Anda di halaman 1dari 5

UNIVERSITAS MERCU BUANA

FAKULTAS : EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI : S2 AKUNTANSI

ASESMEN UJIAN AKHIR SEMESTER


TOPIK KHUSUS AKUNTANSI KEUANGAN
Tahun Akademik / Semester : 2022/2023/ Genap
Hari / Tanggal : Sabtu, 15 Juli 2023
Ruang / Waktu : 09.30 – 11.59 , @M202
Dosen : Dr.Agustin Fadjarenie,M.Ak.,CA.,CMA.,CSRA.,CTA.,Ak
SKS : 3
Asesmen CPMK (CPL) : CPMK 3,4 dan 5
Nama Mahasiswa : Adi Prihamboro
NIM : 55522110020

Jawaban Pertanyaan 1

Pelaporan keuangan yang berkualitas dan andal dimana informasi yang dihasilkan tidak
membuat keliru berbagai stakeholder untuk mengambil keputusan, hal tersebut memerlukan
proses yang sangat panjang dan melelahkan. Dengan teknologi yang semakin maju yang dapat
digunakan dalam pelaporan keuangan seperti blokchain, pencatatan yang aman dan transparan
dapat secara drastis mengurangi tenaga kerja administratif dalam pelaporan laporan keuangan.
Teknologi buku besar terdistribusi ini memiliki beberapa keunggulan, termasuk pengumpulan
data yang disederhanakan, peningkatan integritas data, keterbukaan dan auditabilitas yang
lebih baik, pembagian dan kerja sama data yang efisien, dan otomatisasi proses pelaporan.
Teknologi blockchain memungkinkan pengguna yang berwenang untuk merekam data secara
real time, menghilangkan kebutuhan akan input dan rekonsiliasi data manusia. Ini juga
menyediakan catatan transaksi yang tidak dapat dirusak dan tidak dapat diubah, yang
mengurangi kebutuhan akan prosedur audit dan verifikasi yang kompleks.
Karena semua pihak secara independen memverifikasi integritas dan konsistensi informasi
yang diberikan, keterbukaan dan auditabilitas blockchain mendorong kepercayaan dan
akuntabilitas. Hal ini juga memungkinkan pertukaran data yang lebih efisien dan kerja sama di
antara pihak-pihak yang terlibat dalam pelaporan laporan keuangan, mengurangi kebutuhan
untuk berbagai pengiriman data dan memungkinkan untuk proses pengambilan keputusan yang
lebih cepat.
Penerapan blockchain untuk pelaporan laporan keuangan, di sisi lain, dapat juga menimbulkan
masalah seperti privasi data, skalabilitas, kepatuhan terhadap peraturan, dan integrasi dengan

1
sistem saat ini. Kolaborasi antar pemangku kepentingan, serta format dan proses pelaporan
standar, juga diperlukan untuk keberhasilan implementasi. Blockchain memiliki potensi untuk
meminimalkan pekerjaan administratif dalam pelaporan laporan keuangan, namun
memerlukan perencanaan yang cermat, analisis kemungkinan masalah-masalah yang akan
terjadi, dan koordinasi di antara pelaku industri atau pengguna laporan keuangan.

Jawaban Pertanyaan 2
Standar diperlukan untuk akuntansi untuk menciptakan keseragaman dan menyederhanakan
persiapan laporan keuangan. Standar Akuntansi merupakan acuan dan pedoman penyusunan
Laporan Keuangan, yang harus memuat informasi Akuntansi yang relevan, terpercaya, dapat
dimengerti, dimengerti, dan sebanding dengan pemangku kepentingan. Informasi keuangan
tidak boleh menyesatkan, dan standar akuntansi penting dalam penyusunan Laporan Keuangan.
Standar akuntansi keuangan di Indonesia berkembang pesat, dengan tiga periode
perkembangan: Periode sebelum dan lahirnya Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI), Periode PAI
menuju SAK, dan Periode Konfergensi IFRS.

