Menurut Adam Smith pembagian pekerjaan (Devision Labor) dengan disertai spesialisasi dapat
menyebabkan :
Sebetulnya Teori Devesion of Labour ini ada, Adam Smith sudah mengemukakan pentingnya
akumulasi Modal. Sebagai akibat dari pokok teorinya maka sebagian konsekuensinya Tabungan
merupakan syarat mutlak bagi ekonomi pembangunan.
Dengan pertambahan modal tersebut, maka akan mengakibatkan kegiatan atau pertambahan
jumlah usaha, sehingga jumlah pekerja akan bertambah, dan produksi akan naik. Akibatnya
income perkapita akan naik pula. Dengan bertambahnya income itu, maka tabungan akan
bertambah besar dan investasi akan bertambah besar pula.
Dengan adanya investasi yang besar, akan terjadi Akumulasi Modal dan selanjutnya dikatakan
bahwa sekali pembangunan dimulai makan akan terjadi akibat yang kumulatif sebagai berikut :
1. Kemungkinan meluasnya pasaran yang cukp sebagai akibat dasar untuk pemusatan
(pembentukan modal) mengakibatkan Devision of Labour dan menaikkan tingkat
produksi.
2. Akibat kenaikan pendapatan nasional dan kemunkginan pertambahan penduduk yang
sesuai dengan kenaikan pendapatan nasional itu tidak hanya mengakibatkan perluasan
psaran, tetapi juga saving lebih besar dapat di investor.
3. Karena pekerja-pekerja menjadi lebih spesialis dan pasaran berkembang, maka
kemampuan dan pendorong untuk memperbaiki keahlian atau skill menjadi bertambah.
Dalam perencanaan berbagai kegiatan atau pekerjaan untuk pencapaian tujuan tentunya telah di
tentukan. Keseluruhan pekerjaan dan kegiatan yang telah di rencanakan tentunya perlu di
sederhanakan guna mempermudahkan bagaimana pengimplementasikannya. Upaya untuk
menyederhanakan dari keseluruhan kegiatan dan pekerjaan yang mungkin saja bersifat kompleks
menjadi lebih sederhana dan spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan dan di tugaskan
untuk setiap kegiatan yang sederhana dan spesifik. Sebagai contohnya : perusahaan PT Reksa
Pelanggan Cemerlang, dari diagram (di bawah) dapat kita lihat pembagian kerja di dalam
perusahaan PT Reksa Pelanggan Cemerlang, yaitu pembagian kerja untuk direktur operasional
dan hukum, direktur pemasaran, direktur keuangan dan administrasi, manajer keuangan dan
administrasi, administrasi operasional, surveyor, staf pemasaran, staf accounting, staf keuangan.
Saat ini penggunaan pembagian kerja lebih banyak di gunakan karena pada dasarnya yang di
bagi – bagi adalah pekerjaannya, bukan orang – orangnya.
Adapun alasan diadakan pembagian kerja adalah bahwa seseorang tidak akan melakukan semua
pekerjaan yang ada di dalam organisasi seorang diri tanpa bantuan orang lain. Menurut Sondang
P. Siagian ada tiga alas an diadakan pembagian kerja, yaitu :
a. Beban kerja yang harus di pikul
b. Jenis pekerjaan yang harus beragam
c. Berbagai spesialisasi yang diperlukan
Dengan adanya pembegian kerja pegawai atau karyawan dituntut tanggung jawabnya didalam
penyelesaian setiap tugas yang dibebankan kepadanya. Jenis pekerjaan yang beraneka ragam
merupakan hal yang sudah biasa didalam suatu organisasi yang mempunyai tujuan yang jelas.
Spesialisasi pekerjaan diperlukan karena dalam pembagian kerja terjadi pembagian fungsi-fungsi
dimana setiap fungsi tersebut memerlukan keahlian khusus untuk menyelesaikan setiap
pekerjaan.
Indikator Pembagian Kerja
Untuk mengukur pembagian kerja digunakan indikator-indikator sebagai berikut :
1) Penempatan karyawan
Penempatan karyawan ialah bahwa setiap pegawai atau karyawan telah ditempatkan sesuai
dengan kemampuan, keahlian dan pendidikan yang dimiliki sebab ketidaktepatan dalam
menetapkan posisi karyawan akan menyebabkan jalannya pekerjaan menjadi kurang lancar dan
tidak maksimal.
2) Beban kerja
Beban kerja adalah tugas pekerjaan yang dipercayakan untuk dikerjakan dan tanggung jawabkan
oleh satuan organisasi atau seorang pegawai tertentu. Beban kerja yang harus dilaksanakan
karyawan hendaknya merata, sehingga dapat dihindarkan adanya seorang karyawan yang
mempunyai beban kerja terlalu banyak atau terlalu sedikit. Namun demikian beban kerja yang
merata ini tidak berarti bahwa setiap karyawan di perusahaan tersebut harus tetap sama beban
kerjanya.
