Jelaskan
perkembangan institusi/ lembaga akuntansi di Indonesia seperti: IAI dan OJK.
Berikan brief summary progres perkembangannya dan perannya dalam
pengembangan standar akuntansi Indonesia dan pasar saham Indonesia.
A. SEJARAH PERKEMBANGAN IAI, PERAN DALAM PENGEMBANGAN STANDAR
AKUNTANSI INDONESIA DAN PASAR SAHAM DI INDONESIA
Sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia tidak terlepas dari nuansa sejarah politik dan
perdagangan di Indonesia. Pada dekade zaman penjajahan sampai 1955 cara untuk memperoleh
gelar akuntan melalui pendidikan formal dan nonformal (kursus-kursus). Pada dekade 1955 sampai
dengan 1979 gelar akuntan mulai diberikan. Berdasarkan UU No. 34 Tahun 1954, diawali dengan
pembukaan jurusan akuntansi di UI Tahun 1955 lulusan akuntansi pertama pada Tahun 1957. Akan
tetapi, UU tersebut ternyata mengandung kontroversi-kontroversi, yaitu bahwa:
Pada dekade 1980 sampai dengan 2000 pintu bagi lulusan PTS untuk memperoleh sebutan
akuntan mulai dibuka melalui mekanisme Ujian Negara Akuntansi (UNA). Selain itu berdasarkan
UU No. 21 Tahun 1989 seseorang dapat memperoleh gelar akuntan yang selanjutnya diubah
menjadi sebutan akuntan dengan syarat seseorang itu telah bergelar Sarjana Ekonomi. Pada tahun
1997 izin praktik akuntan hanya diberikan bagi yang telah menempuh USAP setelah itu baru bisa
mendapatkan BAP. Pada akhirnya dekade 2001 sampai dengan sekarang lahirlah mekanisme baru
seiring dengan terbitnya SK Mendikbud No. 056/U/1999 mulai September 2002 gelar akuntan
bukan monopoli PTN bahkan sejak berlakunya SK Mendiknas 179/U/2001 mahasiswa S1 jurusan
akuntansi PTN harus menempuh pendidikan di PPA paling lama 2 tahun barulah bisa menghasilkan
gelar dan register akuntan. Sejak berlakunya SK itu PTN penghasil akuntan dibatasi sampai 31
Agustus 2004. Akhirnya PPA bisa diselenggarakan oleh semua perguruan tinggi yang memenuhi
syarat yang direkomendasikan IAI melalui panitia Ahli. Guna mendukung kelancaran
penyelenggaraan PPA, Mendiknas mengeluarkan SK Mendiknas No. 180/P/2001 tentang
pengangkatan Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan.
Sejarah akuntansi penting bagi pedagogi, kebijakan, dan praktik akuntansi. Sejarah
memungkinkan kita untuk dapat lebih baik memahami masa kini dan meramalkan atau
mengendalikan masa depan kita. Berkaitan dengan pedagogi, sejarah akuntansi dapat sangat
berguna untuk memberikan pemahaman dan apresiasi yang lebih baik mengenai bidang akuntansi
dan evolusinya sebagai satu ilmu sosial. Satu pemikiran yang bagus akan relevansi dari sejarah
akuntansi terhadap pedagogi diuraikan dibawah ini:
Pertama-tama, suatu profesi yang didasarkan pada tradisi yang dikembangkan selama
berabad-abad seharusnya mendidik para anggotanya untuk lebih menghargai warisan intelektual
yang mereka miliki. Kedua, adanya impor keunggulan-keunggulan pemikiran, kontribusi-kontribusi
besar pada literatur, dan studi-studi positif yang penting mungkin saja akan hilang,
terfragmentasikan, atau dipelajari secara tidak sempurna di dalam jangka waktu yang lebih panjang
kecuali jika mereka telah didokumentasikan dan digabungkan oleh orang- orang terpelajar yang
memiliki keahlian sejarah. Ketiga, tanpa memiliki akses kepada analisis dan interpretasi dari
sejarah perkembangan pemikiran dan praktik akuntansi, para empiris saat ini akan berisiko
mendasarkan investigasi yang mereka lakukan pada klaim-klaim atas masa lalu yang tidak lengkap
atau tidak berdasar. Berkaitan dengan praktik akuntansi, sejarah akuntansi dapat memberikan
penilaian yang lebih baik atas praktik-praktik
yang berlaku dengan melakukan perbandingan terhadap metode-metode yang pernah
digunakan di masa lalu.
Terkait hal tersebut IAI sebagai wadah professional di Indonesia selalu tanggap terhadap
perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal hal yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi
akuntan. Dalam hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak
berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya terdapat tiga tonggak sejarah dalam
pengembangan SAK di Indonesia.
1. Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun
1973. Pada masa itu pada pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku “Prinsip Akuntansi Indonesia” (PAI).
2. Tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu komite PAI melakukan revisi
secara mendasar 1973 dan kemudian mengkondisifikasinya dalam buku “Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dan dunia usaha.