1. Periode sebelum dan lahirnya Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI)


Hingga tahun 1973, Indonesia belum mengenal standar akuntansi. Praktisi profesi akuntansi
yang berpendidikan Belanda biasanya menganut apa yang disebut "goed koopman's
gebruik" (kebiasaan pedagang yang baik). Dalam laporan audit, secara jelas disebutkan
bahwa neraca ditutup dengan saldo sebesar rupiah dan dilengkapi dengan banyak lampiran
terperinci. Pada tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) ditugaskan untuk menyusun
seperangkat standar akuntansi (keuangan) dan standar audit. Laporan keuangan lebih
berfungsi sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen kepada perusahaan, dan pasar
modal seperti yang kita kenal sekarang belum lahir.
Panitia Perhimpunan Bahan Bahan dan Struktur Generally Accepted Auditing Principles
dan Generally Accepted Auditing Standards dibentuk pada tahun 1973 untuk menyusun
standar akuntansi keuangan untuk Indonesia. Mereka memilih GAAP sebagai referensi
dasar, karena ada cukup referensi dalam bahasa Inggris dan Amerika Serikat memiliki
standar akuntansi yang maju dan komprehensif. Pada tahun 1973, standar akuntansi
keuangan pertama di Indonesia lahir dengan nama Prinsip Akuntansi Indonesia (kemudian
disingkat PAI). PAI terdiri dari pendahuluan dan 5 bab (laporan keuangan, pendapatan dan
biaya, aset, hutang dan kewajiban, modal sendiri). Perkembangannya lambat, namun

2
berperan dalam mengiringi maraknya penanaman modal asing dan penanaman modal dalam
negeri dalam rangka menyambut pembukaan pasar modal.
Lahirnya Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) pada tahun 1973 didorong oleh perkembangan
pasar modal, yang memerlukan acuan untuk melaporkan kegiatan transaksi keuangan yang
transparan dan akuntabel. PAI diadopsi dari GAAP sebagai alat untuk menemukan
kebenaran, dan diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dan tuntunan hidup dalam
berbagai aspek kehidupan. Ini juga memberikan landasan filosofis dalam memahami
berbagi konsep dan teori disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori-
teori ilmiah.

2. Periode PAI menuju Standar Akuntansi Keuangan


PAI diterbitkan pada tahun 1973 dan mulai direvisi pada tahun 1983. Untuk memenuhi
kebutuhan dunia usaha dan pengembangan industri khusus, komite prinsip akuntansi
Indonesia (kemudian disingkat KPAI) menghasilkan standar akuntansi khusus untuk
industri tertentu. Standar tersebut telah disusun dan disahkan untuk koperasi, migas,
perbankan, telekomunikasi, jalan tol, kehutanan, pertambangan umum, dan lain-lain, serta
telah terbukti memberikan pedoman dalam penyusunan laporan keuangan industri.
Pimpinan KPAI-IAI menggelar seminar nasional prinsip-prinsip akuntansi Indonesia untuk
menggali opini dalam rangka tuntutan pembaharuan standar akuntansi keuangan. Dua
keputusan penting dibuat: standar akuntansi keuangan di Indonesia akan dikembangkan
berdasarkan prinsip-prinsip Standar Akuntansi Internasional (IAS) dan standar tunggal akan
dikembangkan untuk diterapkan pada semua entitas bisnis.
KPAI mampu mengubah PAI berdasarkan US GAAP menjadi standar akuntansi keuangan
(SAK) dan mengadopsi 100% Kerangka Kerja untuk laporan keuangan dari IASC. Mereka
juga meratifikasi 34 PSAK dan menetapkan IAS sebagai acuan utama pengembangan SAK
lebih lanjut.
Keputusan komite PAI-IAI untuk meninggalkan US GAAP dan beralih ke IAS sebagai
referensi utama karena Indonesia telah menjadi salah satu negara pertama yang melakukan
ini sejak 1994. Standar tunggal dipilih karena keadaan pada saat itu.

3. Konvergensi IFRS.
Akuntansi merupakan salah satu bahasa bisnis utama di pasar modal, dan tanpa standar
akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan berjalan dengan baik. Untuk memenuhi
kebutuhan ini, International Financial Reporting Standards (IFRS) adalah standar pelaporan

