PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
GAD ) yang resmi didirikan pada 1915. Akuntan publik pertama adalah
Frese&Hogeweg, yang mendirikan kantonya di Indonesia, 1918. Pada
1920 berdiri kantor akuntan H.Y.Voerens. Dalam tahun 1921 didirikan
Jawatan Akuntan Pajak (Belasting Accountant Dienst = BAD).
Di dalam negeri sendiri, pendidikan akuntan mulai di rintis dengan
dibukanya jurusan akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
1952. Pembukaan ini kemudian diikuti oleh fakultas-fakultas ekonomi di
Universitas Padjadjaran (1961). Universitas Sumatera Utara (1962),
Universitas Airlangga (1962) dan Universitas Gajah Mada (1964).
Organisasi profesi yang menghimpun para akuntan Indonesia di
Indonesia berdiri 23 Desember 1957. Organisasi ini, yang diberi nama
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), didirikan oleh lima akuntan Indonesia.
Anggotanya pada waktu itu baru sebelas orang. Dalam tahun 1978, berdiri
Ikatan Akuntan Indonesia Seksi Akuntan Publik. Tahun 1986, berdiri
Ikatan Akuntan Indonesia Seksi Akuntan Manajemen dan Seksi Akuntan
Pendidik.
Profesi akuntansi mulai berkembang dengan pesat sejak 1967.
Dikeluarkannya Undang-Undang Penanaman Modal Asing dalam tahun
itu, yang kemudian disusul dengan Undang-Undang Penanaman Modal
Dalam Negeri, 1968, merupakan pendorong berkembangnya profesi
akuntansi. Tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru, baik yang didirikan
dalam rangka ke dua undang-undang tersebut maupun yang bukan, sebagai
akibat makin baiknya iklim investasi di Indonesia, telah meningkatkan
kebutuhan akan tenaga akuntansi. Sementara itu, di sektor Pemerintah,
bertambahnya proyek-proyek pembangunan yang harus dikelola, baik
melalui dana APBN maupun non APBN di satu pihak, dan makin
disadarinya sistem pertanggungjawaban yang auditable dan accountable,
di pihak lain, telah mendorong lajunya perkembangan profesi akuntansi.
Pemerintah sangat berperan dalam mendorong perkembangan profesi ini.
Diantaranya dengan membentuk Tim Koordinasi Pengembangan
Akuntansi dalam tahun 1985.
2. Grady
Grady mendiskripsikan konsep dasar sebagai konsep yang mendasari
kualitas kebermanfaatan dan keterandalan informasi akuntansi atau
sebagai keterbatasan yang melekat pada statemen keuangan.
3. Penghargaan Sepakatan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Efferin, S, dan M.S. Hartono. 2015. “Management Control and Leadership Styles
in Family Business: An Indonesian Case Study”. Journal of Accounting and
Organizational Change, Vol. 11, No. 1, hlm 130-159.
Efferin, S, dan T. Hopper. 2007. “Management Control, Culture and Ethnicity in a
Chinese Indonesian Company”. Accounting, Organizations and Society,
Vol. 32, hlm 223-262.
Hoogervorst, H. 2012. Speech on the 3rd ECB Conference on Accounting,
Financial Reporting and Corporate Governance for Central Banks. Diunduh
tanggal 18 Mei 2015.
Hopper, T. dan A. Powell. 1985. “Making Sense of Research into the
Organizational and Social Aspects of Management Accounting: A Review
of Its Underlying Assumptions”. Journal of Management Studies, Vol. 22,
No. 5, hlm 429-465.
IASB. 2015. Work Plan on Conceptual Framework of Reporting Entity. Diunduh
tanggal 18 Mei 2015.
Iwan triyuwono,2003, “Konsekuensi Penggunaan Enthity Teori Sebagai Konsep
Dasar Standart Akuntansi Perbankan Syariah”, JAAI Volume 7 No. 1, Juni
2003
Jaka Isgrayanta, 2009, “Perumusan Konsep Entitas Akuntansi Islam”, JAAI
Volume 13 No. 1, Juni 2009: 77–86
Molisa, P. 2011. “A Spiritual Reflection on Emancipation and Accounting”.
Critical Perspectives on Accounting, Vol. 22, hlm 453-484.
Suwardjono.2005. Teori Akuntansi: Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Edisi
Ketiga. BPFE: Yogyakarta
Triyuwono, I. 2000a. Organisasi dan Akuntansi Syari’ah. Penerbit LKiS.
Yogyakarta.
Triyuwono, I. 2000b. Posmodernisme: Beberapa Konsep Transedental Tradisi
Islam untuk Metodologi Penelitian Akuntansi, Bisnis dan Ekonomi. Short
Course Metodologi Penelitian Paradigma Alternatif, CBIES FE Unibraw
bersama IAI KAPd, 8 - 9 Mei 2000.