Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu hal yang dilakukan di laboratorium adalah pembuatan dan


pengenceran larutan. Hal ini dilakukan untuk menentukan suatu konsentrasi pada
larutan yang akan digunakan pada tujuan tertentu. Larutan sendiri memiliki dua
zat yaitu zat yang dilarutkan (solute) dan zat perlarut (solvent). Selain itu, larutan
juga memiliki konsentrasi larutan. Konsentrasi larutan adalah komposisi yang
menunjukkan dengan jelas perbandingan jumlah zat terlarut terhadap pelarut.
Kelarutan dapat kecil atau besar sekali, dan jika jumlah zat terlarut melewati titik
jenuh, zat itu akan keluar (mengendap di bawah larutan). Dalam kondisi tertentu
suatu larutan dapat mengandung lebih banyak zat terlarut dari pada dalam keadaan
jenuh (Adha, S. D. 2015). Suatu larutan yang mengandung sebagian besar zat
solute maka dapat dikatakan bahwa larutan tersebut memiliki konsentrasi yang
tinggi atau pekat. Sedangkan larutan yang tidak terlalu banyak mengandung zat
solute maka memiliki konsentrasi yang rendah atau encer. Konsentrasi larutan
dinyatakan dalam molaritas, molalitas, normalitas, persen massa, persen volume,
atau lain sebagainya.
Pembuatan larutan adalah suatu cara yang harus dipelajari, yaitu cara
pembuatan larutan dari bahan cair atau padat dengan menggunakan
konsentrasi tertentu. Adapun satuan yang digunakan untuk menentukan kepekaan
larutan adalah molaritas, persen berat, persen volume, atau sebagainya.
Sebelum melakukan pembuatan larutan terlebih dahulu biasa nya mencari
konsenterasi suatu larutan. Dalam dunia kimia, larutan adalah campuran homogen
yang terdiri dari dua atau lebih zat. Dalam dunia analis atau penelitian,
pengenceran larutan sudah sangat familiar dan mudah untuk di lakukan. Tapi
dimana ada kemudahan pasti ada kesusahan, masih banyak yang baru memasuki
dunia tersebut sehingga masih belum mengerti mengenai teknik pengenceran.
Baik caranya maupun perhitungannya. Untuk membuat suatu larutan dalam
laboratorium maka diperlukan cara-cara tertentu agar tidak terjadi kesalahan yang
dapat membahayakan diri kita sendiri. Maka dari itu, praktikum ini dilakukan agar
mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan dan pengenceran larutan yang baik
dan benar.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami mengenai cara pembuatan larutan.
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Larutan

 Larutan terbagi menjadi 2 yaitu larutan homogen dan larutan heterogeny.


Larutan Homogen mempunyai sifat-sifat yang sama diseluruh cairan, sedangkan
larutan heterogeny merupakan campuran dua fase dan memiliki sifat-sifat yang
tidak seragam (Brown, 2013). Larutan adalah campuran homogen dari dua atau
lebih zat yang berbeda komposisinya. Suatu larutan dalam volume kecil disebut
zat terlarut. Pelarut didefinisikan sebagai zat yang jumlahnya melebihi zat lain.
Contoh larutan adalah melarutkan gula dalam jumlah tertentu dalam air dan
diaduk hingga homogen (Bambang, 2017). Zat terlarut disebut zat terlarut atau
solute. Biasanya bahan dan jumlahnya paling sering dianggap sebagai pelarut.
Campur gula dan air lalu aduk hingga gula larut membentuk larutan gula. Dalam
larutan, gula dan air tidak dapat dipisahkan, dan partikel gula tidak dapat
dibedakan dari air.

2.1.1. Komponen Larutan

Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya, yaitu pelarut dan
zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat
terlarut. Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan dalam larutan sama.
Dalam hal ini baik alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut.
(Arno, Armand)

2.1.2. Jenis-Jenis Larutan

 Cairan dalam cairan – alkohol dalam air


 Cairan dalam padatan – Hg dalam perak
 Gas dalam cairan – oksigen dalam air
 Gas dalam gas – seluruh campuran gas
 Gas dalam padatan – hidrogen dalam palladium
 Padatan dalam cairan– gula dalam air
 Padatan dalam padatan – alloys
2.1.3. Proses pembentukan larutan

Proses pembentukan larutan dapat mengikuti salah satu mekanisme berikut:

1. Zat terlarut bereaksi secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat
baru
Ada zat yang dapat bereaksi secara permanen dengan pelarut,
sehingga terbentuk zat baru yang tidak dapat dipidh lagi, contohnya
oksida asam dan oksida basa dalam air yang masing-masing
membentuk asam atau basa.
2. Zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut
Zat terlarut berinteraksi kuat dengan pelarut bila partikel zat tersebut
bersifat ion, atau polar dan pelarutnya juda bersifat polar. Jika zat
berupa ion, maka terjadi gaya ion-dipol antara ion zat terlarut dengan
pelarut. Gaya ini lebih besar dari gaya dipol-dipol antara molekul
pelarut. Akhirnya terjadi solvasi, yaitu pengurangan partikel zat
terlarut oleh molekul-molekul pelarut. Jika pelarutnya air disebut
hidrasi
3. Zat pelarut berinteraksi dengan pelarut
Suatu zat dapat larut dalam cairan walaupun daya tarik antar partikel
zat dengan pelarut sangat lemah. Hal ini dapat terjadi bila molekul
kedua zat bersifat non polar. Antara molekul zat terlarut dan pelarut
hanya terdapat gaya London yang relatif lemah. Akibatnya proses
pelarutan lebih lama dibandingkan solvasi. Jika kedua zat ( zat terlarut
dan pelarut) berwujud cair, kedudukan satu molekul pelarut dapat
digantikan oleh moleku zat terlarut. Sehingga kedua zat dapat saling
melarutkan.
2.2. Konsentrasi

Dalam viskositas atau densitas dikenal sebagai konsentrasi atau popularitas.


Pembubaran itu sendiri terjadi ketika atom atau molekul dan materi benar-benar
terdispersi. Suatu larutan juga terdiri dari zat terlarut (solute), yang disebut zat
terlarut, dan pelarut, yang disebut pelarut. Pelarut merupakan senyawa utama dan
senyawa minor disebut zat terlarut atau solute (Wardono, 2014). Biasanya zat
yang dapat digunakan sebagai pelarut adalah air, tetapi air yang dapat digunakan
sebagai pelarut adalah alkohol, amoniak, kloroform, benzena, tetapi biasanya
pelarut tidak disebutkan saat menggunakan air. Larutan gas dibuat dengan
mencampur atau mencampur gas, cairan, atau padatan cair. banyak.

2.2.1. Persen konsentrasi

Dalam bidang kimia seringdigunakan persen untuk menyatakan konsentrasi


larutan.persen konsentrasi dapat dinyatakandengan persen berat (% w/w) persen
volume (% v/v ) dann persen berat per volume (%w/v). Persentase berat per berat
(% w/w) adalah jumlah gram zat terlarut dalam tiap 100 gram larutan.

gram zat terlarut


x 100 %
gramlarutan

Persentase berat per volume (% w/v) adalah jumlah gram zat terlarut dalam
tiap 100 mL larutan. Satuan %w/v umumnya untuk zat terlarut padat dalam
pelarut cair.

gram zat terlarut


x 100 %
ml larutan

Persentase volume per volume (% v/v) adalah jumlah ml zat terlarut dalam
tiap 100 mL larutan. Satuan % v/v umumnya dipakai untuk zat terlarut cair dalam
pelarut cair.

ml zat terlarut
x 100 %
ml larutan

2.2.2. Fraksi mol

Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n)
komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan
itu. Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :

X (terlarut) = n (terlarut)
n (terlarut) + n (pelarut)

X (Pelarut) =n (pelarut)

n (terlarut) + n (pelarut)

Dalam persentase fraksi mol dinyatakan sebagai mol persen.

mol zat terlarut


mol zat terlarut +mol pearut

2.2.3. Molaritas

Molaritas atau konsentrasi molar (M) suatu larutan menyatakan jumlah mol
spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah milimol dan 1 ml larutan.

mol zat terlarut


Molaritas(M )=
liter larutan
2.2.4. Molalitas

Molalitas (m) menyatakan jumlah zat terlarut dlam 1000 g pelarut. Molalitas
tidak trgantung pada temperature, dan di gunakan dalam bidang kimia fisika,
teristimewa dalam sifat koligatif.

