Anda di halaman 1dari 13

Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

BAB VIII
PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK BERSAMA
DAN PRODUK SAMPINGAN

8.1. Biaya Bersama


Biaya bersama dapat diartikan sebagai biaya overhead bersama (joint
overhead cost) yang harus dialokasikan ke berbagai departemen, baik dalam
perusahaan yang kegiatan produksinya berdasarkan pesanan maupun yang
kegiatan produksinya dilakukan massal. Biaya bersama dalam pengertian ini juga
disebut biaya bergabung (common cost). Biaya bergabung adalah biaya-biaya
untuk memproduksi dua atau lebih produk yang terpisah (tidak diolah bersama)
dengan fasilitas sama pada saat yang bersamaan. Biaya bergabung dapat diikuti
jejak alirannya ke berbagai produk yang terpisah tersebut atas dasar sebab akibat,
atau dengan cara menelusuri jejak penggunaan fasilitas. Biaya bergabung tidak
meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
Biaya bergabung merupakan biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan
produk-produk yang dihasilkan. Dasar yang dipakai untuk mengalokasikan biaya
bergabung harus menggambarkan aliran biaya dalam proses produksi atau kepada
produk.
Biaya produk bersama (joint product cost) adalah biaya yang dikeluarkan
sejak saat mula-mula bahan baku diolah sampai dengan saat berbagai macam
produk dapat dipisahkan identitasnya. Biaya produk bersama ini terdiri dari biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Pengertian diatas juga
disebut dengan biaya bersama. Biaya bersama dikeluarkan untuk mengolah bahan
baku menjadi berbagai macam produk yang dapat berupa produk bersama (joint
product), produk sampingan (by-product), dan produk sekutu (co-product).
Produk bersama adalah dua produk atau lebih yang diproduksi secara serentak
dengan serangkaian proses atau dengan proses gabungan. Nilai jual (kuantitas kali
harga jual per satuan) masing-masing produk bersama ini relatif sama, sehingga
tidak ada diantara produk-produk yang dihasilkan tersebut dianggap sebagai
produk utama atau produk sampingan. Produk sampingan adalah satu produk atau
lebih yang nilai jualnya relatif lebih rendah, yang diproduksi bersama dengan
produk lain yang nilai jualnya lebih tinggi. Produk sekutu adalah dua produk atau
lebih yang diproduksi pada waktu yang bersamaan, tetapi tidak dari kegiatan
pengolahan yang sama atau tidak berasal bahan baku yang sama.

Karakteristik Produk Bersama, Produk Sampingan dan Produk Sekutu


Produk bersama dan produk sekutu memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Produk bersama dan produk sekutu merupakan tujuan utama kegiatan
produksi.
b. Harga jual produk bersama dan produk sekutu relatif tinggi bila dibandingkan
dengan produk sampingan yang dihasilkan pada saat yang sama.
c. Dalam mengolah produk bersama tertentu, produsen tidak dapat
mengindarkan diri untuk menghasilkan semua jenis produk bersama, jika ia
ingin memproduksi salah satu diantara produk bersama tersebut.

Produk sampingan dapat digolongkan sesuai dengan dapat tidaknya


produk tersebut dijual pada saat terpisah dari produk utama (main product).
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

a. Produk sampingan yang dapat dijual setelah terpisah dari produk utama, tanpa
memerlukan pengolahan lebih lanjut.
b. Produk sampingan yang memerlukan proses pengolahan lebih lanjut setelah
terpisah dari produk utama.

