba Corporation.

b. Latar Belakang Permasalahan Toshiba


Skandal akuntansi Toshiba dimulai saat regulator keamanan menemukan masalah saat
menyelidiki laporan keuangan awal tahun ini. Dalam laporan 300 halaman yang diterbitkan
panel independen tersebut mengatakan bahwa tiga direksi telah berperan aktif dalam
menggelembungkan laba usaha Toshiba sebesar 151,8 miliar (setara dengan Rp 15,85 triliun)
sejak tahun 2008. Panel yang dipimpin oleh mantan jaksa top di Jepang itu, mengatakan bahwa

eksekutif perusahaan telah menekan unit bisnis perusahaan, mulai dari unit personal
computer sampai ke unit semikonduktor dan reaktor nuklir untuk mencapai target laba yang
tidak realistis. Laporan itu juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara
terus-menerus dilakukan sebagai kebijakan resmi dari manajemen, dan tidak mungkin bagi
siapa pun untuk melawannya, sesuai dengan budaya perusahaan Toshiba.

c. Analisa dan Statement yang dikeluarkan oleh CEO/CFO toshiba


President Toshiba Masashi Muromachi mengatakan dirinya akan mengundurkan diri jika
tidak bisa memenuhi jatuh tempo laporan. Padahal, Muromachi sendiri mengambil alih tugas
tiga eksekutif yang sebelumnya mengundurkan diri. Akibat laporan ini CEO Toshiba, Hisao
Tanaka, mengundurkan diri, disusul oleh wakil CEO Toshiba, Norio Sasaki dan beberapa direksi
lainnya. Panel tersebut mengatakan bahwa Tanaka dan Sasaki tidak mungkin tidak tahu atas
praktik penggorengan laporan keuangan ini. Penggorengan ini pasti dilakukan secara sistematis
dan disengaja. Saham Toshiba turun sekitar 20% sejak awal April ketika isu akuntansi ini
terungkap. Nilai pasar perusahaan ini hilang sekitar 1,67 triliun (setara dengan RP174 triliun).
Badan Pengawas Pasar Modal Jepang kemungkinan akan memberikan hukuman pada Toshiba
atas penyimpangan akuntansi tersebut dalam waktu dekat ini.

2. PSAK dan IFRS yang berkaitan dengan Scandal PT. Toshiba


Metode tidak pantas pada perusahaan yang bertentangan dengan PSAK diklasifikasikan
sebagai berikut:

a. Metode yang berhubungan dengan waktu tertunda dari recording operating expense.
Di mana layanan yang melibatkan iklan atau logistik biaya telah disediakan, meminta vendor
untuk menunda penerbitan faktur sampai kuartal berikutnya untuk mencatat pengeluaran pada
kuartal berikutnya. Penundaan pencatatan jelas berdampak pada laporan keuangan dimana
seharusnya dibukukan pada bulan ini tapi perusahaan menunda pencatatan sehingga bulan
terjadinya transakti tidak nyata karena ada transaksi yang tidak terecord dan ini tidak sesuai
pada PSAK 01 dan 02. Jika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan
tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun,

sebagai

tambahan

terhadap

periode

cakupan

laporan

keuangan,

maka

entitas

mengungkapkan:
Alasan penggunaan periode pelaporan yang lebih panjang atau lebih pendek
Fakta bahwa jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan tidak dapat diperbandingkan
secara keseluruhan.
b. Metode yang berkaitan dengan Ketetapan

Untuk tujuan akuntansi konsolidasi toshiba, perusahaan menggunakan metode berdasarkan


cash - based meskipun accrual based seharusnya digunakan. Dalam IFRS metode ini sudah
tidak digunakan lagi. Pada cash - based perusahaan hanya mengakui pendapatan bila kas
(atas penyerahan barang/jasa) sudah diterima.

PSAK 23 Akuntansi Pendapatan


Perbedaan metode pengakuan pendapatan bisa membuat perusahaan menjadi nampak lebih
profitable atau tidak.

