Anda di halaman 1dari 14

AKUNTANSI BIAYA

BIAYA STANDAR “ANALISIS SELISIH BBB & BOP”

EMA 217 A5

KELOMPOK 3

NAMA ANGGOTA :

I PUTU ARIEF KRISNA SANJAYA (1607531065 / 01)

NI PUTU ARLITA EKAYANTI (1607531069 / 03)

PUTU PRADNYANI (1607531072 / 06)

Disampaikan kepada :

Dr. I Ketut Sujana, SE., AK., M.Si.,CA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
A. Pengertian Standar Costing (Biaya Standar)
Secara umum standar diartikan sebagai suatu kesatuan pengukuran yang ditetapkan
sebagai suatu pedoman dalam melaksanakan pekerjaan. Standar adalah suatu ukuran
kuantitas yang harus dicapai sehubungan dengan adanya operasi atau kegiatan tertentu. Biaya
standar dapat diartikan biaya yang diperhitungkan secara wajar harus terjadi di dalam
memproduksi suatu barang, jadi biaya standar adalah standar kuantitas input yang diperlukan
untuk menghasilkan satu unit produksi tertentu.
Biaya standar sebagai harga pokok yang ditentukan di muka dan merupakan harga pokok
yang seharusnya. Harga pokok yang seharusnya adalah harga pokok yang digunakan sebagai
pedoman untuk menilai harga pokok yang sesungguhnya yang paling efisien. Biaya standar
adalah biaya yang ditetapkan dengan seksama untuk satu unit keluaran. Menurut Mulyadi
(2000), biaya standar adalah biaya yang ditentukan di muka, yang merupakan jumlah biaya
yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu satuan produk atau untuk membiayai
kegiatan tertentu, di bawah asumsi kondisi ekonomi, efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu.
Standard Costing (Sistem Biaya Standard) merupakan merupakan sistem akuntansi yang
menggunakan biaya standar dan varian terkait biaya standar. Pada akhir periode akuntan
membandingkan biaya aktual dengan biaya standar, dan melakukan analisa varian. Sistem
biaya standard dapat digunakan pada metode akumulasi biaya job order costing maupun
process costing. Namun perlu digarisbawahi bahwa standard costing lebih baik digunakan di
kondisi perusahan yang teknologinya stabil dan produknya homogen sehingga
penggunaannya lebih sering dijumpai pada process costing.
Pada dasarnya dalam sistem biaya standard terdiri dari 3 pokok aktivitas :
1. Menentukan standar.
2. Menghitung biaya yang sesungguhnya terjadi (biaya actual).
3. Analisis selisih antara biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya terjadi.

B. Tipe –Tipe Standar


Menurut Hansen dan Mowen (2006), standar umumnya diklasifikasikan baik sebagai sesuatu
yang ideal maupun yang saat ini dapat tercapai.

2
1. Standar ideal (ideal standards). Standar ideal membutuhkan efisiensi maksimum dan
hanya dapat dicapai jika segala sesuatu beroperasi secara sempurna. Tidak ada mesin
yang rusak, menganggur, atau kurangnya keterampilan yang dapat ditoleransi.
2. Standar yang saat ini dapat tercapai (currently attainable standards). Standar ini dapat
dicapai dengan beroperasi secara efisien. Kelonggaran diberikan untuk kerusakan normal,
gangguan, keterampilan yang lebih rendah dari sempurna, dan lainnya.

C. Alasan Penggunaan Biaya Standar


Penetapan biaya standar sangat bermanfaat bagi manajemen aktivitas perusahaan, karena
standar biaya bermanfaat untuk :
1. Pembuatan anggaran.
2. Pengendalian biaya dan mengukur efisiensi.
3. Mendorong upaya kemungkinan pengurangan biaya.
4. Memudahkan dalam pencatatan dan penyiapan laporan biaya.
5. Merencanakan biaya bahan baku, pekerjaan dalam proses maupun persediaan barang jadi.
6. Sebagai pedoman penetapan harga penawaran dalam tender suatu proyek atau kontrak
tertentu

