PENDAHULUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa mampu mengetahui dan
memahami mengenai cara pembuatan larutan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Larutan
Ada dua komponen yang penting dalam suatu larutannya, yaitu pelarut dan
zat yang dilarutkan dalam pelarut tersebut, zat yang dilarutkan itu disebut zat
terlarut. Apabila dua atau lebih komponen dicampurkan dan dalam larutan sama.
Dalam hal ini baik alkohol maupun air dapat disebut zat terlarut atau pelarut.
(Arno, Armand)
1. Zat terlarut bereaksi secara kimia dengan pelarut dan membentuk zat
baru
Ada zat yang dapat bereaksi secara permanen dengan pelarut,
sehingga terbentuk zat baru yang tidak dapat dipidh lagi, contohnya
oksida asam dan oksida basa dalam air yang masing-masing
membentuk asam atau basa.
2. Zat terlarut membentuk zat tersolvasi dengan pelarut
Zat terlarut berinteraksi kuat dengan pelarut bila partikel zat tersebut
bersifat ion, atau polar dan pelarutnya juda bersifat polar. Jika zat
berupa ion, maka terjadi gaya ion-dipol antara ion zat terlarut dengan
pelarut. Gaya ini lebih besar dari gaya dipol-dipol antara molekul
pelarut. Akhirnya terjadi solvasi, yaitu pengurangan partikel zat
terlarut oleh molekul-molekul pelarut. Jika pelarutnya air disebut
hidrasi
3. Zat pelarut berinteraksi dengan pelarut
Suatu zat dapat larut dalam cairan walaupun daya tarik antar partikel
zat dengan pelarut sangat lemah. Hal ini dapat terjadi bila molekul
kedua zat bersifat non polar. Antara molekul zat terlarut dan pelarut
hanya terdapat gaya London yang relatif lemah. Akibatnya proses
pelarutan lebih lama dibandingkan solvasi. Jika kedua zat ( zat terlarut
dan pelarut) berwujud cair, kedudukan satu molekul pelarut dapat
digantikan oleh moleku zat terlarut. Sehingga kedua zat dapat saling
melarutkan.
2.2. Konsentrasi
Persentase berat per volume (% w/v) adalah jumlah gram zat terlarut dalam
tiap 100 mL larutan. Satuan %w/v umumnya untuk zat terlarut padat dalam
pelarut cair.
Persentase volume per volume (% v/v) adalah jumlah ml zat terlarut dalam
tiap 100 mL larutan. Satuan % v/v umumnya dipakai untuk zat terlarut cair dalam
pelarut cair.
ml zat terlarut
x 100 %
ml larutan
Fraksi mol suatu dalam larutan didefinisikan sebagai banyaknya mol (n)
komponen itu, dibagi dengan jumlah mol keseluruhan komponen dalam larutan
itu. Jumlah fraksi seluruh komponen dalam setiap larutan adalah :
X (terlarut) = n (terlarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
X (Pelarut) =n (pelarut)
n (terlarut) + n (pelarut)
2.2.3. Molaritas
Molaritas atau konsentrasi molar (M) suatu larutan menyatakan jumlah mol
spesi zat terlarut dalam 1 liter larutan atau jumlah milimol dan 1 ml larutan.
Molalitas (m) menyatakan jumlah zat terlarut dlam 1000 g pelarut. Molalitas
tidak trgantung pada temperature, dan di gunakan dalam bidang kimia fisika,
teristimewa dalam sifat koligatif.
Normalitas adalah jumlah ekuivalen jumlah zat terlarut dalam tiap liter
larutan. Ekuivalen zat dalam larutan tergantung pada jenis reaksi yang dialami zat
itu, karena satuan ini dipakai untuk penyetaraan zat dalam reaksi. Ekuivalen suatu
zat ada hubungannya dengan molaritas, serta jenis reaksinya.
M1V1 =
M2V2
M1 = Molaritas larutan sebelum pelarutan
V1 = Volume larutan sebelum pelarutan
M2 = Molaritas larutan sesudah pelarutan
V2 = Volume Molaritas larutan sesudah pelarutan
Penentuan % b/b, %b/v dan %v/v
2.4 Air
Air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, satu molekul air
tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom
oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi
standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Zat
kimia ini merupakan suatu pelarut yang penting, yang memiliki kemampuan
untuk melarutkan banyak zat kimia lainnya, seperti garam-garam, gula, asam,
beberapa jenis gas dan banyak macam molekul organik.Air dapat berwujud
padatan (es), cairan (air) dan gas (uap air). Air merupakan satu-satunya zat yang
secara alami terdapat di permukaan Bumi dalam ketiga wujudnya tersebut.