3) Spesialisasi pekerjaan
Spesialisasi pekerjaan adalah pembagian kerja berdasarrkan oleh keahlian atau ketrampilan
khusus. Spesialisasi pekerjaan sangat diperlukan dalam setiap organisasi karena tidak semua
pekerjaan membutuhkan keahlian dan tidak semua orang mempunyai keahlian yang sama sebab
setiap orang mempunyai kelebihan dan keterbatasan sendiri. Agar semua tugas pekerjaan yang
ada dapat dilaksanakan dengan baik maka perlu sekali adanya spesialisasi pekerjaan, spesialisasi
pekerjaan bukan berarti merupakan tujuan mengkotak-kotakan pegawai atau karyawan.
Pengertian Spesialisasi
Spesialisasi pekerjaan adalah pembagian kerja berdasarrkan oleh keahlian atau
ketrampilan khusus. Inti dari spesialisasi adalah pembagian tugas berdasarkan skill yang dimiliki
oleh individu dalam organisasi, agar tidak ada istilahnya pemborongan tugas oleh seseorang
sehingga yang lain tidak melakukan hal apa pun.
B. Manfaat Spesialisasi
Spesialisasi pekerjaan Agar semua tugas pekerjaan yang ada dapat dilaksanakan dengan
baik maka perlu sekali adanya spesialisasi pekerjaan, spesialisasi pekerjaan bukan berarti
merupakan tujuan mengkotak-kotakan pegawai atau karyawan.
Seperti yang ditekankan oleh Adam Smith (Deliarnov;1995) bahwa produktivitas tenaga
kerja dapat ditingkatkan melalui pembagian kerja (Division of Labour). Pembagian kerja akan
mendorong spesialisasi;
Adam Smith memberikan contoh dampak pembagian tugas dalam pembuatan peniti. Jika
tiap orang melakukan semua jenis pekerjaan sebdiri-sendiri (termasuk didalamnya meluruskan,
memotongnya, meruncingkan, dan memasangkan kepala peniti, dsb), hasil yang diperoleh kecil.
Akan tetapi, jika dilakukan pembagian tugas sesuai keahlian (spesialisasi), yang satu khusus
meluruskan kawat, yang lain memotong, meruncingkan ujung peniti, dan memasangkan kepala
peniti, hasil produksi secara total menjadi lebih banyak. Mengapa demikian? Menurut Smith
pembagian tugas tersebut telah menyebabkan setiap orang ahli di bidangnya (terspesialisasi).
Dengan demikian, produktivitas meningkat, sehingga hasil produksi total juga akan meningkat.
Inilah Manfaat dari adanya Spesialisasi :
1. Sangat diperlukan dalam setiap organisasi karena tidak semua pekerjaan membutuhkan keahlian
dan tidak semua orang mempunyai keahlian yang sama sebab setiap orang mempunyai kelebihan
dan keterbatasan sendiri.
2. Orang akan memilih mengerjakan yang terbaik sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-
masing, sehingga orang-orang akan ahli dalam bidangnya, dan menjadi pakar dalam bidang
tersebut.
3. Adanya spesialisasi berarti setiap orang tidak perlu menghasilkan setiap barang yang dibutuhkan
secara sendiri-sendiri. Akan tetapi hanya menghasilkan satu barang saja. kelebihan barang atau
kebutuhan sendiri itu dapat diperdagangkan.
4. Smith juga percaya bahwa para pekerja dengan spesialisasi lebih mungkin untuk berinovasi,
untuk menciptakan alat atau mesin untuk membuat tugas-tugas mereka bahkan lebih efisien.
5. Dapat membantu mengurangi biaya tenaga kerja monitor yang banyak memiliki banyak
keahlian.
6. Menghemat waktu dan biaya dalam suatu pekerjaan, karena pekerjaan yang rumit yang biasanya
dilakukan oleh banyak orang kini hanya dilakukan oleh satu orang yang ahli.
7. Produk hasil dari spesialisasi pekerjaan tersebut juga bisa dikatakan memuaskan karena
dikerjakan oleh ahlinya.
Hal-hal tersebut diatas secara otomatis akan menyebabkan peningkatan produktivitas dan
peningkatan produksi secara total.
a. Organisasi Lini
Organisasi lini adalah suatu bentuk organisasi yang didalamnya adanya batasan yang jelas antara
pimpinan dan bawahan. Pimpinan bertanggung jawab atas segala kegiatan organisasi dan
mempunyai hak untuk mengambil keputusan dan wewenang lalu, bawahan harus mematuhinya.