3. Tonggak sejarah ke tiga terjadi pada tahun 1994 IAI melakukan revisi total PAI 1984 dan
melakukan kodifikasi dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan 1994” per 1 Oktober 1994. Sejak
tahun 1994 IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi
internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perubahan
dalam harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan
International Financial Report Standars (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai
konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana beberapa tahun ke depan.
Dalam perkembangannya SAK terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa
penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan 6
kali yaitu pada tanggal:
1. 1 Oktober1995
2. 1 Juni 1996
3. 1 Juni 1999
4. 1 April 2002
5. 1 Oktober 2004
6. 1 September 2007
Buku “Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah
bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5
PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk
dapat menghasilkan SAK yang baik maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan
disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada hari ini Selasa, 23 Desember 2008 dalam rangka ulang
tahunnya ke-51 mendeklarasikan rencana Indonesia untuk convergence terhadap International
Financial Reporting Standards (IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi keuangan. Pengaturan
perlakuan akuntansi yang konvergen dengan IFRS akan diterapkan untuk penyusunan laporan
keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Hal ini diputuskan setelah
melalui pengkajian dan penelaahan yang mendalam dengan mempertimbangkan seluruh risiko dan
manfaat konvergensi terhadap IFRS.Compliance terhadap IFRS telah dilakukan oleh ratusan negara
di dunia diantaranya adalah Korea, India dan Canada yang akan melakukan konvergensi terhadap
IFRS pada tahun 2011. Data dari International Accounting Standard Board (IASB) menunjukkan
saat ini terdapat 102 negara yang telah menerapkan IFRS dengan berbagai tingkat keharusan yang
berbeda- beda. Sebanyak 23 negara mengizinkan penggunaan IFRS secara sukarela, 75 negara
mewajibkan penggunaan IFRS untuk seluruh perusahaan domestik, dan empat negara mewajibkan
penggunaan IFRS untuk perusahaan domestik tertentu.
Compliance terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap perbandingan laporan keuangan
dan peningkatan transparansi. Melalui compliance maka laporan keuangan perusahaan Indonesia
akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan dari negara lain, sehingga akan
sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik. Selain itu, program konvergensi juga
bermanfaat untuk mengurangi biaya modal (cost of capital), meningkatkan investasi global, dan
mengurangi beban penyusunan laporan keuangan.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi utama
pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS merupakan standar yang
sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari
seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan literatur
dari ratusan orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam juridiski di seluruh dunia.
Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun
2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu
kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas. Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada kesempatan ini
juga akan menerbitkan eksposur draft Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah.
Standar UKM ini akan menjadi acuan bagi usaha kecil dan menenggah dalam mencatat dan
membukukan semua transaksinya.
DSAK juga akan terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi
kebutuhan pencatatan dan pelaporan keuangan transaksi syariah, yang terus berkembang di tanah air.
Konvergensi terhadap IFRS merupakan milestone baru dari serangkaian milestone yang pernah
dicapai oleh Indonesia dan Ikatan Akuntan Indonesia dalam sejarah perkembangan profesi
akuntansi, khususnya dalam pengembangan standar akuntansi keuangan.
Pada awal 1992 profesi akuntan publik kembali diberi kepercayaan oleh pemerintah (Dirjen
Pajak) untuk melakukan verifikasi pembayaran PPN dan PPn BM yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak. Sejalan dengan perkembangan dunia usaha tersebut, Olson pada
tahun 1979 di dalam Journal Accountancy mengemukakan empat perkembangan yang
harus diperhatikan oleh profesi akuntan yaitu: 1) Makin banyaknya jenis dan jumlah
informasi yang tersedia bagi masyarakat. 2) Makin baiknya transportasi dan komunikasi. 3)
Makin disadarinya kebutuhan akan kualitas hidup yang lebih baik. 4) Tumbuhnya
perusahaan-perusahaan multinasional sebagai akibat dari fenomena pertama dan kedua.
Konsekuensi perkembangan tersebut akan mempunyai dampak terhadap perkembangan
akuntansi dan menimbulkan: 1) Kebutuhan akan upaya memperluas peranan akuntan, ruang lingkup
pekerjaan akuntan publik semakin luas sehingga tidak hanya meliputi pemeriksaan akuntan dan
penyusunan laporan keuangan. 2) Kebutuhan akan tenaga spesialisasi dalam profesi, makin besarnya
tanggung jawab dan ruang lingkup kegiatan klien, mengharuskan akuntan publik untuk selalu
menambah pengetahuan. 3) Kebutuhan akan standar teknis yang makin tinggi dan rumit, dengan
berkembangnya teknologi informasi, laporan keuangan akan menjadi makin beragam dan rumit.
Pendapat yang dikemukakan Olson tersebut di atas cukup sesuai dan relevan dengan fungsi
akuntan yang pada dasarnya berhubungan dengan sistem informasi akuntansi. Dari pemaparan yang
telah dikemukakan, profesi akuntan diharapkan dapat mengantisipasi keadaan untuk pengembangan
profesi akuntan di masa yang akan datang.