Keadaan air yang berbentuk cair merupakan suatu keadaan yang tidak
umum dalam kondisi normal, terlebih lagi dengan memperhatikan hubungan
antara hidrida-hidrida lain yang mirip dalam kolom oksigen pada tabel periodik,
yang mengisyaratkan bahwa air seharusnya berbentuk gas, sebagaimana hidrogen
sulfida. Dengan memperhatikan tabel periodik, terlihat bahwa unsur-unsur yang
mengelilingi oksigen adalah nitrogen, flor, dan fosfor, sulfur dan klor. Semua
elemen-elemen ini apabila berikatan dengan hidrogen akan menghasilkan gas
pada temperatur dan tekanan normal. Alasan mengapa hidrogen berikatan dengan
oksigen membentuk fase berkeadaan cair, adalah karena oksigen lebih bersifat
elektronegatif ketimbang elemen-elemen lain tersebut (kecuali flor).
Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak
zat kimia. Air berada dalam kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat di
bawah tekanan dan temperatur standar. Dalam bentuk ion, air dapat dideskripsikan
sebagai sebuah ion hidrogen (H+) yang berasosiasi (berikatan) dengan sebuah ion
hidroksida (OH-). Air adalah pelarut yang kuat, melarutkan banyak jenis zat
kimia. Zat-zat yang bercampur dan larut dengan baik dalam air (misalnya garam-
garam) disebut sebagai zat-zat "hidrofilik" (pencinta air), dan zat-zat yang tidak
mudah tercampur dengan air (misalnya lemak dan minyak), disebut sebagai zat-
zat "hidrofobik" (takut-air). Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat
tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya
intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Jika suatu zat tidak mampu
menandingi gaya tarik-menarik antar molekul air, molekul-molekul zat tersebut
tidak larut dan akan mengendap dalam air.
Z (ml) – X (ml) =
Y (ml)
atau
Z% - X% = Y%
atau
Z (gr) – X (gr) = Y
(gr)
Dengan:
Z = Volume atau prosentase atau berat larutan akhir
Y = Volume atau prosentase atau berat aquades yang perlu ditambahkan
X = Volume atau prosentase atau berat padatan
2.6 Perbedaan Ukuran Volume pada Gelas Ukur dan Labu Ukur
Saat mengukur volume pada gelas ukur dengan metode pengukuran yang
benar kemudian zat tersebut dituangkan pada labu ukur akan terjadi perbedaan
ukuran volume. Jika pada gelas ukur volume larutan yang diukur tepat
menunjukkan angka 100 ml maka saat dituangkan pada labu ukur, volume larutan
tersebut akan berkurang dan tidak tepat menunjukkan pada angka 100 ml. Hal ini
disebabkan tingkat ketelitian pada labu ukur lebih tinggi daripada tingkat
ketelitian pada gelas ukur, sehingga saat mengukur volume pada gelas ukur yang
dirasa telah tepat mencapai volume 100 ml ternyata volume tersebut dibawah 100
ml saat diukur pada labu ukur yang memiliki tingkat ketelitian jauh lebih tinggi
daripada tingkat ketelitian pada gelas ukur.
BAB 3
METODE PERCOBAAN
Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu gelas ukur, gelas
kimia, labu ukur, corong dan spatula (pengaduk) sedangkan bahan yang
digunakan yaitu: Sukrosa 2 M ,40 ml dan NaCl (garam), 5 gram.
Sukrosa
2M, 40ml
- Ambil sukrosa
- Dimasukkan kedalam gelas ukur
- Diukur 40ml dalam gelas ukur
- Dimasukkan kedalam labu ukur
- Ditambahkan aquades 60ml menggunakan corong
sampai larutan berada tepat pada titik paralaks
- Digoyangkan perlahan-lahan sampai larutan menjadi
homogen
Larutan Gula
0,8M, 100ml
a. Mengambil sukrosa 2 M;
b. Memasukkan kedalam gelas ukur;
c. Mengukur 40 ml dalam gelas ukur;
d. Memasukkan kedalam labu ukur;
e. Menambahkan dengan aquades 60 ml menggunakan corong sampai
larutan berada tepat pada titik paralaks;
f. Menggoyangkan perlahan-lahan sampai larutan menjadi homogen.
Ananda, 2019. Analisis Kesulitan Belajar Kimia Siswa SMA Dalam Memahami
Materi Larutan Penyangga Dengan Menggunakan Two-Tier Multiple
Choice Diagnostic Instrumenr. Jurnal Inovasi Pendidikan. 4(1): 180-193.