D. Kelemahan Biaya Standar


Menurut Mulyadi (2000) kelemahan biaya standar adalah sebagai berikut :
1. Tingkat keketatan atau kelonggaran standar tidak dapat dihitung dengan tepat meskipun
telah ditetapkan dengan jelas jenis standar yang ditentukan oleh perusahaan, tetapi tidak
ada jaminan bahwa biaya standar telah ditetapkan dalam perusahaan secara keseluruhan
dengan ketaatan atau kelonggaran yang relatif sama.
2. Seringkali standar cenderung menjadi kaku atau fleksibel, meskipun dalam jangka
pendek, keadaan produksi selalu mengalami perubahan, sedangkan standar jarang sekali
dilakukan.

E. Penentuan Biaya Standar


3
Penentuan biaya standar dibagi dalam tiga bagian, yaitu biaya bahan baku langsung standar,
biaya tenaga kerja langsung standar, dan biaya overhead pabrik standar.
1. Biaya Bahan Baku Langsung Standar.
Biaya bahan baku langsung standar terdiri atas harga bahan baku langsung standar
dan kuantitas bahan baku langsung standar.
Harga bahan baku standar adalah taksiran harga bahan baku per unit. Harga bahan
baku langsung standar biasanya ditentukan dari daftar harga pemasok (supplier), katalog,
atau informasi lain yang berhubungan dengan kemungkinan perubahan harga di masa
akan datang.
Kuantitas bahan baku langsung standar adalah taksiran sejumlah unit bahan baku
yang diperlukan untuk memproduksi satu unit produk tertentu. Kuantitas bahan baku
langsung standar dapat ditentukan dengan menggunakan penyelidikan teknis dan analisis
catatan masa lalu. Penyelidikan teknis misalnya dengan mengadakan taksiran yang wajar
terhadap bahan baku yang diperlukan untuk satu unit produk atau membuat percobaan
operasi produksi. Analisis catatan masa lalu misalnya dengan menghitung rata-rata
pemakaian bahan baku untuk produk (pekerjaan) yang sama dalam periode tertentu pada
masa lalu.
2. Biaya Tenaga kerja Langsung Standar.
Biaya tenaga kerja langsung standar terdiri atas tarif upah tenaga kerja langsung
standar dan jam tenaga kerja langsung standar. Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung
Standar.
Tarif upah tenaga kerja langsung standar adalah taksiran tarif upah tenaga kerja
langsung per jam. Tarif upah tenaga kerja langsung standar dapat ditentukan atas dasar
perjanjian dengan karyawan dan data upah masa lalu yang dihitung secara rata-rata.
Jam tenaga kerja langsung standar adalah taksiran sejumlah satuan waktu yang
diperlukan untuk membuat satu unit produk tertentu.
3. Biaya Overhead Pabrik Standar.
Biaya overhead pabrik standar dapat ditaksir atas dasar kapasitas normal.
Misalnya dengan menghitung kapasitas normal dalam satu tahun x unit atau y jam kerja
langsung dan biaya overhead pabrik satu tahun yang terdiri atas biaya overhead pabrik
variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Jam kerja normal atau kapasitas normal adalah
4
jam kerja yang digunakan untuk menentukan standar tarif pembebanan biaya overhead
pabrik. Kapasitas normal merupakan suatu tingkat kapasitas operasi yang dapat dicapai
dengan pemanfaatan secara maksimal semua input atas fasilitas sarana dan prasarana
yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga pada akhirnya tercapai biaya per unit produk
yang serendah mungkin.