Menurut International Federation of Accountants yang dimaksud dengan profesi akuntan
adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk
bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan
atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik. Dalam arti sempit,
profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang
lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.
Profesi Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu bidang profesi seperti organisasi
lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Supaya dikatakan profesi ia harus memiliki
beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi,
mempercayai hasil kerjanya. Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah sebagai berikut: 1.
Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam melaksanakan
keprofesiannya. 2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya
dalam profesi itu. 3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh
masyarakat/pemerintah. 4. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat. 5. Bekerja bukan dengan
motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat. Persyaratan ini
semua harus dimiliki oleh profesi Akuntan sehingga berhak disebut sebagai salah satu profesi.
Perkembangan profesi akuntansi sejalan dengan jenis jasa akuntansi yang diperlukan oleh
masyarakat yang makin lama semakin bertambah kompleksnya. Gelar akuntan adalah gelar profesi
seseorang dengan bobot yang dapat disamakan dengan bidang pekerjaan yang lain. Misalnya bidang
hukum atau bidang teknik. Secara garis besar Akuntan dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Akuntan Publik (Public Accountants)
Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan independen
yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu. Mereka bekerja bebas dan
umumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Yang termasuk dalam kategori akuntan publik
adalah akuntan yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) dan dalam prakteknya
sebagai seorang akuntan publik dan mendirikan kantor akuntan, seseorang harus
memperoleh izin dari Departemen Keuangan. Seorang akuntan publik dapat melakukan
pemeriksaan (audit), misalnya terhadap jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan
jasa penyusunan sistem manajemen.
2. Akuntan Intern (Internal Accountant)
Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Akuntan intern ini disebut juga akuntan perusahaan atau akuntan manajemen. Jabatan
tersebut yang dapat diduduki mulai dari Staf biasa sampai dengan Kepala Bagian
Akuntansi atau Direktur Keuangan. Tugas mereka adalah menyusun sistem akuntansi,
menyusun laporan keuangan kepada pihak-pihak eksternal, menyusun laporan keuangan
kepada pemimpin perusahaan, menyusun anggaran, penanganan masalah perpajakan dan
pemeriksaan intern.
Anggota individu terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan.
Anggota biasa adalah pemegang gelar akuntan atau sebutan akuntan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia dan pemegang sertifikat profesi akuntan yang diakui oleh IAI.
Anggota luar biasa adalah sarjana ekonomi jurusan akuntansi atau yang serupa sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan profesi akuntan. Sedangkan anggota
kehormatan adalah warga negara Indonesia yang telah berjasa bagi perkembangan profesi akuntan di
Indonesia. Pada saat didirikannya, hanya ada 11 akuntan yang menjadi anggota IAI, yaitu para
pendirinya. Dari waktu ke waktu anggota IAI terus bertambah. Para akuntan yang menjadi anggota
IAI tersebar diseluruh Indonesia dan menduduki berbagai posisi strategis baik dilingkungan
pemerintah maupun swasta.
Sebagaimana keputusan Kongres Luar Biasa IAI pada bulan Mei 2007, selain keanggotaan
perorangan IAI juga memiliki keanggotaan berupa Asosiasi, dan pada saat ini IAI telah memiliki
satu anggota Asosiasi yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang sebelumnya tergabung
dalam IAI sebagai Kompartemen Akuntan Publik. Perusahaan pengguna jasa profesi akuntan
sebagai corporate member. IAI juga membuka keanggotaan selain para akuntan, yaitu para
mahasiswa akuntansi yang tergabung dalam junior member.
Kegiatan IAI antara lain:
a. Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
b. Penyelenggaraan Ujian Sertifikasi Akuntan Manajemen (Certified Professional
Management Accountant),
c. Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL)
Pada skala internasional, IAI aktif dalam keanggotaan International Federation of
Accountants (IFAC) sejak tahun 1997. Di tingkat ASEAN IAI menjadi anggota pendiri
ASEAN Federation of Accountants (AFA). Keaktifan IAI di AFA pada periode 2006-2007
semakin penting dengan terpilihnya IAI menjadi Presiden dan Sekjen AFA. Selain kerjasama
yang bersifat multilateral, kerjasama yang bersifat bilateral juga telah dijalin oleh IAI
diantaranya dengan Malaysian Institute of Accountants (MIA) dan Certified Public
accountant (CPA).
Sumber: Jurnal Perkembangan AKuntansi di Indonesia, Anisa Putri, Dosen Akuntansi
Fakultas Ekonomi UNISMA, 2 Agustus 2010)
A. SEJARAH PERKEMBANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK), PERAN DALAM
PENGEMBANGAN STRANDAR AKUNTANSI INDONESIA DAN PASAR SAHAM DI
INDONESIA
Kehadiran atau pengawasan OJK adalah hal yang tidak lagi asing saat ini. Hampir
semua industri keuangan, termasuk halnya sektor pinjam-meminjam hingga instrumen
investasi, selalu menyisipkan fakta bahwa kehadirannya diawasi OJK. Dengan kehadiran OJK
ini, publik sedikit banyak merasa lebih aman dan terlindungi.
