Secara ringkas, dalam setiap pekerjaan akan muncul pembagian kerja. Setiap
pembagian kerja akan muncul koordinasi kerja dan setiap koordinasi kerja
akan timbul pembagian kekuasaan. Dengan demikian, secara filosofis
struktur organisasi tidak lain adalah ‘cetak biru’ atau ‘rerangka bangunan’
formal tentang pembagian kerja (division of work) dan pembagian kekuasaan
(division of authority) serta koordinasi kerja yang memungkinkan terjadinya
aliran informasi dan komunikasi yang efisien dan proses pengambilan
keputusan yang cepat (Mintzberg, 1979, 2; Andersen, 2002). Selain itu,
struktur organisasi menggambarkan pula pola hubungan antarpihak internal
(eksekutif, manajer, dan pekerja) dan pola hubungan antara pihak internal
dengan pihak eksternal (para konstituen organisasi) (Bolman and Deal, 1997,
38). Di dalam pola hubungan antarpihak internal selalu disertai dengan
munculnya hierarki organisasi (Andersen, 2000). Oleh karena itu, hierarki
organisasi seperti halnya pembagian kerja, merupakan bagian dari struktur
organisasi yang tidak bisa dihindarkan. Barangkali harus disadari adalah
hierarki harus dibedakan dengan birokrasi karena keduanya memiliki
pengertian yang berbeda. Tidak selamanya yang hierarkis selalu birokratis
Gambar 1
Peta Organisasi
Seperti tampak pada gambar di atas, tipikal peta organisasi yang terdiri dari
kotak dan garis menggambarkan pembagian kerja (division of work) yang
ditunjukkan oleh pengelompokan individu ke dalam departemen seperti
Departemen Marketing, SDM, Produksi dan R & D. Di sisi lain pembagian
kerja juga membutuhkan koordinasi yang pada gambar ditunjukkan oleh
kotak-kotak yang berada di atas kotak-kotak lain yang dihubungkan dengan
sebuah garis vertikal. Dalam hal ini, CEO/Presiden Direktur menjadi
koordinator bagi para Wakil Presiden dan selanjutnya para Wakil Presiden
menjadi koordinator unit-unit organisasi yang ada di bawahnya. Konsekuensi
logisnya adalah CEO/Presiden Direktur memiliki kekuasaan lebih
dibandingkan para Wakil Presiden dan Wakil Presiden memiliki kekuasaan
lebih dibandingkan unit organisasi di bawahnya. Selain itu, kotak dan garis
dalam peta organisasi juga menggambarkan pula aliran informasi sebagai
sumber pengambilan keputusan dan rantai komando (chain of command)
yang menunjukkan siapa harus melapor kepada siapa.
Gambar 2
Taksonomi Organisasi
2. Formalisasi Organisasi
Formalisasi organisasi berkaitan dengan tingkat standarisasi pekerjaan, yakni
sejauh mana aktivitas organisasi dikerjakan berdasarkan regulasi, aturan dan
prosedur kerja. Demikian juga formalisasi menjelaskan sejauh mana rutinitas
sebuah pekerjaan. Sederhananya, formalisasi organisasi menjelaskan apakah
sebagian besar pekerjaan harus distandarisasi atau tidak. Semakin pekerjaan
distandarisasi berarti prasyarat untuk mengerjakan tugas tersebut semakin
ketat, memerlukan keahlian khusus, dan kadang-kadang pendidikan khusus
pula. Pekerjaan dokter adalah salah satu contoh yang bersifat formal dan
memerlukan keahlian dan pendidikan khusus. Untuk menjadi dokter,
misalnya seseorang menempuh pendidikan yang cukup panjang. Seseorang
tidak bisa sembarangan memberi resep untuk suatu penyakit tertentu kalau
dirinya bukan dokter karena profesi dokter termasuk pekerjaan yang sangat
diatur bahkan dengan berbagai lapisan aturan termasuk kode etik dokter.
Sebaliknya, ada beberapa pekerjaan lain yang proses pengerjaannya sama
sekali tidak memerlukan pendidikan formal seperti bagian linting rokok. Hal
yang diperlukan hanyalah pengalaman kerja. Semakin lama pengalamannya
semakin dia menguasai pekerjaan tersebut. Walhasil, ide dasar formalisasi
organisasi adalah sejauh mana sebuah pekerjaan bisa dikelola dan
dikendalikan aturan-aturan baku atau tidak.
