Anda di halaman 1dari 29

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Secara umum,akuntansi memiliki konsep dasar yang menjadi acuan dalam penyusunan
standar akuntansi yang digunakan yang bertujuan untuk diterapkan dalam praktek
akuntansi.Karena hal inilah yang membuat munculnya berbagai konsep-konsep dasar
akuntansi dalam penyajian dan pelaporan keuangan suatu entitas.Sehingga membuat beberapa
sumber yang mengajukan berbagai konsep-konsep dasar akuntansi yang berbeda-beda
Di dalam pengertian konsep dasar menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam
dalam Kerangka Dasar Penyajian dan Pelaporan Keuangan (KDPPLK) menyatakan bahwa
asumsi dasar akuntansi dasar akuntansi berdasarkan dasar akrual dan kelangsungan
usaha(going concern). Menurut IFRS dalam The Conceptual Framework for Financial
Reporting sebagai asumsi dasar akuntansi adalah hanya kelangsungan usaha. Sedangkan
menurut Patondan Littleton,konsep dasar akuntansi terdiri dari konsep kesatuan usaha ,
kontinuitas usaha ,penghargaan sepakatan , kos melekat, upaya dan hasil , bukti terverifikasi
dan asumsi.Menurut Anthony, Hawkins dan Merchant, konsep dasar akuntansi terdapat
beberapa point seperti konsep pengukuran dengan unit uang, konsep entitas, konsep
kelangsungan usaha, konsep kos, aspek ganda, periode akuntansi, konservatisme, realisasi,
penandingan, konsistensi dan materialitas.
Hal-hal mengenai konsep dasar akuntansi inipun dipelajari dalam mata kuliah Teori
Akuntansi yang perlu diketahui oleh mahasiswa-mahasiswa akuntansi dalam menambah
pengetahuan dan acuan dalam pengembangan pendidikan akuntansi yang dipelajari.Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai pemahaman mengenai konsep dasar akuntansi

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasaran latar belakang diatas, maka kami merumuskan rumusan masalah dari
penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Sejarah dan Perkembangan Konsep Dasar Akuntansi?
2. Apa sajakah konsep-konsep dasar akuntansi?

1
1.3 TUJUAN
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas maka kami menentukan tujuan
penyusunan makalah ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan konsep dasar akuntansi.
2. untuk mengetahui konsep-konsep dasar akuntansi.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN DAN SEJARAH


Konsep dasar merupakan abstraksi atau konseptualisasi karakteristik lingkungan atau
wilayah dimana pelaporan keuangan diterapkan. Terdapat berbagai sumber yang mengajukan
seperangkat konsep dasar akuntansi yang berbeda-beda isinya .Hal ini disebabkan karena
perbedaan persepsi terhadap arti pentingnya suatu konsep oleh suatu sumber. Konsep dasar
secara implisit melekat pada proses penalaran dalam merekayasa akuntansi. Konsep dasar
bersifat asumsi yang validitasnya tidak dapat selalu diuji tetapi bermanfaat sebagai basis
penalaran.
Adanya perbedaan konsep dasar antar sumber tak terlepas dari perkembangan akuntansi
di berbagai belahan dunia.Sejarah akuntansi yang dimulai sejak 3600 SM yang mulai
mengenal pembukuan yang kemudian berkembang dalam terdapat sistem tata buku yang
ditemukan catatan pedagang di abad pertengahan di Italia pada tahun 1340. Pada abad ke 18-
19, terjadi Revolusi Industri di Inggris yang membawa perubahan sosial dan
ekonomi.Perubahan paling menonjol adalah perubahan dalam cara memproduksi produk dari
kerajinan rumah tangga ke sistem pabrik.Penggunaan mesin-mesin yang menghasilkan
produk yang menimbulkan untuk keharusan dalam menetapkan besarnya biaya produksi.
Karena hal inilah yang membuat tercetuslah mengenai ” Konsep Manajemen Ilmiah”.Dengan
konsep ini muncul pula konsep-konsep dasar akuntansi yang lebih maju dan canggih yang
menyajikan suatu teknik analisis untuk mengukur tingkat efisiensi dari operasi yang sedang
berjalan dan peramalan operasi yang akan datang.
Revolusi Industri pun tak hanya terjadi di Inggris tetapi juga berkembang pesat dan
meluas sampai ke seluruh belahan dunia lainnya.Dengan adanya keadaan ekonomi yang
semakin hari semakin berkembang juga membuat dari masa ke masa membuat fungsi
akuntansi makin lus dari yang melayani kebutuhan dari pemilik suatu entitas hinggan
memenuhi kepentingan berbagai pihak. Perkembangan akuntansi di Indonesia tak terlepas
pada masa penjajahan Belanda dan Jepang.Pada masa penjajahan Belanda yang mendirikan
VOC ( Vereenidge Oost Indische Campaigne) yang memperoleh hak monopoli perdagangan
rempah-rempah dan transaksi perdagangan di Indonesia. Belanda juga menerapkan system
continental / tata buku yang diajarkan oleh Pacioli yang menjadi salah satu tonggak awal dari
perkembangan akuntansi di Indonesia.

3
Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan sejak 1642, tetapi jejak yang jelas baru
ditemui pada pembukuan Amphioen Sociteyt yang berdiri di Jakarta sejak 1747.
Perkembangan akuntansi yang mencolok baru muncul setelah undang-undang mengenai
tanam paksa dihapuskan,1870. Dengan dihapuskannya tanam paksa, kaum pengusaha swasta
Belanda banyak bermunculan di Indonesia untuk menanamkan modalnya. Dunia usaha
berkembang demikian pula kebutuhan akan akuntansi. Sistem pembukuan yang dianut oleh
para pengusaha Belanda ini adalah seperti yang diajarkan Luca Pacioli.
Fungsi pemeriksaan (auditing) mulai dikenalkan di Indonesia sejak 1907, yaitu dengan
dikirimnya Van Schagen, seorang anggota NIVA. Tugas pokoknya adalah menyusun dan
mengontrol pembukuan perusahaan. Pengiriman Van Schagen ini merupakan cikal bakal
dibukanya Jawatan Akuntan Negara ( Government Accountant Dienst = GAD ) yang resmi
didirikan pada 1915. Akuntan publik pertama adalah Frese&Hogeweg, yang mendirikan
kantonya di Indonesia, 1918. Pada 1920 berdiri kantor akuntan H.Y.Voerens. Dalam tahun
1921 didirikan Jawatan Akuntan Pajak (Belasting Accountant Dienst = BAD).
Di dalam negeri sendiri, pendidikan akuntan mulai di rintis dengan dibukanya jurusan
akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1952. Pembukaan ini kemudian diikuti
oleh fakultas-fakultas ekonomi di Universitas Padjadjaran (1961). Universitas Sumatera Utara
(1962), Universitas Airlangga (1962) dan Universitas Gajah Mada (1964).
Organisasi profesi yang menghimpun para akuntan Indonesia di Indonesia berdiri 23
Desember 1957. Organisasi ini, yang diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), didirikan
oleh lima akuntan Indonesia. Anggotanya pada waktu itu baru sebelas orang. Dalam tahun
1978, berdiri Ikatan Akuntan Indonesia Seksi Akuntan Publik. Tahun 1986, berdiri Ikatan
Akuntan Indonesia Seksi Akuntan Manajemen dan Seksi Akuntan Pendidik.
Profesi akuntansi mulai berkembang dengan pesat sejak 1967. Dikeluarkannya
Undang-Undang Penanaman Modal Asing dalam tahun itu, yang kemudian disusul dengan
Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri, 1968, merupakan pendorong
berkembangnya profesi akuntansi. Tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru, baik yang
didirikan dalam rangka ke dua undang-undang tersebut maupun yang bukan, sebagai akibat
makin baiknya iklim investasi di Indonesia, telah meningkatkan kebutuhan akan tenaga
akuntansi. Sementara itu, di sektor Pemerintah, bertambahnya proyek-proyek pembangunan
yang harus dikelola, baik melalui dana APBN maupun non APBN di satu pihak, dan makin
disadarinya sistem pertanggungjawaban yang auditable dan accountable, di pihak lain, telah
mendorong lajunya perkembangan profesi akuntansi. Pemerintah sangat berperan dalam

4
mendorong perkembangan profesi ini. Diantaranya dengan membentuk Tim Koordinasi
Pengembangan Akuntansi dalam tahun 1985.