Kekurangan dari organisasi lini adalah kurangnya seorang pimpinan yang berpengalaman dan
berpengetahuan luas, adanya kecenderungan untuk seorang pimpinan untuk bertindak
otoriter/dictator,dalam pengembangan suatu bawahan kurang mendapat perhatian, karena mereka
tidak pernah diikutsertakan dalam pengambilan keputusan dan kurang bebas dalam melakukan
tindakan.
c. Organisasi Fungsional
Organisasi Fungsional adalah organisasi yang susunannya berdasarkan atas fungsi-fungsi yang
ada dalam organisasi tersebut,Dalam organisasi ini seorang tenaga kerja tidak hanya bertanggung
jawab kepada satu atasan saja. Pada organisasi ini pemimpin berhak memerintahkan kepada para
tenaga kerja/para karyawannya, selama masih dalam hubungan pekerjaan.Sehingga seorang
pekerja dapat saja diperintah oleh lebih dari satu atasan sesuai dengan keahliannya.
Kelebihannya :
Karena masing – masing divisi dalam management lebih terfokus dalam menggarap satu bidang
saja, sehingga memunculkan orang – orang yang benar – benar berkompeten di bidang tersebut.
Keprofesionalitasan dalam bidang ini menjadi salah satu indikator bagaimana organisasi pada
umumnya dan masing – masing divisi dalam suatu organisasi pada khususnya berjalan dan
sesuai dengan programyang telah dijalankan. Lebih bisa mencapai hasil yang maksimal dalam
jalur – jalur garis besar program perusahaan yang benar untuk menghindari jika ada kesalahan
yang mendasar dalam perusahaan, perusahaan dapat cepat menyelesaikannya.
1. perusahaan lebih produktif
Dengan struktur yang baik dalam bekerja menyebabkan para pekerja semakin giat dalam
menjalankan pekerjaannya guna mencapai hasil yang terbaik.
2. Memunculkan inovasi – inovasi baru
Karena banyaknya orang – orang yang benar berkompeten di bidang masing – masing bidang,
maka akan banyak timbul ide – ide dan kreatifitas serta inovasi – inovasi sehingga perusahaan
tidak jalan di tempat dan deadlock bahkan varietas perusahaan menjadi kian beragam.
3. Perusahaan lebih bisa berkembang dan maju
Seiring munculnya banyak inovasi – inovasi baru maka perusahaan pun akan cepat berkembang
dengan memaksimize setiap tujuan perusahaan dalam mencapai profityang diharapkan oleh
perusahaan.
KELEMAHAN
Karena banyaknya orang ahli dan kompeten di bidangnya maka muncul konflik – konflik baik
vertikal maupun horizontal, banyaknya orang ahli di masing – masing bidang menimbulkan
seringnya gesekan – gesekan opinion maupun ide sangat sering terjadi yang bisa mengganggu
stabilitas perusahaan.
1. Sulitnya mengontrol perusahaan karena banyaknya bidang dan divisi serta “ ilmuwan –
ilmuwan “ di masing – masing bidangnya. Yang akhirnya harus merekrut dewa pengawas
perusahaan-perusahaan dalam setiap bidang.
2. Penyimpangan – penyimpangan jadi sulit terlacak dan lebih sering terjadi yang bukan mustahil
menimbulkan kerugian yang besar pada perusahaan. Karena banyaknya bidang dan divisi yang
harus dikontrol sehingga pengawasanpun menjadi lemah.
3. Sulit mencari figur pimpinan karena banyaknya orang – orang yang ahli dan berkompeten di
bidangnya sehingga sangat sulit menilai karena kedudukan dan peranan yang sama dalam
perusahaan.
4. Muncul persaingan yang tidak sehat karena masing –masing merasa ahli dan berperan dalam
perusahaan. Untuk itu perusahaan harus selektif dalam mencari para ahli dalam setiap
bidangyang dipegang.
Suatu organisasi baik itu organisasi formal maupun informal dalam melakukan segala
aktivitasnya pastilah terdapat hubungan diantara orang-orang yang melaksanakan aktivitas
tersebut. Semakin banyak aktivitas yang dilakukan, maka akan semakin kompleks juga
hubungan yang terjalin. Untuk mengatasi masalah itu,maka dibuatlah stuktur organisasi yang
menggambarkan hubungan antar kelompok/bagian.