3. Sentralisasi/Desentralisasi
Sentralisasi menjelaskan kepada kita pada level mana keputusan organisasi
akan diambil, siapa yang memiliki otorisasi pengambilan keputusan, siapa
yang memiliki kekuasaan, dan pada posisi mana keputusan akan dibuat. Pada
50 tahun pertama abad XX ketika perusahaan menjadi semakin besar dan
semakin besar, pengambilan keputusan justru semakin tersentralisasi.
Kekuasaan dan otoritas bergeser ke eselon atas dengan sedikit orang, tetapi
keputusannya memengaruhi kehidupan perusahaan secara keseluruhan.
Model pengambilan keputusan yang tersentralisasi ini tidak lepas dari ide
Alfred P. Sloan – Presiden General Motors yang memperkenalkan “Kantor
Pusat” sebagai tempat yang dihuni sedikit orang, tetapi merupakan tempat
strategis karena semua kebijakan perusahaan digodok dan diputuskan di
tempat ini
4. Departementalisasi
Uraian-uraian yang berkaitan dengan struktur organisasi yang
direpresentasikan oleh peta organisasi seperti telah disebutkan di atas
menjelaskan pengelompokan individu ke dalam kelompok dan kelompok ke
dalam departemen, selanjutnya departemen ke dalam organisasi.
Pengelompokan-pengelompokan ini disebut departementalisasi. Karyawan
bisa dikelompokkan dengan berbagai cara, yaitu berdasarkan aktivitas,
output, pengguna atau konsumen dan beberapa kombinasi di antaranya.
Pengelompokan berdasar aktivitas menempatkan karyawan dalam satu
kelompok bagi mereka yang melakukan fungsi atau proses kerja yang sama
atau memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sama. Sebagai contoh,
karyawan yang mengerjakan tugas pemasaran dengan segala variasinya
dikelompokkan ke dalam departemen pemasaran di bawah supervisor yang
sama, yaitu manajer pemasaran. Hal yang sama juga berlaku bagi karyawan
bagian produksi.
CEO
Pengelomp Produk
okkan Layanan
berdasar
Proyek Lini Lini Lini
output
Produk 1 Produk 2 Produk 3
Pusat laba/business
CEO
Pengelomp Geografi
okkan
berdasar Pengguna/kustomer
Wilayah Wilayah Wilayah
konsumen Segmen pasar Jateng Jabar Jatim
CEO
Pengelomp
Matriks
okkan
multifokus
hybrid, Marketing Produksi
Produk 1
Produk 2
Gambar 3
Alternatif Pengelompokan Karyawan
Bentuk-Bentuk Struktur Organisasi
Berdasarkan berbagai macam cara mengelompokkan karyawan beserta
aktivitas yang dilakukannya dan sumber daya organisasi maka struktur
organisasi bisa dikategorikan ke dalam berbagai bentuk, yaitu struktur
organisasi fungsional, divisional, hybrid, dan matriks.
Konfigurasi Organisasi
Bagi organisasi besar, kelima bagian struktur organisasi seperti tampak pada
Gambar 8.3 tampaknya merupakan sebuah keharusan. Meski demikian,
konfigurasinya bisa berbeda untuk organisasi yang berbeda. Perbedaan ini
disebabkan karena adanya perbedaan lingkungan organisasi, ukuran
organisasi, strategi, tata nilai organisasi dan teknologi yang digunakan.
Secara umum, Mintzberg membedakan konfigurasi struktur organisasi
menjadi 5 macam, yakni simple structure, machine bureaucracy,
professional bureaucracy, divisional form, dan adhocracy. Masing-masing
konfigurasi dan implikasinya terhadap mekanisme koordinasi, bagian kunci
organisasi dan bentuk sentralisasi/desentralisasi organisasi diringkas seperti
tampak pada Gambar berikut ini.
Konfigurasi Mekanisme Bagian Organisasi Bentuk
Struktur Koordinasi Utama Kunci Desentralisasi
Sentralisasi
Supervisi
Simple Structure Strategic Apex Vertikal dan
Langsung
Horizontal
Desentralisasi
Machine Standarisasi
Technostructure Horizontal
Bureaucracy Proses
Terbatas
Desentralisasi
Professional
Standarisasi Skill Operating Core Vertikal dan
Bureaucracy
Horizontal
Standarisasi Desentralisasi
Divisional Form Middle Line
Output Vertikal Terbatas
Desentralisasi
Adhocracy Mutual Adjustment Support Staff
Selektif