Anda di halaman 1dari 32

1. Jika di dalam diskusi kelas banyak dibahas perkembangan akuntansi US.

Jelaskan
perkembangan institusi/ lembaga akuntansi di Indonesia seperti: IAI dan OJK.
Berikan brief summary progres perkembangannya dan perannya dalam
pengembangan standar akuntansi Indonesia dan pasar saham Indonesia.
A. SEJARAH PERKEMBANGAN IAI, PERAN DALAM PENGEMBANGAN STANDAR
AKUNTANSI INDONESIA DAN PASAR SAHAM DI INDONESIA
Sejarah perkembangan akuntansi di Indonesia tidak terlepas dari nuansa sejarah politik dan
perdagangan di Indonesia. Pada dekade zaman penjajahan sampai 1955 cara untuk memperoleh
gelar akuntan melalui pendidikan formal dan nonformal (kursus-kursus). Pada dekade 1955 sampai
dengan 1979 gelar akuntan mulai diberikan. Berdasarkan UU No. 34 Tahun 1954, diawali dengan
pembukaan jurusan akuntansi di UI Tahun 1955 lulusan akuntansi pertama pada Tahun 1957. Akan
tetapi, UU tersebut ternyata mengandung kontroversi-kontroversi, yaitu bahwa:

1. Yang diperbolehkan mendidik calon akuntan adalah universitas negeri di fakultas


ekonominya, akibatnya mempunyai konsekuensi bahwa universitas swasta tidak dibenarkan
menghasilkan akuntan;
2. Pendidikan mengarah ke pendidikan akuntan publik.

Pada dekade 1980 sampai dengan 2000 pintu bagi lulusan PTS untuk memperoleh sebutan
akuntan mulai dibuka melalui mekanisme Ujian Negara Akuntansi (UNA). Selain itu berdasarkan
UU No. 21 Tahun 1989 seseorang dapat memperoleh gelar akuntan yang selanjutnya diubah
menjadi sebutan akuntan dengan syarat seseorang itu telah bergelar Sarjana Ekonomi. Pada tahun
1997 izin praktik akuntan hanya diberikan bagi yang telah menempuh USAP setelah itu baru bisa
mendapatkan BAP. Pada akhirnya dekade 2001 sampai dengan sekarang lahirlah mekanisme baru
seiring dengan terbitnya SK Mendikbud No. 056/U/1999 mulai September 2002 gelar akuntan
bukan monopoli PTN bahkan sejak berlakunya SK Mendiknas 179/U/2001 mahasiswa S1 jurusan
akuntansi PTN harus menempuh pendidikan di PPA paling lama 2 tahun barulah bisa menghasilkan
gelar dan register akuntan. Sejak berlakunya SK itu PTN penghasil akuntan dibatasi sampai 31
Agustus 2004. Akhirnya PPA bisa diselenggarakan oleh semua perguruan tinggi yang memenuhi
syarat yang direkomendasikan IAI melalui panitia Ahli. Guna mendukung kelancaran
penyelenggaraan PPA, Mendiknas mengeluarkan SK Mendiknas No. 180/P/2001 tentang
pengangkatan Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan.
Sejarah akuntansi penting bagi pedagogi, kebijakan, dan praktik akuntansi. Sejarah
memungkinkan kita untuk dapat lebih baik memahami masa kini dan meramalkan atau
mengendalikan masa depan kita. Berkaitan dengan pedagogi, sejarah akuntansi dapat sangat
berguna untuk memberikan pemahaman dan apresiasi yang lebih baik mengenai bidang akuntansi
dan evolusinya sebagai satu ilmu sosial. Satu pemikiran yang bagus akan relevansi dari sejarah
akuntansi terhadap pedagogi diuraikan dibawah ini:
Pertama-tama, suatu profesi yang didasarkan pada tradisi yang dikembangkan selama
berabad-abad seharusnya mendidik para anggotanya untuk lebih menghargai warisan intelektual
yang mereka miliki. Kedua, adanya impor keunggulan-keunggulan pemikiran, kontribusi-kontribusi
besar pada literatur, dan studi-studi positif yang penting mungkin saja akan hilang,
terfragmentasikan, atau dipelajari secara tidak sempurna di dalam jangka waktu yang lebih panjang
kecuali jika mereka telah didokumentasikan dan digabungkan oleh orang- orang terpelajar yang
memiliki keahlian sejarah. Ketiga, tanpa memiliki akses kepada analisis dan interpretasi dari
sejarah perkembangan pemikiran dan praktik akuntansi, para empiris saat ini akan berisiko
mendasarkan investigasi yang mereka lakukan pada klaim-klaim atas masa lalu yang tidak lengkap
atau tidak berdasar. Berkaitan dengan praktik akuntansi, sejarah akuntansi dapat memberikan
penilaian yang lebih baik atas praktik-praktik
yang berlaku dengan melakukan perbandingan terhadap metode-metode yang pernah
digunakan di masa lalu.

Prinsip – prinsip Akuntansi di Indonesia


Laporan keuangan diolah dari ratusan atau ribuan transaksi-transaksi dengan cara yang
sistematis dengan suatu dasar tertentu. Dasar ini dinamakan prinsip-prisip akuntansi yang lazim
(General Accepted Accounting Principles). Justru oleh karena sifat yang tidak eksak dari akuntansi
ini maka diperlukan “prinsip-prinsip akuntansi yang lazim”. Tanpa adanya prinsip yang berfungsi
sebagai patokan atau pedoman ini, maka kemungkinan masing-masing akuntan akan menggunakan
caranya sendiri, sehingga laporan keuangan yang dihasilkan akan menjadi simpang siur.
Profesi akuntansi telah berusaha mengembangkan sekumpulan standar yang pada umumnya
diterima dan secara universal dipraktikkan. Usaha-usaha itu telah menghasilkan dipakainya
seperangkat aturan dan prosedur umum yang disebut sebagai prinsip akuntansi berterima umum
yang merupaka guideliness (standar) yang menunjukkan tentang tata cara melaporkan kejadian
ekonomis.
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di
dunia dalam komunitas tunggal yang dijembatani teknologi dan informasi yang semakin murah,
menuntut adanya transparansi di segala bidang. SAK yang berkualitas merupakan salah satu
prasarana penting untuk mewujudkan transparansi tersebut. SAK dapat diibaratkan sebagai sebuah
cermin, dimana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi praktis bisnis yang
sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan SAK yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan
pada masa sekarang ini.

Terkait hal tersebut IAI sebagai wadah professional di Indonesia selalu tanggap terhadap
perkembangan yang terjadi, khususnya dalam hal hal yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi
akuntan. Dalam hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak
berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya terdapat tiga tonggak sejarah dalam
pengembangan SAK di Indonesia.
1. Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun
1973. Pada masa itu pada pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku “Prinsip Akuntansi Indonesia” (PAI).
2. Tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu komite PAI melakukan revisi
secara mendasar 1973 dan kemudian mengkondisifikasinya dalam buku “Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dan dunia usaha.
3. Tonggak sejarah ke tiga terjadi pada tahun 1994 IAI melakukan revisi total PAI 1984 dan
melakukan kodifikasi dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan 1994” per 1 Oktober 1994. Sejak
tahun 1994 IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi
internasional dalam pengembangan standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perubahan
dalam harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan
International Financial Report Standars (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai
konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana beberapa tahun ke depan.
Dalam perkembangannya SAK terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa
penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan 6
kali yaitu pada tanggal:
1. 1 Oktober1995