mol zat terlarut


molalitas ( m )=
kg pelarut
2.2.5. Normalitas

Normalitas adalah jumlah ekuivalen jumlah zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Ekuivalen zat dalam larutan tergantung pada jenis reaksi yang dialami zat
itu, karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi. Ekuivalen suatu
zat ada hubungannya dengan molaritas, serta jenis reaksinya.

ekuivalen zat terlarut


Normalitas ( N )=
liter larutan

gram zat terlarut


Normalitas ( N )=
berat ekuivalen x liter Larutan
2.2.6. Part per million : menyatakan satu milligram zat terlarut dalam satu liter
1 mg zat terlarut
larutan1 ppm=
1 L larutan
2.2.7. Part per billion : menyatakan satu microgram zat terlarut dalam satu liter
1 µ zat terlarut
larutan 1ppb = (TIM, 2013)
1 Llarutan
2.3 Pengenceran
Proses pembuatan larutan suatu zat yang berasal dari cairan pekatnya
disebut pengenceran. Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua
atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang
komposisinya dapat bervariasi. Solute adalah zat terlarut sedangkan solvent
(pelarut) adalah medium dimana solute terlarut. Larutan encer adalah larutan yang
mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan
larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Rumus yang
digunakan untuk pengenceran itu sendiri adalah

M1V1 =
M2V2
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 =  Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan
Penentuan % b/b, %b/v dan %v/v

2.4 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat
kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.Air dapat berwujud
padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang
secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.

Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak
umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan
antara hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik,
yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen
sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang
mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur dan klor. Semua
elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas
pada temperatur dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan
oksigen membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat
elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor).
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak
zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di
bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan
sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion
hidroksida (OH-). Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat
kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-
garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak
mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-
zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat
tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya
intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu
menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut
tidak larut dan akan mengendap dalam air.

2.5 Pembuatan Larutan dari Padatan NaCl

Pembuatan larutan dari suatu padatan tidak jauh berbeda dengan


pengenceran. Jika pengenceran dilakukan dengan cara menambahkan aquades
kedalam zat cair yang memiliki konsentrasi tinggi untuk dikurangi
konsentrasinya, maka pada pembuatan larutan dari suatu padatan juga dilakukan
dengan cara menambahkan aquades dari suatu padatan hingga menjadi larutan
yang homogen. Sama halnya dengan pengenceran aquades digunakan dalam
pembuatan larutan dari suatu padatan NaCl karena hanya aquades yang dinilai
paling mudah untuk dapat mereaksikan biokima. Padatan sering dinyatakan dalam
persen (%) atau dalam gram (gr) namun angka dalam persen sama dengan angka
yang dinyatakan dalam gram ataupun bahkan ml. Sehingga jika suatu padatan
dinyatakan dalam prosentase x% maka sama dengan padatan tersebut memiliki
berat x gram (gr) dan memiliki volume x mililiter (ml). Jika kita ingin
menghasilkan suatu larutan dengan volume z dari suatu padatan yang memiliki
nilai x% maka kita dapat menghitung berapa volume aquades (y) yang dapat kita
tambahkan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Z (ml) – X (ml) =
Y (ml)
atau
Z% - X% = Y%
atau
Z (gr) – X (gr) = Y
(gr)
Dengan:
Z = Volume atau prosentase atau berat larutan akhir
Y = Volume atau prosentase atau berat aquades yang perlu ditambahkan
X = Volume atau prosentase atau berat padatan

2.6 Perbedaan Ukuran Volume pada Gelas Ukur dan Labu Ukur

Saat mengukur volume pada gelas ukur dengan metode pengukuran yang
benar kemudian zat tersebut dituangkan pada labu ukur akan terjadi perbedaan
ukuran volume. Jika pada gelas ukur volume larutan yang diukur tepat
menunjukkan angka 100 ml maka saat dituangkan pada labu ukur, volume larutan
tersebut akan berkurang dan tidak tepat menunjukkan pada angka 100 ml. Hal ini
disebabkan tingkat ketelitian pada labu ukur lebih tinggi daripada tingkat
ketelitian pada gelas ukur, sehingga saat mengukur volume pada gelas ukur yang
dirasa telah tepat mencapai volume 100 ml ternyata volume tersebut dibawah 100
ml saat diukur pada labu ukur yang memiliki tingkat ketelitian jauh lebih tinggi
daripada tingkat ketelitian pada gelas ukur.
BAB 3

METODE PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas ukur, gelas
kimia, labu ukur, corong dan spatula (pengaduk) sedangkan bahan yang
digunakan yaitu: Sukrosa 2 M ,40 ml dan NaCl (garam), 5 gram.