Mengenai besarnya pendapatan yang diakui, IAS 18 menyatakan bahwa, pendapatan


diukur pada nilai wajar piutang atau kemungkinan pendapatan yang diterima, setelah dikurangi
diskon maupun potongan (rebate) yang diberikan kepada pembeli atau pelanggan.
Menurut IAS 18, pendapatan diakui saat risiko yang melekat pada barang/jasa (yang
diperjualbelikan) berpindah ke pembeli atau pengguna jasa.Lebih rinci, mengenai saat
pengkuan pendapatan, IFRS memberikan 2 ketentuan utama dan beberapa ketentuan
tambahan. Prinsip dan prosedur dalam akuntansi yang kemudian dijabarkan dalam standarstandar, dibuat agar laporan keuangan perusahaan menjadi adil bagi semua pihak yang
berkepentingan .Fair dalam hal ini mengandung makna tidak diakali atau dimanipulasi.
Kategori manipulasi yang dimaksud ialah :

Pendapatan diakui lebih besar dibandingkan kenyataannya dan diakui lebih awal agar
perusahaan kelihatan lebih profitable,

Pendapatan diakui lebih kecil dari kenyataannya dan diakui lebih belakangan agar
perusahaan kelihatan tidak profitable ,
over-riding curent profit polic, dan tekanan yang kuat untuk mencapai target anggaran di
pertemuan bulanan CEO. Presiden mengindikasikan target untuk meningkatkan pendapatan
ditetapkan sebagai challeenges untuk setiap presiden perusahaan dengan saran yang kuat
bahwa mereka perlu menarik diri dari bisnis mereka jika mereka tidak meningkatkan
keuntungannya.

Keterangan : Catatan (1) tercatat hanya ketika (2) lebih besar dari (1). Laba yang masih harus
dibayar dan kerugian yang dicatat untuk periode saat ini (penjualan - biaya penjualan)
dikurangi.

Penerapan metode persentase penyelesaian membutuhkan estimasi "total pendapatan dari


kontrak kerja" dan "total biaya kontrak kerja" serta kuantifikasi "dikeluarkan biaya kontrak"
secara triwulanan, sementara "total pendapatan dari kontrak kerja" adalah perkiraan, yang
ditentukan oleh negosiasi dengan pelanggan, dan biaya kontrak merupakan akumulasi dari
biaya aktual yang terjadi, sehingga ada risiko salah saji yang terkait dengan "total estimasi
biaya pekerjaan kontrak "yang sebenarnya ditentukan secara internal. Jika total biaya kontrak
kerja diremehkan maka salah saji pada laporan akuntansi akan timbul.

PSAK 14 Persediaan
Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus diakui
sebagai beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan
nilai persediaan di bawah biaya menjadi nilai realisasi bersih dan seluruh kerugian persediaan
harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau kerugian tersebut. Selama
TA 2013,semiconductor & storage company mencatat total kerugian sekitar JYP 8,0 miliar { JYP
4,5 miliar dari persediaan dijual produk untuk pelanggan tertentu / penggunaan spesifik
(persediaan ASIC), JYP 3,4 miliar pada persediaan (SRPJ persediaan) untuk bagian produsen

B (perusahaan yang memproduksi komponen untuk digunakan dalam produk akhir B


berdasarkan bagian X disampaikan oleh Toshiba)}.
Sebagian besar persediaan ini, kerugian diakui untuk tujuan akuntansi untuk pertama
kalinya diwaktu pembuangan, dan hilangnya penilaian yang tidak dicatat sebelum itu.
Pencatatan kesalahan atas persediaan juga telah terjadi pada perusahaan ini dan pihak intern
sedang melakukan penyelidikan atas kesesuaian perlakuan akuntansi yang berkaitan dengan
penilaian persediaan.

C. Metode terkait dengan recording of CR/ pengurangan biaya

Pengurangan biaya meminta pembuat panel dan produsen ODM / OEM untuk mengurangi
harga jual mereka bagi Toshiba. Pengurangan biaya akan tercermin dalam harga pembelian
bahkan dalam kasus di mana ada kemungkinan kecil untuk mencapai biaya pengurangan.