2. 1 Juni 1996

3. 1 Juni 1999
4. 1 April 2002

5. 1 Oktober 2004

6. 1 September 2007
Buku “Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah
bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5
PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk
dapat menghasilkan SAK yang baik maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan
disempurnakan sesuai dengan kebutuhan.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada hari ini Selasa, 23 Desember 2008 dalam rangka ulang
tahunnya ke-51 mendeklarasikan rencana Indonesia untuk convergence terhadap International
Financial Reporting Standards (IFRS) dalam pengaturan standar akuntansi keuangan. Pengaturan
perlakuan akuntansi yang konvergen dengan IFRS akan diterapkan untuk penyusunan laporan
keuangan entitas yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2012. Hal ini diputuskan setelah
melalui pengkajian dan penelaahan yang mendalam dengan mempertimbangkan seluruh risiko dan
manfaat konvergensi terhadap IFRS.Compliance terhadap IFRS telah dilakukan oleh ratusan negara
di dunia diantaranya adalah Korea, India dan Canada yang akan melakukan konvergensi terhadap
IFRS pada tahun 2011. Data dari International Accounting Standard Board (IASB) menunjukkan
saat ini terdapat 102 negara yang telah menerapkan IFRS dengan berbagai tingkat keharusan yang
berbeda- beda. Sebanyak 23 negara mengizinkan penggunaan IFRS secara sukarela, 75 negara
mewajibkan penggunaan IFRS untuk seluruh perusahaan domestik, dan empat negara mewajibkan
penggunaan IFRS untuk perusahaan domestik tertentu.
Compliance terhadap IFRS memberikan manfaat terhadap perbandingan laporan keuangan
dan peningkatan transparansi. Melalui compliance maka laporan keuangan perusahaan Indonesia
akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan perusahaan dari negara lain, sehingga akan
sangat jelas kinerja perusahaan mana yang lebih baik. Selain itu, program konvergensi juga
bermanfaat untuk mengurangi biaya modal (cost of capital), meningkatkan investasi global, dan
mengurangi beban penyusunan laporan keuangan.
International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan sebagai referensi utama
pengembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia karena IFRS merupakan standar yang
sangat kokoh. Penyusunannya didukung oleh para ahli dan dewan konsultatif internasional dari
seluruh penjuru dunia. Mereka menyediakan waktu cukup dan didukung dengan masukan literatur
dari ratusan orang dari berbagai displin ilmu dan dari berbagai macam juridiski di seluruh dunia.
Dengan telah dideklarasikannya program konvergensi terhadap IFRS ini, maka pada tahun
2012 seluruh standar yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI akan mengacu
kepada IFRS dan diterapkan oleh entitas. Dewan Standar Akuntansi Keuangan pada kesempatan ini
juga akan menerbitkan eksposur draft Standar Akuntansi Keuangan Usaha Kecil dan Menengah.
Standar UKM ini akan menjadi acuan bagi usaha kecil dan menenggah dalam mencatat dan
membukukan semua transaksinya.
DSAK juga akan terus mengembangkan standar akuntansi keuangan untuk memenuhi
kebutuhan pencatatan dan pelaporan keuangan transaksi syariah, yang terus berkembang di tanah air.
Konvergensi terhadap IFRS merupakan milestone baru dari serangkaian milestone yang pernah
dicapai oleh Indonesia dan Ikatan Akuntan Indonesia dalam sejarah perkembangan profesi
akuntansi, khususnya dalam pengembangan standar akuntansi keuangan.

Perkembangan Profesi Akuntan


Perkembangan profesi akuntan di Indonesia menurut Olson dibagi 2 periode yaitu : periode
kolonial dan periode sesudah kemerdekaan. Periode kolonial, selama masa penjajahan kolonial
Belanda yang menjadi anggota profesi akuntan adalah akuntan-akuntan Belanda dan beberapa
akuntan Indonesia. Pada waktu itu pendidikan yang ada bagi rakyat pribumi adalah pendidikan tata
buku diberikan secara formal pada sekolah menengah atas sedangkan secara non formal pendidikan
akuntansi diberikan pada kursus tata buku untuk memperoleh ijazah. Periode sesudah kemerdekaan,
pembahasan mengenai perkembangan akuntan sesudah kemerdekaan di bagi ke dalam enam periode
yaitu:

a. Periode I [sebelum tahun 1954]


Pada periode I telah ada jasa pekerjaan akuntan yang bermanfaat bagi masyarakat bisnis.
Hal ini disebabkan oleh hubungan ekonomi yang makin sulit, meruncingnya persaingan,
dan naiknya pajak-pajak para pengusaha sehingga makin sangat dirasakan kebutuhan
akan penerangan serta nasehat para ahli untuk mencapai perbaikan dalam sistem
administrasi perusahaan. Sudah tentu mereka hendak menggunakan jasa orang-orang yang
ahli dalam bidang akuntansi. Kebutuhan akan bantuan akuntan yang makin besar itu
menjadi alasan bagi khalayak umum yang tidak berpengetahuan dan berpengalaman dalam
lapangan akuntansi untuk bekerja sebagai akuntan.
Padahal, pengetahuan yang dimiliki akuntan harus sederajat dengan syarat yang ditetapkan
oleh pemerintah dan juga mereka harus mengikuti pelajaran pada perguruan tinggi negeri
dengan hasil baik. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan peraturan dengan undang-
undang untuk melindungi ijazah akuntan agar pengusaha dan badan yang lain tidak tertipu
oleh pemakaian gelar “akuntan” yang tidak sah.

b. Periode II [tahun 1954 – 1973]


Setelah adanya Undang-Undang No. 34 tahun 1954 tentang pemakaian gelar akuntan,
ternyata perkembangan profesi akuntan dan auditor di Indonesia berjalan lamban karena
perekonomian Indonesia pada saat itu kurang menguntungkan namun perkembangan
ekonomi mulai pesat pada saat dilakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik
Belanda. Mengingat terbatasnya tenaga akuntan dan ajun akuntan yang menjadi auditor
pada waktu itu, Direktorat Akuntan Negara meminta bantuan kantor akuntan publik untuk
melakukan audit atas nama Direktorat Akuntan Negara.
Perluasan pasar profesi akuntan publik semakin bertambah yaitu pada saat pemerintah
mengeluarkan Undang-undang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal
Dalam Negeri (PMND) tahun 1967/1968. Meskipun pada waktu itu para pemodal
“membawa” akuntan publik sendiri dari luar negeri kebutuhan terhadap jasa akuntan publik
dalam negeri tetap ada. Profesi akuntan publik mengalami perkembangan yang berarti sejak
awal tahun 70-an dengan adanya perluasan kredit-kredit perbankan kepada perusahaan.
Bank-bank ini mewajibkan nasabah yang akan menerima kredit dalam jumlah tertentu
untuk menyerahkan secara periodik laporan keuangan yang telah diperiksa akuntan publik.
Pada umumnya, perusahaan-perusahaan swasta di Indonesia baru memerlukan jasa akuntan
publik jika kreditur mewajibkan mereka menyerahkan laporan keuangan yang telah
diperiksa oleh akuntan publik.

c. Periode III [tahun 1973 – 1979]


M. Sutojo pada Konvensi Nasional Akuntansi I di Surabaya Desember 1989
menyampaikan hasil penelitiannya mengenai: Pengembangan Pengawasan Profesi Akuntan
Publik di Indonesia, bahwa profesi akuntan publik ditandai dengan satu kemajuan besar
yang dicapai Ikatan Akuntan Indonesia dengan diterbitkannya buku Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI) dan Norma Pemeriksaan Akuntan (NPA) dalam kongres Ikatan Akuntan
Indonesia di Jakarta tanggal 30 November – 2 Desember 1973. Dengan adanya prinsip dan
norma ini, profesi akuntan publik telah maju selangkah lagi karena memiliki standar kerja
dalam menganalisa laporan keuangan badan-badan usaha di Indonesia. Dalam kongres
tersebut disahkan pula Kode Etik Akuntan Indonesia sehingga lengkaplah profesi akuntan
publik memiliki perangkatnya sebagai suatu profesi. Dengan kelengkapan perangkat ini,
pemerintah berharap profesi akuntan publik akan menjadi lembaga penunjang yang handal
dan dapat dipercaya bagi pasar modal dan pasar uang di Indonesia.
Pada akhir tahun 1976 Presiden Republik Indonesia dalam surat keputusannya nomor
52/1976, menetapkan pasar modal yang pertama kali sejak memasuki masa Orde Baru.
Dengan adanya pasar modal di Indonesia, kebutuhan akan profesi akuntan publik
meningkat pesat. Keputusan ini jika dilihat dari segi ekonomi memang ditujukan untuk
pengumpulan modal dari masyarakat, tetapi tindakan ini juga menunjukkan perhatian
pemerintah yang begitu besar terhadap profesi akuntan publik.
Menurut Katjep dalam “The Perception of Accountant and Accounting Profession in
Indonesia” yang dipertahankan tahun 1982 di Texas, A&M University menyatakan bahwa
profesi akuntan publik dibutuhkan untuk mengaudit dan memberikan pendapat tanpa
catatan (unqualified opinion) pada laporan keuangan yang go public atau
memperdagangkan sahamnya di pasar modal. Untuk lebih mengefektifkan pengawasan
terhadap akuntan publik, pada tanggal 1 Mei 1978 dibentuk Seksi Akuntan Publik (IAI-
SAP) yang bernaung di bawah IAI. Sampai sekarang seksi yang ada di IAI, selain seksi
akuntan publik, adalah seksi akuntan manajemen dan seksi akuntan pendidik.
Sophar Lumban Toruan pada tahun 1989 mengatakan bahwa pertambahan jumlah akuntan
yang berpraktek terus meningkat sehingga Direktorat Jenderal Pajak Departemen
Keuangan dengan IAI membuat pernyataan bersama yang mengatur hal-hal berikut: 1)
Kesepakatan untuk pemakaian PAI dan NPA sebagai suatu landasan objektif yang diterima
oleh semua pihak. 2) Kepada wajib pajak badan dianjurkan agar laporan keuangan
diperiksa terlebih dahulu oleh akuntan publik sebelum diserahkan kepada Kantor Inspeksi
Pajak (sekaran Kantor Pelayanan Pajak). Laporan tersebut akan dipergunakan sebagai dasar
penetapan pajak. 3) Kalau terjadi penyimpangan etika profesi (professional conduct) oleh
seorang akuntan publik, akan dilaporkan oleh Direktur Jenderal Pajak kepada IAI untuk
diselidiki yang berguna dalam memutuskan pengenaan sanksi.
Kesepakatan ini kemudian dikuatkan oleh Instruksi Presiden No. 6 tahun 1979 dan
Keputusan Menteri Keuangan No. 108/1979 tanggal 27 Maret 1979 yang menggariskan
bahwa laporan keuangan harus didasarkan pada pemeriksaan akuntan publik dan mengikuti
PAI. Maksud instruksi dan surat keputusan tersebut adalah untuk merangsang wajib pajak
menggunakan laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan publik, dengan
memberikan keringanan pembayaran pajak perseroan dan memperoleh pelayanan yang
lebih baik di bidang perpajakan. Keputusan ini dikenal dengan nama 27 Maret 1979. Ini
merupakan keputusan yang penting dalam sejarah perkembangan profesi akuntan publik
dan sekaligus sebagai batu ujian bagi akuntan publik dan masyarakat pemakainya.

