Anda di halaman 1dari 5

FORM/SPMI-UKMC/B.

002
UNIVERSITAS KATOLIK MUSI CHARITAS
Assessment Harian 8
Mata Kuliah : TEORI AKUNTANSI Dibuat oleh
Kode Mata Kuliah : AKT0637
Program Studi/Fakultas : Akuntansi/ Bisnis Dan Akuntansi
SKS : 3 (Dewi Sri, SE.,M.Si.,AK.,CA)
TahunAkademik/Semester : 2021-2022/ Ganjil
SifatUjian : Terbuka Diperiksa olehKaprodi
Hari /Tanggal : Kamis/28 Oktober 2021
Waktu : 10.00–12.30 WIB
Kelas : PA703 (BARU) (Ming Chen, SE.M.Si.)
Dosen Pengampu : Dewi Sri, SE.,M.Si.,AK.,CA

Petunjuk:
1. Bacalah soal dengan seksama sebelum menjawab !
2. Kerjakanlah dengan rapi dan bersih, serta jawablah dengan sistematis
3. Jawaban langsung diketik di bawah soal.

Soal:

1. Apa yang dimaksud dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU)? Jelaskan
2. Apa peran Teori Regulasi dalam Standar Akuntansi? Jelaskan
3. Bagaimana kronologis perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia? Jelaskan

LEMBAR JAWABAN ADA DI BAWAH INI

5
LEMBAR JAWABAN – ASSESSMENT HARIAN 8 – MK.TEORI AKUNTANSI
Nama : Meri Oktaria Fransiska KTM:

NIM : 1821105

JAWABANNYA:
1. Menurut Suwardjono (2003) Prinsip Akuntansi Berterima Umum ialah seperangkat konsep,
standar, prosedur, metode, konversi, dan praktik yang sehat yang dijadikan pedoman dalam
penerapan akuntansi. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) merupakan standar yang disusun oleh
Dewan SAK dibawah naungan Organisasi Profesi IAI (Ikatan Akuntan Indonesia). Selain itu
PABU perlu dilakukan untuk memudahkan perusahaan untuk melakukan pencatatan akuntansi,
memudahkan pengguna memahami isi-isi yang ada didalam laporan keuangan dan memudahkan
komunikasi keuangan antar perusahaan.

2. Pendekatan Regulasi ialah kegagalan pasar atau asimetri informasi berkaitan dengan penyajian
informasi keuangan bisa menurunkan kepercayaan investor. Menurut (Rahman, Perera and
Tower, 1992) Regulasi ini memberikan pedoman yang jelas tentang model pelaporan, verifikasi
dan evaluasi tujuan.
Faktor-faktor penyebab terjadinya kegagalan pasar:
a) Pengendalian monopoli terhadap informasi oleh manajemen
b) Hipotesisi investor naif
c) Fiksasi fungsional
d) Angka-angka yang menyesatkan
e) Keragaman prosedur
f) Kurangnya objektivitas
Bentuk Teori Regulasi menurut Stinglar dan Posner menyebutkan bahwa ada 2 kategori teori
regulasi dalam industry, yaitu sebagai berikut:
a) Teori kepentingan publik
Teori ini menunjukkan regulasi yang merupakan hasil dari tuntutan publik untuk koreksi
kegagalan pasar. Dalam teori ini, kewenangan pusat, termasuk juga badan pengawas
regulator, diasumsikan memiliki kepentingan terbaik dihati masyarakat. Hal tersebut
merupakan hal yang terbaik digunakan untuk mengatur sehingga dapat memaksimalkan
kesejahteraan sosial. Akibatnya, peraturan dianggap sebagai trade off antara biaya
5
regulasi dan manfaat sosial dalam bentuk operasi omproved pasar. Sementara pandangan
ini merupakan yang ideal tentang bagaimana peraturan harus dilakukan, namun ada
masalah dalam pelaksanaannya.
b) Teori kepentingan kelompok
Teori kepentingan kelompok memiliki pandangan bahwa suatu industri beroperasi karena
terdapat sejumlah kepentingan kelompok. Otoritas politik atau legistatif juga dapat
digolongkan sebagai suatu kelompok kepentingan yang memiliki kekuatan untuk
memasok regulasi untuk mempertahankan kekuasaannya. Oleh sebab itu, teori ini
memiliki pandangan bahwa regulasi adalah suatu komoditas di mana terdapat penawaran
dan permintaan. Komoditas akan dialokasikan kepada para konstituen dengan efektif
secara politis dan dengan meyakinkan legislatif memberikan bantuan regulasi kepadanya.
Meskipun teori regulasi banyak dibahas, teori regulasi ini masih dalam tahap pengembangan.