8.2. Alokasi Biaya Bersama


Biaya bersama dapat dialokasikan kepada tiap-tiap produk bersama
dengan menggunakan salah satu dari empat metode dibawah ini:
1. Metode nilai jual relatif.
Dasar pemikiran dari metode ini adalah bahwa harga jual suatu produk
merupakan perwujudan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam mengolah produk
tersebut. Jika salah satu produk terjual lebih tinggi dari pada produk yang lain,
hal ini karena biaya yang dikeluarkan untuk produk tersebut lebih banyak bila
dibandingkan dengan produk lain.
Variasi penggunaan metode nilai jual relatif didapati bila satu atau
beberapa produk bersama memerlukan biaya pengolahan tambahan setelah
saat terpisah (split-of). Nilai jual produk bersama dapat diketahui setelah
produk bersama tersebut mengalami pengolahan lebih lanjut. Dengan
demikian pada saat terpisah produk bersama tersebut belum memiliki nilai
jual. Untuk mengalokasikan biaya bersama perlu dihitung nilai jual hipotesis
yang dapat dihitung dengan cara mengurangi nilai jual produk bersama setelah
diproses lebih lanjut dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan
sejak saat terpisah sampai dengan produk tersebut siap dijual.
Contoh 1:
Biaya bersama yang dikeluarkan PT El Sari selama satu periode akuntansi
berjumlah Rp. 750.000. Jumlah dan harga jual per satuan produk yang dihasilkan
perusahaan tampak pada tabel :
Harga Pokok
Nilai Jual Alokasi Biaya Produk
Jumlah Nilai Jual Relatif Bersama Bersama per
Produk Harga Kg
Produk yang Jual/kg (3) :
Bersama Dihasilkan (1) x (2) 1.000.000 (4) x 750.000 (5) : (1)
x 100%
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
A 15.000 kg 10,0 Rp. 150.000 15 % Rp. 112.500 Rp. 7,50
B 20.000 kg 17,5 Rp. 350.000 35 % Rp. 262.500 13,13
C 25.000 kg 12,0 Rp. 300.000 30 % RP. 225.000 9,00
D 10.000 kg 20,0 Rp. 200.000 20 % Rp. 150.000 15,00
Jumlah 70.000 kg Rp.1000.000 Rp. 750.000

Alokasi biaya bersama dapat juga dilakukan sebagai berikut: total biaya
bersama (Rp. 750.000) dibagi dengan total nilai jual (Rp. 1.000.000) dikalikan
100% akan didapat persentase biaya dari nilai jualnya (75%). Jadi untuk tiap-tiap
produk bersama, persentase biaya dari nilai jualnya adalah sebesar 75%. Dengan
mengalikan persentase tersebut dengan nilai jual tiap produk, maka biaya bersama
dapat dihasilkan seperti pada tabel diatas (produk A = 75% x Rp. 150.000 = Rp.
112.500; produk B = 75% x Rp. 350.000 = Rp. 262.500; dan seterusnya).
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

Pemakaian metode nilai jual relatif dalam mengalokasikan biaya bersama


ini akan menghasilkan persentase laba bruto dari hasil penjualan yang besarnya
sama untuk tiap jenis produk tersebut.
Perhitungan persentase laba bruto tiap produk adalah sebagai berikut:
Produk Jumlah
A B C D
Satuan yang terjual 10.000 15.000 20.000 8.000 53.000
Hasil Penjualan Rp. 100.000 Rp. 262.500 Rp. 240.000 Rp. 160.000 Rp. 762.500
Harga pokok penjualan 75.000 196.875 180.000 120.000 571.875
Laba Bruto Rp. 25.000 Rp. 65.625 Rp. 60.000 Rp. 40.000 Rp. 190.625
Persentase Laba Bruto 25 % 25 % 25 % 25 % 25 %
dari hasil penjualan

Contoh 2:
Biaya bersama selama satu periode akuntansi berjumlah Rp. 3.000.000.
Harga jual per kg dan jumlah produk yang diproduksi selama periode akuntansi
tampak di bawah ini. Produk A setelah terpisah dari produk B memerlukan
tambahan (separable cost) sebesar Rp 100 per kg. Alokasi biaya bersama dapat
dilakukan seperti di bawah ini:
Produk Harga Biaya Nilai jual Jumlah Nilai jual Nilai jual Alokasi Harga
Bersama jual pengolahan Hipotesis yang x jumlah hipotesis biaya pokok
per per kg diproduksi yang relatif bersama produk
Kg setelah saat diproduksi (%) per kg
terpisah (1) – (2) (3) x (4) (5) : (6) x (7) :
4.500.000 3.000.000 (4)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
A Rp. Rp. 100 Rp. 300 10.000 kg Rp. 66,7 Rp. Rp.
400 3.000.000 % 2.000.000 200
B 25 - 250 6.000 kg Rp. 33,3 % Rp. Rp.
0 1.500.000 1.000.000 167
Rp. 100 % Rp.
4.500.000 3.000.000