Otoritas Jasa Keuangan atau OJK adalah lembaga yang independen dan
pembentukannya dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan di sektor jasa keuangan. Kebutuhan
yang dimaksud terkait dengan penataan kembali lembaga-lembaga yang difungsikan untuk
mengatur dan mengawasi sektor keuangan.
Pembentukan OJK didasarkan pada Undang Undang OJK dengan fungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi dengan seluruh
kegiatan dalam sektor jasa keuangan. Adapun sektor-sektor yang dimaksud, seperti perbankan,
pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank (asuransi, dana pensiun, dan lainnya).
Meski UU OJK sudah disahkan sejak November 2011, OJK tidak langsung berperan sebagai
pengawas. Selama satu tahun sejak UU tersebut disahkan, OJK memasuki masa transisi. Di masa ini,
pengawasan pasar modal dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) dilakukan oleh Bapepam-LK dan
pengawasan perbankan masih dilakukan oleh Bank Indonesia.
Satu tahun berselang, pada 31 Desember 2012, pengaturan dan pengawasan pasar modal dan
IKNB yang tadinya dilaksanakan oleh Bapepam-LK mulai beralih ke OJK. Di masa ini, keterlibatan
OJK belum masuk dalam ranah perbankan.
Di tahun berikutnya, pada 31 Desember 2013, pengaturan dan pengawasan perbankan barulah
beralih ke OJK. Kemudian pada 2015, fungsi pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan mikro
(LKM) juga dilimpahkan ke OJK.
Latar Belakang Pembentukan OJK serta Tugas dan Fungsinya
OJK adalah singkatan dari Otoritas Jasa Keuangan. Seperti namanya, OJK dibentuk untuk
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan dalam sektor jasa keuangan.
Tujuan OJK
Pembentukan OJK bukanlah tanpa sebab. Secara spesifik, Pasal 4 UU OJK menerangkan bahwa
tujuan didirikannya OJK adalah agar:
- Keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil,
transparan, dan akuntabel.
- Keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.
- Keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan mampu melindungi kepentingan konsumen
dan masyarakat.
3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan
lembaga jasa keuangan lainnya.
Wewenang OJK
Wewenang pengaturan OJK adalah sebagai berikut.
2. Memberikan data atau mencabut izin usaha, pengesahan, persetujuan, atau penetapan
pembubaran.
3. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan menunjuk pengelola
statuter.
1. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam rangka pencegahan kerugian konsumen dan
masyarakat.
Di era digital dan perkembangan teknologi seperti sekarang, arus informasi berjalan begitu cepat,
teknologi internet telah mengubah pandangan seseorang dalam mendapatkan informasi, termasuk
dalam dunia akuntansi bisnis. Perkembangan teknologi mengubah bisnis, menjadikan tidak
banyaknya sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam bisnis termasuk staf akuntansi. Hal ini
mengakibatkan Profesi akuntan underestimate terkait dampak teknologi terhadap pekerjaan akuntan.
Ini menjadikan tantangan berat yang harus dijawab.
Perkembangan teknologi yang semakin pesat menjadi sinyal era automasi/digitalisasi. Artinya, peran
teknologi mulai menggeser kendali pekerjaan yang biasa dilakukan manusia. Potensi teknologi
menggantikan peran profesi akuntan hanya menunggu waktu. Peran akuntan akan bersifat strategis
dan konsultatif. Maka dari itu akuntan perlu memiliki sertifikasi misalnya fasih berteknologi, supaya
mampu bertahan dalam bersaing. Seorang akuntan juga harus memiliki strategi, diantaranya
penguasaan soft skill baik interpersonal skills maupun intra-personal skills, Business understanding
skills dan technical skills agar mampu menjawab tantangan diera digital ini. Seorang akuntan harus
aware terhadap perkembangan revolusi industri 4.0 dengan melihat kesempatan yang ada.
Perubahan era memang tidak bisa dihindari, maka dari itu harus selalu bisa mengontrol reaksi dan
sikap terhadap perubahan tersebut agar bisa ikut maju mengikuti perkembangan zaman. Dalam sektor
akuntansi, berbagai tantangan yang hadir seiring datangnya era digital tak bisa dibiarkan begitu saja,
harus dipelajari dengan baik agar dapat menentukan sikap untuk mengatasinya. Fasih berteknologi
merupakan salah satu kunci menghadapi tantangan di era ini.