d. Periode IV [tahun 1979 – 1983]


Periode ini merupakan periode suram bagi profesi akuntan publik dalam pelaksanaan paket
27 Maret. Tiga tahun setelah kemudahan diberikan pemerintah masih ada akuntan publik
tidak memanfaatkan maksud baik pemerintah tersebut. Beberapa akuntan publik
melakukan malpraktik yang sangat merugikan penerimaan pajak yaitu dengan cara
bekerjasama dengan pihak manajemen perusahaan melakukan penggelapan pajak. Ada pula
akuntan publik yang tidak memeriksa kembali laporan keuangan yang diserahkan oleh
perusahaan atau opini akuntan tidak disertakan dalam laporan keuangan yang diserahkan
ke kantor inspeksi pajak.

e. Periode V [tahun 1983 – 1989]


Periode ini dapat dilihat sebagai periode yang berisi upaya konsolidasi profesi akuntan
termasuk akuntan publik. PAI 1973 disempurnakan dalam tahun 1985, disusul dengan
penyempurnaan NPA pada tahun 1985, dan penyempurnaan kode etik dalam kongres ke V
tahun 1986. Setelah melewati masa-masa suram, pemerintah perlu memberikan
perlindungan terhadap masyarakat pemakai jasa akuntan publik dan untuk mendukung
pertumbuhan profesi tersebut. Pada tahun 1986 pemerintah mengeluarkan Keputusan
Menteri Keuangan No. 763/KMK.001/1986 tentang Akuntan Publik. Keputusan ini
mengatur bidang pekerjaan akuntan publik, prosedur dan persyaratan untuk memperoleh
izin praktik akuntan publik dan pendirian kantor akuntan publik beserta sanksi-sanksi yang
dapat dijatuhkan kepada kauntan publik yang melanggar persyaratan praktik akuntan
publik. Dengan keputusan Menteri Keuangan tersebut dibuktikan pula sekali lagi
komitmen pemerintah yang konsisten kepada pengembangan profesi akuntan publik
yaitu dengan mendengar pendapat Ikatan profesi pada kongres ke VI IAI antara lain
mengenai: pengalaman kerja yang perlu dimiliki sebelum praktik; keharusan akuntan
publik fultimer (kecuali mengajar); izin berlaku tanpa batas waktu; kewajiban pelaporan
berkala (tahunan) mengenai kegiatan praktik kepada pemberi izin; pembukaan cabang
harus memenuhi syarat tertentu; izin diberikan kepada individu bukan kepada kantor;
pencabutan izin perlu mendengar pendapat dewan kehormatan IAI; pemohon harus
anggota IAI; pengawasan yang lebih ketat kepada akuntan asing.
Pada tahun 1988 diterbitkan petunjuk pelaksaan keputusan Menteri Keuangan melalui
Keputusan Direktur Jenderal Moneter No. Kep.2894/M/1988 tanggal 21 Maret 1988. Suatu
hal yang mendasar dari keputusan tersebut adalah pembinaan para akuntan publik yang
bertujuan: 1) Membantu perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia. 2)
Memberikan masukan kepada IAI atau seksi akuntan publik mengenai liputan yang
dikehendaki Departemen Keuangan dalam program pendidikan. 3) Melaksanakan
penataran bersama IAI atau IAI-seksi akuntan publik mengenai hal- hal yang dianggap
perlu diketahui publik (KAP), termasuk mengenai manajemen KAP. 4) Mengusahakan
agar staf KAP asing yang diperbantukan di Indonesia untuk memberi penataran bagi KAP
lainnya melalui IAI atau IAI-Seksi Akuntan Publik dan membantu pelaksanaannya. 5)
Memantau laporan berkala kegiatan tahunan KAP.
Sebelum diterbitkan Keputusan Direktur Jenderal Moneter tersebut, pada tahun 1987
profesi akuntan publik telah mendapatkan tempat terhormat dan strategis dari
pemerintah yaitu dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No. 859/KMK.01/1987 tentang Emisi Efek melalui Bursa yang telah
menentukan bahwa: 1) Untuk melakukan emisi efek, emiten harus memenuhi persyaratan,
antara lain: mempunyai laporan keuangan yang telah diperiksa oleh akuntan public /
akuntan negara untuk dua tahun buku terakhir secara berturut-turut dengan pernyataan
pendapat “wajar tanpa syarat” untuk tahun terakhir. 2) Laporan keuangan emiten untuk dua
tahun terakhir tersebut harus disusun sesuai dengan PABU di Indonesia disertai dengan
laporan akuntan publik/ akuntan negara. 3) Jangka waktu antara laporan keuangan dan
tanggal pemberian izin emisi efek tidak boleh melebihi 180 hari. (M. Sutojo, 1989: 10).

f. Periode VI [tahun 1990 – sekarang]


Dalam periode ini profesi akuntan publik terus berkembang seiring dengan berkembangnya
dunia usaha dan pasar modal di Indonesia. Walaupun demikian, masih banyak kritikan-
kritikan yang dilontarkan oleh para usahawan dan akademisi. Namun, keberadaan profesi
akuntan tetap diakui oleh pemerintah sebagai sebuah profesi kepercayaan masyarakat. Di
samping adanya dukungan dari pemerintah, perkembangan profesi akuntan publik juga
sangat ditentukan oleh perkembangan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan manfaat
jasa akuntan publik.

Beberapa faktor yang dinilai banyak mendorong berkembangnya profesi adalah: 1)


Tumbuhnya pasar modal. 2) Pesatnya pertumbuhan lembaga-lembaga keuangan baik bank
maupun non-bank. 3) Adanya kerjasama IAI dengan Dirjen Pajak dalam rangka
menegaskan peran akuntan publik dalam pelaksanaan peraturan perpajakan di Indonesia. 4)
Berkembangnya penanaman modal asing dan globalisasi kegiatan perekonomian.

Pada awal 1992 profesi akuntan publik kembali diberi kepercayaan oleh pemerintah (Dirjen
Pajak) untuk melakukan verifikasi pembayaran PPN dan PPn BM yang dilakukan oleh
pengusaha kena pajak. Sejalan dengan perkembangan dunia usaha tersebut, Olson pada
tahun 1979 di dalam Journal Accountancy mengemukakan empat perkembangan yang
harus diperhatikan oleh profesi akuntan yaitu: 1) Makin banyaknya jenis dan jumlah
informasi yang tersedia bagi masyarakat. 2) Makin baiknya transportasi dan komunikasi. 3)
Makin disadarinya kebutuhan akan kualitas hidup yang lebih baik. 4) Tumbuhnya
perusahaan-perusahaan multinasional sebagai akibat dari fenomena pertama dan kedua.
Konsekuensi perkembangan tersebut akan mempunyai dampak terhadap perkembangan
akuntansi dan menimbulkan: 1) Kebutuhan akan upaya memperluas peranan akuntan, ruang lingkup
pekerjaan akuntan publik semakin luas sehingga tidak hanya meliputi pemeriksaan akuntan dan
penyusunan laporan keuangan. 2) Kebutuhan akan tenaga spesialisasi dalam profesi, makin besarnya
tanggung jawab dan ruang lingkup kegiatan klien, mengharuskan akuntan publik untuk selalu
menambah pengetahuan. 3) Kebutuhan akan standar teknis yang makin tinggi dan rumit, dengan
berkembangnya teknologi informasi, laporan keuangan akan menjadi makin beragam dan rumit.
Pendapat yang dikemukakan Olson tersebut di atas cukup sesuai dan relevan dengan fungsi
akuntan yang pada dasarnya berhubungan dengan sistem informasi akuntansi. Dari pemaparan yang
telah dikemukakan, profesi akuntan diharapkan dapat mengantisipasi keadaan untuk pengembangan
profesi akuntan di masa yang akan datang.
Menurut International Federation of Accountants yang dimaksud dengan profesi akuntan
adalah semua bidang pekerjaan yang mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk
bidang pekerjaan akuntan publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan
atau dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik. Dalam arti sempit,
profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan sebagai akuntan publik yang
lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak dan konsultan manajemen.
Profesi Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu bidang profesi seperti organisasi
lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Supaya dikatakan profesi ia harus memiliki
beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai pihak yang memerlukan profesi,
mempercayai hasil kerjanya. Adapun ciri profesi menurut Harahap (1991) adalah sebagai berikut: 1.
Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman dalam melaksanakan
keprofesiannya. 2. Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya
dalam profesi itu. 3. Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh
masyarakat/pemerintah. 4. Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat. 5. Bekerja bukan dengan
motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya sebagai kepercayaan masyarakat. Persyaratan ini
semua harus dimiliki oleh profesi Akuntan sehingga berhak disebut sebagai salah satu profesi.
Perkembangan profesi akuntansi sejalan dengan jenis jasa akuntansi yang diperlukan oleh
masyarakat yang makin lama semakin bertambah kompleksnya. Gelar akuntan adalah gelar profesi
seseorang dengan bobot yang dapat disamakan dengan bidang pekerjaan yang lain. Misalnya bidang
hukum atau bidang teknik. Secara garis besar Akuntan dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Akuntan Publik (Public Accountants)
Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan independen
yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu. Mereka bekerja bebas dan
umumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Yang termasuk dalam kategori akuntan publik
adalah akuntan yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) dan dalam prakteknya
sebagai seorang akuntan publik dan mendirikan kantor akuntan, seseorang harus
memperoleh izin dari Departemen Keuangan. Seorang akuntan publik dapat melakukan
pemeriksaan (audit), misalnya terhadap jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen, dan
jasa penyusunan sistem manajemen.
2. Akuntan Intern (Internal Accountant)
Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Akuntan intern ini disebut juga akuntan perusahaan atau akuntan manajemen. Jabatan
tersebut yang dapat diduduki mulai dari Staf biasa sampai dengan Kepala Bagian
Akuntansi atau Direktur Keuangan. Tugas mereka adalah menyusun sistem akuntansi,
menyusun laporan keuangan kepada pihak-pihak eksternal, menyusun laporan keuangan
kepada pemimpin perusahaan, menyusun anggaran, penanganan masalah perpajakan dan
pemeriksaan intern.