2. Metode satuan fisik.


Metode satuan fisik mencoba menentukan harga pokok produk bersama
sesuai dengan manfaat yang ditentukan oleh masing-masing produk akhir.
Dalam metode ini biaya bersama dialokasikan kepada produk atas dasar
koefisien fisik yaitu kuantitas bahan baku yang terdapat dalam masing-
masing produk. Koefisien fisik ini dinyatakan dalam satuan berat, volume,
atau ukuran yang lain. Dengan demikian metode ini menghendaki bahwa
produk bersama yang dihasilkan harus dapat diukur dengan satuan ukuran
pokok yang sama. Jika produk bersama mempunyai satuan ukuran yang
berbeda, harus ditentukan koefisien ekuivalensi yang digunakan untuk
mengubah berbagai satuan tersebut menjadi satuan ukuran yang sama.
Contoh 3:
Misalnya 10.000 barrels minyak mentah (crude oil) diolah dalam proses
penyulingan (refinery). Hasil produksi pengolahan tersebut setelah dikurangi
dengan kerugian sebanyak 200 barrels (akibat susut atau hilang dalam proses)
seperti di bawah ini:
Produk Kuantitas (Barrels) Persentase
Gasoline 2.600 26,52
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

Bensin 200 2,04


Kerosin 1.000 10,21
Minyak pelumas 300 3,06
Minyak bakar 5.000 51,03
Gas 300 3,06
Produk-produk lain 400 4,08
Jumlah 9.800 100,00
Jumlah yang hilang dalam proses 200
10.000

Misalkan selama pengolahan 10.000 barrels minyak mentah tersebut,


harga pokok bahan baku yang dipakai berjumlah Rp. 15.000.000. Alokasi harga
pokok bahan baku tampak di bawah ini:
Produk Kuantitas (tidak Persentase Alokasi Harga Pokok
termasuk jumlah yang Bahan Baku
hilang) dalam barrels
Gasoline 2.600 26,52 Rp. 3.978.000
Bensin 200 2,04 Rp. 306.000
Kerosin 1.000 10,21 Rp. 1.531.000
Minyak pelumas 300 3,06 Rp. 459.000
Minyak bakar 5.000 51,03 Rp. 7.645.000
Gas 300 3,06 Rp. 459.000
Produk-produk lain 400 4,08 Rp. 512.000
9800 100,00 Rp. 15.000.000

3. Metode rata-rata biaya per satuan.


Metode ini hanya dapat digunakan bila produk bersama yang dihasilkan
diukur dalam satuan yang sama. Pada umumnya metode ini digunakan
oleh perusahaan yang menghasilkan beberapa macam produk yang sama
dari satu proses bersama tetapi mutunya berlainan. Dalam metode ini
harga pokok masing-masing produk dihitung sesuai dengan proporsi
kuantitas yang diproduksi. Jalan pikiran yang mendasari pemakaian
metode ini adalah karena semua produk dihasilkan dari proses yang sama,
maka tidak mungkin untuk memproduksi satu satuan produk berbeda satu
sama lain.
Contoh 4:
Perusahaan penggergajian kayu menghasilkan berbagai macam kayu. Data
kegiatan perusahaan selama satu periode akuntansi adalah sebagai berikut:
a. Jumlah produksi 762.000 meter³
b. Biaya bersama Rp. 22. 860.000
c. Rata-rata biaya per 1000 m³ (Rp. 22.860.000 : 762) = Rp. 30.000
Rata-rata biaya per 1000 m³ digunakan untuk menghitung harga pokok
berbagai macam kayu yang mempunyai mutu yang berbeda-beda sesuai dengan
proporsi kuantitasnya masing-masing disajikan sebagai berikut:
Mutu Kayu Kuantitas yang Rata-rata biaya per Harga Pokok Produk
diproduksi 1000 m³
Utama 76.200 m³ Rp. 30.000 Rp. 2.286.000
No. 1 381.000 m³ 30.000 11. 430.000
No. 2 152.400 m³ 30.000 4.572.000
No. 3 152.400 m³ 30.000 4.572.000
Jumlah 762.000 m³ Rp. 22. 860.000
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

4. Metode rata-rata tertimbang.


Metode rata-rata tertimbang kuantitas produksi dikalikan dengan angka
penimbang dan hasil kalinya baru dipakai sebagai dasar alokasi. Penentuan
angka penimbang untuk tiap-tiap produksi didasarkan pada jumlah bahan
yang dipakai, sulitnya pem buatan produk, waktu yang dikonsumsi, dan
pembedaan jenis tenaga kerja yang dipakai untuk tiap jenis produk yang
dihasilkan. Yang dipakai sebagai angka penimbang adalah harga jual
produk, maka metode alokasinya disebut metode nilai jual relatif.
Contoh 5:
Biaya bersama yang dikeluarkan selama satu periode akuntansi berjumlah
Rp. 64.500.000. Jumlah produk yang dihasilkan dari angka penimbang tiap
produk disajikan sebagai berikut:

Produk Jumlah yang Angka Jumlah yang Alokasi biaya bersama


diproduksi penimbang diproduksi x
angka
penimbang
(1) x (2) [(3) : 215.000] x 64.500.000
(1) (2) (3) (4)
A 40.000 3 120.000 Rp. 36.000.000
B 35.000 2 70.000 21.000.000
C 25.000 1 25.000 7.500.000
215.000 64.500.000

Contoh 6:
Perusahaan A memproduksi dua jenis produk A dan B, dari satu proses
produksi. Biaya bersama sebesar Rp. 375.000 telah dialokasikan kepada produk A
dan B dengan metode rata-rata biaya per satuan.