Dalam masa 5 tahun kedepan dimana teknologi 5G dalam perangkat telekomunikasi sudah diadopsi
secara penuh, akses internet dalam kecepatan Gigabit per detik dan perangkat keras juga manusia
sudah terhubung satu sama lain baik secara IoT atau IoP, akan mengubah peran akuntan yang
digantikan oleh teknologi AI (Artificial Intelligence) dan robotik dalam melakukan pekerjaan dasar
akuntan yaitu mencatat transaksi, mengolah transaksi, memilah transaksi, melakukan otomatisasi
pembuatan laporan keuangan sekaligus menganalisa laporan keuangan tersebut secara mandiri tanpa
campur tangan manusia. Pola swakelola fungsi dasar akuntan inilah yang tentunya meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pekerjaan dan hasilnya langsung diketahui saat itu juga (real time). Banyak
perusahaan yang sudah mengembangkan hal ini karena sudah didukung adanya standarisasi proses
pengelolaan keuangan dan standarisasi arsitektur sistem informasi yang memadai dan sesuai tuntutan
industri generasi keempat sehingga kompetensi krusial yang dibutuhkan bagi akuntan selanjutnya
adalah kemampuan analisa data, mengikuti perkembangan teknologi informasi dan memperbaharui
gaya kepemimpinan.
Lebih jauh lagi dampaknya adalah akuntan dan kantor akuntan akan “dipaksa” mengembangkan
aplikasi bergerak (mobile) untuk dapat mengakses data secara langsung dari perangkat telepon
genggam, tablet dan virtual reality (VR). Audit laporan keuangan dilakukan berbasis real-time dimana
regulator dan auditor menarik data yang dibutuhkan secara otomatis langsung dari sistem dan sensor
yang melekat pada kegiatan operasional sehingga transparansi dan keakuratan data yang dihasilkan
dapat dipertanggung jawabkan. Apabila akuntan tidak memiliki keahlian yang memadai didalam
teknologi informasi maka profesi lain dapat mengambil alih fungsi akuntan, sehingga dapat dikatakan
teknologi informasi adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dipelajari dan dimengerti
oleh akuntan itu sendiri.
Dikutip dari International Edition of Accounting and Business Magazine edisi Desember 2016, Roger
Leonard Burrit dan Katherine Christ menyebutkan empat langkah yang harus diambil akuntan
didalam menghadapi revolusi industry 4.0 yaitu:
1. Kesadaran (Awareness) bahwa dengan revolusi industri melahirkan peluang atau kesempatan
baru. Kesempatan yang muncul ini menumbuhkan bisnis baru yang belum pernah ada
sebelumnya, sebagai contoh Jerman sebagai negara pencetus memiliki 80% perusahaan yang
siap mengimplementasikan revolusi industri 4.0 atau Cina yang menyadari bahwa diperlukan
pembangunan pada aspek pengetahuan dan menargetkan 60% investasi pada sektor ini.
Bukan hanya dua negara ini saja akan tetapi banyak negara sudah berada dalam tahap awal
diseminasi informasi yang selanjutnya akan berkembang lebih dalam untuk menjalankan
secara total revolusi 4.0
2. Pendidikan (Education). Regulator atau pemerintah dan praktisi pendidikan dituntut untuk
dapat membuat kurikulum yang relevan disesuaikan dengan perkembangan konektifitas
digital, seperti contohnya pelatihan koding, manajemen informasi antar beberapa program dan
platform yang berbeda atau implementasi real-time accounting yang ditujukan kepada seluruh
departemen dan organisasi perusahaan termasuk pemegang saham.
4. Penerapan standar tinggi (Reaching Out). Sebagai akuntan dituntut harus memiliki control
maksimal terhadap data yang dihasilkan, dimana data atau informasi fisik biasanya diperoleh
dibawah tanggung jawab para insinyur (engineer) sehingga hubungan kerja antara akuntan
dan insinyur harus berjalan harmonis agar data dan informasi akuntansi dijaga dengan baik.
Akuntan dalam perspektif revolusi industri sudah bukan lagi sebagai “book keeper” tetapi meluas
menjadi hal yang baru yang bisa jadi tidak menyentuh sama sekali aspek finansial. Eksplorasi hal baru
tentunya juga menimbulkan spesialisasi yang belum ada pada saat sekarang. Spesialisasi disini apabila
melihat kepada penjelasan diatas akan bertambah menjadi bidang pekerjaan baru yang menuntut
kapabilitas dan kapasitas yang berbeda pula karena diperlukan untuk mampu melihat potensi
perubahan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Celah antara dunia kerja riil dan
dunia akademis patut dijembatani untuk kemudian dilakukan riset dan penelitian lebih dalam dimana
hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan solusi yang membangun dan informatif untuk
kemudian dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar di lingkungan universitas, perguruan
tinggi dan profesi akuntan. https://accounting.binus.ac.id/2020/05/11/akuntansi-dan-revolusi-industri-
4-0-sebuah-tantangan-profesi-akuntan-di-era-digitalisasi/
3. Jelaskan definisi dari 10 elemen dasar akuntansi meliputi aset, liability, dst. Dan berikan
penjelasan dari setiap definisi atau memberikan contoh yang relevan
A. Aset
Aset adalah property atau hak hukum yang dimiliki perusahaan oleh bisnis dan dapat dikaitkan
dengan nilai moneter. Kepemilikan dengan nilai ekonomi tersebut diharapkan bisa memberi manfaat
bagi bisni pada masa yang akan dating.