2.2 TINJAUAN KONSEP DASAR


Menurut (Suwardjono 2005), konsep dasar merupakan premis-premis hasil atau
kesimpulan dari suatu penalaran deduktif yang disepakati dan dianggap benar tanpa harus
mencari kebenarannya. Premis-premis tersebut atau dalam hal ini konsep dasar tersebut
bermanfaat dalam mengembangkan suatu kerangka konseptual. Konsep dasar ini dinyatakan
secara implisit maupun eksplisit.
Konsep dasar memiliki manfaat yang berarti bagi pembuat standar dalam menyatakan
argumen dalam menentukan konsep, prinsip, atau teknik yang akan dijadikan standar. Hal
tersebut menjelaskan bahwa dalam menyusun sebuah standar perlu didasari dengan teori atau
konsep yang kuat. Selain itu, penyusunan standar harus objektif dan tidak memihak pada
kepentingan pihak-pihak tertentu.
Dalam suatu pengembangan kerangka konseptual akuntansi, peneliti menggunakan
seperangkat konsep dasar seperti berikut ini.

1. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)


Terdapat dua konsep dasar atau landasan asumsi yang disebut secara spesifik dalam
kerangka konseptual IASC yang juga diadopsi oleh IAI, yaitu:
1. Basis akrual (accrual basis)
2. Usaha berlanjut (Going concern)

2. Paul Grady
Grady (1965) mendeskripsikan konsep dasar sebagai konsep yang mendasari kualitas
kebermanfaatan dan kehandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan
(limitations) yang melekat pada laporan keuangan. Menurutnya terdapat sepuluh
konsep dasar seperti berikut:
1. Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi.
2. Entitas bisnis spesifik (specific business entities)
3. Usaha berlanjut (going concern)
4. Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun (monetary expression in
account)

5
5. Konsistensi antara perioda untuk entitas yang sama.
6. Keaneragaman perlakuan akuntansi diantara entitas independen.
7. Konservatisma (conservatism)
8. Keterandalan data melalui pengendalian internal.
9. Materialitas (Materiality)
10. Ketepatwaktuan dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran (timeliness in
financial reporting requires estimates)

3. Accounting Principles Board


Accounting Principle Board (APB) menyebut konsep dasar sebagai ciri-ciri dasar dan
memuatnya dalam APB statement no 4. Terdapat 13 konsep dasar yang diidentifikasi
APB, yaitu:
1. Entitas Akuntansi (Accounting Entity)
2. Usaha berlanjut (Going Concern)
3. Pengukuran sumber ekonomis dan kewajiban
4. Perode waktu (Time Period)
5. Pengukuran dalam unit uang
6. Akrual (accrual)
7. Harga pertukaran (Exchange Price)
8. Angka pendekatan (Approximation)
9. Pertimbangan (Judgment)
10. Informasi keuangan umum
11. Statement keuangan berkaitan secara mendasar
12. Subtansi daripada bentuk (Substance over Form)
13. Materialitas (Materiality)

4. Wolk, Tearney dan Dodd


Wolk dan Tearney mengidentifikasi empat konsep yang dianggap sebagai postulat
seperti berikut:
1. Usaha berlanjut (going concern)
2. Periode Waktu (Time period)
3. Entitas akuntansi
4. Unit moneter.

6
Selain itu, terdapat beberapa konsep lain sebagai prinsip berorientasi-masukan (input-
oriented principles) yaitu recognition, matching, conservatism, disclosure,
materiality,dan objectivity dan prinsip berorientasi keluaran yaitu comparability,
consistency, da uniformity.

5. Anthony, Hawkins, dan Merchant


Penulis mengkategorikan konsep 1-5 merupakan pelandas neraca sedangkan 6-11
merupakan pelandas laporan laba-rugi.
1. Pengukuran dengan unit uang
2. Entitas
3. Usaha berlanjut
4. Kos (cost)
5. Aspek ganda
6. Perioda akuntansi
7. Conservatism
8. Realisasi
9. Penadingan
10. Konsistensi
11. Materialitas

6. Paton dan Littleton


Konsep dasar menurut P&L merupakan konsep yang paling lama dan merupakan
konsep klasik yang sangat berpengaruh. Berikut adalah konsep P&L :
1. Entitas bisnis atau kesatuan usaha (The business entity)
2. Kontinuitas kegiatan / usaha (Continuity of activity)
3. Penghargaan sepakatan
4. Kos melekat
5. Upaya dan capaian/hasil
6. Bukti terverifikasi dan objektif\
7. Asumsi (Assumption)

7
2.3 SUMBER KONSEP DASAR
Dalam pengajuan konsep dasar akuntansi,terdapat berbagai sumber yang mengajukan
persepsinya dalam konsep dasar akuntansi. Berbagai persepsi tersebut,akan kami jabarkan di
bawah ini.

A. IAI dan IFRS


Ada dua konsep dasar yang disebut secara spesifikasi dalam rerangka konseptual IASC,
antara lain :
1. Basis Akrual (accrual basis)
Konsep ini menyatakan bahwa dalam menentukan laba periodic dan posisi keuangan
suatu unit usaha , akuntansi mendasarkan diri pada pengukuran dan penandingan
secara ekonomik pendapatan dan biaya bukannya perbandingan biaya atas dasar kas
masuk dan kas keluar (asas tunai) konsep ini dapat dikatan sebagai konsekuensi
konsep kontinuitas usaha dan konsep periodic usaha.
2. Kelangsungan Usaha (Going Concern)
Dalam konsep ini menjelaskan bahwa perusahaan akan terus berlanjut samapai waktu
yang tidak ditentukan. Implikasi dari asumsi ini pada keadaan luar biasa, nilai laporan
likuidasi untuk asset dan ekuitas adalah ‘pelanggaran’ atas konsep ini. Hal ini
disebabkan konsep kelangsungan usaha mengasumsikan bahwa perusahaan akan
mampu mempertahnkan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak untuk
dilikuidasi dalam jangka pendek. Belkaoui juga menambahkan pendapatnya bahwa
dalam konsep ini entitas juga akan melanjutkan operasi perusahaan cuku lama untuk
mewujudkan proyek-proyek,komitmen dan kegiatan yang sedang berlanjut.