Produk Jumlah Satuan Produk Biaya Rata-rata per kg Alokasi Biaya


Bersama
A 15.000 kg Rp. 15 Rp. 225.000
B 10.000 kg 15 150.000
25.000 kg Rp. 375.000

Jika semua produk yang dihasilkan tersebut terjual habis dengan harga :
Produk A Rp 16,50 per kg dan produk B Rp. 14,50, maka perhitungan rugi laba
tampak di bawah ini:
Produk Produk A Produk B Jumlah
Hasil penjualan Rp. 247.500 Rp. 145.000 Rp. 392.500
Hasil pokok penjualan Rp. 225.000 Rp. 150.000 Rp. 375.000
Laba (rugi) Rp. 22.500 (Rp. 5.000) Rp. 17.500

Apabila manajemen melihat perhitungan tersebut di atas dan salah dalam


melakukan analisis, maka ia akan beranggapan bahwa produk B berhubungan
mengakibatkan kerugian Rp. 5000 tidak usah dilanjutkan produksinya. Padahal
dalam pengolahan produk bersama, pada umumnya salah satu jenis produk tidak
dapat dihindari produksinya. Jadi misalnya karena produk B menghasilkan rugi
Rp. 5000, dan kemudian tidak usah dijual, maka kerugian perusahaan tersebut
menjadi sebesar Rp 27.500 (Rp. 247.500 – Rp. 145.000), karena proses produksi
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

tetap menghasilkan jenis produk B. Seharusnya dalam hal ini manajemen melihat
beberapa kontribusi produk B dalam menghasilkan laba perusahaan. Produk B
memberikan kontribusi Rp. 145.000 kepada laba perusahaan sehingga total biaya
bersama Rp. 375.000 dapat ditutup dan menghasilkan laba perusahaan secara
keseluruhan sebesar Rp. 17.500.

8.3. Akuntansi Produk Sampingan


Metode akuntansi yang digunakan untuk memperlakukan produk
sampingan dapat dibagi menjadi dua golongan:
1. Metode tanpa harga pokok (non-cost methode); yaitu metode-metode
yang mencoba menghitung harga pokok produk sampingan atau
persediaannya, tetapi memperlakukan pendapatan penjualan produk
sampingan sebagai pendapatan atau pengurang biaya produksi.
2. Metode harga pokok (cost-methode); yaitu metode-metode yang
mencoba mengalokasikan sebagian biaya bersama kepada produk
sampingan dan menentukan harga pokok persediaan produk atas dasar
biaya yang dialokasikan tersebut.

8.3.1 Metode-metode Tanpa Harga Pokok


1. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai
penghasilan di luar usaha.
Pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk sampingan dikurangi
dengan penjualan returnya dicatat dalam rekening ”Pendapatan Penjualan
Produk Sampingan” dan pada akhir periode akuntansi ditutup ke rekening
Laba Rugi. Rekening Pendapatan Penjualan Produk Sampingan
dicantumkan dalam laporan laba rugi dalam kelompok penghasilan di luar
usaha (other income).
Metode ini mencoba menentukan harga pokok produk sampingan. Metode
ini cocok digunakan dalam perusahaan:
a. Nilai produk sampingannya tidak begitu penting atau tidak dapat
ditentukan.
b. Penggunaan metode yang lebih teliti memerlukan biaya yang tidak
sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
c. Saat terpisahnya produk sampingan dari produk utama tidak begitu jelas
dan pembebanan harga pokok produk sampingan kepada produk utama
tidak mengakibatkan perbedaan yang mencolok pada harga pokok
produk utama.
Keberatan penggunaan metode ini adalah:
a. Apabila pada akhir periode akuntansi terdapat persediaan produk
sampingan, maka timbul masalah penilaian persediaan untuk tujuan
pembuatan neraca perusahaan. Pada umumnya terhadap persediaan akhir
produk sampingan tidak diadakan penilaian sehingga hal ini
mengakibatkan harga pokok persediaan produk utama lebih besar. Bila
metode ini digunakan maka nilai pasar persediaan produk sampingan
tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai catatan kaki.
b. Dengan mengakibatkan penandingan pendapatan dengan biaya tidak
dalam periode yang tepat. Pada saat produk sampingan selesai
diproduksi tidak dibuat jurnal percatatan dan pencatatan baru dilakukan
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