Aset perusahaan ada bermacam-macam. Secara garisbesar, aset dikelompokan seperti dibawah ini.
- Aset Berwujud (tangible assets): aset yang memiliki bentuk fisik seperti masin, bangunan,
kendaraan dan lain-lain.
- Aset tidak berwujud (intangible Assets): Aset yang tidak memiliki keberadaan fisik, tidak
dapat disentuh, dan tidak bisa dilihat, seperti goodwill, hakpaten, serta merek dagang.
- Aset tetap atau fixed Aset: Aset yang digunakan untuk lebih dari satutahun periode akutansi
dan manfaatnya diperoleh selama periode yang lama, misalnya komputer, mesin, tanah dan
sebagainnya.
Aset lancar: yaitu aset yang diap dikonversi menjadi uang tunai dan umumnya diserap dalam satu
periode akutansi seperti piutang.
B. Liabilitas
Liabilitas adalah kewajiban perusahaan saat ini yang timbul dari peristiwa masalalu dan
penyelesaiaannya akan berbentuk arus keluar dari sumber daya perusahaan yang diharapkan
mengandung manfaat ekonomi.
Secara sederhana, kewajiban dapat diartikan jumlah yang terutang oleh bisnis kepada pemilik serta
pihak luar. Umumnya, kewajiban dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu kebajiban lancar dan
kewajiban tidak lancar.
Kewajiban Lancar mengacu pada kewajiban yang pembayaranny harus dibayar kembali selama tahun
keuangan berjalan, contohnya kreditur dan utang tagihan.
Kewajiban tidak lancar terdiri dari pembayaran yang jatuh tempo untuk pembayaran dalam jangka
waktu lema sehingga tidak perlu segera dilunasi, seperti surat utang, pinjaman jangka panjang dan
lain-lain.
C. Ekuitas
Ekuitas mewakili kepentingan kepemilikan di perusahaan dalam bentuk saham. Tepatnya, dalam
istilah akutansi ekuitas dikenal sebagai perbedaan antara nilai aset dan biaya kewajiban dari sesuatu
yang dimiliki. Karena itu, nilai ekuitas berupa jumlah sisa aset yang disesuaikan terhadap kewajiban.
Ekuitas = Aset – Liabilitas
D. Invenstasi oleh pemilik
Elemen ini menggambarkan peningkatan ekuitas yang diperoleh dari transfer sumber daya untuk
kepentungan pertukaran kepemilikan. Pada dasarnya, hal ini menggambarkan konstribusi pemilik
kepada perusahaan.
Jadi, ada ambil alih kepemilikan saham perusahaan dengan imbalan uang tunai disebut investasi oleh
pemilik.
E. Distribusi ke pemilik
Distribusi ke pemilik adalah penurunan ekuitas yang dihasilkan dari transfer ke pemilik. Hal ini akan
menentukan penarikan pemilik dari kepentinagn kepemilikan perusahaan. Deviden tunai yang
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang sahaamnya merupakan contoh distribusi kepada
pemilik.
F. Pendapatan/Revenue
Pendapatan adalah hasil kerja yang diperoleh perusahaan dari akivitas bisnisnya. Biasanya,
pendapatan berupa arus masuk aset yang menghasilkan peningkatan ekuitas pemilik. Contoh
pendapatan yang paling lazim, terutama pada skala bisnis kecil, ialah pertukaran barang atau jasa
dengan imbal uang.
G. Keuntungan / gain
Berbeda dengan pendapata, dalam teori keuntungan didefinisikan sebagai peningkatan ekuitas pemilik
dari transaksi peripheral (sampingan) bisnis yang bersifat tidak teratur dan tidak berulang.\
Missal, penjualanmesin untuk jumlah yang lebih besar dari nilai bukunya (biaya awal dikurangi
penyusutan) akan menghasilkan keuntungan. Dengan catatan, perusahaan tersebut memang tidak
bergerak dalam bisnis jual beli mesin (yang dijual yaitu barang inventaris).
H. Biaya atau expenses
Expenses dalam istilah bahasan Indonesia disebut beban atau biaya. Pengertiannya, yaitu arus keluar
kotor yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Didalam leporan keuangan,
biaya akan dicatat pada akun labarugi.
Missal, Beban Gaji , Adm, Maintenance dan lain lain.
I. Kerugian
Kerugian Sebaliknya dari keuntungan, rugi adalah penurunan ekuitas pemilik dari transaksi peripheral
yang tidak teratur dan tidak berulang.