Contohnya seperti pada institusi pendidikan. Institusi pendidikan berarti sebuah lembaga atau
organisasi yang berfokus pada pengembangan pendidikan.Agent-agent yang berperan
diantaranya adalah tenaga pengajar (guru, dosen), tenaga pendukung (pegawai administrasi,
petugas kebersihan, dan lainnya), dan anak didik (siswa, mahasiswa). Umumnya
lembaga/institusi pendidikan ini menggunakan struktur organisasi garis dan fungsional.
Organisasi fungsional dan garis adalah bentuk organisasi dimana wewenang dari pimpinan
tertinggi dilimpahkan kepada kepala bagian di bawahnya yang mempunyai keahlian tertentu
serta sebagian dilimpahkan kepada pejabat fungsional yang koordinasinya tetap diserahkan
kepada kepala bagian.Dapat digambarkan sebagai berikut :
Jadi,masing-masing kepala bagian memiliki spesialisasi kerja dan memiliki wewenang untuk
betindak/melakukan sesuatu sesuai dengan bidangnya namun wewenang tertinggi tetap
dipengang oleh pucuk pimpinan. Namun bentuk organisasi fungsional dan garis ini memiliki
kekurangan yaitu :
– dengan adanya spesialisasi/pembagian kerja, hal ini dapat memberikan kejenuhan kepada
anggotanya. Misalkan seorang guru bertahun-tahun mengajar pelajaran yang sama, maka hal ini
akan menimbulkan kejenuhan.
– Anggota tidak dapat melakukan koordinasi dengan anggota lain. Karena spesialisasinya saling
berbeda. Selain itu juga pejabat fungsional akan mengalami kebingungan karena dalam suatu
bagian dikoordinasikan oleh lebih dari 1 orang
DEPARTEMENTALISASI
1. Pengertian Departementalisasi
Departementalisasi adalah proses penentuan cara bagaimana kegiatan yang dikelompokkan.
Beberapa bentuk departementalisasi sebagai berikut :
1. Fungsi
2. Produk atau jasa
3. Wilayah
4. Langganan
5. Proses atau peralatan
6. Waktu
7. Pelayanan
8. Alpa – numeral
9. Proyek atau matriks
2. Departementalisasi Fungsional
Departentalisasi fungsional mengelompokkan fungsi – fungsi yang sama atau kegiatan –
kegiatan sejenis untuk membentuk suatu satuan organisasi.
Organisasi fungsional ini barangkali merupakan bentuk yang paling umum dan bentuk dasar
departementalisasi. kebaikan utama pendekatan fungsional adalah bahwa pendekatan ini menjaga
kekuasaan dan kedudukan fungsi- funsi utama, menciptakan efisiensi melalui spesialisasi,
memusatkan keahlian organisasi dan memungkinkan pegawai manajemen kepuncak lebih ketat
terhadap fungsi-fungsi.
pendekatan fungsional mempunyai berbagi kelemahan. struktur fungsional dapat menciptakan
konflik antar fungsi-fungsi, menyebabkan kemacetan-kemacetan pelaksanaan tugas yang
berurutan pada kepentingan tugas-tugasnya, dan menyebabkan para anggota berpandangan lebih
sempit serta kurang inofatif.
3 . Departementalisasi Divisional
Organisasi Divisional dapat mengikuti pembagian divisi-divisi atas dasar produk,
wilayah (geografis), langganan, dan proses atau peralatan.
Struktur organisasi divisional atas dasar produk. setiap departemen bertanggung jawab atas suatu
produk atau sekumpulan produk yang berhubungan (garis produk). Divisionalisasi produk adalah
pola logika yang dapat diikuti bila jenis-jenis produk mempunyai teknologi pemrosesan dan
metoda-metoda pemasaran yang sangat berbeda satu dengan yang lain dalam organisasi.
Sturktur organisasi divisional atas dasar wilayah. Departementalisasi wilayah , kadang-kadang
juga disebut depertementalisasi daerah , regional atau geografis , adalah pengelompokkan
kegiatan-kegiatan menurut tempat dimana operasi berlokasi atau dimana satuan-satuan
organisasi menjalankan usahanya.
3. Cara dalam mana para manager lebih lanjut tugas-tugas yang harus dilaksanakan dalam
departemen mereka dan mendelagasikan wewenang yang diperlukan untuk mengerjakan tugas
tersebut.
Dari tiga hal diatas dapat disimpulkan bahwa pengorganisasian merupakan suatu proses untuk
merancang struktur formal , mengelompokkan dan mengatur serta membagi tugas-tugas atau
pekerjaan diantara organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien.
2 Teori-Teori Organisasi
Dalam kehidupan nyata orang-orang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan
bersama , yang dilakukan adalah kegiatan menandakan suatu lembaga atau kelompok fungsional
atau biasa disebut dengan istilah Organisasi. Organisasi dalam hal ini bisa terdapat pada badan
usaha , instansi pemerintah , lembaga pendidikan , militer , kelompok masyarakat atau suatu
perkumpulan olahraga.