3
akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka kerja akuntansi berbasis prinsip yang mencakup
para profesional penilaian dengan pengungkapan yang jelas dan transparan tentang
substansi ekonomi transaksi, penjelasan untuk mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi
yang terkait dengan transaksi. Hal ini memungkinkan pengguna laporan keuangan untuk
dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antar negara di berbagai belahan
dunia.
IFRS telah diadopsi oleh banyak negara, termasuk negara-negara Uni Eropa, Afrika, Asia,
Amerika Latin dan Australia. Sejak 2008, 80 negara mewajibkan perusahaan yang terdaftar
di bursa saham global untuk menerapkan IFRS dalam menyiapkan dan mempresentasikan
laporan keuangan mereka. Di Indonesia, profesi akuntansi telah diselaraskan antara
PSAK/GAAP Indonesia dan IFRS, dan konvergensi IFRS diharapkan pada tahun 2012.
Dengan kesiapan untuk mengadopsi IFRS sebagai standar global, perusahaan-perusahaan
Indonesia akan dapat bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi, lintas batas.
Konvergensi ke IFRS adalah proses membuat standar akuntansi suatu negara mirip dengan
IFRS. Ini dapat dilakukan dalam dua pengertian: menyelaraskan atau mengadopsi
sepenuhnya. IFRS harus memenuhi ketentuan berikut: dasar akuntansi yang komprehensif,
berkualitas tinggi, dan dapat ditafsirkan dan diterapkan secara tegas untuk memastikan
komparabilitas dan transparansi.
Sejak SAK diratifikasi pada tahun 1994, DSAK-IAI telah bekerja untuk mengembangkan
SAK. Ada dua perkembangan penting yang perlu disebutkan: komitmen IAI untuk
menyatukan IFRS secara material pada tahun 2012 dan transisi dari single standards ke
triple standards. Negara-negara berkembang harus memiliki perwakilan di IASB dan DSAK
harus menjadi "filter" bagi IFRS yang diproduksi oleh IASB untuk dikonvergensikan ke
dalam PSAK. Tujuan konvergensi ke IFRS adalah agar laporan keuangan menjadi lebih
transparan, relevan, andal, dapat dimengerti, dan diterima secara global. Tujuan akhirnya
adalah untuk mendukung pembangunan ekonomi Indonesia sejalan dengan perkembangan
pasar dunia, dengan memperhatikan kondisi, kebutuhan, dan kendala dalam negeri.
Sejak tahun 1994, Indonesia telah menjadi salah satu yang pertama menyelaraskan SAK
dengan IAS, dan secara konsisten mengikuti perkembangan IAS/IFRS. DSAK-IAI telah
menetapkan tahun 2012 sebagai tonggak konvergensi IFRS. Konvergensi ini bertujuan
untuk memperlancar aliran modal antar negara dengan menyeragamkan penyusunan dan
penyajian Laporan Keuangan.
Sumber : https://web.iaiglobal.or.id/SAK-IAI/Sejarah%20Perkembangan

4
Jawaban Pertanyaan 3

Akuntan semakin diakui perannya dalam aspek sosial dan lingkungan bisnis, dengan
memberikan informasi tentang dampak sosial dan lingkungan organisasi. Informasi ini dapat
digunakan oleh pemangku kepentingan untuk menilai kinerja organisasi dan membuat
keputusan tentang investasi, operasional, dan ekspansi organisasi. Untuk menjadi lebih terlibat
dalam akuntansi sosial, akuntan dapat mengembangkan pemahaman yang baik tentang
kegiatan organisasi mereka, mengumpulkan data tentang kepuasan karyawan, emisi
lingkungan, dan hubungan masyarakat, berkolaborasi dengan pemangku kepentingan untuk
mengembangkan kerangka kerja untuk akuntansi sosial, dan mengkomunikasikan hasilnya
melalui laporan, presentasi, atau media lainnya.

Dengan menjadi lebih terlibat dalam akuntansi sosial, akuntan dapat membuat organisasi lebih
transparan dan akuntabel kepada pemangku kepentingan mereka, mempromosikan praktik
bisnis yang berkelanjutan, dan meningkatkan dampak sosial dan lingkungan dari bisnis.
Contoh bagaimana akuntan dapat menggunakan akuntansi sosial termasuk mengidentifikasi
dan mengukur risiko sosial dan lingkungan, mengukur dampak sosial dan lingkungan dari
kegiatan organisasi, dan mengkomunikasikan kinerja sosial dan lingkungan organisasi kepada
pemangku kepentingan. Langkah-langkah ini membantu organisasi menjadi lebih
berkelanjutan dan meningkatkan dampak sosial dan lingkungan mereka, menguntungkan
organisasi dan lingkungan.

== Selesai ==

Anda mungkin juga menyukai