3. Standar akuntansi keuangan di Indonesia telah dimulai pada saat zaman penjajahan, tahun
1602 - 1799 saat zaman kolonial telah dilakukan pencatatan sederhana, pada tahun 1800 -
1942 saat zaman penjajahan Belanda telah dilakukan pencatatan debit dan kredit, tahun 1942
- 1945 pencatataan tetap menggunakan debit dan kredit dan belum terdapat banyak perubahan
dalam pencatatan akuntansi sedangkan pada tahun 1945 sampai dengan sekarang dilakukan
harmonisasi terhadap standar keuangan salah satunya harmonisasi pada standar IFRS.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berdiri sejak tahun 1957 merupakan wadah
profesi akuntansi di Indonesia yang terus melakukan pengembangan standar untuk
menyesuaikan dengan dunia usaha dan profesi akuntansi dan merupakan anggota dari
International Federation of Accountants (IFAC). Pada tahun 1973 dibentuknya panitia
penghimpunan bahan – bahan dan struktur GAAP dan GAAS yang Selanjutnya pada tahun
1974 dibentuk komite prinsip akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan
mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan. Pada tahun 1994 komite PAI diubah menjadi
komite standar akuntansi keuangan yang kemudian pada tahun 1998 berubah menjadi Dewan
Standar Akuntansi Keuangan.
IAI sebagai anggota dari IFAC memiliki komitmen untuk melaksanakan semua
Standar Internasional yang ditetapkan demi kualitas tinggi dan penguatan profesi akuntan di
Indonesia. IAI memutuskan untuk melakukan harmonisasi terhadap Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) kepada International Financial Reporting Standard (IFRS) yang
kemudian dilanjutkan dengan konvergensi terhadap IFRS. PSAK adalah aturan baku yang
mengatur pencatatan, penyusunan, perlakuan, dan penyajian laporan keuangan sedangkan
IFRS merupakan Standar Akuntansi Internasional. Tahun 2012 mencatatkan satu momen
penting, dimana pada tahun ini dilakukan pengimplementasian PSAK berbasis IFRS di
Indonesia. Sehubungan dengan pengimplementasian IFRS tersebut, maka terdapat beberapa
perubahan dalam PSAK yang kemudian disesuaikan dengan pengaturan dalam IFRS. PSAK-
5
IFRS ini biasanya digunakan pada bisnis dan organisasi yang berskala publik dan bersifat
umum.
Semetara itu adanya perkembangan industri syariah di Indonesia yang sangat pesat
mengharuskan suatu keberadaan standar akuntansi yang sesuai dengan kebutuhan syariah.
Adanya kebutuhan tersebut melahirkan Dewan Standar Akuntansi Syariah (DSAK) yang
berada dibawah naungan IAI yang bertugas untuk menyusun Standarisasi laporan keuangan
syariah. PSAK Syariah disahkan pada tahun 2002. PSAK Syariah terdiri atas kerangka
konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar penyajian laporan keuangan dan
standar khusus transaksi syariah seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna.
Selain standar akuntansi yang harus dijalankan oleh industri bisnis dan syariah di atas,
Instansi Pemerintahan juga memiliki kewajiban dalam menjalankan standar akuntansi dalam
menyusun laporan keuangannya. Laporan keuangan yang dibuat oleh instansi pemerintahan
harus sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Standar akuntansi yang digunakan oleh
Instansi Pemerintahan dalam menyusun laporan keuangan menggunakan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP). SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 dan
digunakan sebagai acuan dalam menyusun laporan keuangan Pemerintah, baik Pemerintah
Pusat maupun Pemerintah Daerah, dengan adanya SAP diharapkan dapat menjamin
transparansi, partisipasi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara sehingga
terwujudnya pemerintah yang baik dan bersih.
Banyaknya unit bisnis yang tergolong masih kecil di Indonesia membutuhkan standar
akuntansi yang sesuai dengan bisnis tersebut, maka pada 17 Juli 2009 IAI menerbitkan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) dan telah
disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 19 Mei 2009. SAK-ETAP digunakan oleh entitas yang
tidak memiliki akuntabilitas publik seperti usaha – usaha yang tergolong masih kecil. SAK-
ETAP memiliki bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi
sehingga dapat menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan diharapkan dapat memberi
kemudahan dalam hal pendanaan dari perbankan.
SAK-ETAP memiliki beberapa persyaratan akuntansi yang tidak atau belum mampu
dipenuhi oleh Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), maka pada tanggal 18 Mei 2016
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) telah mengesahkan Ekposure Draft Standar
Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (“ED SAK EMKM). SAK EMKM
ini mulai berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2018. SAK EMKM adalah standar akuntansi
yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pelaporan keuangan entitas mikro, kecil, dan
menengah. Laporan Keuangan pada SAK EMKM hanya meliputi Laporan Laba Rugi,
Laporan Posisi Keuangan, dan Cataan Atas Laporan Keuangan.
Pada praktiknya standar akuntansi keuangan di Indonesia dari dulu sampai dengan
sekarang terus – menerus mengalami perubahan sesuai dengan kondisi dunia usaha, profesi
akuntansi, dan peraturan yang berlaku. Perkembangan tersebut mengharuskan para pelaku
5
usaha dan instansi/lembaga untuk mampu menyusun laporan keuangan sesuai dengan standar
akuntansi yang berlaku, sehingga laporan keuangan yang disusun berfungsi sebagaimana
wajarnya.

Anda mungkin juga menyukai