B. Patton dan Littleton


Konsep dasar yang dikemukan Patton dan Littleton diterbitkan dalam Konsep-konsep
dasar yang dikemukan Patton dan Littleton:
1. Entitas bisnis atau kesatuan usaha
Dalam konsep ini bisnis perusahaan sebagai suatu organisasi bisnis diperlakukan
berbeda atau secara hokum terpisah dengan pemilik dari bisnis tersebut. Hali ini
termasuk bahwa transaksi-transaksi dalam bisnis tersebut harus dijaga secara
keseluruhannya agar terpisah dari urusan pribadi seorang pemiliknya

8
a) Batas kesatuan
Batas kesatuan usaha dari segi akuntansi bukanlah kesatuan yuridis atau hokum
melainkan kesatuan ekonomik. Batas kesatuan ekonomik adalah kendali (control)
oleh satu manajemen.
 Pengertian ekuitas
Ekuitas adalah hak residual pemilik terhadap asset bersih sebagaimana
didefinisi dalam rerangka konseptual FASB. Sudut pandang FASB adalah
pemilik
 Pengertian pendapatan
Konsep kesatuan usaha dapat menjelaskan mengapa pendapatan (dan utang)
didefinisi sebagai kenaikan atau aliran masuk asset. Dengan konsep kesatuan
usaha, semua sumber ekonomik yang dimiliki atau dikuasai oleh perusahaan
merupakan asset perusahaan bukan asset pemilik. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pendapatan menambah ekuitas (utang kesatuan usaha
kepada pemilik).
 Pengertian Biaya
Definisi biaya sebagai penurunan asset atau timbulnya kewajiban dapat
dijelaskan dengan konsep kesatuan usaha. Penyerahan produk dalam rangka
menciptakan penedapatan, menyebabkan asset(persediaan barang) berkurang.
Berkurangnya asset (sebesar kos barang terjual) inilah yang disebut biaya.
Jadi, dapat dikatakan bahwa biaya mengurangi ekuitas. Definisi biaya oleh
FASB konsistensi dengan konsep kesatuan usaha.
b) System berpasangan
Sistem berpasangan atau aspek ganda yang dikemukakakn Anthony, Hawkins,
dan Merchant sebenarnya merupakan konsekuensi logis atau turunan dari konsep
kesatuan usaha. Hubungan bisnis antara manajemen dan pemilik mengakibatkan
manajemen harus selalu memepertanggungjawabkan asset yang dikelolanya dan
sumber aseet tersebut. Ini berarti bahwa pengaruh transaksi terhadap hubungan
bisnis dan posisi keuangan (termasuk utang-piutang dengan pemilik serta pihak
lainnya) harus selalu ditunjukkan. Untuk melaksanakan hal ini dengan mudah dan
nyaman, digunakan system berpasangan.
c) Persamaan Akuntansi
Konsep kesatuan usaha memisahkan managemen dengan penyedia danadan
manajemen bertanggung jawab kepada mereka. Pertanggungjelasan menuntut

9
agar asset yang dipercayakan kepada manajemen selalu ditunjukkan sumber atau
asalnya. Pelaporan keuangan harus menunjukkan hubungan ini. Hubungan
fungsional inilah yg disebut Persamaan Akuntansi.
Agar penyususnan statemen keuangan dapat dilakukan dengan cepat, system
akuntansi buku besar harus di organisasi atas dasar persamaan akuntansi. Oleh
karena itu, persamaan akuntansi dapat dikatakan sebagai hubungan fungsional
buku besar yang mempresentasikan elemen statemen keuangan. Hubungan
fungsional antar buku besar ini dapat dinyatakan sebagai berikut.
A = K + E + P – B + I – D atau A = K + E + P – B
d) Artikulasi
Sebagai konsep dasar yang dikemukakan APB yaitu bahwa statemen keuangan
berkaitan secara mendasar ( Fundamentally Related Financial Statemens ),
artikulasi sebenarnya turunan atau konsekuensi dari konsep kesatuan usaha.
Dengan artikulasi, akan slalu dapat ditunjukkan bahwa laba dalam statemen laba
rugi akan sama dengan laba dalam statemen perubahan ekuitas dan jumlah rupiah
ekuitas dalam neraca.
2. Kontinuitas kegiatan atau usaha
Bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau rencana pasti di masa datang
bahwa kesatuan usaha akan dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap
bahwa kesatuan usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu tak
terbatas.Dalam menghadapi ketidakpastian kelangsungan usaha, akuntansi menganut
konsep ini atas dasar penalaran bahwa harapan normal atau umum (normal
expectation) pendirian perusahaan adalah untuk berlangsung terus dan berkembang
bukan untuk mati atau likuidasi.
a) Arti Penting Laporan Periodik
Dengan konsep kontinuitas usaha, perusahaan berusaha untuk maju dan
berkembang dengan jalan menciptakan laba terus menerus dalam jangka panjang.
Laba diperoleh melalui kegiatan menyerahkan barang atau jasa yang
menimbulkan biaya sebagai aliran keluar asset (sumber ekonomik) dan kegiatan
mnedatangkan pendapatan yang merupakan aliran asset masuk akibat penyerahan
barang atau jasa tersebut. Dengan demikian, kesatuan usaha dapat dipandang
sebagai pusat aliran pendapatan dan biaya yang berlangsung terus. Dengan
penalaran di atas, kinerja akhir dapat diketahui secara tuntas dan objektif kalau

10
perusahaan dinyatakan benara-benar berhenti, dinilai pada saat itu, dan kemudian
dilikuidasi.
b) Kedudukan Statemen Laba Rugi
Untuk mengukur daya melaba jangka panjang, aliran kontinus sumber ekonomik
masuk dan keluar kesatua usaha ( pendapatan dan biaya ) harus dipenggal-penggal
dengan peroda waktu sebagai wadah atau penakar. Jadi, konsep konsep perioda
waktu yang dikemukakan oleh Hawkins, Anthony, dan Merchant atau perioda
akuntansi ole APB sebenarnya merupakan turunan dari konsep dasar kontinuitas
usaha. Penggalan pendapatan dan biaya untuk suatu perioda dituangkan dalam
statemen laba rugi periodic sehingga statemen laba rugi dipandang sebagai
statemen yang paling penting dalam pelaporan keuangan karena tingkat laba
dalam rangka menilai daya melaba.
c) Fungsi Neraca Dan Penilaian Elemennya
Konsep kontinuitas usaha sangat besar peranannya dalam mendasari penilaian
elemen atau pos neraca dan interpretasi jumlah rupiah yang dimuat didalamnya.
Dengan konsep kontinuitas usaha, tujuan pelaporan pos neraca dalah untuk
menunjukkan sisa potensi-potensi jasa atau sumber-sumber ekonomik yang belum
dikonsumsi dalam tahun yang berakhir pada tahun neraca. Dengan kata lain,
neraca berfungsi untuk menunjukkan potensi jasa yang masih dimiliki / dikuasai
kesatuan usaha untuk menghasilkan pendapatan dalam perioda-perioda
berikutnya.
3. Penghargaan sepakatan
Bahwa jumlah rupiah/agregat-harga (price-aggregate) atau penghargaan sepakatan
(measured consideration) yang terlibat dalam tiap transaksi atau kegiatan pertukaran
(exchange activities) merupakan bahan olah dasar akuntansi (the basic subject matter
of accounting) yang paling objektif terutama dalam mengukur sumber ekonomik yang
masuk (pendapatan) dan sumber ekonomik yang keluar (biaya). Sebagai konsekuensi,
elemen-elemen atau pos-pos pelaporan keuangan diatur atas dasar penghargaan
sepakatan tersebut.
a) Istilah Yang Tepat
P & L tidak menyebut bahan olah dasar akuntansi sebagai nilai karena bagi orang
yang satu mungkin sekali berbeda dengan nilai bagi orang yang lain sehingga nilai
akan menimbulkan berbagai interpretasi. Istilah nilai akan member kesan bahwa
akuntansi mengolah bahan yang tidak homogenus. Nilai bersifat subjektif dan