3. Akuntan Pemerintah (Government Accountants)


Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah,
misalnya di kantor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Badan
Pengawas Keuangan (BPK).
4. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi, melakukan
penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun kurikulum pendidikan
akuntansi di perguruan tinggi.
Seseorang berhak menyandang gelar Akuntan bila telah memenuhi syarat antara lain:
Pendidikan Sarjana jurusan Akuntansi dari Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi yang telah diakui
menghasilkan gelar Akuntan atau perguruan tinggi swasta yang berafiliasi ke salah satu perguruan
tinggi yang telah berhak memberikan gelar Akuntan. Selain itu juga bisa mengikuti Ujian Nasional
Akuntansi (UNA) yang diselenggarakan oleh konsorsium Pendidikan Tinggi Ilmu Ekonomi yang
didirikan dengan SK Mendikbud RI tahun 1976.
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI, Indonesian Institute of Accountants) adalah organisasi
profesi akuntan di Indonesia. Pada waktu Indonesia merdeka, hanya ada satu orang akuntan pribumi,
yaitu Prof. Dr. Abutari, sedangkan Prof. Soemardjo lulus pendidikan akuntan di negeri Belanda pada
tahun 1956. Akuntan-akuntan Indonesia pertama lulusan dalam negeri adalah Basuki Sidharta,
Hendra Darmawan, Tan Tong Djoe, dan Go Tie Siem, mereka lulus pertengahan tahun 1957.
Keempat akuntan ini bersama dengan Prof. Soemardjo mengambil prakarsa mendirikan
perkumpulan akuntan untuk bangsa Indonesia.
Hari Kamis, 17 Oktober 1957, kelima akuntan tadi mengadakan pertemuan di aula
Universitas Indonesia (UI) dan bersepakat untuk mendirikan perkumpulan akuntan Indonesia.
Karena pertemuan tersebut tidak dihadiri oleh semua akuntan yang ada maka diputuskan membentuk
Panitia Persiapan Pendirian Perkumpulan Akuntan Indonesia. Panitia diminta menghubungi akuntan
lainnya untuk menanyakan pendapat mereka. Dalam Panitia itu Prof. Soemardjo duduk sebagai
ketua, Go Tie Siem sebagai penulis, Basuki Sidharta sebagai bendahara sedangkan Hendra
Darmawan dan Tan Tong Djoe sebagai komisaris. Surat yang dikirimkan Panitia kepada 6 akuntan
lainnya memperoleh jawaban setuju. Perkumpulan yang akhirnya diberi nama Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) akhirnya berdiri pada 23 Desember 1957, yaitu pada pertemuan ketiga yang
diadakan di aula UI pada pukul 19.30.
Ketika itu, tujuan IAI adalah: 1. Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi
mutu pendidikan akuntan. 2. Mempertinggi mutu pekerjaan akuntan. Sekarang IAI telah mengalami
perkembangan yang sangat luas. Hal ini merupakan perkembangan yang wajar karena profesi
akuntan tidak dapat dipisahkan dari dunia usaha yang mengalami perkembangan pesat. Salah
satu bentukperkembangan tersebut adalah meluasnya orientasi kegiatan profesi, tidak lagi semata-
mata di bidang pendidikan akuntansi dan mutu pekerjaan akuntan, tetapi juga upaya-upaya untuk
meningkatkan kepercayaan masyarakat dan peran dalam perumusan kebijakan publik.

Anggota individu terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota kehormatan.
Anggota biasa adalah pemegang gelar akuntan atau sebutan akuntan sesuai dengan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia dan pemegang sertifikat profesi akuntan yang diakui oleh IAI.
Anggota luar biasa adalah sarjana ekonomi jurusan akuntansi atau yang serupa sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku yang terkait dengan profesi akuntan. Sedangkan anggota
kehormatan adalah warga negara Indonesia yang telah berjasa bagi perkembangan profesi akuntan di
Indonesia. Pada saat didirikannya, hanya ada 11 akuntan yang menjadi anggota IAI, yaitu para
pendirinya. Dari waktu ke waktu anggota IAI terus bertambah. Para akuntan yang menjadi anggota
IAI tersebar diseluruh Indonesia dan menduduki berbagai posisi strategis baik dilingkungan
pemerintah maupun swasta.

Sebagaimana keputusan Kongres Luar Biasa IAI pada bulan Mei 2007, selain keanggotaan
perorangan IAI juga memiliki keanggotaan berupa Asosiasi, dan pada saat ini IAI telah memiliki
satu anggota Asosiasi yaitu Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang sebelumnya tergabung
dalam IAI sebagai Kompartemen Akuntan Publik. Perusahaan pengguna jasa profesi akuntan
sebagai corporate member. IAI juga membuka keanggotaan selain para akuntan, yaitu para
mahasiswa akuntansi yang tergabung dalam junior member.
Kegiatan IAI antara lain:
a. Penyusunan Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
b. Penyelenggaraan Ujian Sertifikasi Akuntan Manajemen (Certified Professional
Management Accountant),
c. Penyelenggaraan Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL)
Pada skala internasional, IAI aktif dalam keanggotaan International Federation of
Accountants (IFAC) sejak tahun 1997. Di tingkat ASEAN IAI menjadi anggota pendiri
ASEAN Federation of Accountants (AFA). Keaktifan IAI di AFA pada periode 2006-2007
semakin penting dengan terpilihnya IAI menjadi Presiden dan Sekjen AFA. Selain kerjasama
yang bersifat multilateral, kerjasama yang bersifat bilateral juga telah dijalin oleh IAI
diantaranya dengan Malaysian Institute of Accountants (MIA) dan Certified Public
accountant (CPA).
Sumber: Jurnal Perkembangan AKuntansi di Indonesia, Anisa Putri, Dosen Akuntansi
Fakultas Ekonomi UNISMA, 2 Agustus 2010)
A. SEJARAH PERKEMBANGAN OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK), PERAN DALAM
PENGEMBANGAN STRANDAR AKUNTANSI INDONESIA DAN PASAR SAHAM DI
INDONESIA
Kehadiran atau pengawasan OJK adalah hal yang tidak lagi asing saat ini. Hampir
semua industri keuangan, termasuk halnya sektor pinjam-meminjam hingga instrumen
investasi, selalu menyisipkan fakta bahwa kehadirannya diawasi OJK. Dengan kehadiran OJK
ini, publik sedikit banyak merasa lebih aman dan terlindungi.
Otoritas Jasa Keuangan atau OJK adalah lembaga yang independen dan
pembentukannya dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan di sektor jasa keuangan. Kebutuhan
yang dimaksud terkait dengan penataan kembali lembaga-lembaga yang difungsikan untuk
mengatur dan mengawasi sektor keuangan.
Pembentukan OJK didasarkan pada Undang Undang OJK dengan fungsi
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi dengan seluruh
kegiatan dalam sektor jasa keuangan. Adapun sektor-sektor yang dimaksud, seperti perbankan,
pasar modal, dan sektor jasa keuangan non-bank (asuransi, dana pensiun, dan lainnya).
Meski UU OJK sudah disahkan sejak November 2011, OJK tidak langsung berperan sebagai
pengawas. Selama satu tahun sejak UU tersebut disahkan, OJK memasuki masa transisi. Di masa ini,
pengawasan pasar modal dan Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) dilakukan oleh Bapepam-LK dan
pengawasan perbankan masih dilakukan oleh Bank Indonesia.
Satu tahun berselang, pada 31 Desember 2012, pengaturan dan pengawasan pasar modal dan
IKNB yang tadinya dilaksanakan oleh Bapepam-LK mulai beralih ke OJK. Di masa ini, keterlibatan
OJK belum masuk dalam ranah perbankan.
Di tahun berikutnya, pada 31 Desember 2013, pengaturan dan pengawasan perbankan barulah
beralih ke OJK. Kemudian pada 2015, fungsi pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan mikro
(LKM) juga dilimpahkan ke OJK.
Latar Belakang Pembentukan OJK serta Tugas dan Fungsinya
OJK adalah singkatan dari Otoritas Jasa Keuangan. Seperti namanya, OJK dibentuk untuk
menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan dalam sektor jasa keuangan.