Kata Organisasi mempunyai dua pengertian umum. Pengertian pertama menandakan suatu
lembaga atau kelompok fungsional , seperti organisasi perusahaan , rumah sakit , perwakilan
pemerintah atau suatu perkumpulan olahraga. Pengertian kedua berkenaan dengan proses
pengorganisasian sebagai suatu cara dalam mana kegiatan organisasi dialokasikan dan
ditugaskan diantara para anggotanya agar tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien
STRUKTUR ORGANISASI
Pengertian Sturktur Organisasi
Sturktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal dengan
mana organisasi dikelola. Sturktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan
pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi atau orang-orang yang menunjukkan
kedudukan , tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Struktur
ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja , standarlisasi ,koordinasi , sentralisasi atau
desentralisasi dalam pembuatan keputusan atau besaran satuan kerja.
Faktor-Faktor Perancangan Struktur Organisasi
faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi adalah sebagai
berikut:
1. strategi organisasi untuk mencapai tujuannya. strategi menjelaskan bagaimana aliran
wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun diantara para pimpinan dan bawahan.
2. teknologi yang digunakan. perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang-
barang atau jasa akan membedakan struktur organisasi.
3. anggota (pegawai / karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi. kemanapun
dan cara berfikir para anggota, serta kebutuhan mereka untuk bekerja sama harus diperhatikan
dalam merancang struktur organisasi.
4. ukuran organisasi. besarnya organisasi secara keseluruhan maupun satuan kerjanya yang
sangat mempengaruhi struktur organisasi. semakin besar ukuran organisasi, struktur organisasi
akan semakin kompleks dan harus dipilih struktur yang tepat.
A. Unsur-unsur Struktur Organisasi terdiri dari:
1. Spesialisasi kegiatan
2. Standarisasi kegiatan
3. Koordinasi kegiatan
4. Sentralisasi dan Desentralisasi pembuatan keputusan
5. Ukuran satuan kegiatan
Rentang kendali (Span of Control) merupakan jumlah optimal bawahan yang dapat dikelola
oleh seorang pimpinan atau pemimpin dalam sebuah organisasi. Jumlah bawahan yang dapat
dikendalikan antara perusahaan satu dengan perusahaan lain tidak sama, hal ini lebih disebabkan
pada keluasan atau besar tidaknya perusahaan itu berkecimpung. Namun banyak pendapat yang
menyatakan bahwa manajemen puncak sebaiknya membawahi secara langsung antara empat
Lain lagi halnya Robbins, bahwa akhir-akhir ini rentang kendali yang digunakan adalah
rentang kendali yang lebar, seperti rantang kendali manajer pada perusahaan General Electric
dan Reynold Metal, yaitu mencapai 10 atau 12 bawahan, dua kali lebar rentang kendali 15 tahun
yang lalu.1[19]
Basu Swastha (1998) dalam Herlambang, perbedaan rentang kendali itu disebabkan oleh
1. Jenis pekerjaan
2. Pelatihan karyawan
3. Kemampuan manajer
4. Efektivitas komunikasi
Masih menurutnya, selain faktor-faktor tersebut juga ada beberapa faktor lain yang
mempengaruhi rentang kendali, yaitu yang berkaitan dengan perilaku individu (organitation
behavior), yaitu :
1. Keterampilan karyawan akan mempengaruhi rentang kendali dalam sebuah organisasi. Seorang
manajer akan mudah melakukan pengendalian kepada karyawan dengan tingkat keterampilan
2. Sikap karyawan adalah respon seorang individu dalam menghadapi sebuah persoalan. Ia akan
mempunyai sikap positif atau negatif terhadap sebuah persoalan, dan ini tentu akan
mempengaruhi rentang kendali dalam organisasi. Rentang kendali akan berpengaruh terhadap
tingkat keberhasilan sebuah organisasi dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan,
pemilihan individu yang tepat dalam posisi yang tepat (the right man on the right place) sangat
RANTAI KOMANDO
Sumber : Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A, 2014, Organizational Behavior, 16th
Edition, McGraw-Hill.
Pengertian Sentralisasi
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang
berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada
pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.
Pengertian Desentralisasi
1. Organisasi menjadi lebih ramping dan efisien. Seluruh aktivitas organisasi terpusat
sehingga pengambilan keputusan lebih mudah.
2. Perencanaan dan pengembangan organisasi lebih terintegrasi. Tidak perlu jenjang
koordinasi yang terlalu jauh antara unit pengambilan keputusan dan yang akan
melaksanakan atau terpengaruh oleh pengambilan keputusan tersebut.