11
interpretative sedangkan penghargaan sepakatan adalah apa yang melekat pada
objek sehingga bersifat objektif dan inheren.
P & L tidak menggunakan istilah cost untuk menunjuk penghargaan sepakatan
karena cost terlanjur mempunyai makna umum sebagai acquisition cost dari sudut
pandang pihak yang memperoleh sumber ekonomik.
Menurut pendapat penulis, istilah cost sebenarnya cukup tepat untuk untuk
menyatakan price-agregate atau measured consideration karena alas an-alasan
berikut :
 Dari segi penjual, walaupun istilah cost tidak cukup luas, aliran masuk
penghargaan sepakatan penjualan atau pendapatan/pendapatan yang dicatat
akhirnya akan menjadi cost juga kalau sudah digunakanuntuk memperoleh
barang dan jasa.
 Dari segi pembeli, kalau istilah cost mempunyai keterbatasan karena tidak
dapat menyatakan hal yang sama dari kedua belah pihak dalam suatu
pertukaran, keterbatasan ini sebenarnya tidak masalah karena akuntansi
menganut konsep kesatuan usaha.
b) Jasa Dibalik Kos
Akuntansi menggunakan satuan mata uang karena satuan tersebut paling mudah
untuk mengkualifikasi objek atau jasa kedalam satuan yang homogenus dan juga
karena harga dalam satuan uang adalah cara yang sudah umum untuk menyatakan
kesepakatan dalam pertukaran. Dari segi akuntansi, sebenarnya bukan uang atau
harga itu sendiri yang mempunyai arti penting meleinkan justru potensi jasa yang
ada dibalik angka koslah yang mempunyai arti penting. Perlu diingat bahwa kos
merupakan salah satu atribut untuk merepresentasi secara tepat realitas kegiatan
perusahan.
c) Keterbatasan Informasi Akuntansi
Dengan memahami kos sebagai bahan olah akuntansi sebenarnya dapat dikenali
keterbatasab akuntansi dalam memberikan informasi untuk kepentingan
pengambilan keputusan. Informasi akuntansi hanya merupakan sebagian dari
informasi yang dibutuhkan untuk penganbilan keputusan oleh pihak eksternal dan
manajemen.
4. Kos melekat
Bahwa kos melekat pada objek yang dipresentasinya hingga kos bersifat mudah
bergerak dan dapat dipecah-pecah atau digabung-gabungkan kembali mengikuti objek

12
yang didekati. Berbagai kos mempunyai daya saling mengikat antara yang satu dan
yang lainnya ikatan objek-objek yang disimbolkannya. Bila berbagai komponen
digabungkan menjadi suatu objek atau barang baru, gabungan kos yang baru semata-
mata merupakan penggabungan berbagai kos yang melekat pada tiap komponen tanpa
memperhatikan nilai ekonomik baru yang melekat pada barang baru
a) Saat Pengakuan Nilai Tambah
Secara ekonomik, kegiatan perusahaan terdiri atas penggabungan berbagai factor
produksi untuk menghasilkan produk baru yang manfaatnya lebih tinggi. Kalau
kegiatan produksi menggunakan bahan baku dan berbagai macam factor produksi,
kegiatan akuntansi menggunakan kos untuk menyatakan pemrosesan factor
produksi tersebut. Tujuan kegiatan akuntansi adalah mengikuti secara tepat
perubahan tersebut dengan menggolongkan, memecah, dan mengikhtisarkan kos
bahan baku, kos tenaga kerja, kos bahan mesin, dan kos factor produksi lainnya
sehingga seluruh kos tersebut secara bersama-sama akan membentuk kos
produksi. Jadi, dasar konsep kos melekat diperlukan karena dalam mengikuti
aliran fisis tersebut harus ada anggapan bahwa tiap kos mempunyai daya saling
mengikat bila digabungkan dengan kos lain secara tepat.
Konsep dasar ini mempunyai implikasi penting terhadap saat pengakuan
tambahan manfaat produk fisis yang dihasilkan. Kalau kos produk menunjukkan
nilai, maka kedalam kos produk tersebut harus dimasukkan jumlah rupiah nilai
yang merupakan tambahan manfaat yang melekat pada produk sebagai akibat dari
proses produksi itu. Akan tetapi tidak diketahui secara objektif dan meyakinkan
berapa besarnya nilai tambah tersebut.
b) Wadah Penggabungan
Dalam mengikuti aliran fisis produksi, kos dipecah, dikelompokkan, dan
kemudian digabungkan kembali mengikuti unit fisis produk. Ini berarti bahwa kos
digabungkan dengan dengan produk sebagai wadah atau penakar penggabungan.
5. Upaya dan capaian atau hasil
Bahwa biaya merupakan upaya dalam rangka memperoleh hasil berupa pendapatan.
Dengan kata lain, tidak ada hasil (pendapatan) tanpa upaya (biaya). Secara konseptual,
pendapatan timbul karena biaya bukan sebaliknya pendapatan menanggung biaya.
a) Ojektivitas Bukti
Maust dan Sharaf menjelaskan pengertian dan lingkup bukti audit sebagai berikit:

13
“Audit evidence includes all influences on the mind pof auditor which affect his
judgment about the truthfulness of the financial statement proposition, submitted
to him for review.”
“Bukti adalah sarana untuk memastikan kebenaran atau memberikan
pembuktian.”
b) Objektivitas Relatif
Akuntansi bukan ilmu pasti sehingga objetivitas bukti dalam akuntansi bersifat
relatif. Kegiatan usaha tidak memungkinkan untuk dijadikan bahan analisis
laboratorium dan tidak pula mengikuti rumus-rumus matematika. Dengan
demikian pakta akuntansi tidak akan selalu beersifat objektif penuh ( conclusively
objective ) dan dapat diverifikasi secara tuntas ( completely verifiable). Oleh
Karena itu, konsep objektivitas dalam penciptaan data akuntansi adalah
objektivitas yang disesuaikan dengan keadaan yang ada pada saat penentuan fakta
bukan objektivitas mutlak.
c) Objektivitas Dan Keterverifikasian Jangka Panjang
Bukti yang paling kuat dan paling diinginkan adalah bukti yang sepenuhnya
objetif. Akan tetapi, bila persyaratan ojektivitas semacam ini harus diikuti secara
mutlak dalam segala hal maka akuntansi akan menjadi perpandangan jangka
pendek dan bertentangan dengan konsep kontinuitas usaha.
Bukti akuntansi juga tidak harus mendasar pada bukti yuridis. Itulah sebabnya,
untuk dapat dinyatakan sebagai asset yang harus dilaporkan oleh kesatuan usaha,
suatu asset tidak harus memiliki kesatuan usaha tetapi cukup dikuasai.
Dalam jangka panjang ,ada resiko dari konsep objektivitas relative yaiti bahwa
perilakuan akuntansi atas dasar bukti yang tersedia sekarang menjadi tidak sesuai
dengan keadaan dan fakta priode masa datang. Akan tetapi, kalau fakta ( bukti )
yang digunakan adalah yang terbaik diperoleh ( best obtainable ) maka tidak ada
lagi yang dapat diperbuat pada waktu itu.
Akunta nsi hendaknya berusaha untuk mendapatkan bukti yang terbaik tampa
mengorbankan reliabil;itas. Namun memperoleh bukti yang secara menyakinkan
objektif juga memerlukan kos yang tinggi.
Dengan konsep dasar ini, akuntansi dapat menggunakan taksiran-taksiran dan
aproksimasi sebagaimana konsep yang diajukan dalam APB No. 4.