PSAK No.25 (Laba atau Rugi Bersih Untuk Periode Berjalan,Kesalahan mendasar dan
perubahan kebijakan)
Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan
dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau
kelalaian. Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian
dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa
transisi PSAK baru. Apabila perusahan telah mengetahui ada praktik tidak sehat dalam
perusahaan seharusnya dihentikan. Informasi tentang kinerja suatu perusahaan terutama
tentang profitabilitas, dibutuhkan untuk mengambil keputusan tentang sumber ekonomi yang
akan dikelola oleh suatu perusahaan di masa yang akan datang.

Jumlah penyesuaian untuk tujuan akuntansi terhadap keempat metode tersebut sebagai
berikut:

3. KEBIJAKAN AKUNTANSI

Selama penyelidikan, telah ditemukan masalah mengenai perlakuan akuntansi transaksi


bagian dalam produk bisnis visual. Adapun gambaran dari transaksi bagian (jual - beli transaksi)
dan perlakuan akuntansi dalam produk bisnis visual, merujuk ke bagian mengenai transaksi
dalam Bisnis PC yang sama berlaku untuk kedua transaksi. Dalam bisnis produk visual,
transaksi bagian dengan ODMs yang dilakukan untuk melengkapi volume produksi manufaktur,
tergantung pada permintaan aktual. Hal ini berbeda dengan praktik di Bisnis PC (dijelaskan
dalam laporan), dengan tidak ada bukti ditemukan yang menunjukkan bahwa keuntungan yang
sengaja dibesar-besarkan , meningkatkan volume transaksi atau dampak yang dimaksud dari
perlakuan akuntansi tersebut adalah sebagai berikut:

Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum
periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Menunjuk sebuah
komite khusus untuk mencoba memenangkan kembali kepercayaan dan mencegah
penyimpangan lebih lanjut. Toshiba perlu meningkatkan reformasi struktural yang bertujuan
untuk meningkatkan pendapatan secara nyata.Toshiba juga harus mendeskripsikan langkahlangkah untuk mereformasi budaya perusahaan disalahkan yang menekan manajer untuk
memenuhi target realistis, dan untuk memperkuat fungsi pengawasan komite audit. Teknik yang
digunakan oleh perusahaan baik besar maupun sedang ialah mampu menilai dan mengatasi
resiko salah saji.

4. KESIMPULAN

Kasus Toshiba bukanlah yang pertama di Jepang atau dunia. Toshiba melakukan berbagai
cara baik mengakui pendapatan lebih awal atau menunda pengakuan biaya pada periode
tertentu namun dengan metode yang menurut investigator tidak sesuai dengan prinsip
akuntansi. Seperti kesalahan penggunaan percentage of completion untuk pengakuan
pendapatan proyek, cash based ketika penggunaan provisi yang seharusnya dengan metode
akrual memaksa supplier menunda penerbitan tagihan meski pekerjaan sudah selesai. .
Manajemen biasanya mengeluarkan tantangan target yang besar itu sebelum akhir
kuartal/tahun fiskal.
Hal ini mendorong kepala unit bisnis untuk menggoreng catatan akuntansinya. Laporan itu
juga mengatakan bahwa penyalahgunaan prosedur akuntansi secara terus-menerus dilakukan
sebagai kebijakan resmi dari manajemen. Scandal ini juga disebabkan oleh budaya PT. Toshiba
yang kurang baik tidak bisa melawan atasan. Maksudnya melawan adalah koreksi atas
kesalahan manajemen mengambil keputusan. Dari sini lah karyawan PT. Toshiba meng-akalakali laporan keuangan agar terlihat profit, padahal tidak mencerminkan keuangan yang
sebenarnya

5. SARAN
Yang menjadi tugas auditor untuk memeriksa laporan keuangan yang disiapkan harus
mencerminkan posisi sebenarnya dari perusahaan.Ini merupakan tanggung jawab direktur
perusahaan

untuk

menyiapkan

laporan

keuangan

yang

jujur

dimana

jika

terdapat

penyimpangan atas laporan keuangan dengan sengaja dari perusahaan dan auditor masih
tetap menjalankannya maka semakin lama akan sulit terdeteksi.
Menggati auditor mungkin membantu dan mengurangi resiko kecuali pihak auditor juga
membantu untuk menyembuyikan penipuan, maka direksi harus bertanggung jawab dan auditor
harus mengundurkan diri pula.Pemakai laporan keuangan harus dapat membandingkan laporan
keuangan suatu perusahaan selama beberapa periode untuk mengidentifikasi kecenderungan
posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan tersebut.Oleh karena itu, kebijakan
akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara konsisten pada setiap periode.

