NIM : 020326946
LATIHAN SOAL
Soal 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan pajak penghasilan yang bersifat final?
Pajak penghasilan yang tidak dapat di kreditkan ( dikurangkan ) dari total pajak penghasilan
terutang pada akhir tahun pajak
Tax avoidance memiliki makna upaya yang dilakukan untuk menghindari pajak (penghindaran
pajak). Secara lebih jelas, tax avoidance dapat didefinisikan sebagai suatu upaya mendeteksi celah dalam
ketentuan perundang-undangan perpajakan hingga ditemukan titik kelemahan dari perundangan
tersebut yang memungkinkan untuk dilakukannya penghindaran pajak yang dapat menghemat besaran
pajak yang dibayarkan.Dari definisi tersebut, tax avoidance tak ubahnya sebagai upaya yang dilakukan
oleh wajib pajak baik perorangan maupun badan hukum atau usaha untuk meminimalisir pembayaran
pajak.
Sementara tax evasion merupakan upaya yang dilakukan untuk menghindari pajak secara ilegal
dengan tidak melaporkan penghasilan atau melaporkan tetapi bukan nilai penghasilan yang sebenarnya.
Sebagai tindakan ilegal, jelas tax evasion melanggar hukum sehingga praktiknya tidak diperkenankan.
Tindakan tax evasion merupakan kecurangan, karena wajib pajak berusaha untuk merekayasa transaksi
agar timbul biaya-biaya yang mengurangi penghasilan bahkan menyebabkan kerugian. Tax evasion
merugikan negara, karena nilai pajak yang dibayarkan oleh wajib pajak bukanlah nilai yang seharusnya.
Bahkan bisa jadi, wajib pajak bebas dari beban pajak jika penghasilannya justru minus atau mengalami
kerugian.
1. Sisi legalitasnya
Jadi, dari sudut pandang hukum, tax avoidance merupakan tindakan legal dengan
memanfaatkan celah atau kelemahan yang terdapat dalam ketentuan perundang-undangan perpajakan
yang berlaku. Sebagaimana diketahui, peraturan perundang-undangan tentang perpajakan merupakan
produk hukum. Tak semua produk hukum sempurna, masih ada grey area atau bagian abu-abu yang
sering kali menjadi titik lemah dari peraturan perundang-undangan tersebut.
Lain halnya dengan tax evasion, karena upaya penghindaran pajak lebih mengarah pada
penggelapan pajak yang dari sisi legalitasnya dikategorikan sebagai tindakan ilegal. Upaya penghindaran
pajak pada tax evasion dilakukan dengan cara-cara yang bertentangan dengan hukum perpajakan yang
berlaku. Di sini wajib pajak sudah memiliki niat untuk tidak membayar pajak.
2. Upaya konkret yang dilakukan
Semakin besar penghasilan, beban pajak juga akan semakin besar. Lagi-lagi harus diakui bahwa
tak ada yang suka penghasilannya berkurang banyak untuk membayar pajak.
Maka dari itu, dilakukan upaya-upaya untuk menghindarinya. Adapun beberapa upaya yang
dilakukan pada tax avoidance meliputi:
Mempercepat depresiasi sehingga diperoleh nilai penyusutan yang lebih besar. Dalam
laporan keuangan, penyusutan merupakan salah satu komponen yang mengurangi
penghasilan atau laba usaha yang digunakan sebagai dasar penghitungan pajak.
Melakukan tax planning atau perencanaan pajak. Ada dua skema tax planning yang bisa
dilakukan untuk menghemat pajak, yaitu substantive tax planning dan formal tax
planning. Substantive tax planning dapat dilakukan dengan memindahkan subjek pajak,
objek pajak, atau subjek dan objek pajak sekaligus ke negara lain yang memberikan
perlakuan pajak khusus dalam arti keringanan pajak. Sementara formal tax planning
merupakan upaya menghindari pajak dengan tetap mempertahankan substansi
ekonomi dari suatu transaksi tetapi memilih jenis transaksi yang memiliki beban pajak
rendah.
Tax avoidance dilakukan tanpa kecurangan dan rekayasa yang bertentangan dengan aturan
perpajakan. Berkenaan dengan hal itu, beberapa perusahaan ada yang menyusun laporan keuangan
dalam dua versi. Pertama untuk kepentingan laporan internal para pemegang saham terkait dengan
penghitungan dividen. Sementara yang kedua diperuntukkan bagi penghitungan pajak.
Tidak melaporkan SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan) yang memuat tentang harta atau
penghasilan yang menjadi objek pajak serta penghitungan dan pembayaran pajak sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
Melakukan kecurangan dengan merekayasa laporan keuangan, di mana biaya-biaya
fiktif dimunculkan untuk memperbesar biaya dan memperkecil penghasilan atau laba
usaha, bahkan jika dimungkinkan disusun sedemikian rupa sehingga wajib pajak seolah-
olah mengalami kerugian. Penghasilan yang telah direkayasa ini yang kemudian
dilaporkan untuk kepentingan perpajakan.
Menyembunyikan atau menyelundupkan harta kekayaan yang menjadi objek pajak
secara sengaja agar tidak dikenai beban pajak.
Soal 3 PT Mahaputra membeli peralatan mesin di Toko Ardan, harga peralatan termasuk PPN
Rp110.000.000.
a. Hitunglah PPN yang harus dipungut oleh PT Mahaputra, jika harga tidak termasuk PPN
b. Hitunglah PPN yang harus dipungut oleh PT Mahaputra, Jika harga termasuk PPN
100/110* Rp. 110.000.000 = Rp. 100.000.000
a. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang terutang pajak =
Rp2.500.000
b. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang tidak dikenai Pajak
c. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang dibebaskan dari
Pajak Keluaran ( Penyerahan yang terutang pajak ) Rp 50.000.000 x 10% = Rp. 5.000.000
Pajak Masukan ( Penyerahan yang terutang pajak ) = Rp. 2.500.000 –
= Rp. 2.500.000
Soal 5 Wajib Pajak A beralamat di jl. Tupai No. 8 Kota Bandung, bergerak di bidang usaha dagang emas
perhiasan secara eceran. Wajib Pajak A tersebut telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dengan NPWP 01.888.456.1.942.000. Berikut transaksi yang terjadi selama bulan Agustus 2016:
a. Tanggal 5 Agustus melakukan penyerahan emas perhiasan seberat 3 gram kepada UD Anggrek,
b. Tanggal 11 Agustus melakukan penyerahan emas perhiasan 8 gram seharga Rp10.000.000 kepada
c. Tanggal 14 Agustus membeli lemari kaca untuk pajangan barang dagangan seharga Rp1.100.000
d. Tanggal 18 Agustus menerima uang muka pemesanan emas sebesar 50% dari CV Setia NPWP
01.345.234.1.942.000 atas penyerahan emas 6 gram seharga Rp7.000.000, sisanya akan dibayar
e. Tanggal 20 Agustus Menerima uang sisa dari penyerahan emas kepada CV Setia
PPN KELUARAN : Rp. 350.000 + Rp. 1.000.000 + Rp. 350.000 +Rp. 350.000 = Rp. 2.050.000
PPN MASUKAN : Rp. 280.000 + Rp. 800.000 + Rp. 110.000 + Rp. 280.000 + Rp. 280.000 = Rp. 1.750.000