F. Analisis Selisih
1. Analisis selisih biaya produksi langsung (BBB & BTKL)
Ada 3 model analisis selisih biaya produksi langsung :
a. Model Satu Selisih (The One-Way Model)
Dalam model ini, selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar tidak
dipecah kedalam selisih harga dan selisih kuantitas, tetapi hanya ada satu macam
selisih yang merupakan gabungan antara selisih harga dengan selisih kuantitas.
Hasil perhitungan selisih diberi tanda L (selisih Laba) dan R (selisih Rugi).
Analisis selisih dalam model ini dapat digambarkan dengan rumus berikut ini :

St = ( HSt x KSt ) – ( HS x KS )

St = Total Selisih
Hst = Harga Standar
Kst = Kuantitas Standar
HS = Harga Sesungguhnya
KS = Kuantitas Sesungguhnya

b. Model Dua Selisih (The Two-Way Model)


Selisih antara biaya sesungguhnya dengan biaya standar dipecah menjadi 2
macam selisih, yaitu selisih harga dan selisih kuantitas atau efisiensi.
Rumus perhitungan selisih dapat dinyatakan sebagai berikut

Perhitungan Selisih Harga Perhitungan Selisih Kuantitas

SH = ( HSt – HS ) x KS SK = ( KSt – KS ) x HSt

5
SH = Selisih Harga SK = Selisih Kuantitas

Hst = Harga Standar Kst = Kuantitas Standar


HS = Harga Sesungguhnya KS = Kuantitas Sesungguhnya

c. Model Tiga Selisih (The Two-Way Model)


Selisih antara biaya standar dengan biaya sesungguhnya dipecah menjadi 3
macam selisih berikut ini : Selisih Harga, Selisih Kuantitas, Selisih Harga / Kuantitas.
Hubungan harga dan kuantitas sesungguhnya dapat terjadi dengan kemungkinan
berikut ini :
a) Harga dan Kuantitas Standar masing-masing lebih tinggi atau lebih rendah dari
harga dan kuantitas sesungguhnya.
Rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi Harga Standar dan
Kuantitas Standar masing-masing ” Lebih Rendah ” dari Harga Sesungguhnya
dan Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Perhitungan Selisih Harga Perhitungan Selisih Kuantitas

SH = ( HSt – HS ) x KSt SK = ( KSt – KS ) x HSt

Perhitungan Selisih Gabungan yang merupakan Selisih Harga /Kuantitas

SHK = ( HSt – HS ) x ( KSt – KS )

Rumus perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi Harga Standar dan
Kuantitas Standar masing-masing ” Lebih Tinggi ” dari Harga Sesungguhnya
dan Kuantitas Sesungguhnya, dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Perhitungan Selisih Harga Perhitungan Selisih Kuantitas

SH = ( HSt – HS ) x KS SK = ( KSt – KS ) x HS

6
Perhitungan Selisih Gabungan yang merupakan Selisih Harga /Kuantitas
SHK = ( HSt – HS ) x ( KSt – KS )

b) Harga Standar “ Lebih Rendah “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya


Kuantitas Standar ” Lebih Tinggi “ dari Kuantitas Sesungguhnya.
Selisih gabungan yang merupakan selisih harga / kuantitas tidak akan terjadi.
Dengan demikian perhitungan selisih harga dan kuantitas dalam kondisi seperti
ini dengan model 3 selisih dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Perhitungan Selisih Harga Perhitungan Selisih Kuantitas

SH = ( HSt – HS ) x KS SK = ( KSt – KS ) x HSt

Selisih Harga / Kuantitas sama dengan nol

c) Harga Standar “ Lebih Tinggi “ dari Harga Sesungguhnya, namun sebaliknya


Kuantitas Standar ” Lebih Rendah “ dari Kuantitas Sesungguhnya.
Selisih gabungan tidak akan terjadi. Perhitungan selisih dengan model 3
selisih dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Perhitungan Selisih Harga Perhitungan Selisih Kuantitas

SH = ( HSt – HS ) x KSt SK = ( KSt – KS ) x HS

Selisih Harga / Kuantitas sama dengan nol

2. Analisis selisih BOP


Perhitungan selisih biaya overhead pabrik berbeda dengan perhitungan selisih
biaya bahan baku lang dan biaya tenaga kerja langsung. Perhitungan tarip biaya
overhead pabrik adalah menggunakan kapasitas normal, sedangkan pembebanan
biaya overhead ke pabrik kepada produk menggunakan kapasitas sesungguhnya.
7
Perusahaan yang menggunakan sistem biaya standar, analisis selisih biaya overhead
pabrik dipengaruhi oleh kapasitas standar.