RUNTUHNYA PROFESI CEO TOSHIBA


Nama
NPM

: Agnis Noviani Noor


: 20212334

Kelas

: 4eb26

Kasus

Hisao Tanaka adalah seorang yang telah menjabat di toshiba sebagai Presiden
Eksekutif dan Chief Executive Officer (CEO). Perusahaan toshiba sendiri sudah
berdiri selama 140 tahun namun hancur begitu saja dikarnakan perilaku etika yang
tidak baik yang dilakukan tanaka, karena pangkat yang tinggi dan mempunyai
kewenangan atas data yang diberikan untuk di laporkan namun menyalah gunakan
data tersebut untuk mendapatkan keuntungan dalam perusahaan dikarenakan
target yang tidak tercapai. Ia bertanggung jawab atas perbuatannya dengan cara
mengundurkan diri dari jabatannya pada tanggal 21 juni 2015 dengan kasus toshiba
yang melebihkan keuntungan senilai US$ 1,2 Miliar untuk menutupi yang kurang
dalam pencapaian target dikarenakan pressure yang sangat tinggi untuk memenuhi
target performance unit tidak dapat sesuai target yang diharapkan sehingga terlihat
adanya angka besar dilaporan tersebut sebagai keuntungan yang didapat oleh
perusahaan demi menghindari dari kebangkrutan. Tidak hanya Hisao Tanaka selaku
Presiden dan CEO yang mengundurkan diri, pihak lain yang terlibat pada kasus ini
seperti wakil CEO toshiba yaitu Norio Sasaki dan Atsutoshi Nishida selaku Chief
Executive yang sekarang menjadi penasihat toshiba juga mengundurkan diri.
Tanaka dan Sasaki ditekan divisi bisnis untuk memenuhi target yang tinggi sehingga
mereka melebihi laba dan menenunda pelaporan kerugian, mereka merancang
laporan ini agar sulit diketahui oleh auditor. Investigasi independen sebenernya
menemukan bahwa pihak manajemen berbohong mengenai jumlah keuntungan

yang mereka dapatkan selama lebih dari 6 tahun karena ingin memenuhi target
internal perusahaan setelah terjadi krisis finansial tujuh tahun lalu. Akibat
tindakannya yang dipandang negatif itu toshiba akan dijatuhkan denda senilai 300400 miliar yen karena kasus ini dan toshiba pun berencana untuk menjual properti
dan aset lain mereka untuk menstabilkan neraca keuangan mereka.
Analisis Kasus

Perilaku Etika Dalam Bisnis


Perilaku etika bisnis pada kasus skandal akuntansi thosiba yang dilakukan CEO dan
presiden tanaka tahun 2015 dengan penyimpangan pencatatan keuntungan
perusahaan sebesar 1,2 miliar dollar AS ini mencerminkan perilaku yang kurang
baik. Dilihat dari etika pada kasus ini adanya tindakan kecurangan dalam
pembuatan laporan keuangan dengan begitu mudahnya mereka menaikan laba
operasional. Hal ini karena adanya keinginan tanaka untuk membuat perusahaan
seakan-akan sudah memenuhi performance unit yang sesuai dengan target dan
seakan - akan tidak terlihat bahwa ada target yang tidak tercapai. Seharusnya
Tanaka memikirkan kembali apa yang dilakukannya salah atau benar karena
akibatnya membuat banyak pihak yang kecewa bahkan dirinya sendiri akan
mendapatkan kerugian.