3. Peningkatan resource sharing dan sinergi. Sumberdaya dapat dikelola secara lebih efisien
karena dilakukan secara terpusat.
4. Pengurangan redundancies aset dan fasilitas lain. Satu aset dapat dipergunakan secara
bersama-sama tanpa harus menyediakan aset yang sama untuk pekerjaan yang berbeda-
beda.
5. Perbaikan koordinasi. Koordinasi menjadi lebih mudah karena adanya unity of command.
6. Pemusatan expertise. Keahlian dari anggota organisasi dapat dimanfaatkan secara
maksimal karena pimpinan dapat memberi wewenang
Kelemahan desentralisasi:
1. Manajer pada tingkat yang lebih rendah dapat membuat keputusan yang tidak sejalan
dengan strategi umum perusahaan
3. Manajer pada level yang lebih rendah mungkin memiliki tujuan yang berbeda dari tujuan
perusahaan secara keseluruhan
4. Dalam organisasi terdesentralisasi, agak sulit untuk menyebarkan gagasan inovatif secara
efektif
Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang
berada di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada
pemerintahan lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah
dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan
untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat
tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan
keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah
pusat.
Konsep desentralisasi secara umum dapat dikategorikan ke dalam dua perspektif utama, yakni
perspektif desentralisasi politik dan perspektif desentralisasi administratif (desentralisasi
birokrasi). Perspektif desentralisasi politik mendefinisikan desentralisasi sebagai devolusi
kekuasaan (devolution of power), dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Sementara
perspektif desentralisasi administrasi mendefinisikan desentralisasi sebagai delegasi wewenang
administratif (administrative authority), dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah atau
disebut juga dengan dekonsentrasi. Adanya perbedaan antara kedua perspektif dalam
mendefinisikan desentralisasi tersebut, telah memiliki implikasi pada perbedaan dalam
merumuskan tujuan utama yang hendak dicapai. Perspektif desentralisasi politik menekankan
bahwa tujuan utama dari desentralisasi adalah untuk mewujudkan demokratisasi di tingkat lokal
sebagai persamaan politik, akuntabilitas lokal, dan kepekaan lokal. Di sisi lain, Perspektif
desentralisasi administrasi lebih menekankan pada aspek efisiensi penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan ekonomi di daerah, sebagai tujuan utama dari desentralisasi. Selain
memiliki beberapa perbedaan mendasar, Perspektif desentralisasi politik dan desentralisasi
administrasi juga memiliki persamaan, yakni kedua perspektif desentralisasi tersebut
mendudukkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai bagian dari faktor penentu bagi
pencapaian tujuan desentralisasi.
Kelebihan Sentralisasi :
Kebijakan dan keputusan pemerintah daerah dihasilkan oleh orang-orang yang berada di
pemerintah pusat sehingga waktu untuk memutuskan suatu hal menjadi lebih lama
Melemahnya kebudayaan daerah
Kualitas manusia yang robotic, tanpa inisiatif dan kreatifitas.
Melahirkan suatu pemerintah yang otoriter sehingga tidak mengakui akan hak-hak
daerah.
Kekayaan nasional, kekayaan daerah telah dieksploitasi untuk kepentingan segelintir elite
politik.
Mematikan kemampuan berinovasi yang tidak sesuai dengan pengembangan suatu
masyarakat demokrasi terbuka
Kemungkinan penurunan kecepatan pengambilan keputusan dan kualitas keputusan.
Pengambilan keputusan dengan pendekatan sentralisasi seringkali tidak
mempertimbangkan faktor-faktor yang sekiranya berpengaruh terhadap pengambilan
keputusan tersebut.
Demotivasi dan disinsentif bagi pengembangan unit organisasi. Anggota organisasi sulit
mengembangkan potensi dirinya karena tidak ada wahana dan dominasi pimpinan yang
terlalu tinggi.
Penurunan kecepatan untuk merespon perubahan lingkungan. Organisasi sangat
bergantung pada daya respon sekelompok orang saja.
Peningkatan kompleksitas pengelolaan. Pengelolaan organisasi akan semakin rumit
karena banyaknya masalah pada level unit organisasi yang di bawah.
Perspektif luas, tetapi kurang mendalam. Pimpinan organisasi akan mengambil keputusan
berdasarkan perspektif organisasi secara keseluruhan tapi tidak atau jarang
mempertimbangkan implementasinya akan seperti apa.