pada saat dijual. Apabila produksinya tidak dilakukan dalam periode


akuntansi yang sama dengan saat terjadinya penjualan, maka akan
mengakibatkan perhitungan penghasilan dan biaya yang tidak tepat.
c. Tidak adanya pengawasan terhadap persediaan produk sampingan,
sehingga hal ini membuka kesempatan untuk terjadinya penggelapan
terhadap produk sampingan tersebut.
d. Meskipun nilai produk sampingan kecil, tetapi kalau pendapatan
penjualannya dilaporkan sebagai penghasilan di luar usaha, maka hal ini
akan mengaburkan gambaran menyeluruh tentang hasil usaha
perusahaan.
Berikut contoh laporan laba rugi perusahaan yang memperlakukan
pendapatan penjualan produk sampingannya sebagai penghasilan di luar
usaha:
Contoh 7:

Pendapatan penjualan produk utama


(25.000 unit @ Rp. 4) Rp. 100.000
Harga pokok penjualan :
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp 2) Rp. 60.000
Harga pokok persediaan akhir (5000 unit @ Rp 2) Rp. 10.000- Rp. 50.000-
Laba Bruto Rp. 50.000
Biaya usaha :
Biaya pemasaran Rp. 20.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 10.000+ Rp. 30.000-
Rp. 20.000
Penghasilan di luar usaha :
Pendapatan penjualan produk sampingan 4.000+
Laba bersih sebelum Pph Rp. 24.000

2. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai


tambahan pendapatan penjualan produk utama.
Seluruh biaya produksi dikurangkan dari pendapatan penjualan semua
produk (baik produk utama maupun sampingan) untuk mendapatkan laba
bruto. Dalam metode ini tidak diadakan alokasi biaya bersama seperti halnya
dengan metode pertama.

Pendapatan penjualan produk utama


(25.000 unit @ Rp. 4) Rp. 100.000
Pendapatan penjualan produk sampingan 4.000+
Rp. 104.000
Harga pokok penjualan :
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp 2) Rp. 60.000
Harga pokok persediaan akhir (5000 unit @ Rp 2) Rp. 10.000- Rp. 50.000-
Laba Bruto Rp. 54.000
Biaya usaha :
Biaya pemasaran Rp. 20.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 10.000+ Rp. 30.000-
Laba bersih sebelum Pph Rp. 24.000
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

3. Pendapatan penjualan produk sampingan diperlakukan sebagai


pengurang harga pokok penjualan.
Dalam metode ini pendapatan penjualan produk sampingan dikurangkan
dari harga pokok penjualan.
Pendapatan penjualan produk utama
(25.000 unit @ Rp. 4) Rp. 100.000
Harga pokok penjualan :
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp 2) Rp. 60.000
Harga pokok persediaan akhir (5000 unit @ Rp 2) Rp. 10.000
Pendapatan penjualan produk sampingan 4.000- Rp. 46.000-
Laba Bruto Rp. 54.000
Biaya usaha :
Biaya pemasaran Rp. 20.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 10.000+ Rp. 30.000-
Laba bersih sebelum Pph Rp. 24.000

4. Pendapatan produk sampingan diperlakukan sebagai pengurang total


biaya produksi.

Pendapatan penjualan produk utama


(25.000 unit @ Rp. 4) Rp. 100.000
Harga pokok penjualan :
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp 2) Rp. 60.000
Hasil penjualan produk sampingan 4.000-
Biaya produksi bersih produk utama Rp. 56.000
Persediaan akhir produk utama (5.000 x Rp. 1,87) Rp. 9.350- Rp. 46.650-
Laba Bruto Rp. 53.350
Biaya usaha :
Biaya pemasaran Rp. 20.000
Biaya administrasi dan umum Rp. 10.000+ Rp. 30.000-
Laba bersih sebelum Pph Rp. 23.350