Dalam menciptakan etika bisnis yang baik dikasus ini ada hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
1. Pengendalian Diri
Pencapaian target dalam suatu perusahaan sangatlah penting untuk meningkatkan
laba bagi perusahaan. Akan tetapi jika belum mencapai target seharusnya Hisao
Tanaka dan pihak yang terkait dalam kasus ini harusnya menahan diri untuk
melakukan niat tersebut, Agar kasus yang salah ini dapat terhindari.

2. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Sosial Responsibility)

Dilihat dari pengembangan tanggung jawab sosialnya, para pihak yang terkait
dalam penyimpangan pencatatan ini tidak dapat memegang tanggung jawab
sosialnya yang telah diberikan masyarakat kepada perusahaan toshiba karena
hanya mementingkan dirinya pribadi sehingga berani melakukan penyimpangan
pencatatan keuntungan pada perusahaan.

3. Mempertahankan Jati Diri Tidak Mudah Untuk Terombang-Ambing Oleh


Pesatnya Perkembangan Informasi Dan Teknologi.
Dalam kasus ini penyimpangan pencatatan toshiba selaku CEO dan presiden Hisao
Tanaka seharusnya dapat mempertahankan jadi dirinya sebagai CEO dan Presiden
yang seharusnya dijalankan dengan benar dengan tidak memanipulasi data laporan
keuangan.

4. Menerapkan Konsep Pembangunan Berkelanjutan


Pada kasus ini Hasao Tanaka tidak memikirkan karir yang dimiliki toshiba selama
140 tahun yang dpercaya banyak masyarakat bahkan karir untuk pelakunya sendiri
pun tidak memikirkan nantinya bagaimana dimasa yang akan datang, mereka
hanya melihat masalah sekarang yang terpenting terselesaikan walaupun dengan
cara yang salah.

5. Menghindari Sifat 5K (katabelece, kongkalikong, koneksi, kolusi dan


komisi)
Dalam kasus penyimpangan pencatatan 5k ini pasti tidak dapat terhindari
dikarenakan tidak adanya jalan lain untuk pencapaian target yang diharapkan agar
tidak mendapatkan kerugian yang besar maka mereka bekerja sama dengan
koneksi dilingkungan yang berhak memegang laporan keuangan tersebut dengan
cara memperbesar laba operasional dan bekerjasma dengan berbagai pihak dalam
melakukan tindakan 5K tersebut.
6. Mampu Menyatakan Yang Benar Itu Benar

Pada kasus ini CEO dan Presiden Hisao Tanaka memanipulasi data toshiba
dikarenakan persyaratan untuk memenuhi performance unit yang tidak bisa
terpenuhi, Maka dari itu CEO dan Presiden Hisao Tanaka bekerja sama untuk
memanipulasi data laporan keuangan dan memaksakan diri untuk mencapai profit
yang tinggi, tanpa memandang benar atau salah cara yang dilakukannya.

7. Konsekuen dan Konsisten Dengan Aturan Main Yang Telah Disepakati


Bersama.
Pada kasus ini tidak adanya etika bisnis yang konsekuen dan konsisten dari para
pihak karena CEO dan presiden Hisao Tanaka sudah melakukan kecurangan demi
kepentingan pribadi walaupun tujuannya baik untuk menyelamatkan perusahaan
toshiba dari performance unit yang tidak terpenuhi.

8. Menumbuhkan Kesadaran Dan Rasa Memiliki Terhadap Apa Yang


Disepakati
Apabila pada kasus ini para pihak yang terkait mempunyai kesadaran bahwa dirinya
ikut andil dalam perusahaan untuk memajukan dan mematuhi apa yang telah
disepakati, maka akan menghasilkan profit seperti yang ditargetkan dan tetap akan
mendapatkan kepercayaan dari masyarakat.

9. Perlu Adanya Sebagian Etika Bisnis yang dituangkan dalam suatu


hukum positif yang berupa peraturan perundang-undangan.
Dalam setiap profesi pasti memiliki aturan atau pedoman yang harus di patuhi.
Pada kasus ini para pihak yang bersalah mungkin belum telalu mengenal etika
bisnis yang baik jadi mereka belum paham dengan aturan dan pedomana yang
telah ditetapkan, sehingga apa yang dilakukan mereka menurutnya hanyalah hal
biasa dan tidaknya ketegasan aturan yang ada maka banyak orang yang melakukan
terus menurus keslaahan pada kasus ini.