Tujuan OJK
Pembentukan OJK bukanlah tanpa sebab. Secara spesifik, Pasal 4 UU OJK menerangkan bahwa
tujuan didirikannya OJK adalah agar:

- Keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan terselenggara secara teratur, adil,
transparan, dan akuntabel.

- Keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan mampu mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil.

- Keseluruhan kegiatan dalam sektor jasa keuangan mampu melindungi kepentingan konsumen
dan masyarakat.

Fungsi dan Tugas OJK


Ketentuan Pasal 5 UU OJK menerangkan bahwa fungsi OJK adalah menyelenggarakan sistem
pengaturan dan pengawasan yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan.
Terkait fungsi tersebut, tugas OJK adalah melaksanakan pengaturan dan pengawasan terhadap:

1. Kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan.

2. Kegiatan jasa keuangan di sektor pasar modal.

3. Kegiatan jasa keuangan di sektor perasuransian, dana pensiun, lembaga pembiayaan, dan
lembaga jasa keuangan lainnya.

Wewenang OJK
Wewenang pengaturan OJK adalah sebagai berikut.

1. Peraturan pelaksanaan UU OJK.

2. Peraturan perundang-undangan di sektor jasa keuangan.

3. Peraturan mengenai pengawasan.

4. Peraturan mengenai tata cara penetapan perintah tertulis.


Wewenang pengawasan OJK adalah sebagai berikut.
1. Melakukan pengawasan dan perlindungan konsumen sektor perbankan, pasar modal, dan
IKNB.

2. Memberikan data atau mencabut izin usaha, pengesahan, persetujuan, atau penetapan
pembubaran.

3. Memberikan perintah tertulis kepada lembaga jasa keuangan dan menunjuk pengelola
statuter.

4. Menetapkan sanksi administratif.


Terkait edukasi dan perlindungan konsumen, OJK berhak melakukan hal-hal sebagai berikut.

1. Memberikan edukasi kepada masyarakat dalam rangka pencegahan kerugian konsumen dan
masyarakat.

2. Memberikan pelayanan pengaduan konsumen.

3. Melakukan pembelaan hukum untuk kepentingan perlindungan konsumen dan masyarakat.

Edukasi dan Perlindungan Konsumen oleh OJK


Sebagaimana diterangkan dalam laman OJK, penting untuk diketahui bahwa fungsi edukasi dan
perlindungan konsumen dalam industri jasa keuangan sangatlah penting. Dalam pelaksanaannya,
konsep ini dikelompokkan OJK menjadi dua, yakni preventif dan represif.
Preventif atau preventif action
Wujud langkah preventif ini adalah pelaksanaan edukasi serta perlindungan konsumen dengan
berbagai cara. Dalam edukasi yang bersifat preventif, OJK harus memastikan bahwa produk dan jasa
yang disediakan lembaga jasa keuangan telah memenuhi lima prinsip perlindungan konsumen.
Lima prinsip perlindungan konsumen tersebut tertuang dalam Pasal 2 POJK 07/2013 yakni
transparansi; perlakuan yang adil; keandalan; kerahasiaan dan keamanan data/informasi konsumen;
serta penanganan pengaduan serta penyelesaian sengketa konsumen secara sederhana, cepat, dan
biaya terjangkau.
Represif atau repressive actions
Bentuk langkah represif adalah penyelesaian pengaduan, fasilitasi penyelesaian sengketa, penghentian
kegiatan atau tindakan lain, serta pembelaan hukum untuk melindungi konsumen.
Pada intinya, OJK adalah lembaga independen yang dibentuk untuk menyelenggarakan pengaturan
dan pengawasan dalam sektor jasa keuangan. Adapun tugas OJK adalah untuk melakukan pengaturan
dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sektor perbankan, pasar modal, dan sektor IKNB.
(https://www.hukumonline.com/berita/a/pembentukan-ojk-serta-tugas-dan-fungsinya-
lt624e445a5e213?page=all).
2. Tantangan akuntansi yang dikatakan bahwa akuntansi adalah profesi yang akan mati di
kemudian. Waktu. Berikan jabaran penjelasan menurut pembahasan bab 1, diangkat dari
accounting theory development untuk membuat statement yg contra!
1. diangkat dari accounting theory development untuk membuat statement yg
contra!
Kehadiran Revolusi Industri 4.0 membawa perubahaan pada penyesuaian pekerjaan pada manusia,
mesin, teknologi dan proses di berbagai bidang profesi, termasuk profesi akuntan. Revolusi Industri
menuntut profesi akuntan untuk menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi dan big
data. Menghadapi era industri termutakhir masa kini, perkembangan ekonomi digital telah membuka
berbagai kemungkinan baru sekaligus meningkatkan resiko secara bersamaan. Perubahan tersebut
memberikan dampak signifikan dalam perkembangan akuntansi. Di era ini, perkembangan teknologi
dan inovasi seolah berkejaran dengan waktu. Inovasi-inovasi baru mendorong terciptanya pasar baru
dan menggeser keberadaan pasar lama. Mesin dan robot pintar kini banyak mengambil peran dan
seakan menguasai dunia. Pada Revolusi Industri 4.0 terjadi pergeseran yang luar biasa pada berbagai
bidang ilmu dan profesi, oleh karena itu cara kerja dan praktik akuntan perlu diubah untuk
meningkatkan kualitas layanan dan ekspansi global melalui komunikasi daring dan penggunaan cloud
computing.

Di era digital dan perkembangan teknologi seperti sekarang, arus informasi berjalan begitu cepat,
teknologi internet telah mengubah pandangan seseorang dalam mendapatkan informasi, termasuk
dalam dunia akuntansi bisnis. Perkembangan teknologi mengubah bisnis, menjadikan tidak
banyaknya sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam bisnis termasuk staf akuntansi. Hal ini
mengakibatkan Profesi akuntan underestimate terkait dampak teknologi terhadap pekerjaan akuntan.
Ini menjadikan tantangan berat yang harus dijawab.

Akuntan dan Teknologi

Perkembangan teknologi yang semakin pesat menjadi sinyal era automasi/digitalisasi. Artinya, peran
teknologi mulai menggeser kendali pekerjaan yang biasa dilakukan manusia. Potensi teknologi
menggantikan peran profesi akuntan hanya menunggu waktu. Peran akuntan akan bersifat strategis
dan konsultatif. Maka dari itu akuntan perlu memiliki sertifikasi misalnya fasih berteknologi, supaya
mampu bertahan dalam bersaing. Seorang akuntan juga harus memiliki strategi, diantaranya
penguasaan soft skill baik interpersonal skills maupun intra-personal skills, Business understanding
skills dan technical skills agar mampu menjawab tantangan diera digital ini. Seorang akuntan harus
aware terhadap perkembangan revolusi industri 4.0 dengan melihat kesempatan yang ada.

Perubahan era memang tidak bisa dihindari, maka dari itu harus selalu bisa mengontrol reaksi dan
sikap terhadap perubahan tersebut agar bisa ikut maju mengikuti perkembangan zaman. Dalam sektor
akuntansi, berbagai tantangan yang hadir seiring datangnya era digital tak bisa dibiarkan begitu saja,
harus dipelajari dengan baik agar dapat menentukan sikap untuk mengatasinya. Fasih berteknologi
merupakan salah satu kunci menghadapi tantangan di era ini.

Tantangan Profesi Akuntan

Dalam masa 5 tahun kedepan dimana teknologi 5G dalam perangkat telekomunikasi sudah diadopsi
secara penuh, akses internet dalam kecepatan Gigabit per detik dan perangkat keras juga manusia
sudah terhubung satu sama lain baik secara IoT atau IoP, akan mengubah peran akuntan yang
digantikan oleh teknologi AI (Artificial Intelligence) dan robotik dalam melakukan pekerjaan dasar
akuntan yaitu mencatat transaksi, mengolah transaksi, memilah transaksi, melakukan otomatisasi
pembuatan laporan keuangan sekaligus menganalisa laporan keuangan tersebut secara mandiri tanpa
campur tangan manusia. Pola swakelola fungsi dasar akuntan inilah yang tentunya meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pekerjaan dan hasilnya langsung diketahui saat itu juga (real time). Banyak
perusahaan yang sudah mengembangkan hal ini karena sudah didukung adanya standarisasi proses
pengelolaan keuangan dan standarisasi arsitektur sistem informasi yang memadai dan sesuai tuntutan
industri generasi keempat sehingga kompetensi krusial yang dibutuhkan bagi akuntan selanjutnya
adalah kemampuan analisa data, mengikuti perkembangan teknologi informasi dan memperbaharui
gaya kepemimpinan.