14
6. Bukti Terverifikasi Dan Objektif
Bahwa informasi keuangan akan mempunyai tingkat kebermanfaatan dan tingkat
keterandalan yang cukup tinggi apabila terjadinya data keuangan didukung oleh bukti-
bukti yang objektif dan dapat diuji kebenarannya (keabsahannya /keautetikannya).
Objektivitas bukti harus dievaluasi atas dasar kondisi yang melingkupi penciptaan,
pengukuran, dan penangkapan atau pengakuan data akuntansi.Jadi, akuntansi tidak
mendasarkan diri pada objektivitas mutlak melainkan pada objektivitas relatif yaitu
objektivitas yang paling tinggi pada waktu transaksi terjadi dengan
mempertimbangkan keadaan dan tersedianya informasi pada waktu tersebut.
7. Asumsi
Bahwa asumsi di sini merupakan penjelasan bahwa keenam dasar sebelumnya
merupakan asumsi atau didasarkan atas asumsi tertentu dengan segala
keterbatasannya.
Asumsi – asumsi tersebut adalah :
a) Kesatuan usaha : terbatas penggunaannya jika diterapkan pada kegiatan
departemen, operasi unit pemerintahan, keiatan usaha perseorangan atau firma
dan kegiatan usaha perusahaan afiliasi (anak)
b) Kontinuitas usaha : asumsinya didasarkan atas pengalaman perusahaan pada
umumnya
c) Periode satu tahun : satu tahun adalah waktu yang tepat untuk pelapran , karena
tidak terlalu pendek, juga tidak terlalu panjang.
d) Harga Pokok sebagai bahan olah akuntansi : harga pokok faktor produksi
tersebut adalah HP pada saat terjadinya.
e) Daya beli uang stabil
Tujuannya adalah mencari laba : perusahaan dipandang sebagai suatu organisasi
yang dibentuk untuk menghasilkan pendapatan.
f) Tujuan Mencari Laba
Konsep pendapatan dan biaya sebagai aliran jumlah rupiah yang ditandingkan
sebenarnya mengandung asumsi bahwa pendapatan adalah objek yang dituju
oleh upaya yang diukur dengan kos. Dengan kata lain, perusahaan dipandang
sebagai suatu organisasi yang dibentuk menghasilkan laba. Asumsi ini tidak
diragukan kelayakannya. Keinginan untukmenghasilkan laba adalah
karakteristik nyata yang melekat pada perussahaan-perusahaan komersial pada
umumnya.

15
g) Konsep Dasar Lain
Konsep-konsep dasar yand diuraikan oleh P&L diatas merupakan konsep-
konsep dasar yang terpadu dan lengkap sebagai landasan konseptual untuk
merekayasa pelaporan keuangan. Telah dibahas pula kaitan dengan konsep-
konsep dasar tersebut dengan konsep dasar dari sumber lain yang berpaut.
 Substansi Daripada Bentuk
Konsep ini menyatakan bahwa dalam menetapkan suatu konsep ditingkat
perekayasaan atau dalam menetapkan standar ditingkat penyusun
standar, akuntansi akan menekankan makna atau substansi ekonomi
suatu objek atau kejadian dari pada makna yuridisnya meskipun makna
yuridis mukin menghendaki atau menyarankan perlakuan akuntansi yang
berbeda.
 Pengakuan Hak Milik Pribadi
Akuntansi yang dikenal sekarang ini sebenarnya dilandasi oleh suatu
lingkungan yang melindungi atau mengakui hak milik pribadi sehingga
pertanggung jawaban bisnis menjadi sangat penting. Hak milik pribadi
merupakan landasa untuk penguasaan suatu sumbeer ekonomik yang
membentuk asset.
 Keanekaragaman Akuntansi Antarentitas
Keseragaman dalam pelaporan merupakan syarat untuk membantu
pembandingan. Akan tetapi, keseragaman yang kaku justru akan
menyembunyikan karakteristik penting yang harus diungkap secara unik.
Oleh karana itu, standar akuntansi harus member keleluasan kepada
kesatuan usaha secara individual dalam batas-batas yang realistic dan
bermakna untuk menyajikan informasi yang paling sesuai dengan
karakteristik kepada usahanya.
 Konservatisma
Konservantisma merupakan konsep dasar yang menjadi landasan
penentuan perlakuan akuntansi dalam kondisi ketidakpastian. Secara
umum, akuntansi menghadapi pilihan utuk mengakui pendapatan ( laba )
atau rugi yang kepastiannya bergantung pada keadaan di masa datang.
Karena mengannut konservatisme akuntansi pada umumnya segera
mengakui rugi tetapi menunda pengakuan pendsapatan ( laba ).

16
 Pengendalian Internal Menjamin Keterandalan Data
Pengendalian internal yang baik merupakan prasyarat tercapainya
keterandalan data akuntansi. Pengendalian internal yang memadai
memungkinkan dicapainya keterverifikasi yang keobjektifan bikti yang
paling tinggi. Struktur pengendalian internal menjadi sasaran bagi auditor
untuk di evaluasi untuk m,enentukan luasnya pengumpulan bukti audit.

2.4 KONSEP-KONSEP PENGAKUAN DAN PENGUKURAN


Konsep tingkat ketiga ini menjelaskan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan
harus diakui, diukur, dan dilaporkan oleh perusahaan. Konsep-konsep ini berfungsi sebagai
pedoman dalam menanggapi isu-isu pelaporan keuangan secara rasional. Sebagaimana yang
dijelaskan (Weygandt, Kieso et al. 2011), konsep-konsep tersebut yaitu:

A. Asumsi Dasar
Terdapat asumsi-asumsi dasar yang mendasari sebuah struktur akuntansi keuangan.
Asumsi-asumsi yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Asumsi Entitas Ekonomi
Asumsi entitas ekonomi mengandung arti bahwa aktivitas ekonomi dapat
diidentifikasi dengan unit pertanggungjawaban tertentu. Artinya, aktivitas entitas
bisnis dapat dipisahkan dan dibedakan dengan aktivitas pemiliknya dan dengan setiap
unit bisnis lainnya. Perusahaan induk dan anak perusahaannya merupakan entitas legal
yang terpisah, tetapi penggabungan aktivitas-aktivitas mereka untuk tujuan akuntansi
dan pelaporan tidak melanggar asumsi entitas ekonomi.
2. Asumsi Kelangsungan Hidup
Asumsi ini menjelaskan bahwa perusahaan bisnis akan memiliki umum yang panjang.
Meskipun banyak memiliki kegagalan bisnis, perusahaan dapat memiliki
kelangsungan hidup yang panjang. Dan walaupun akuntan tidak percaya bahwa
perusahaan akan hidup selamanya, akuntan mengasumsikan bahwa perusahaan akan
hidup cukup lama untuk memenuhi tujuan dan komitmennya. Prinsip biaya historis
akan menjadi tidak berguna jika perusahaan diasumsikan akan dilikuidasi. Menurut
pendekatan likuidasi, nilai aktiva akan lebih relevan apabila dilaporkan pada nilai
realisasi bersihnya, yaitu harga jual aktiva tersebut dikurangi dengan biaya penjualan,
bukan pada biaya akuisisinya. Kebijakan penyusutan dianggap benar apabila

17
menggunakan asumsi bahwa perusahaan akan hidup selamanya. Asumsi kelangsungan
hidup juga berlaku pada banyak situasi bisnis. Namun pada saat likuidasi, asumsi
kelangsungan hidup tidak dapat diterapkan.
3. Asumsi Unit Moneter
Asumsi unit moneter mengandung arti bahwa uang adalah denominator dari aktivitas
ekonomi dan merupakan dasar yang tepat bagi pengukuran dan analisa akuntansi.
Asumsi ini menyiratkan bahwa unit moneter adalah cara yang paling efektif untuk
menunjukkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan tentang perubahan modal serta
pertukaran barang dan jasa. Unit moneter adalah unit yang relevan, bersifat universal
dan dapat dipahami, dan memiliki manfaat bagi penggunanya.
4. Asumsi Periodisitas
Asumsi periodisitas menjelaskan bahwa kegiatan-kegiatan ekonomi sebuah
perusahaan dapat dipisahkan ke dalam suatu periode waktu artifisial. Periode waktu
ini sangat bervariasi, akan tetapi, pada umumnya adalah secara bulanan, kuartalan, dan
tahunan.