Ada 4 model analisis selisih biaya overhead pabrik antara lain:


a. Model Satu Selisih
Selisih total BOP :
BOP sesungguhnya xx
BOP yang dibebankan ke produk xx
Selisih total BOP xx
b. Model Dua Selisih
Selisih BOP yang dihitung dengan model satu selisih dapat dipecah menjadi 2 macam
yaitu:
 Selisih terkendalikan (Controllable Variance):
BOP sesungguhnya xx
BOP tetap pada kapasitas normal xx
BOP variabel sesungguhnya xx
BOP variabel pada jam standar xx
Selisih terkendali xx
 Selisih Volume (volume variance)
Jam tenaga kerja pada kapasitas normal xx
Jam tenaga kerja standar xx
Selisih volume xx
Tarip BOP tetap xx
Selisih Volume xx

c. Model Tiga Selisih


Selisih BOP yang dihitung dengan model satu selisih dapat dipecah menjadi 3 macam
selisih yaitu
 Selisih Pengeluaran (Spending Variance).
BOP Sesungguhnya xx
BOP tetap pada kapasitas normal xx
8
BOP variabel sesungguhnya xx
BOP variabel yang dianggarkan pada
Jam sesungguhnya dicapai xx
Selisih pengeluaran xx
 Selisih Kapasitas (idle capacity)
Kapasitas normal xx
Kapasitas sesungguhnya xx
Kapasitas tidak terpakai xx
Tarip BOP tetap xx
Selisih kapasitas xx
 Selisih Efisiensi (Efficiency Variance)
Jam standar xx
Jam sesungguhnya xx
Selisih efisiensi xx
Tarif BOP total xx
Selisih efisiensi xx

d. Model Empat Selisih


Model empat selisih merupakan perluasan model tiga selisih. Dalam model ini
selisih efisiensi dalam model tiga selisih dipecah menjadi dua selisih yaitu selisih
efisiensi variabel dan selisih efisiensi tetap.
 Selisih pengeluaran
 Selisih kapasitas
 Selisih efisiensi variabel = selisih efisiensi x tarif BOP variabel
 Selisih efisiensi tetap = selisih efisiensi x tarif BOP tetap
CONTOH :
Untuk memproduksi 1 satuan produk diperlukan biaya produksi menurut standar sbb:
Biaya bahan baku 5 kg @ Rp. 1.000 Rp. 5.000
Biaya tenaga kerja 20 jam @ Rp. 500 Rp.10.000
Biaya overhead pabrik:
Variabel 20 jam @ Rp. 400 Rp. 8.000

9
Tetap 20 jam @ Rp. 300 Rp. 6.000+
Jumlah Rp. 29.000
Kapasitas normal produksi perbulan 5.200 jam kerja langsung. Transaksi yang terjadi dalam
bulan Januari 2008 adalah sebagai berikut:
1) Jumlah bahan baku yang dibeli adalah 1.500 kg @ Rp. 1.100.
2) Jumlah produk yang diproduksi dan selesai diproses dalam bulan Januari 2008 adalah 250
satuan dengan biaya produksi sesungguhnya sbb:
a. Biaya bahan baku 1.050 kg @ Rp. 1.100
b. Biaya tenaga kerja 5.100 jam kerja @ Rp 475
c. BOP sesungguhnya Rp. 3.650.000
Atas dasar data diatas diminta:
1. Analisis selisih biaya bahan baku
2. Analisis selisih biaya tenaga kerja
3. Analisis selisih biaya overhead pabrik

Penyelesaian :

1. Analisis selisih biaya bahan baku


a. Model satu selisih
(Rp.1.000x1.250 kg) – (Rp.1.100x1.050 kg)= Rp.95.000 L

b. Model dua selisih


- Selisih harga biaya bahan baku = (Rp. 1.000 – Rp. 1.100) x 1.050 kg = Rp. 105.000 R
- Selisih kuantitas biaya bahan baku = (1.250kg – 1.050kg) x Rp. 1.000 = Rp. 200.000 L

c. Model tiga selisih


- Selisih harga biaya bahan baku = (Rp 1.000 – Rp. 1.100) x 1.250kg = Rp.125.000 R
- Selisih kuantitas biaya bahan baku = (1250kg – 1050kg) x Rp. 1.000 = Rp. 200.000 L
- Selisih harga/kuantitas biaya bahan baku = (Rp.1.000-Rp.1.100)x(1250–
1050)=Rp.20.000 L