Lebih jauh lagi dampaknya adalah akuntan dan kantor akuntan akan “dipaksa” mengembangkan
aplikasi bergerak (mobile) untuk dapat mengakses data secara langsung dari perangkat telepon
genggam, tablet dan virtual reality (VR). Audit laporan keuangan dilakukan berbasis real-time dimana
regulator dan auditor menarik data yang dibutuhkan secara otomatis langsung dari sistem dan sensor
yang melekat pada kegiatan operasional sehingga transparansi dan keakuratan data yang dihasilkan
dapat dipertanggung jawabkan. Apabila akuntan tidak memiliki keahlian yang memadai didalam
teknologi informasi maka profesi lain dapat mengambil alih fungsi akuntan, sehingga dapat dikatakan
teknologi informasi adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhi untuk dipelajari dan dimengerti
oleh akuntan itu sendiri.

Dikutip dari International Edition of Accounting and Business Magazine edisi Desember 2016, Roger
Leonard Burrit dan Katherine Christ menyebutkan empat langkah yang harus diambil akuntan
didalam menghadapi revolusi industry 4.0 yaitu:

1. Kesadaran (Awareness) bahwa dengan revolusi industri melahirkan peluang atau kesempatan
baru. Kesempatan yang muncul ini menumbuhkan bisnis baru yang belum pernah ada
sebelumnya, sebagai contoh Jerman sebagai negara pencetus memiliki 80% perusahaan yang
siap mengimplementasikan revolusi industri 4.0 atau Cina yang menyadari bahwa diperlukan
pembangunan pada aspek pengetahuan dan menargetkan 60% investasi pada sektor ini.
Bukan hanya dua negara ini saja akan tetapi banyak negara sudah berada dalam tahap awal
diseminasi informasi yang selanjutnya akan berkembang lebih dalam untuk menjalankan
secara total revolusi 4.0

2. Pendidikan (Education). Regulator atau pemerintah dan praktisi pendidikan dituntut untuk
dapat membuat kurikulum yang relevan disesuaikan dengan perkembangan konektifitas
digital, seperti contohnya pelatihan koding, manajemen informasi antar beberapa program dan
platform yang berbeda atau implementasi real-time accounting yang ditujukan kepada seluruh
departemen dan organisasi perusahaan termasuk pemegang saham.

3. Pengembangan profesi (Professional Development). Meningkatkan kinerja profesi akuntan


beserta program – program yang mendukung pengembangannya dengan cara melakukan
latihan presentasi online maupun tatap muka secara langsung (face to face discussion) dan
mengevaluasi dampaknya terhadap kapabilitas profesi akuntan pada masa depan.

4. Penerapan standar tinggi (Reaching Out). Sebagai akuntan dituntut harus memiliki control
maksimal terhadap data yang dihasilkan, dimana data atau informasi fisik biasanya diperoleh
dibawah tanggung jawab para insinyur (engineer) sehingga hubungan kerja antara akuntan
dan insinyur harus berjalan harmonis agar data dan informasi akuntansi dijaga dengan baik.

Akuntan dalam perspektif revolusi industri sudah bukan lagi sebagai “book keeper” tetapi meluas
menjadi hal yang baru yang bisa jadi tidak menyentuh sama sekali aspek finansial. Eksplorasi hal baru
tentunya juga menimbulkan spesialisasi yang belum ada pada saat sekarang. Spesialisasi disini apabila
melihat kepada penjelasan diatas akan bertambah menjadi bidang pekerjaan baru yang menuntut
kapabilitas dan kapasitas yang berbeda pula karena diperlukan untuk mampu melihat potensi
perubahan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Celah antara dunia kerja riil dan
dunia akademis patut dijembatani untuk kemudian dilakukan riset dan penelitian lebih dalam dimana
hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan solusi yang membangun dan informatif untuk
kemudian dapat diaplikasikan dalam proses belajar mengajar di lingkungan universitas, perguruan
tinggi dan profesi akuntan. https://accounting.binus.ac.id/2020/05/11/akuntansi-dan-revolusi-industri-
4-0-sebuah-tantangan-profesi-akuntan-di-era-digitalisasi/
3. Jelaskan definisi dari 10 elemen dasar akuntansi meliputi aset, liability, dst. Dan berikan
penjelasan dari setiap definisi atau memberikan contoh yang relevan
A. Aset
Aset adalah property atau hak hukum yang dimiliki perusahaan oleh bisnis dan dapat dikaitkan
dengan nilai moneter. Kepemilikan dengan nilai ekonomi tersebut diharapkan bisa memberi manfaat
bagi bisni pada masa yang akan dating.
Aset perusahaan ada bermacam-macam. Secara garisbesar, aset dikelompokan seperti dibawah ini.
- Aset Berwujud (tangible assets): aset yang memiliki bentuk fisik seperti masin, bangunan,
kendaraan dan lain-lain.
- Aset tidak berwujud (intangible Assets): Aset yang tidak memiliki keberadaan fisik, tidak
dapat disentuh, dan tidak bisa dilihat, seperti goodwill, hakpaten, serta merek dagang.
- Aset tetap atau fixed Aset: Aset yang digunakan untuk lebih dari satutahun periode akutansi
dan manfaatnya diperoleh selama periode yang lama, misalnya komputer, mesin, tanah dan
sebagainnya.
Aset lancar: yaitu aset yang diap dikonversi menjadi uang tunai dan umumnya diserap dalam satu
periode akutansi seperti piutang.
B. Liabilitas
Liabilitas adalah kewajiban perusahaan saat ini yang timbul dari peristiwa masalalu dan
penyelesaiaannya akan berbentuk arus keluar dari sumber daya perusahaan yang diharapkan
mengandung manfaat ekonomi.
Secara sederhana, kewajiban dapat diartikan jumlah yang terutang oleh bisnis kepada pemilik serta
pihak luar. Umumnya, kewajiban dibagi menjadi dua kategori besar, yaitu kebajiban lancar dan
kewajiban tidak lancar.
Kewajiban Lancar mengacu pada kewajiban yang pembayaranny harus dibayar kembali selama tahun
keuangan berjalan, contohnya kreditur dan utang tagihan.
Kewajiban tidak lancar terdiri dari pembayaran yang jatuh tempo untuk pembayaran dalam jangka
waktu lema sehingga tidak perlu segera dilunasi, seperti surat utang, pinjaman jangka panjang dan
lain-lain.
C. Ekuitas
Ekuitas mewakili kepentingan kepemilikan di perusahaan dalam bentuk saham. Tepatnya, dalam
istilah akutansi ekuitas dikenal sebagai perbedaan antara nilai aset dan biaya kewajiban dari sesuatu
yang dimiliki. Karena itu, nilai ekuitas berupa jumlah sisa aset yang disesuaikan terhadap kewajiban.
Ekuitas = Aset – Liabilitas
D. Invenstasi oleh pemilik
Elemen ini menggambarkan peningkatan ekuitas yang diperoleh dari transfer sumber daya untuk
kepentungan pertukaran kepemilikan. Pada dasarnya, hal ini menggambarkan konstribusi pemilik
kepada perusahaan.
Jadi, ada ambil alih kepemilikan saham perusahaan dengan imbalan uang tunai disebut investasi oleh
pemilik.
E. Distribusi ke pemilik
Distribusi ke pemilik adalah penurunan ekuitas yang dihasilkan dari transfer ke pemilik. Hal ini akan
menentukan penarikan pemilik dari kepentinagn kepemilikan perusahaan. Deviden tunai yang
dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang sahaamnya merupakan contoh distribusi kepada
pemilik.
F. Pendapatan/Revenue
Pendapatan adalah hasil kerja yang diperoleh perusahaan dari akivitas bisnisnya. Biasanya,
pendapatan berupa arus masuk aset yang menghasilkan peningkatan ekuitas pemilik. Contoh
pendapatan yang paling lazim, terutama pada skala bisnis kecil, ialah pertukaran barang atau jasa
dengan imbal uang.
G. Keuntungan / gain
Berbeda dengan pendapata, dalam teori keuntungan didefinisikan sebagai peningkatan ekuitas pemilik
dari transaksi peripheral (sampingan) bisnis yang bersifat tidak teratur dan tidak berulang.\
Missal, penjualanmesin untuk jumlah yang lebih besar dari nilai bukunya (biaya awal dikurangi
penyusutan) akan menghasilkan keuntungan. Dengan catatan, perusahaan tersebut memang tidak
bergerak dalam bisnis jual beli mesin (yang dijual yaitu barang inventaris).
H. Biaya atau expenses
Expenses dalam istilah bahasan Indonesia disebut beban atau biaya. Pengertiannya, yaitu arus keluar
kotor yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan pendapatan. Didalam leporan keuangan,
biaya akan dicatat pada akun labarugi.
Missal, Beban Gaji , Adm, Maintenance dan lain lain.
I. Kerugian
Kerugian Sebaliknya dari keuntungan, rugi adalah penurunan ekuitas pemilik dari transaksi peripheral
yang tidak teratur dan tidak berulang.
J. Laba Komperhensif
yaitu perubahan (aktiva bersih) seuatu entitas selama periode tertentu yang dihasilkan dari transaksi
atau kegiatan dengan pihak bukan pemilik. http://lusycahyamurti.blogspot.com/2011/02/elemen-
elemen-dasar-laporan-keuangan.html
4. Jelaskan PSAK apasaja yang berlaku di Indonesia dan kebermanfaatannya
PSAK-IFRS International Financial Report Standard
Diginakan untuk badan atau bisnis yang memiliki akuntabilitas public, yautu badan yang terdaftar
atau masih dalam proses pendaftaran di pasar modal seperti perusahaan public, asuransi, perbankan,
BUMN atau pun perusahaan dana prnsiun.
PSAK-ETAP (Entitas tanpan Akuntabilitas Publik)
SAK-ETAP digunakan untuk entitas yang akuntabilitasn publiknya tidak signifikan dan laporan
keuangannya hanya untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal. Penetapan PSAK-ETAP
diberlakukan sejak 2009, yang direalisasikan mulai 2010 dan digunakan secara efektif sejak awal
januari 2011. PSAK-ETAP adalah aturan yang lebih menyederhanakan aturan PSAK-IFRS, dengan
tidak melakuka pencatatan laporan laba rugi sehingga lebih dipahami dengan mudah oleh pengguna.
PSAK-Syariah
Digunakan sebagai prosedur akutansi yang digunakan oleh Lembaga atau bisnis dengna kebijakan
syriah. PSAK jenis ini merupakan SAK jenis baru yang penetapannya dilakukan oleh Dewan
Akutansi Syariah. Contoh penggunaan PSAK-Syariah yakni oleh badan zakat, pegadaian syriah, dan
bank syriah yang penyusunannya dikembangakn sesuai dengan fatwa MUI. Walaupun konseptual,
Penyusunan, pengungkapan laporan, standar penyajian serta standar transaksi dikhususkan untuk
transaksi Syariah, namun pengimplementasiannya dapat dibarengi dengan PSAK pada umumnya jika
dibutihkan. Missal, Ketika penyusunan laporan keuangan bank Syariah yang pada awalnya
menggunakan PSAK umum karena mempunyai akuntabilitas public, kemudai diimplementasikan
PSAK-Syariah pada setiap transaksi berbasis Syariah.
SAK-EMKM (Entitas Mikro Kecil Menengah)
Mengacu Pada UU No. 20 Tahun 2008. Entitas atau badan usaha yang syarat SAK-ETAP nya belum
terpenuhi, menggunakan jenis ini. Dengan begitu, laporan keuangan dapat disusun secara eksplisit
tanpa terkecuali tentang kepatuhan SAK-EMKM papa pencatatan laporan keuangan. Keptuhan yang
terlihat Ketika entitas sudah patuh dengan syarat SAK-EMKM. Berarti, pencatatan transaksi,
kejadian, serta kondisi pada laporan keuangan dibuat swcara konsisten.
SAP (Standar Akutansi Pemerinatah)
SAP digunakan oleh entitas pemerinatah dan penetapannya dilakuakn oleh Komite Standar Akutansi
Pemerintah. Pembuatan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) atau Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) mengacu pada jenis ini. SAP dibuat agar entutas pemerintah
berpartisipasi, memberikan transparansi, serta akuntabilitas dalam mengelola keuangan negara yang
ditetapkan sebagai PP Nomor 24 Tahun 2005.
5. Jelaskan manfaat KKPK dan bandingkan dgn conseptual framework yang ada. Jelaskan
manfaat, persamaannya dan bagaimana pendapat anda mengenai full adoption IFRS apakah
merupakan wajib atau tidak bagi akuntansi di Indonesia?
KKPK (Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan)