Contoh 8:
Misalkan biaya administrasi dan umum serta biaya pemasaran yang
berhubungan dengan produk sampingan dalam Contoh 7 ditaksir sebesar Rp. 500
dan apabila pendapatan penjualan bersih produk sampingan ini dikurangkan dari
total biaya produksi, maka laporan laba rugi tampak seperti dibawah ini :
Pendapatan penjualan produk utama
(25.000 unit @ Rp. 4) Rp. 100.000
Harga pokok penjualan :
Biaya produksi bersama (30.000 unit @ Rp 2) Rp. 60.000
Pendapatan penjualan produk sampingan 4.000
Biaya pemasaran, adm, dan umum(taksiran) 500- 3.500
Biaya produksi bersih produk utama Rp. 56.500
Harga persediaan akhir produk utama Rp. 9.400- Rp. 47.100
(5.000 x Rp. 1,88*)
Laba Bruto Rp. 52.900
Biaya-biaya usaha :
Biaya administrasi dan umum Rp. 29.500-
Laba bersih usaha Rp. 23.400
* Rp. 56.500 : 30.000 = Rp. 1,88

Karena ada sebagian biaya pemasaran dan biaya administrasi yang


dibebankan kepada produk sampingan sebesar Rp. 500, maka jumlah biaya-biaya
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

tersebut yang semula Rp. 30.000 dalam laporan laba rugi diatas tinggal Rp.
29.500 (Rp. 30.000 – Rp. 500)

Metode Nilai Pasar atau Reversal Cost Methode. Metode perlakuan produk
sampingan ini pada dasarnya sama dengan metode terakhir yang telah dibahas di
atas. Namun keduanya memiliki perbedaan yaitu kalau pada metode terakhir yang
dikurangkan dari total biaya produksi adalah pendapatan penjualan sesungguhnya
produk sampingan, pada metode nilai pasar yang dikurangkan adalah taksiran
nilai pasar produk sampingan. Metode ini mencoba menaksir biaya produk
sampingan dengan titik tolak dari pasarnya. Biaya produk sampingan dihitung
seperti di bawah ini:
Nilai pasar produk sampingan Rp xxx
Taksiran biaya pemasaran produk sampingan Rp. xxx
Taksiran biaya administrasi & umum produk sampingan xxx
Taksiran biaya pengolahan setelah saat terpisah xxx
Taksiran laba bruto xxx
Taksiran biaya produk sampingan pada saat terpisah Rp. xxx

Contoh 9:
Biaya bersama yang dikeluarkan untuk memproduksi 40.000 kg produk
utama dan 5.000 kg produk sampingan berjumlah Rp. 6.400.000. Setelah terpisah
dari produk sampingan, produk utama dapat laku terjual tanpa harus mengalami
proses lebih lanjut. Nilai pasar produk sampingan Rp 80 per kg. Biaya pemasaran
produk sampingan ditaksir 5 % dari harga jual dan laba bruto ditaksir 15 % dari
harga jual. Biaya-biaya pengolahan produk sampingan yang dikeluarkan setelah
terpisah dari produk utama diperkirakan berjumlah Rp. 70.000. Perhitungan harga
pokok produk utama dan produk sampingan dicantumkan sebagai berikut:

Produk utama Produk sampingan


Biaya bersama Rp. 6.400.000
Taksiran pendapatan penjualan produk sampingan
5000 kg x Rp. 80 Rp. 400.000
Taksiran laba bruto : 15 % x Rp. 400.000 Rp. 60.000
Taksiran biaya pemasaran (5% x hasil penjualan) 20.000
Biaya pengolahan produk sampingan setelah terpisah 70.000+ Rp. 150.000-
Taksiran biaya produksi sampingan saat terpisah Rp. 250.000
Taksiran biaya tambahan setelah produk sampingan
terpisah dari produk utama 70.000+
Harga pokok produk sampingan Rp. 320.000

Nilai produk sampingan yang harus dikurangi


dari biaya bersama (taksiran biaya produk
sampingan pada saat terpisah) 250.000-
Harga pokok produk utama Rp. 6.150.000

Harga pokok produk utama per satuan


Rp 6.150.000 : 40.000 kg Rp. 153,75 / kg

Harga pokok produk sampingan per satuan


Rp 320.000 : 5.000 Rp. 64 / kg

8.3.2 Metode-metode Harga Pokok


Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

Metode Biaya Pengganti (Replacement Cost Methode)