Didalam dunia bisnis perlu adanya etika bisnis yang baik untuk pencapaian tujuan
yang ingin dicapai dengan cara halal sesuai dengan tahap-tahap yang seharusnya,
bukan dengan cara menghalalkan segala cara agar dapat pencapaian tujuan
tersebut, Pada kasus tanaka dan pihak yang membantunya dalam membuat
laporan keuangan tidak dilakukan dengan benar yang seharusnya mengalami
kerugian mereka menambahkan labanya sehingga terciptanya keuntungan dalam
laporan keuangan tersebut.

Perilaku Etika Dalam Profesi Akuntasi


Pada kasus ini seharusnya memiliki adanya profesi akuntan publik dalam sebuah
perusahaan apalagi dalam bagian jasa atestasi. Hisao tanaka membuat laporan
keuangan

pada

kerugiannya

perusahaannya

dikarenakan

agar

adanya

telihat

untung

Keterlambatan

dan

toshiba

menghilangkan

dalam

melakukan

pengawasan (internal audit atau komite audit) pantas saja tidak terindeteksi secara
cepat dan adanya peran OJK namun tidak mampu untuk mendeteksi menemukan
kecurangan akuntansi pada kasus ini. Perlu adanya cara baru pengawasan untuk
mencegah

initerulang kembali,

mungkin

dengan

adanya inspeksi komisaris

perusahaan, dengan adanya penerapan berlapis itu pula akan tercipta laporan
keuangan yang lebih baik dan kepercayaan para stake holder akan semakin tinggi.

Laporan Audit
Pada kasus ini laporan keuangan yang dihasil pihak manajemen tidak sesuai dengan
pernyataan hal ini terbukti saat investigasi independen sebenarnya menemukan
bahwa pihak manajemen berbohong mengenai jumlah keuntungan yang mereka
dapatkan selama lebih dari 6 tahun dikarenakan ingin memenuhi target internal
perusahaan setelah terjadi krisis finansial tujuh tahun lalu. Namun adanya kelihaian
pihak manajemen dalam memanipulasi laporan keuangan membuat pihak auditor
sulit menemukan adanya kecurangan pada laporan keuangan tersebut sehingga
butuh

waktu

cukup

lama

ketidaktelitian auditornya.

untuk

mengindentifikasi

kasus

ini

dikarenakan

Etika Profesional Profesi Akuntan Publik


Adanya

audit

pada

laporan

keuangan

sangatlah

perlu

dilakukan

untuk

meningkatkan kredibilitas perusahaan agar mendapatkan laporan keuangan yang


dapat dipercaya. Pelanggaran kode etik yang dilakukan hisao tanaka dan
perusahaan tosibha terlambat untuk menangani laporan keuangan sangatlah tidak
baik bagi perusahaan. Sangatlahlah mudah untuk mempertahankan etika profesi
dengan baik, jika saja dalam dirinya itu bisa terkendali untuk tidak melakukan
perbuatan yang tidak bermoral itu, akan tetapi pada kasus ini tanaka menyalah
gunakan kode etik sebagai pimpinan toshiba, hal ini dapat merusak reputasi
perusahaan bahkan dirinya sendiri.

Aturan Etika Profesi Akuntansi


Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung jawabnya dengan standar
profesionakisme tertinngi, untuk mencapai tujuannya dapat dilihat 4 kebutuhan
dasar yang harus dipenuhi :
-

Kreabilitas

Pada kasus hisao tanaka ini tidak memenuhi kreadibilitas dengan baik karena telah
membuat laporan keuangan agar terlihat adanya keuntungan di dalam perusahaan.
-

Profesionalisme
Pada kasus ini presiden sekaligus CEO tidak menjalankan tugasnya dengan baik
atau secara profesionalisme bahkan melakukan perbuatan yang menguntungkan
saja dengan cara menambahkan laba pada laporan keuangan.