J. Laba Komperhensif
yaitu perubahan (aktiva bersih) seuatu entitas selama periode tertentu yang dihasilkan dari transaksi
atau kegiatan dengan pihak bukan pemilik. http://lusycahyamurti.blogspot.com/2011/02/elemen-
elemen-dasar-laporan-keuangan.html
4. Jelaskan PSAK apasaja yang berlaku di Indonesia dan kebermanfaatannya
PSAK-IFRS International Financial Report Standard
Diginakan untuk badan atau bisnis yang memiliki akuntabilitas public, yautu badan yang terdaftar
atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal seperti perusahaan public, asuransi, perbankan,
BUMN atau pun perusahaan dana prnsiun.
PSAK-ETAP (Entitas tanpan Akuntabilitas Publik)
SAK-ETAP digunakan untuk entitas yang akuntabilitasn publiknya tidak signifikan dan laporan
keuangannya hanya untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Penetapan PSAK-ETAP
diberlakukan sejak 2009, yang direalisasikan mulai 2010 dan digunakan secara efektif sejak awal
januari 2011. PSAK-ETAP adalah aturan yang lebih menyederhanakan aturan PSAK-IFRS, dengan
tidak melakuka pencatatan laporan laba rugi sehingga lebih dipahami dengan mudah oleh pengguna.
PSAK-Syariah
Digunakan sebagai prosedur akutansi yang digunakan oleh Lembaga atau bisnis dengna kebijakan
syriah. PSAK jenis ini merupakan SAK jenis baru yang penetapannya dilakukan oleh Dewan
Akutansi Syariah. Contoh penggunaan PSAK-Syariah yakni oleh badan zakat, pegadaian syriah, dan
bank syriah yang penyusunannya dikembangakn sesuai dengan fatwa MUI. Walaupun konseptual,
Penyusunan, pengungkapan laporan, standar penyajian serta standar transaksi dikhususkan untuk
transaksi Syariah, namun pengimplementasiannya dapat dibarengi dengan PSAK pada umumnya jika
dibutihkan. Missal, Ketika penyusunan laporan keuangan bank Syariah yang pada awalnya
menggunakan PSAK umum karena mempunyai akuntabilitas public, kemudai diimplementasikan
PSAK-Syariah pada setiap transaksi berbasis Syariah.
SAK-EMKM (Entitas Mikro Kecil Menengah)
Mengacu Pada UU No. 20 Tahun 2008. Entitas atau badan usaha yang syarat SAK-ETAP nya belum
terpenuhi, menggunakan jenis ini. Dengan begitu, laporan keuangan dapat disusun secara eksplisit
tanpa terkecuali tentang kepatuhan SAK-EMKM papa pencatatan laporan keuangan. Keptuhan yang
terlihat Ketika entitas sudah patuh dengan syarat SAK-EMKM. Berarti, pencatatan transaksi,
kejadian, serta kondisi pada laporan keuangan dibuat swcara konsisten.
SAP (Standar Akutansi Pemerinatah)
SAP digunakan oleh entitas pemerinatah dan penetapannya dilakuakn oleh Komite Standar Akutansi
Pemerintah. Pembuatan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) atau Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) mengacu pada jenis ini. SAP dibuat agar entutas pemerintah
berpartisipasi, memberikan transparansi, serta akuntabilitas dalam mengelola keuangan negara yang
ditetapkan sebagai PP Nomor 24 Tahun 2005.
5. Jelaskan manfaat KKPK dan bandingkan dgn conseptual framework yang ada. Jelaskan
manfaat, persamaannya dan bagaimana pendapat anda mengenai full adoption IFRS apakah
merupakan wajib atau tidak bagi akuntansi di Indonesia?
KKPK (Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan)
Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan pengaturan yang merumuskan konsep
yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal. Kerangka
Konseptual bukan merupakan PSAK sehingga tidak mendefinisikan standar untuk pengukuran atau
isu pengungkapan tertentu. Kerangka Konseptual ini tidak mengungguli PSAK tertentu. Jika terdapat
perbedaan antara PSAK dan KKPK, maka persyaratan yang ada dalam PSAK mengungguli
persyaratan yang ada dalam Kerangka Konseptual.
Revisi Kerangka Konseptual merupakan bagian dari wujud komitmen konvergensi IFRS di Indonesia.
DSAK IAI pada tanggal 28 September 2016 telah mengesahkan Kerangka Konseptual Pelaporan
Keuangan (KKPK) yang merupakan adopsi dari the Conceptual Framework for Financial Reporting
per 1 Januari2016. KKPK ini menggantikan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (KDPPLK) (Penyesuaian 2014) yang berlaku efektif per 1 Januari 2015. KKPK berlaku
efektif sejak tanggal pengesahan.
Kerangka konseptual adalah struktur teori akuntansi yang didasarkan pada penalaran logis
yang menjelaskan kenyataan yang terjadi dan menjelaskan apa yang harus dilakukan apabila
ada fakta atau fenomena baru.
Indonesia telah melakukan adopsi penuh IFRS mulai 1 Januari 2012. Namun penerapan IFRS
telah dimulai secara bertahap dengan penerapan 19 PSAK dan 7 ISAK baru yang telah
mengadopsi IAS/IFRS mulai 1 Januari tahun 2010.2 Konvergensi IFRS ini merupakan salah
satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota forum G-20.