Kurangnya kemampuan daya saing yang tinggi di dalam kerja sama. Di dalam suatu
masyarakat yang otoriter dan statis, daya saing tidak mempunyai tempat. Oleh sebab itu,
masyarakat akan sangat lamban perkembangannya. Masyarakat bergerak dengan
komando yang melahirkan sikap masa bodoh.
Kelebihan Desentralisasi :
Kelemahan Desentralisasi :
Wewenang itu hanya menguntungkan pihak tertentu atau golongan serta dipergunakan
untuk mengeruk keuntungan para oknum atau pribadi.
Sulit dikontrol oleh pemerinah pusat.
Masa transisi dari sistem sentralisasi ke desintralisasi ke memungkinkan terjadinya
perubahan secara gradual dan tidak memadai serta jadwal pelaksanaan yang tergesa-gesa.
Kurang jelasnya pembatasan rinci kewenangan antara pemerintah pusat, propinsi dan
daerah.
Kemampuan keuangan daerah yang terbatas.
Sumber daya manusia yang belum memadai.
Kapasitas manajemen daerah yang belum memadai.
Restrukturisasi kelembagaan daerah yang belum matang.
Pemerintah pusat secara psikologis kurang siap untuk kehilangan otoritasnya.
Meningkatnya kesenjangan anggaran pendidikan antara daerah,antar sekolah antar
individu warga masyarakat.
Keterbatasan kemampuan keuangan daerah dan masyarakat (orang tua) menjadikan
jumlah anggaran belanja sekolah akan menurundari waktu sebelumnya,sehingga akan
menurunkan motivasi dan kreatifitas tenaga kependidikan di sekolahuntuk melakukan
pembaruan.
Biaya administrasi di sekolah meningkat karena prioritas anggarandi alokasikan untuk
menutup biaya administrasi, dan sisanya baru didistribusikan ke sekolah.
Kebijakan pemerintah daerah yang tidak memperioritaskan pendidikan, secara kumulatif
berpotendsi akan menurunkan pendidikan.
Penggunaan otoritas masyarakat yang belum tentu memahamisepenuhnya
permasalahandan pengelolaan pendidikan yang pada akhirnya akan menurunkan mutu
pendidikan.
Kesenjangan sumber daya pendidikan yang tajam di karenakan perbedaan potensi daerah
yang berbeda-beda. Mengakibatkan kesenjangan mutu pendidikan serta melahirkan
kecemburuan sosial.
Terjadinya pemindahan borok-borok pengelolaan pendidikan dari pusat ke daerah.
Permasalahan keterlambatan di terbitkanya PP tentang pembagian urusan.
Pemerintah engan dalam mendelegasikan kewenangan kepada daerah, hal ini terlihat dari
masih adanya balai pelaksanaan teknis pusat di daerah yang di bentuk oleh departemen
teknis, pelaksanaan pembiayaanya bersumber dari pusat yang konsekuensinya berkurang
inovasi dan kreatifitas di daerah dalam melaksanakan kewenanganya.
Sistem hukum dan pembuktian terbalik masih absurd atau kabur sehinga muncul
keraguan satuan kerja dalam melaksanakan program atau kegiatan di daerah.
Belum optimalnya pengelolahan sumber daya yang berakibat pada rendahnya PAD, hal
ini berimplikasi pada rendahnya Rasio PAD terhadap APBD.
Belum optimalnya penerapan sangsi dan penghargaan bagi sumber daya manusia aparatur
di daerah.
Pemekaran ego bagaimana berbagi bagi kekuasaan atau orang mendapat bagian
kekuasaan di daerah mencoba memekarkan daerah yang akan menghabiskan APBN
negara.
Korupsi pemindahan ladang korupsi dari pusat kedaerah.
Konflik vertikel dan herizontan, misalnya dalam pelaksanaan pilkada .
Munculnya pilkada langsung yang banyak menghabiskan dana dan rawan konflik.
Ongkos yang di bayar untuk pilkada (Ongkos Demokrasi) sangat mahal di Indonesia
adalah konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah.
Formalisasi
Sumber : Robbins, Stephen P & Judge, Timothy A, 2014, Organizational Behavior, 16th
Edition, McGraw-Hill.
Formalisasi
Menurut Bedelan & Zammuto (1991:129) formalisasi mengacu pada suatu tingkat yang
terhadapnya pekerjaan di dalam organisasi itu dibakukan. Atau dalam bahasa lebih mudahnya
formalisasi itu menunjukkan tingginya standarisasi atau pembakuan tugas-tugas maupun jabatan
dalam suatu organisasi. Kriteria dari formalisasi adalah jika derajat formalisasinya tinggi maka
pemegang pekerjaan hanya memiliki sedikit kebebasan mengenai apa yang harus dikerjakan,
bilamana mengerjakannya, dan bagaimana ia harus melakukannya dan perilaku bawahan dalam
suatu organisasi akan semakin teratur. Apabila derajat formalisasinya rendah maka perilaku kerja
relatif tidak terpogram dan pekerja memiliki derajat kebebasan yang tinggi guna melakukan
improvisasi dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Di sisi lain formalisasi juga meruoakan ukuran tentang standarisasi yang ada dalam organisasi.