Kerangka Konseptual Pelaporan Keuangan (KKPK) merupakan pengaturan yang merumuskan konsep
yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan untuk pengguna eksternal. Kerangka
Konseptual bukan merupakan PSAK sehingga tidak mendefinisikan standar untuk pengukuran atau
isu pengungkapan tertentu. Kerangka Konseptual ini tidak mengungguli PSAK tertentu. Jika terdapat
perbedaan antara PSAK dan KKPK, maka persyaratan yang ada dalam PSAK mengungguli
persyaratan yang ada dalam Kerangka Konseptual.

Mengapa DSAK IAI merevisi Kerangka Konseptual?

Revisi Kerangka Konseptual merupakan bagian dari wujud komitmen konvergensi IFRS di Indonesia.
DSAK IAI pada tanggal 28 September 2016 telah mengesahkan Kerangka Konseptual Pelaporan
Keuangan (KKPK) yang merupakan adopsi dari the Conceptual Framework for Financial Reporting
per 1 Januari2016. KKPK ini menggantikan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan (KDPPLK) (Penyesuaian 2014) yang berlaku efektif per 1 Januari 2015. KKPK berlaku
efektif sejak tanggal pengesahan.

Apa saja yang dibahas dalam KKPK ini?

KKPK dibagi menjadi 4 bab, yaitu:

1. Bab1: Tujuan Pelaporan Keuangan Bertujuan Umum


Tujuan pelaporan keuangan bertujuan umum adalah untuk menyediakan informasi keuangan
tentang entitas pelapor yang berguna untuk investor saat ini dan investor potensial, pemberi
pinjaman, dan kreditor lainnya dalam membuat keputusan tentang penyediaan sumber daya
kepada entitas.

2. Bab 2: Entitas Pelapor


Bab ini masih menjadi pembahasan IASB dalam projek Kerangka Konseptualnya.

3. Bab 3: Karakteristik Kualitatif Informasi Keuangan yang Berguna


Karakteristik kualitatif informasi keuangan yang berguna mengidentifikasi jenis informasi
yang kemungkinan besar sangat berguna untuk pengguna dalam membuat keputusan
mengenai entitas pelapor berdasarkan informasi dalam laporan keuangan (informasi
keuangan).
Agar informasi keuangan menjadi berguna, informasi tersebut harus relevan (relevance) dan
merepresentasi secara tepat apa yang direpresentasikan (faithful representation). Kegunaan
informasi keuangan dapat ditingkatkan jika informasi tersebut terbanding (comparable),
terverifikasi (verifiable), tepat waktu (timely), dan terpaham (understandable).

4. Bab 4: KDPPLK (1994): Pengaturan yang Tersisa


Bab ini mencakup pengaturan yang tersisa dari KDPPLK (1994).
http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/tentang-5-kerangka-dasar-sak-umum

Kerangka konseptual adalah struktur teori akuntansi yang didasarkan pada penalaran logis
yang menjelaskan kenyataan yang terjadi dan menjelaskan apa yang harus dilakukan apabila
ada fakta atau fenomena baru.

Kerangka Kerja Konseptual (Conceptual framework) sangat penting karena memiliki


landasan alasan yaitu bermanfaat dan berhubungan dengan penentuan standar akuntansi serta
bangunan konsep dan tujuan yang sudah ditetapkan. Memudahkan kita memecahkan masalah
yang terkait dengan praktik baru dan mungkin mengandung risiko tinggi.

Indonesia telah melakukan adopsi penuh IFRS mulai 1 Januari 2012. Namun penerapan IFRS
telah dimulai secara bertahap dengan penerapan 19 PSAK dan 7 ISAK baru yang telah
mengadopsi IAS/IFRS mulai 1 Januari tahun 2010.2 Konvergensi IFRS ini merupakan salah
satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota forum G-20.

Dengan mengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari meningkatnya


kredibilitas pasar modal Indonesia di mata investor global, meluasnya pasar investasi lintas
batas negara dan meningkatkan efisiensi alokasi modal. Teknologi informasi yang
berkembang pesat telah mengubah lingkungan pelaporan keuangan.

Di Indonesia sendiri, saat ini telah mengadopsi IFRS. Hal ini dikarenakan Indonesia
merupakan bagian dari IFAC yang mewajibkan anggotanya untuk mematuhi Statement
Membership Obligation (SMO), sehingga Indonesia harus menjadikan IFRS sebagai salah
satu standar akuntansinya.

Penerapan IFRS diharapkan dapat meningkatkan transparansi perusahaan dan kualitas


informasi laporan keuangan yang bermanfaat bagi investor. IFRS diyakini dapat
meningkatkan kualitas informasi akuntansi karena penggunaan fair value yang bisa
menggambarkan kondisi ekonomi perusahaan dengan baik.
Indonesia mulai mewajibkan seluruh perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa efek (go
public) untuk menggunakan International Financial Reporting Standards (IFRS) dalam
menyusun pelaporan keuangannya mulai tahun 2012.
6. Jelaskan permasalahan umum dari praktik akuntansi di Indonesia, minimal 5 masalah.
Berikan uraiannya permasalahannya dan bagaimana masalah tersebut masih relevan sampai
saat jni
Permasalahan umum dari praktik akuntansi di Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Kesalahan dan terlambatnya pengakuan pencatatan

Kesalahan yang paling banyak dibuat oleh pemilik perusahaan yakni perusahaan tidak mencatat
laporan keuangan secara rutin. Karena saat bisnis sudah berjalan dengan lancar, pemilik perusahaan
sudah tidak ada waktu dan tenaga lagi untuk mengurusi beberapa masalah. Yang terjadi di
perusahaan, sehingga dalam pencatatan keuangan sudah tidak menjadi prioritas utama dalam
menjalankan bisnisnya setiap harinya. Tak jarang dalam pencatatan laporan keuangan juga tidak
berdasarkan kondisi perusahaan.

