Jawaban:
Pendekatan teoretis ,
a. Pendekatan deduktif
Pendekatan ini dalam penyusunan teori
akuntansi akan dimulai dengan adanya asumsi-
asumsi dasar dan hasil penarikan konklusi yang
bersifat logis tentang suatu subjek dengan
sejumlah pertimbangan. Dalam penerapannya di
bidang akuntansi, pendekatan deduktif dimulai
dengan asumsi atau dalil dasar akuntansi dan
konklusi logis yang diperoleh dari sejumlah
prinsip akuntansi untuk manyajikan petunjuk
dan dasar bagi pengembangan teknik-teknik
akuntansi selanjutnya. Pendekatan ini bergerak
dari kondisi yang bersifat umum (asumsi dasar
tentang lingkungan akuntansi) ke kondisi
spesifik (pertama, prinsip-prinsip akuntansi, dan
kedua teknik-teknik akuntansi). Apabila pada
kondisi ini, kondisi dasar tentang lingkungan
akuntansi terdiri dari sejumlah tujuan maupun
dalil, tahap-tahap yang digunakan untuk
menjalankan pendekatan deduktif terdiri dari:
b. Pendekatan induktif
Pendekatan induktif dalam penyusunan teori
dimulai dengan serangkaian pengamatan,
kemudian pengukuran serta selanjutnya aktivitas
untuk memperoleh suatu konklusi. Apabila
diterapkan dalam bidang akuntansi, pendekatan
ini dimulai dengan serangkaian pengamatan
terhadap informasi keuangan dari bisnis
perusahaan dan selanjutnya akan diperoleh
rumusan gagasan serta prinsip-prinsip akuntansi
dari pengamatan tersebut dengan menggunakan
dasar hubungan yang terjadi secara berulang.
Argumentasi induktif dikatakan membawa
keterangan-keterangan yang bersifat khusus
(informasi akuntansi yang menggambarkan
hubungan berulang-ulang) ke suatu bentuk yang
bersifat umum (dalil-dalil dan prinsip-prinsip
akuntansi). Pendekatan induktif dalam
penyusunan teori mencakup empat tahap
berikut.
1) Pencatatan seluruh pengamatan.
2) Penganalisisan dan pengelompokan
pengamatan untuk mendeteksi adanya hubungan
yang berulang (kesamaan atau kemiripan).
3) Penginduksian asal mula konklusi-konklusi
dan prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan-
pengamatan yang menggambarkan hubungan
secara berulang.
4) Pengujian konklusi-konklusi yang dibuat.
Jawaban :
Iya dapat di kaitkan , karena pada dasarnya Postulat
kelangsungan usaha atau postulat kontinuitas
menyatakan bahwa entitas akuntansi akan terus
beroperasi untuk melaksanakan projek, komitmen, dan
aktivitas yang sedang berjalan. Postulat mengasumsikan
bahwa perusahaan tidak diharapkan untuk dilikuidasi
dalam masa mendatang yang dapat diketahui dari
sekarang atau bahwa entitas akan terus beroperasi untuk
periode waktu yang tidak terbatas. Seperti halnya
hipotesis stabilitas merefleksikan harapan semua pihak
yang berkepentingan dengan entitas. Jadi, laporan
keuangan menyediakan pandangan sementara atas
situasi keuangan perusahaan dan hanya merupakan
bagian dari seri laporan yang berkelanjutan. Kecuali
untuk kasus likuidasi, pemakai menginterpretasikan
informasi yang dihitung dengan dasar asumsi
kontinuitas perusahaan. Dengan demikian, entitas
memiliki kehidupan yang terbatas maka laporan yang
sesuai akan menspesifikasi data terminal dan sifat
likuidasi.
Postulat kelangsungan usaha menjustifikasi penilaian
aset dengan dasar nonlikuidasi dan menyediakan dasar
untuk akuntansi depresiasi. Pertama, baik nilai sekarang
maupun nilai likuidasi tidak memadai untuk penilaian
aset, postulat kelangsungan usaha meminta penggunaan
kos historis (historical cost) untuk penilaian aset.
Kedua, aset tetap dan aset tidak berwujud diamortisasi
selama umur manfaatnya dan bukan selama periode
yang lebih pendek dalam ekspektasi likuidasi. Postulat
kelangsungan usaha juga diterapkan untuk mendukung
teori manfaat. Harapan tentang manfaat di masa
mendatang mendorong manajer untuk melihat ke depan
dan memotivasi investor untuk menanamkan modalnya
ke perusahaan. Kelangsungan usaha (yaitu kontinuitas
entitas akuntansi yang tidak terbatas) adalah penting
untuk justifikasi teori manfaat.