B. Prinsip-prinsip Dasar Akuntansi


Empat prinsip dasar akuntansi yang digunakan untuk mencatat transaksi adalah :
1. Prinsip Biaya Historis
Prinsip biaya historis memberikan ukuran yang dapat dipercaya untuk mengukur tren
historis, sehingga para pengguna laporan keuangan umumnya memilih menggunakan
prinsip ini. Hal tersebut didukung oleh pernyataan (Benston, Carmichael et al. 2007).
Tetapi, informasi berdasarkan nilai wajar akan lebih bermanfaat untuk jenis aktiva dan
kewajiban tertentu. Pada akuisisi aktiva maupun kewajiban awal, biaya historis adalah
sama dengan nilai wajarnya. Pada periode selanjutnya, ketika keadaan pasar dan
ekonomi berubah, biaya historis dan niali wajar seringkali berbeda. Akibatnya, ukuran
atau estimasi nilai wajar seringkali menyajikan informasi yang lebih relevan tentang
arus kas masa depan yang diharapkan terkait dengan aktiva atau kewajiban.
2. Prinsip Pengakuan Pendapatan
Pendapatan harus diakui apabila telah direalisasi dan telah dihasilkan. Pendapatan
dikatakan dapat direalisasi jika produk baik barang maupun jasa atau jenis aktiva
lainnya telah dipertukarkan dengan kas atau klaim atas kas. Pendapatan dikatakan
dapat direalisasi apabila aktiva yang diterima atau dipegang dapat segera
dikonversikan menjadi kas atau klaim kas.

18
3. Prinsip Penandingan
Beban diakui bukan pada saat upah dibayarkan, atau ketika pekerjaan dilakukan, atau
pada saat produk diproduksi, tetapi ketika produk baik barang maupun jasa secara
akual memberikan kontribusi terhadap pendapatan. Prinsip penandingan menyatakan
bahwa beban harus ditandingkan dengan pendapatan sepanjang hal tersebut rasional
untuk diterapkan.
4. Prinsip Pengungkapan Penuh
Prinsip pengungkapan penuh menyediakan informasi yang mencakupi untuk
mempengaruhi penilaian dan keputusan pengguna laporan keuangan. Prinsip
pengungkapan penuh mengakui bahwa jumlah dan sifat informasi yang tertera pada
laporan keuangan merefleksikan serangkaian trade-off penilaian. Informasi yang
dimaksud tersebut diungkapkan dalam laporan keuangan, catatan atas laporan
keuangan, dan informasi suplementer (penjelasan manajemen).

C. Kendala
Dalam menyediakan informasi yang mengandung karakteristik kualitatif agar
membuatnya menjadi berguna, tiga kendala yang harus diperhatikan dan diperhitungkan
adalah:
1. Hubungan Biaya-Manfaat
Biaya penyediaan informasi harus ditimbang terhadap manfaat yang bisa diperoleh
dari pemakai informasinya. Dalam rangkan menjustifikasi penerbitan suatu standar
pengukuran atau pengungkapan tertentu, manfaat yang bisa didapat dari standar harus
melampaui biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan tersebut. Analisis
biaya-manfaat sangat sulit untuk dilakukan karena biaya dan manfaatnya merupakan
estimasi yang tidak nyata dan dapat diukur.
2. Materialitas
Suatu item akan dianggap material jika pencantuman atau pengabaian item tersebut
mempengaruhi atau mengubah penilaian seorang pemakai laporan keuangan. Jadi,
suatu item harus membuat pembeda satu dengan yang lainnya, atau, jika tidak, tidak
perlu diungkapkan. Apabila jumlah yang terlibat signifikan ketika dibandingkan
dengan pendapatan serta beban lainnya, aktiva dan kewajiban, atau laba bersih entitas,
maka standar yang logis dan dapat diterima harus diikuti. Jika jumlahnya sangat kecil
sehingga tidak signifikan ketika dibandingkan dengan item-item lain, maka aplikasi
standar tertentu dapat dipandang tidak penting.

19
3. Konservatisme
Konservatisme menyatakan jika terdapat keraguan, maka ambilah solusi dan risiko
yang kecil kemungkinannya menghasilkan penetapan yang terlalu tinggi bagi aktiva
dan laba. Konservatisme apabila diaplikasikan secara tepat, akan menyediakan
pedoman yang paling rasional dalam situasi sesulit apapun.

2.5 STATEMENT OF FINANCIAL ACCOUNTING CONCEPT OLEH FASB


Perkembangan kerangka konseptual (conceptual framework) FASB melahirkan
beberapa konsep dasar atau sering disebut dengan Statements of Financial Accounting
Concepts (SFAC) diantaranya :
- SFAC No. 1, “Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises”, yang
menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.
- SFAC No. 2, ”Qualitative Characteristics of Accounting Information”, yang
menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.
- SFAC No. 3, ”Elements of Financial Statements of Business Enterprises”, yang
memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan, seperti
asset, liabilities, equity, revenue, dan expense.
- SFAC No. 5, “Recognition and Measurements in Financial Statements of Business
Enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental
serta pedoman tentang informasi apa yang biasanya harus dimasukkan ke dalam
laooran keuangan dan kapan waktu pelaporannya.
- SFAC No. 6, “Elements of Financial Statements”, yang menggantikan SFAC No.
3 dan memperluas ruang lingkup SFAC No. 3 dengan memasukkan organisasi-
organisasi nirlaba.
- SFAC No. 7, “Using Cash Flow Information and Present Value in Accounting
Measurements”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa
depan yang diharapkan dan nilai sekarang sebagai dasar pengukuran.

A. SFAC No. 1 (1978), Objectives of Financial Reporting by Business Enterprises


Secara umum, SFAC No. 1 membahas mengenai tujuan pelaporan keuangan.
Tujuan akuntansi menurut statement ini adalah untuk menyajikan informasi yang berguna
untuk pengambilan keputusan bisnis oleh pengguna laporan keuangan tersebut. Laporan
keuangan harus bersifat general purpose atau melayani semua keutuhan secara umum,

20
sementara pengguna laporan keuangan memiliki kepentingan yang berbeda-beda
(heterogen).
Dalam SFAC No. 1 terdapat beberapa value judgments yang penting:
 Kegunaan laporan keaungan harus melebihi dari biaya dalam pembuatannya.
 Selain laporan akuntansi ada beberapa hal yang bias menjadi sumber informasi
sebuah perusahaan.
 Akuntansi akrual sangat berguna dalam menilai dan memperkirakan earning
power dan aliran kas perusahaan
 Informasi yang diberikan seharusnya berguna, namun pengguna harus
menggunakan prediksi dan penilaian mereka sendiri
Pada dasarnya, SFAC No. 1 ini menjelaskan bahwa pelaporan keuangan diharuskan
menyajikan informasi ekonomi tentang sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas
pemilik perusahaan. Selain itu, kinerja sebuah perusahaan juga harus dilaporkan dalam
laporan laba rugi yang dinyatakan dari pengukuran jumlah laba perusahaan beserta
komponennya serta bagaimana kinerja arus kas perusahaan.