2. Tidak melihat laporan keuangan sebagai alat perusahaan

Tidak sedikit perusahaan yang hanya melihat fungsi dari akuntansi ini hanya sebatas pencatatan data
keuangan perusahaan saja. Yang hanya berfungsi untuk menghitung besar saldo atau hanya untuk
kepentingan pajak saja.

Padahal laporan keuangan ini bisa digunakan untuk pertimbangan yang sangat kuat untuk pemilik
perusahaan. Karena bisa digunakan untuk menentukan keputusan ataupun strategi yang akan
digunakan, saat perusahaan mulai menurun.

3. Pemilik Perusahaan ingin menangani sendiri

Saat awal mula bisnis dijalankan, pemilik perusahaan masih bisa menangani sendiri semua masalah
ataupun urusan perusahaan. Misalnya membuat atau mencatat laporan keuangan, tetapi seiring
berjalannya waktu dan perusahaan sudah berkembang. Tentu saja tidak mudah untuk ditangani
sendiri, karena membutuhkan banyak waktu dan tenaga. Sebaiknya perusahaan menggunakan staf
akuntansi atau staf yang handal dalam menyelesaikan laporan keuangan perusahaan.

4. Belum terpisahnya akun rekening pribadi dan rekening perusahaan

Pemilik perusahaan biasanya tidak memisahkan uang pribadi dengan uang perusahaan, terutama
untuk keperluan sehari-hari. Hal ini tentu saja dapat menghambat memiliki dampak negatif untuk
perusahaan. Terutama uang perusahaan yang harusnya bisa digunakan untuk investasi, tapi lebih
banyak digunakan untuk kepentingan pribadi.

Sebaiknya perusahaan membedakan atau memisahkan uang untuk pribadi ataupun uang perusahaan.
Dan catat uang masuk dan keluar secara detail untuk kepentingan bisnis, sehingga kinerja perusahaan
dapat dinilai secara nyata.

5. Tidak menyimpan kuitansi dan nota (pengarsipan kurang rapi)


Kebiasaan yang memang sederhana ini bisa menjadi masalah yang sangat besar, padahal nota ini bisa
menjadi jawaban atau bukti yang valid untuk membuktikan keakuratan data. Pentingnya pengarsipan
bukti fisik secara rapi dan teratur perlu diutamakan oleh bagian accounting dalam membuat laporan
keuangan.

6. Menempatkan staf yang tidak pada kapabilitasnya

Pemilik perusahaan sering kali tidak memiliki waktu untuk mencatat laporan keuangan perusahaan,
karena itulah seringkali pemilik perusahaan memakai jasa orang lain. Seperti anggota keluarga atau
teman dekat yang notabenenya orang tersebut tidak mengetahui akuntansi.

Sehingga sering orang tersebut salah dalam mengambil keputusan yang kurang tepat dalam
pencatatan keuangan. Biasanya dengan alasan untuk menghemat uang perusahaan, tetapi hal ini bisa
membuat timbulnya masalah pada saat pembuatan laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan
perusahaan dibuat tanpa tahu kebenaran data tersebut.

7. Kurang teliti dalam berhitung

Kesalahan ini sering kali terjadi, tidak menutup kemungkinan akuntan berpengalaman pun bisa
melakukan kesalahan tersebut. Padahal sudah menggunakan program, akuntan biasanya salah dalam
pencatatan ke akun yang berbeda, atau salah dalam mengetik. Faktor-faktor ini terjadi biasanya karena
terburu-buru atau kelelahan sehingga fokus menjadi menurun.

Jika kesalahan dalam menghitung ini digabungkan dengan kesalahan pada saat penginputan dan
rekonsiliasi. Maka dampaknya adalah laporan keuangan yang diterbitkan tidak terjamin keakuratan
dan keandalannya.

8. Berpikir bahwa teknologi adalah solusi yang terbaik

Banyak sekali perusahaan merasa dengan menginvestasikan uangnya untuk teknologi yang canggih.
Seperti progam akuntansi perusahaan bisa menyelesaikan masalah dalam pembuatan laporan
keuangan perusahaan. Padahal tidak jarang program tersebut tidak sesuai dengan skala bisnis yang
begitu rumit. Sehingga, perlu diketahui bahwa dalam pemilihan program memerlukan proses dan
pertimbangan yang matang dari pemilik perusahaan.

9. Hanya berfokus pada jangka pendek

Pemilik perusahaan ini biasanya hanya menggunakan laporan pada transaksi harian saja. Padahal
jumlah angka yang ada dalam laporan keuangan bisa digunakan untuk membuat forecast
pertumbuhan bisnis dimasa yang akan datang. Tidak hanya itu, laporan keuangan bisa digunakan
untuk mengidentifikasi resiko yang muncul dari kondisi keuangan.

Sebaiknya pemilik perusahaan mulai mempertimbangkan pentingnya laporan keuangan apabila


perusahaan ingin terus tumbuh di masa yang akan datang.
(https://www.jtanzilco.com/blog/detail/1348/slug/9-masalah-akuntansi-yang-perlu-di-pahami-oleh-
perusahaan)
7. Jelaskan bagaimana anda menjelaskan definisi akuntansi sebagai seni/ proses/ teori.
Berikan alasan berdasarkan referensi yang sesuai.
Akutansi sebagai seni
Seni adalah kemampuan yang memerlukan perasaan, intuisi, pengalaman, bakat dan pertimbangan
yang secara keseluruhan membentuk kearifan. Yang dimaksud akutasi sebagi seni adalah akutansi
merupakan sebuah seni pencatatan transaksi keuangan, yaitu dalam akutansi, seni ini dapat berupa
keahlian dan pengalaman untuk memilih perlakuan atau kebijakan yang terbaik, dalam rangka
mencapai suatu tujuan akutansi (pada level perusahaan atau negara) dengan mempertimbangkan
faktor nilai (morel, Ekonomik dan social).
Contoh: seni pencatatan transaksi keuangan yang terdapat dalam sebuah akutansi, yaitu pencatatan
transaksi bisnis pada jurnal umum, seni pencatatan transaksi dalam jurnal pembelian maupun
pengeluaran dan masih banyak contoh seni pencatatan transaksi keuangan lainnya.
https://www.harmony.co.id/blog/definisi-akuntansi-sebagai-seni-pencatatan-transaksi-keuangan
Akutansi Sebagai Proses
Akutansi adalah proses pencatatan transaksi keuangan yang berkaitan dengan bisnis. Proses akutansi
adalah mencangkup meringkas, menganisis, dan melaporkan transaksi bisnis kepada Lembaga
pengawas, regulator dan entitas pemungut pajak.
Menurut Sunyanto (1999), Akutansi adalah suatu tahapan proses pengumpulan, pengidentifikasian,
mencatat penggolongan, perikasan, serta penyajian atau laporan dari banyaknya transaksi keuangan
serta penafsaran hasilnya guna pengambilan keputusan.
Menurut Winarno (2006) Pengertian akutansi adalah sebuah pencatatan transaksi keuangan dan
mengolah data transaksi dan menyajikan sebuah informasi terhadap pihak-pihak yang berhak dan
bekepentingan. (Kompas.com)
https://money.kompas.com/read/2022/02/18/140000126/apa-itu-akuntansi--pengertian-tujuan-proses-
fungsi-dan-manfaatnya?page=all#:~:text=Dikutip%20dari%20Investopedia%2C%20akuntansi
%20adalah,regulator%2C%20dan%20entitas%20pemungut%20pajak.
Teori Akutansi
Tero Akutansi adalah bentuk pengertian yang digunakan untuk menunjukan spekulasi, metodologi
dan bentuk kerangka kerja serta mempelajari bentuk pelaporan keuangan. Teori akutansi juga
membahas tantang bagaimana bentuk prinsip pelaporan keuangan tersebut diterapkan dalam industry
yang barkaitan dengan akutansi.
Kesimpulan
Jika dikaitkan dengan seni akutansi memang termasuk seni dalam pencatatan karena seni
merupakan sebuah keahlian dan pengalaman, karena dalam seni seseorang harus memiliki keahlian
dan pengalaman begitu pun dengan akuntan dia harus memuliki keahlian dalam menyusun laporan
keuangan dan pengalama yang cukup. Dikategorikan sebagai proses karena akuransi berkaitan
dengan periode pencatatan yang dimana terika dengan waktu tertentu karena suatu proses
memerlukan waktu. Dikaitkan dengan teri akutansi memang teori, tidak akan bisa seseorang
Menyusun pancatatan laporan keuangan jika tidak menguasai teorinya.

Anda mungkin juga menyukai