Dengan semakin banyaknya kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan menghasilkan semakin
besarnya standarisasi. Hasil akhir dari semakin besarnya standarisasi adalah semakin sedikit
jumlah masukan yang baik terhadap bagaimana suatu pekerjaan harus dikerjakan, bilamana
mengerjakannya, dan bagaimana mengerjakannya. Berbagai alternatif atau improvisasi yang
mungkin muncul dalam penyelesaian pekerjaan akan hilang dikarenakan tingginya standarisasi
yang ada.
Pertanyaan yang akan muncul adalah apakah formalisasi itu penting? Banyak organisasi atau
perusahaan menggunakan formalisasi dikarenakan akan mendapatkan keuntungan dari
pengaturan perilaku para pegawainya. Contohnya dengan adanya standarisasi perilaku pegawai
akan mengurangi keanekaragaman, standarisasi tersebut juga akan mendorong munculnya
koordinasi antar bagian yang ada dalam organisasi atau perusahaan. Disisi lain yang akan
muncul adalah adanya penghematan. Penghematan muncul dikarenakan dengan semakin
tingginya derajat formalisasi maka akan makin sedikit pula ‘kebijaksanaan’ yang diminta dari
pemegang jabatan. Hal ini bisa dikatakan relevan, dikarenakan kebijaksanaan memerlukan biaya.
Sampai saat ini, mungkin kebetulan, kita masih bisa melihat banyak sekali organisasi atau
perusahaan besar masih memiliki berbagai manual baik itu administrasi pembelian, personalia,
akuntansi dan lain sebagainya yang memiliki ketebalan yang luar biasa. Hal ini menandakan
organisasi atau perusahaan tersebut memiliki derajat formalisasi yang sangat tinggi dengan
berupaya untuk memformalkan setiap pekerjaan yang ada.
Jika dilihat dari kasus tersebut organisasi atau perusahaan dimana saya bekerja saat ini memang
masih menggunakan sistem birokrasi dalam proses sehari-hari sehingga yang muncul adalah
derajat formalisasi yang sangat tinggi. Begitu banyak peraturan yang keluar untuk mengatur
setiap pegawainya, bahkan untuk mengatur kenaikan gaji periodik sampai terdapat klausul yang
menyebutkan bahwa salah satu faktor yang berpengaruh adalah absensi senam pagi setiap hari
jumat dan kegiatan lainnya yang diselenggarakan oleh perusahaan. Namun dengan tingkat
pendidikan pegawai yang mayoritas sudah strata 1, apakah harus mengeluarkan peraturan yang
seperti itu hanya untuk mengatur perilaku karyawan.
Di lain pihak dengan adanya perubahan status dari port operator menjadi terminal operator
seharusnya organisasi atau perusahaan dimana saya bekerja saat ini sudah harus bisa merubah
posisinya untuk tidak lagi menggunakn sistem birokrasi dikarenakan kondisi lingkungannya
sudah berubah. Jika semula masih berada dalam kondisi yang statis, maka saat ini sudah berubah
menjadi kondisi yang dinamis sehingga dibutuhkan organisasi yang menggunakan natural
system design.
Organization Design Approach
Perubahan ini dirasa sangat perlu dikarenakan dalam natural system design akan lebih cocok
bagi organisasi yang dalam kondisi lingkungan dinamis serta learning organization. Dan yang
lebih ditekankan lagi disini adalah sudah didak terdapat lagi formal sistem yang ada adalah
shared information. Tidak ada lagi derajat formalisasi yang tinggi dan lebih bisa beradaptasi
dengan budaya kerja asing yang mungkin masuk sehingga lebih fleksibel. Dengan beradaptasi
terhadap lingkungan yang baru seharusnya perusahaan atau organisasi tempat saya bekerja sudah
bisa memperbaiki segala kekurangannya, terlebih lagi perusahaan atau organisasi ini bukan
dipimpin oleh orang bodoh tetapi oleh profesional. Makin besar profesionalisme sebuah
pekerjaan, maka makin kecil kemungkinan pekerjaan itu untuk diformalisasi dengan
tinggi. Hanya sekedar harapan yang saya miliki saat ini agar organisasi atau perusahaan ini bisa
segera menyesuaikan derap langkahnya terhadap perubahan lingkungan yang saat ini dihadapi.