B. SFAC No. 2 (1980), Qualitative Characeristics Of Accountingg Information


SFAC No. 2 menjelaskan mengenai karakteristik kualitatif dari informasi
akuntansi. Selain itu, dijelaskan juga mengenai fungsi laporan keuangan yaitu untuk
membantu pengguna dalam pengambilan keputusan bisnis. Seperti tertulis di SFAC No.
1, seluruh pengguna dianggap memahami dan mengerti isi dari laporan keuangan, akan
tetapi pada kenyataannya tidak semuanya demikian. Laporan keuangan yang dimengerti
(understandability) atau tidak tetap saja terdapat batasan dimana kebermanfaatan dari
informasi laporan keuangan harus lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan dalam
penyajian laporan keuangan (information economics).
 Keuntungan laporan keuangan dapat ditunjukkan dari kebermanfaatan informasi
tersebut dalam pengambilan keputusan bagi para pengguna, terutama investor dan
kreditor.
 Cost atau biaya yang dibutuhkan dalam penyajian laporan keuangan dibagi menjadi
dua, yaitu direct cost dan indirect cost.
1. Direct cost informasi terdiri atas kos untuk mengumpulkan, menyiapkan dan
menyebarkan informasi.

21
2. Indirect cost informasi adalah :
 terkait bahwa nantinya informasi tersebut dapat menimbulkan competitive
disadvantage
 terkait understandability informasi tersebut (informasi tambahan tidak
dipahami, information overload)
Selain itu dalam penyajian laporan keuangan, setidaknya laporan keuangan harus
mencakup dua kualitas spesifik keputusan primer, yaitu relevance dan reliability.
Relevance memiliki tiga aspek, yaitu :
 Predictive value (nilai prediktif): kebergunaan laporan dalam memprediksi kejadian
ekonomis di masa depan
 Feedback value (nilai umpan balik): laporan keuangan dapat mengkonfirmasi atau
mengoreksi ekspektasi manajemen sebelumnya
 Timeliness (ketepatan waktu): informasi laporan keuangan sesuai dengan
pertimbangan pengguna saat ini
Sementara itu, Reliability terdiri dari tiga aspek berikut:
 Verifiability: menurut (Holthausen and Watts 2001), variability memiliki kontribusi
dalam menjamin kualitas suatu informasi akuntansi karena melalui serangkaian
verifikasi untuk merepresentasikan hal yang dijelaskan sebenarnya.
 Representational faithfulness: representational faithfulness berkaitan dengan
measurement theory. Representational faithfulness mengacu pada gagasan bahwa
pengukuran itu sendiri harus berkorespondensi dengan fenomena yang diukur.
 Neutrality: proses penyusunan standar seharusnya memperhatikan relevance dan
reliability di atas efek standar tersebut terhadap kelompok pengguna laporan
keuangan atau perusahaan itu sendiri
Selain konsep-konsep di atas, ada bebrapa konsep lain yang dibahas dalam Statement
No. 2, yaitu:
 Conservatism: pertimbangan mengenai pengakuan yang dapat memengaruhi seluruh
pos. konservatisme menekankan pada mendahulukan pengakuan beban daripada
pendapatan.
 Comparability dan Consistency: laporan keuangan memiliki kemampuan untuk
dibandingkan dengan laporan keuangan lainnya dalam kurun waktu tertentu maupun
jenis perusahaan tertentu, dan mengadopsi kebijakan atau standar yang konsisten dari
waktu ke waktu.

22
 Materiality: pertimbangan dalam menilai suatu ukuran yang dapat ditoleransi
ataupun tidak dan mempengaruhi besar kecilnya salah saji dalam pelaporan
keuangan.

C. SFAC No. 3 (1980), Elements Of Financial Statements Business Enterprises


Statement No. 3 mendefinisikan 10 elemen laporan keuangan, di antaranya adalah
sebagai berikut:
 AKTIVA. Manfaat ekonomi yang memiliki kemungkinan terjadi di masa depan,
yang diperoleh atau dikuasai oleh perushaan sebagai hasil dari transaksi bisnis atau
kejadian-kejadian di masa lalu.
 KEWAJIBAN. Sebuah pengorbanan ekonomi yang memiliki kemungkinan terjadi di
masa depan, yang muncul akibat kewajiban berjalan perusahaan atau kewajiban yang
ditimbulkan dari transaksi bisnis atau kejadian di masa lalu untuk mengalokasikan
aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas-entitas lain di masa mendatang.
 EKUITAS. Berupa kepentingan dalam aktiva sebuah perusahaan, yang telah
dikurangi dengan utang-utangnya. Pada sebuah entitas bisnis, ekuitas dapat disebut
dengan kepentingan kepemilikan perusahaan.
 INVESTASI OLEH PEMILIK. Kenaikan aktiva bersih sebuah entitas yang
dihasilkan akibat alokasi suatu hal yang bernilai dari perusahaan lain terhadap
perusahaan tersebut untuk memperoleh kepentingan kepemilikan di dalam
organisasi. Aktiva merupakan bentuk paling umum yang diterima sebagai investasi
oleh pemilik. Akan tetapi investasi tersebut juga dapat meliputi jasa atau konversi
kewajiban perusahaan terkait.
 DEVIDEN. Penurunan aktiva bersih sebuah perusahaan akibat transfer aktiva,
penyediaan jasa, atau timbulnya kewajiban oleh perusahaan kepada pemilik.
Distribusi modal kepada pemangku kepentingan akan menurunkan kepentingan
kepemilikan dalam perusahaan tersebut.
 LABA KOMPREHENSIF. Perubahan modal sebuah perusahaan selama suatu
periode tertentu akibat transaksi dan kejadian lainnya yang tidak berasal dari pemilik.
Hal tersebut termasuk semua perubahan modal selama satu periode, selain perubahan
yang akibat investasi oleh pemilik dan deviden.
 PENDAPATAN. Inflow atau peningkatan atas aktiva sebuah perusahaan atau
pembayaran utang-utang perusahaan selama siklus akuntansi, atau dimulai dari

23
kegiatan produksi barang atau penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang
merupakan kegiatan operasional utama perusahaan.
 BEBAN. Outflow atau penggunaan atas aktiva sebuah perusahaan atau meningkatnya
jumlah kewajiban selama suatu siklus akuntansi dari kegiatan produksi barang
penyediaan jasa, atau aktivitas-aktivitas lainnya yang merupakan kegiatan
operasional utama perusahaan.
 KEUNTUNGAN. Sebuah kenaikan ekuitas sebuah perusahaan yang ditimbulkan
oleh transaksi peripheral atau insidentil dari transaksi-transaksi ataupun kejadian
lainnya dan situasi yang mempengaruhi keuangan perusahaan selama suatu periode
tertentu, selain yang bersasal dari pendapatan atau investasi oleh pemilik.
 KERUGIAN. Sebuah penurunan ekuitas sebuah perusahaan yang ditimbulkan dari
transaksi peripheral atau insidental maupun dari transaksi dan kejadian lainnya yang
mempengaruhi perusahaan selama suatu periode akuntansi, selain yang bersasal dari
pendapatan atau investasi pemilik.
D. SFAC No. 4 (1980), Objectives Of Financial Reporting By Nonbusiness Organizations
SFAC No. 4 ini berkaitan dengan tujuan pelaporan keuangan nonbisnis, dimana
karakterisitik dari organisasi non bisnis adalah:
 Penerimaan sumber daya meskipun jumlahnya besar akan tetapi tidak
mengharapakan pengembalian.
 Tujuan operasi selain untuk menyediakan barang dan jasa
 Tidak adanya kepentingan pemilik yang dapat dijual, dipindah, atau ditebus
atau yang merupakan jatah bagian dari distribusi sisa sumber daya pada saat
likuidasinya.