Di Indonesia sendiri, saat ini telah mengadopsi IFRS. Hal ini dikarenakan Indonesia
merupakan bagian dari IFAC yang mewajibkan anggotanya untuk mematuhi Statement
Membership Obligation (SMO), sehingga Indonesia harus menjadikan IFRS sebagai salah
satu standar akuntansinya.
Kesalahan yang paling banyak dibuat oleh pemilik perusahaan yakni perusahaan tidak mencatat
laporan keuangan secara rutin. Karena saat bisnis sudah berjalan dengan lancar, pemilik perusahaan
sudah tidak ada waktu dan tenaga lagi untuk mengurusi beberapa masalah. Yang terjadi di
perusahaan, sehingga dalam pencatatan keuangan sudah tidak menjadi prioritas utama dalam
menjalankan bisnisnya setiap harinya. Tak jarang dalam pencatatan laporan keuangan juga tidak
berdasarkan kondisi perusahaan.
Tidak sedikit perusahaan yang hanya melihat fungsi dari akuntansi ini hanya sebatas pencatatan data
keuangan perusahaan saja. Yang hanya berfungsi untuk menghitung besar saldo atau hanya untuk
kepentingan pajak saja.
Padahal laporan keuangan ini bisa digunakan untuk pertimbangan yang sangat kuat untuk pemilik
perusahaan. Karena bisa digunakan untuk menentukan keputusan ataupun strategi yang akan
digunakan, saat perusahaan mulai menurun.
Saat awal mula bisnis dijalankan, pemilik perusahaan masih bisa menangani sendiri semua masalah
ataupun urusan perusahaan. Misalnya membuat atau mencatat laporan keuangan, tetapi seiring
berjalannya waktu dan perusahaan sudah berkembang. Tentu saja tidak mudah untuk ditangani
sendiri, karena membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Sebaiknya perusahaan menggunakan staf
akuntansi atau staf yang handal dalam menyelesaikan laporan keuangan perusahaan.
Pemilik perusahaan biasanya tidak memisahkan uang pribadi dengan uang perusahaan, terutama
untuk keperluan sehari-hari. Hal ini tentu saja dapat menghambat memiliki dampak negatif untuk
perusahaan. Terutama uang perusahaan yang harusnya bisa digunakan untuk investasi, tapi lebih
banyak digunakan untuk kepentingan pribadi.
Sebaiknya perusahaan membedakan atau memisahkan uang untuk pribadi ataupun uang perusahaan.
Dan catat uang masuk dan keluar secara detail untuk kepentingan bisnis, sehingga kinerja perusahaan
dapat dinilai secara nyata.
Pemilik perusahaan sering kali tidak memiliki waktu untuk mencatat laporan keuangan perusahaan,
karena itulah seringkali pemilik perusahaan memakai jasa orang lain. Seperti anggota keluarga atau
teman dekat yang notabenenya orang tersebut tidak mengetahui akuntansi.
Sehingga sering orang tersebut salah dalam mengambil keputusan yang kurang tepat dalam
pencatatan keuangan. Biasanya dengan alasan untuk menghemat uang perusahaan, tetapi hal ini bisa
membuat timbulnya masalah pada saat pembuatan laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
perusahaan dibuat tanpa tahu kebenaran data tersebut.
Kesalahan ini sering kali terjadi, tidak menutup kemungkinan akuntan berpengalaman pun bisa
melakukan kesalahan tersebut. Padahal sudah menggunakan program, akuntan biasanya salah dalam
pencatatan ke akun yang berbeda, atau salah dalam mengetik. Faktor-faktor ini terjadi biasanya karena
terburu-buru atau kelelahan sehingga fokus menjadi menurun.
Jika kesalahan dalam menghitung ini digabungkan dengan kesalahan pada saat penginputan dan
rekonsiliasi. Maka dampaknya adalah laporan keuangan yang diterbitkan tidak terjamin keakuratan
dan keandalannya.
Banyak sekali perusahaan merasa dengan menginvestasikan uangnya untuk teknologi yang canggih.
Seperti progam akuntansi perusahaan bisa menyelesaikan masalah dalam pembuatan laporan
keuangan perusahaan. Padahal tidak jarang program tersebut tidak sesuai dengan skala bisnis yang
begitu rumit. Sehingga, perlu diketahui bahwa dalam pemilihan program memerlukan proses dan
pertimbangan yang matang dari pemilik perusahaan.
Pemilik perusahaan ini biasanya hanya menggunakan laporan pada transaksi harian saja. Padahal
jumlah angka yang ada dalam laporan keuangan bisa digunakan untuk membuat forecast
pertumbuhan bisnis dimasa yang akan datang. Tidak hanya itu, laporan keuangan bisa digunakan
untuk mengidentifikasi resiko yang muncul dari kondisi keuangan.