Metode ini biasanya digunakan dalam perusahaan yang produk
sampingannya dapat dipakai dalam pabrik sebagai bahan baku atau bahan
penolong. Harga pokok yang diperhitungkan dalam produk sampingan adalah
sebesar harga beli atau biaya pengganti (replacement cost) yang berlaku di pasar.
Jumlah ini kemudian dikreditkan pada rekening Barang dalam Proses - Biaya
Bahan Baku, sehingga mengurangi biaya produksi produk utama. Pengurangan
biaya produksi produk utama ini akan mengakibatkan harga pokok per satuan
persediaan produk utama menjadi lebih rendah.
Contoh 10:
Misalkan diketahui data sebagai berikut :
Jumlah biaya produksi untuk 18.000 kg produk utama : Rp. 27.000
Pendapatan penjualan produk utama : 15.000 x Rp. 3,00 Rp. 45.000
Biaya pengganti produk sampingan yang digunakan dalam
pengolahan produk utama Rp. 1.800
Biaya pemasaran dan administrasi & umum Rp. 4.000
Persediaan akhir produk utama 3.000 kg

Laporan laba rugi akan tampak seperti di bawah ini:


Pendapatan penjualan produk utama Rp. 45.000
Harga pokok penjualan :
Biaya produksi 18.000 x Rp. 1,50 Rp. 27.000
Biaya pengganti produk sampingan Rp. 1.800-
Rp. 25.200
Persediaan akhir 3.000 kg x Rp. 1,40* (Rp25.200 : 18.000) Rp. 4.200-
Rp. 21.000-
Laba bruto Rp. 24.000
Biaya pemasaran dan administrasi & umum 4.000-
Laba bersih sebelum Pph Rp. 20.000
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

SOAL PRAKTIKUM

1. PT Kencana memproduksi 3 (tiga) produk utama yaitu A, B, dan C dalam


suatu proses produksi dengan biaya bersama Rp. 120.000.000. Semua produk
dapat dijual pada titik pemisahan. Informasi untuk bulan Maret adalah sebagai
berikut:
Produk Jumlah Unit Produksi Jumlah Unit Terjual Harga Jual per Unit
A 10.000 18.000 Rp. 7.000
B 8.000 5.000 Rp. 8.000
C 12.000 10.000 Rp. 5.500

Diminta:
Alokasikan jumlah biaya bersama kepada 3 (tiga) produk utama dengan
menggunakan:
a. Metode nilai jual relatif
b. metode satuan fisik

2. PT Amalia memproduksi 3 (tiga) produk utama yaitu X, Y, dan Z dengan


biaya produksi sampai titik pemisahan adalah sebesar Rp 140.000.000. Ketiga
produk ini mengalami pengolahan lebih lanjut setelah titik pemisahan. Berikut
adalah data yang berkaitan dengan produk-produk tersebut:
Produk Jumlah Unit Produksi Nilai Pasar per Unit Biaya Pengolahan
Setelah Titik pemisahan
X 6.000 Rp. 10.000 Rp. 5.000.000
Y 10.000 Rp. 12.000 Rp. 8.000.000
Z 8.000 Rp. 15.000 Rp. 7.000.000
Alokasikan biaya produksi bersama dengan menggunakan Metode Nilai Jual
Relatif!

3. PT Al Hikmah menghasilkan 4 (empat) jenis produk dalam suatu proses


dengan biaya produksi bersama sebesar Rp.30.000.000. Data penting yang
berhubungan dengan produk-produk ini adalah sebagai berikut:
Produk Jumlah Unit Produksi Nilai Pasar per Unit Bobot
P 2.000 Rp. 4.000 10
Q 8.000 Rp. 1.000 4
R 6.000 Rp. 2.000 8
S 4.000 Rp. 3.000 6

Alokasikan biaya bersama dengan menggunakan Metode Rata-rata Biaya per


Satuan dan Metode Rata-rata tertimbang!

4. PT Kirani memproduksi empat produk utama yaitu A, B, C dan D dalam suatu


proses produksi dengan biaya bersama sebesar Rp240.000.000. Semua produk
dapat dijual pada titik pemisahan. Berikut informasi untuk bulan Oktober 2007
adalah sebagai berikut :
Produk Jumlah unit produksi Harga Jual per Unit
A 20.000 Rp15.000
B 14.000 Rp12.000
C 12.000 Rp10.000
D 10.000 Rp9.000
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

Diminta :
Alokasikan jumlah biaya bersama kepada empat produk utama tersebut
dengan menggunakan :
a. Metode nilai jual relatif
b. Metode satuan fisik

5. PT Kumandang memproduksi memproduksi tiga produk utama yaitu S,T dan


U dengan biaya produksi sampai titik pemisahan adalah sebesar
Rp180.000.000. Ketiga produk mengalami pengolahan lebih lanjut setelah titik
pemisahan. Data berikut adalah berkaitan dengan produk tersebut :
Produk Jml unit Nilai Biaya pengolahan
produksi pasar/unit setelah titik pemisahan
A 10.000 Rp13.500 Rp8.250.000
B 13.000 Rp15.000 Rp7.450.000
C 14.000 Rp20.000 Rp9.250.000

Alokasikan biaya produksi bersama dengan menggunakan metode nilai


jual relatif!