E. SFAC No. 5 (1984), Recognition Dan Measurement In Financial Statements Of


Business Enterprises
SFAC No. 5 menjelaskan mengenai pengakuan dan pengukuran. Salah satu fokus
SFAC No. 5 adalah menjelaskan pengertian earning yang berbeda dengan net income.
Earning merupakan net income dikurangi efek kumulatif pada tahun sebelumnya karena
adanya perubahan prinsip akuntansi yang digunakan. Dengan demikian, selain statement
of earning, sekarang muncul statement of comprehensive income yang memuat:
 Semua perubahan ekuitas pemilik selain setoran pemilik pada periode tersebut
 Efek kumulatif pada tahun sebelumnya karena adanya perubahan prinsip
akuntansi yang digunakan

24
 Efek rugi/untung dari marketable securities yang bukan termasuk aset lancar
 Penyesuaian mata uang asing.
Karena adanya pembedaan konsep antara earning dan comprehensive income,
muncullah masalah pengukuran. recognition criteria mengacu pada ketika aset,
kewajiban, biaya, pendapatan, untung, atau rugi harus dicatat. Adapun dalam pengukuran
baik aktiva ataupu pasiva harus memenuhi beberapa atribut diantaranya:
1. Historical cost
2. Current/replacement cost
3. Exit/current market value
4. Net realizable value (selling cost – any cost to complete or dispose)
5. Present (discounted) value atau aliran kas masa depan

F. SFAC No. 6 (1985), Elements Of Financial Statements; A Replacement of FASB


Concepts Statements No. 3 Also Incorporating An Amendment of FASB Concepts
Statements No. 2
SFAC No. 6 merupakan pengganti dari SFAC No. 3, dimana definisi yang terdapat
didalamnya sama persis dengan yang tertulis di SFAC No. 3 yang ditambahkan cakupan
sampai ke organisasi nonbisnis. Dengan demikian, karakteristik informasi akuntansi pada
SFAC No. 2 juga berlaku bagi organisasi nonbisnis.

G. SFAC No. 7 (2000), Using Cash Flow Informasi Dan Present Value In Accounting
Measurements
SFAC No. 7 menjelaskan mengenai permasalahan dalam pengukuran khusus dan
bukannya masalah konseptual yang lebih luas. SFAC No. 7 mencakup kondisi dimana
present-market determined amounts tidak tersedia saat harus diakui. Namun, metode
present value tidak digunakan secara konsisten dalam standar.
Hal yang paling penting mengenai pengukuran aset adalah pengukuran-pengukuran
present value merupakan metode untuk mensimulasi nilai yang fair. Oleh karena itu, jika
perusahaan tidak mengetahui nilai pasar aset tertentu, maka perusahaan akan bekerja
keras terhadap tingkat diskon tersebut. Tingkat diskon (potongan tunai) seharusnya
meliputi resiko dan ketidakpastian, yang dapat mencerminkan penilaian oleh nilai pasar.
Sementara itu hal yang perlu diperhatikan dalam pengukuran pasiva adalah tingkat
diskon harus dipengaruhi oleh posisi kredit suatu perusahaan. Pembawaan nilai pasiva
yang sebenarnya dipengaruhi oleh kedudukan kredit perusahaan sehingga jika kedudukan

25
kredit perusahaan memburuk, maka penilaian pasiva akan menurun (karena jika posisi
kredit yang rendah berarti tingkat potongan tunai akan naik). Pengukuran aset dan pasiva
pada SFAC No 7 bersifat tetap. Suatu aset dilihat dan dinilai secara terpisah dari
perusahaan yang memilikinya, tetapi pasiva tidak dapat dipisahkan karena pasiva pada
akhirnya akan dilunasi.

2.6 KARAKTERISTIK KONSEP DASAR


Konsep dasar merupakan konsep yang dianut dan dijadikan dasar dalam penelaran dan
perekayasaan. Disebut konsep dasar karena kalau konsep tersebut dianut akan mempunyai
implikasi akuntansi tertentu. Konsep dasar dapat disebut dengan berbagai nama yaitu:

1. Postulat
2. asumsi dasar
3. prinsip mendasar / umum
4. aksioma
5. doktrin
6. konvensi
7. fundamental
8. premis dasar
9. kendala

2.7 MANFAAT KONSEP DASAR


Bahwa konsep dasar berfungsi melandasi penalaran pada tingkat perekayasaan
akuntansi,konsep dasar lebih banyak manfaatnya bagi penyusunan staandar dalam
berargumen untuk menentukan konsep, prinsip, metoda, atau teknik yang akan dijadikan
standar.
Dalam tiap standar yang diterbitkan, misalnya, FASB menyertakan bagian yang disebut
Basis Penyimpulan yang didalamnya terrefleksi konsep dasar yang dianut baik secara
eksplisit maupun implicit. Patton &Littleton menegaskan bahwa penyusunan standar harus
dilandasi oleh pemikiran atau penalaran yang jelas dan jernih.

26
Konsep dasar berfungsi :
 Menjadi komponen argumen dalam penalaran logis pada tingkat perekayasaan,
penetapan standar, atau penerapan standar.
 Terrefleksi di basis penyimpulan (basis for conclusion) dalam rerangka
konseptual sebagai hasil perekayasaan.
 Terrefleksi di latar belakang penyimpulan (background information) dalam
pernyataan standar akuntansi.
 Terrefleksi di kebijakan akuntansi (accounting policy) perusahaan dalam buku
pedoman akuntansi.

27
BAB 3
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa untuk menyediakan data kuantitatif, terutama yang
mempunyai sifat keuangan dari kesatuan usaha ekonomi yang dapat digunakan dalam
pengambilan keputusan ekonomi yag sesuai dengan prnsio akuntansi dalam memilih alternatif
dari suatu keadaan. Di dalam menyusun prinsip akuntansi, digunakan asumsi-asumsi dan
konsep-konsep dasar tertentu. Asumsi dasar ini merupakan aspek dari lingkungan di mana
akuntansi itu dilaksanakan. Sedangkan konsep-konsep dasar merupakan pedoman dalam
menyusun prinsip akuntansi. Konsep dasar diperlukan untuk membuat kesatuan fikir dalam
pembuatan laporan keuangan, agar tidak terjadi perbedaan antara pembuat laporan keuangan
yang satu dan yang lain.

28
DAFTAR PUSTAKA

Andri, aski. 2018. Bab Konsep Dasar (Teori Akuntansi). Diakses 16 Maret 2019.
http://www.academiaedu.com/makalah-teori-akuntansi/konsep-konsep-dasar-
akuntansi/suwardjono-bab-5/

29

Anda mungkin juga menyukai