Kualitas Jasa
Kuranganya pelayanan dan jasa pada bagian pengawasan auditor pada laporan
keuangan.

Kepercayaan

Hisao Tanaka pada dasarnya di toshiba sudah mendaptkan kepercayaan dari


caranya bekerja dan telah memiliki reputasi diperusahan dengan baik, akan tetapi

dikarenakan pada tahun tertentu ia harus mencapai target dan ternyata kurangnya
target yang diharapkan sangatlah besar maka dari itu ia melakukan penambahan
laba pada laporan keuangan dan tidak lagi dipercayai seegingga ia bertanggung
jawab atas kasus ini dan mengundurkan diri.

Prinsip Pertama Tangggung Jawab Profesi


Dalam kasus ini pihak auditor yang kurang berhati-hati saat mengaudit laporannya
dan pihak direksi seharusnya lebih bisa berhati-hati lagi untuk tidak melakukan
kecurangan menutupi kerugian karena tindakan tersebut merugikan banyak pihak
seperti

hilangnya

kepercayaan

masyarakat

terhadap

perusahaan

maupun

profesinya sendiri.

Prinsip Kedua Kepentingan Publik


Pada kasus hisao tanaka kurangnya pelayanan publik dan tidak adanya komitmen
pada profesi yang menunjukkan sikap profesionalisme, untuk menjaga sikap
profesionalisme yang baik seorang CEO dan presiden seharusnya mempunyai sikap
yang bertanggung jawab dan jujur, dan sebagai auditor harus lebih bisa teliti agar
tercipta laporan keuangan yang lebih accountable, good corporate govermance,
dan akan mendapatkan kepercayaan para stake holder.

Prinsip Ketiga Integritas


Integritas mengharuskan para pihak untuk bersikap jujur dan berterus terang tanpa
harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Tidak adanya kejujuran pada kasus ini
walaupun niatnya baik untuk melindungi perusahaan dari kerugiaan namun cara
presiden itu salah.

Prinsip Kelima Kompetensi Dan Kehati-Hatian Profesional


Pada kasus ini penyajian laporan keuangan seharusnya mempunyai sikap kehatihatian dalam menyajikan laporan keuangan.

Prinsip Ketujuh Perilaku Profesional


Sebagai presiden dan CEO hisao hataka seharusnya berprilaku konsisen sesuai
reputasi profesinya dengan baik dan menjauhi tindakan yang seharusnya tidak
boleh dilakukan, namun pada kasus ini hataka bertanggung jawab dengan
mengundurkan diri dikarenakan kesalahannya.

Referensi :
http://ekonomi.metrotvnews.com/read/2015/07/21/149344/terlibat-skandalakuntansi-ceo-toshiba-mundur
http://teknologi.metrotvnews.com/read/2015/07/22/149632/ceo-toshibamengundurkan-diri
http://finansial.bisnis.com/read/20150721/9/455185/toshiba-diguncang-skandalakuntansi-senilai-us12-miliar
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/07/21/161317026/.Bos.Toshiba.Dilapo
rkan.Terlibat.Skandal.Penyimpangan.Akuntansi.
(di akses pada 07 November 2015)
Diposkan oleh Agnis noviani noor di 23.27

Toshiba Akui Ada Pengurangan Tenaga Kerja

Septian Deny

03 Feb 2016, 16:29 WIB

1k

Sebagian besar yang dipecat bekerja di divisi lifestyle, dan diketahui memang
bergerak memproduksi produk elektronik untuk konsumen.

Liputan6.com, Jakarta - Salah satu perusahaan elektronik asal Jepang, Toshiba, dikabarkan
melakukan pengurangan tenaga kerjanya. Kabarnya pengurangan tenaga kerja ini sebagai
dampak dari penutupan pabrik di Indonesia.