2. Analisis biaya tenaga kerja


10
a. Model satu selisih
SBTK=(5000xRp.500)–5100xRp.475)=Rp.77.500L

b. Model dua selisih


- Selisih tarip upah = (500-475)x5100= Type equation here.Rp.127.500 L
- Selisih efisiensi upah = (5000-5100)xRp.500=Rp.50.000 R

c. Model tiga selisih


- Selisih tarif upah=(500–475)x5000=Rp.125.000 L
- Selisih efisiensi upah= (5000–5100)xRp.500=Rp.50.000 R
- Selisih tarif/efisiensi upah = (Rp.500 – Rp.475) x (5000 – 5100) = Rp. 2.500 R

3. Analisis biaya overhead pabrik


a. Model satu selisih
Selisih total biaya overhead pabrik:
BOP sesungguhnya Rp.3.650.000
BOP yang dibebankan:
250x20jamx 700 3.500.000-
Selisih total BOP Rp. 150.000 R

b. Model dua selisih


-Selisih Terkendali (Controllable):
BOP sesungguhnya Rp. 3.650.000
BOP tetap pada kapasitas normal:
5.200 x Rp. 300 1.560.000
BOP variabel sesungguhnya Rp. 2.090.000
BOP variabel pada jam standar:
5.000 jam x Rp.400 Rp. 2.000.000
Selisih terkendali Rp. 90.000R
- Selisih Volume (Volume Variance):
Jam tenaga kerja pada kapasitas normal 5.200 jam
Jam tenaga kerja standar 5.000 jam

11
Selisih volume 200 jam
Tarif BOP tetap Rp.300/jam
Selisih volume Rp.60.000 R

c. Model tiga selisih


- Selisih Pengeluaran (Spending Variance):
BOP sesungguhnya Rp. 3.650.000
BOP tetap pada kapasitas normal:
5.200 x Rp.300 Rp 1.560.000
BOP variabel sesungguhn Rp. 2.090.000
BOP variabel yang dianggarkan pada
Jam yang sesungguhnya dicapai:
5100 jam x Rp.400 Rp. 2.040.000
Selisih pengeluaran Rp. 50.000 R
- Selisih Kapasitas (Idle Capacity Variance)
Kapasitas normal 5.200 jam
Kapasitas sesungguhnya 5.100 jam
Kapasitas yang tidak terpakai 100 jam
Tarif BOP tetap Rp. 300/jam x
Selisih kapasitas Rp. 30.000 R
- Selisih Efisiensi
Jam standar 5.000 jam
Jam sesungguhnya 5.100 jam
Selisih efisiensi100 jam
Tarif BOP Rp.700/jam
Selisih efisiensi Rp.70.000/jamR

d. Model Empat Selisih


- Selisih pengeluaran Rp. 50.000 R
- Selisih kapasitas Rp. 30.000 R
- Selisih efisiensi variabel 100jamxRp400 Rp40.000 R

12
- Selish efisiensi tetap 100 jam x Rp.300 Rp.30.000R

Total selisih BOP Rp.150.000R

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi. 2014. Akuntansi Biaya. Yogyakarta: Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN.

https://www.google.co.id/amp/s/datakata.wordpress.com/2014/12/26/biaya-standar-dan-analisis-
selisih-biaya/amp/

http://sintaalastast.blogspot.co.id/2013/12/standar-costing.html?m=1

http://tugaskuliahanakmenej.blogspot.co.id/2011/12/analisis-selisih-bop-akbi.html
13
http://ekonomiuh.blogspot.co.id/2012/12/sistem-biaya-standar.html

14

Anda mungkin juga menyukai