3.2. Alur Percobaan


3.2.1. Pengenceran Larutan

Sukrosa
2M, 40ml

- Ambil sukrosa
- Dimasukkan kedalam gelas ukur
- Diukur 40ml dalam gelas ukur
- Dimasukkan kedalam labu ukur
- Ditambahkan aquades 60ml menggunakan corong
sampai larutan berada tepat pada titik paralaks
- Digoyangkan perlahan-lahan sampai larutan menjadi
homogen
Larutan Gula
0,8M, 100ml

3.2.2. Pembuatan larutan dari padatan NaCl


NaCl
5%

- Ditimbang 5 gram pada neraca digital


- Dimasukkan ke dalam gelas kimia
- Dimasukkan aquades ke dalam gelas ukur
- Diukur aquades 95ml
- Dicampurkan aquades yang ada dalam gelas ukur ke
dalam gelas kimia, pastikan larutan 100ml
- Diaduk dengan spatula sampai larutan menjadi
Larutan Nacl homogen
100ml -
3.3. Langkah Kerja

3.3.1. Pengenceran Larutan

a. Mengambil sukrosa 2 M;
b. Memasukkan kedalam gelas ukur;
c. Mengukur 40 ml dalam gelas ukur;
d. Memasukkan kedalam labu ukur;
e. Menambahkan dengan aquades 60 ml menggunakan corong sampai
larutan berada tepat pada titik paralaks;
f. Menggoyangkan perlahan-lahan sampai larutan menjadi homogen.

3.3.2. Pembuatan larutan dari padatan NaCl

a. Menimbang 5 gram pada neraca digital;


b. Memasukkan ke dalam gelas kimia;
c. Mengukur aquades 95ml;
d. Memasukkan aquades ke dalam gelas ukur;
e. Dicampurkan aquades yang ada dalam gelas ukur ke dalam gelas
kimia, pastikan larutan 100ml;
f. Diaduk dengan spatula sampai larutan menjadi homogen.

3.4 Prosedur Percobaan

3.4.1 Pengenceran Larutan

a. Ambil sukrosa 2M lalu tuang ke wadah ukur sebanyak 40 ml


b. Ambil aquades dan tuangkan kedalam gelas ukur sebanyak 60 ml
c. Campurkan aquades sebanyak 60 ml kedalam larutan sukrosa 40 ml
d. Aduk-aduk setelah larutan dicampurkan
e. Tuangkan kedalam labu kimia menggunakan corong
f. Tuangkan kedalam labu kimia menggunakan corong

3.4.2 Pembuatan Larutan dari padatan NaCl

a. Padatan NaCl Ditimbang dalam neraca digital


b. Dimasukkan kedalam gelas kimia
c. Dicampurkan aquades dengan padatan NaCl
d. Dimasukkan aquades kedalam gelas ukur sebanyak 95ml
e. Dicampurkan aquades dengan padatan NaCl
f. Diaduk menggunakan spatula
g. Sehingga padatan NaCl menjadi larutan homogen
DAFTAR PUSTAKA

Ananda, 2019. Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA Dalam Memahami
Materi Larutan Penyangga Dengan Menggunakan Two-Tier Multiple
Choice Diagnostic Instrumenr. Jurnal Inovasi Pendidikan. 4(1): 180-193.

Bambang. 2017. Pengaruh Konsentrasi Larutan Terhadap Laju Kenaikan Suhu


Larutan. Jurnal Pembelajaran Fisika. 6(2) : 147-153.

Mentari, L. 2017. Analisis Miskonsepsi Siswa SMA Pada Pembelajaran Kimia


Untuk Materi Larutan Penyangga. Jurnal Pendidikan Kimia Undiksha.
1(1): 57-68.

TIM. 2013. Kimia Umum.Surabaya: Fakultas Matematiaka dan Ilmu Pengetahuan


Alam, Universitas Negeri Surabaya

Wardono, H. 2014. Pengaruh Variasi Normalitas NaOH pada Aktivasi Basa-


Fisik Zeolit Pelet Perekat terhadap Prestasi Sepeda Motor Bensin 4-
Langkah. Jurnal Mechanical. 5(1) : 32-37.

Anda mungkin juga menyukai