Manager HRD PT Toshiba Consumer Products Indonesia, Uis Al-Qarni membenarkan hal
tersebut. Dia mengatakan soal pengurangan tenaga kerja ini sebenarnya sudah diumumkan sejak
akhir tahun lalu.
"Iya benar, sudah dari Desember, sudah ada pengumumannya. Itu sekitar 40 persen dari 900
pekerja (hasil sementara), dari lini televisi dan mesin cuci," ujar dia saat berbincang dengan
Liputan6.com di Jakarta, Rabu (3/2/2016).
Baca Juga

KSPI: 2.145 Pekerja Toshiba dan Panasonic Kena PHK Hari Ini

Kena PHK, Ini Besaran Pesangon yang Diminta Buruh

BKPM: Panasonic dan Toshiba Tutup karena Kalah Saing dengan China

Namun demikian, Uis mengatakan pabrik televisi dan mesin cuci akan tetap ada. Lantaran,
pabrik tersebut akan diakuisisi oleh perusahaan asal Hongkong, Skywards. Sehingga
kepemilikannya akan beralih dari Toshiba ke Skywards. Namun menurut Uis tidak semua
pekerja akan diberhentikan.
"Ini sahamnya diakuisisi oleh perusahaan lain Skywards. Pengurangan tenaga kerja hanya
sebentar, mungkin akan ditambah lagi oleh skywards karena mereka akan ada lagi produk baru
yang akan diproduksi di sini," kata dia.
Uis menyatakan, proses pengurangan tenaga kerja saat ini masih berlangsung. Kini tengah ada
perundingan antara pihak manajemen dan pekerja. Namun dia memastikan saat ini semua
karyawan masih bekerja secara normal.
"Sejauh ini proses PHK lancar, sedang ada perundingan untuk penyelesaian, dan biasanya itu
wajar. Ada pemintaan karyawan seperti apa dan kemampuan perusahaan seperti apa, lancar
tidaknya kamilihat dari waktu, ini prosesnya baru sebulan. Masih pembicaraan dasar saja.
Sampai sekarang masih 100 persen, kalau 900 pekerja mungkin ini nanti akan ditentukan di akhir
Maret," tutur dia. (Dny/Ahm)

Sempat Menyerah, Toshiba Kini Berusaha Bangkit


Muhammad Alif Goenawan - detikinet
Rabu, 17/02/2016 07:24 WIB

Foto: Getty
Images
Jakarta - Toshiba yang sempat menyatakan mundur dari bisnis PC kini malah
berbalik. Laporan terbaru mengatakan bahwa mereka menolak untuk menyerah dan
memilih bangkit.
Sebagaimana diketahui, beberapa waktu lalu perusahaan elektronik raksasa Jepang
ini mengumumkan kabar yang menyedihkan dimana mereka menderita kerugian
sebesar USD 6 miliar atau sekitar Rp 81,5 triliun.
Faktor utama terpuruknya Toshiba di antaranya skandal akuntansi yang
menghebohkan akibat petinggi Toshiba melebih-lebihkan keuntungan perusahaan
sejak tahun 2008 hingga 2014. Jumlah keuntungan operasional palsu yang
dilaporkan oleh Toshiba dalam rentang waktu itu adalah USD 1,2 miliar.
Namun, juru bicara Toshiba kepada media Sankei dalam laporan terbaru
mengatakan mengatakan bahwa Toshiba akan terus memproduksi PC lewat

pabriknya di Hangzhou, China.


Juru bicara itu pun menyebut bahwa sang petinggi Toshiba yang dimaksud berniat
untuk mengundurkan diri sebagai bagian dari restrukturisasi akibat skandal yang
dilakukan oleh dirinya.
Sementara itu, upaya Toshiba untuk bangkit di bisnis PC juga tercium dari
kesepakatan merger antara tiga perusahaan raksasa Jepang, yakni Toshiba, Fujitsu,
dan VAIO.
Sepeti dikutip detikINET dari Reuters, Rabu (17/2/2016) dalam merger tersebut
Toshiba akan menyerahkan merk Dynabook untuk Fujitsu, sementara pabrik VAIO
akan fokus pada desain dan pengembangan guna membantu memotong biaya.
(mag/rou)

Anda mungkin juga menyukai