6. Perusahaan Kemuning menghasilkan empat produk dalam suatu proses dengan


mengeluarkan biaya bersama sebesar Rp50.000.000. Berikut data yang terkait
dengan keempat produk bersama tersebut :
Produk Jml unit produksi Nilai pasar/unit Bobot
A 4.000 Rp10.000 8
B 10.000 Rp 8.000 6
C 8.000 Rp 9.000 4
D 7.000 Rp 7.000 2

Alokasikan biaya bersama dengan menggunakan metode rata-rata biaya


per satuan dan metode rata-rata tertimbang!

7. PT Kembang Wangi menghasilkan produk utama dan produk sampingan.


Perusahaan menggunakan metode nilai pasar untuk mengalokasikan biaya-
biaya kepada produk sampingan yang dihasilkan dari suatu proses produksi
bersama. Berikut adalah data untuk bulan Agustus 2007 :
Biaya bersama Rp200.000.000
Jumlah unit produk utama 40.000 unit
Jumlah unit produk sampingan 10.000 unit
Biaya produksi setelah pemisahan :
- produk utama Rp80.000.000
- produk sampingan Rp15.000.000
Beban pemasaran dan administrasi :
- produk utama Rp46.000.000
- produk sampingan Rp 8.500.000
Nilai pasar produk sampingan/unit Rp1.500
Taksiran laba bruto untuk produk sampingan 25%
Hitunglah harga pokok produk utama dan produk sampingan!
Bab VIII Penentuan Harga Pokok Produk Bersama dan Produk Sampingan

AKUNTANSI PRODUK SAMPINGAN

1. PT XYZ dalam proses produksinya menghasilkan produk A, dan B. Produk A


merupakan produk utama, sedangkan produk B merupakan produk sampingan.
Dari hasil perhitungan, biaya produksi per unit untuk produk A adalah Rp
11.500. Dari proses produksi dihasilkan 550 unit produk A. Harga jual per unit
untuk produk A adalah Rp 16.000. Produk A yang berhasil terjual adalah
sebanyak 470 unit. Biaya administrasi yang terjadi di bulan Desember 2009
adalah Rp 500.000 dan biaya pemasaran adalah Rp 300.000, tingkat pajak yang
berlaku adalah 10 %. Jika produk B dapat dijual dengan nilai penjualan Rp
200.000, susunlah laporan laba rugi PT XYZ untuk periode bulan Desember
2009, jika perusahaan memperlakukan pendapatan dari penjualan produk
sampingan sebagai :
a. Penghasilan di luar usaha
b. Tambahan pendapatan dari penjualan produk utama
c. Pengurang harga pokok penjualan
d. Pengurang total biaya produksi

2. PT Meriah melakukan proses bersama yang menghasilkan produk X, Y dan Z.


Produk X dan Y merupakan produk utama, sedangkan produk Z merupakan
produk sampingan. Biaya bersama (joint cost) yang terjadi adalah Rp
9.500.000. Produk X yang dihasilkan adalah 100 unit, sedangkan produk Y
dihasilkan sebanyak 90 unit. Harga jual per unit untuk produk X adalah Rp
60.000, sedangkan produk Y adalah Rp 75.000/unit. Alokasi biaya bersama
untuk produk utama menggunakan metode nilai jual relatif. Produk X yang
berhasil terjual adalah sebanyak 95 unit, sedangkan produk Y terjual sebanyak
88 unit. Biaya administrasi yang terjadi di bulan Desember 2009 adalah Rp
600.000 dan biaya pemasaran adalah Rp 750.000, tingkat pajak yang berlaku
adalah 10 %. Jika produk Z dapat dijual dengan nilai penjualan Rp 400.000,
berapakah nilai harga pokok penjualan dan persediaan akhir, serta susunlah
laporan laba rugi PT Meriah untuk periode bulan Desember 2009, jika
perusahaan memperlakukan pendapatan dari penjualan produk sampingan
sebagai :
a. Penghasilan di luar usaha
b. Tambahan pendapatan dari penjualan produk utama
c. Pengurang harga pokok penjualan
d. Pengurang total biaya produksi

3. Pengurang total biaya produksi

Anda mungkin juga menyukai