Anda di halaman 1dari 17

TUGAS AKUNTANSI KEUANGAN LANJUTAN I

PERKEMBANGAN STANDAR
AKUNTANSI KEUANGAN DI INDONESIA

Dosen: Dr. Debbie Christine, S.E., M.Si., A.K., C. A.

Kelompok 1 :
Rena Noviana 0118104016
Shenny Ris Aryagustin 0118104019
Maria Okthavyana C 0118104020
Imanudin 0118104026
Asnia Mahardika 0118104028
Rury Sagita Amalia P 0118104037

UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas Rahmat dan
Karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah ”Perkembangan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ibu Debby
Christine, Dr., S.E., M.Si., Ak., C.A. pada bidang mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I.
Selain itu, tugas makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagaimana
perkembangan standar akuntansi bagi para pembaca dan juga penulis.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Ibu Debby Christine yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan pada bidang mata kuliah yang kami
tekuni ini.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membagikan
pengetahuannya, serta pihak yang telah membantu proses makalah ini sehingga makalah ini bisa
terselesaikan. Dan, kami pun sadar makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami menerima kritik dan saran yang membangun agar kami bisa memperbaiki
makalah ini agar lebih sempurna lagi di kemudian hari.

Bandung, 27 September 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Standar akuntansi merupakan pedoman atau suatu aturan yang baku dalam penyusunan
laporan keuangan setiap perusahaan. Standar akuntansi keuangan adalah metode dan format
baku yang digunakan dalam penyajian informasi laporan keuangan. Namun, kini jaman
semakin maju dengan pesatnya perkembangan globalisasi yang memungkinkan seseorang
untuk mengakses data informasi. Termasuk laporan keuangan perusahaan yang dijadikan alat
pertimbangan dalam menilai kondisi suatu perusahaan, dan juga sebagai alat untuk pengambil
keputusan. Perlu diingat, standar akuntansi dalam perkembangannya tidak terlepas dari
pengaruh faktor – faktor lain, misalnya pandangan para ahli di bidang akuntansi,
perkembangan politik dan ekonomi, peraturan pemerintah, tuntutan masyarakat, dan faktor
lainnya.
Menurut Belkaoui (2006) standar akuntansi merupakan masalah penting dalam profesi
dan semua pemakai laporan posisi keuangan. Oleh karena itu, mekanisme penyusunan standar
akuntansi harus diatur sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kepuasan kepada semua
pihak yang berkepentingan. Standar akuntansi akan terus berubah sesuai perkembangan dan
tuntutan masyarakat. Standar akuntansi secara umum diterima sebagai aturan baku, yang
didukung oleh sanksi – sanksi untuk setiap ketidakpatuhan.
Pada masa sekarang ini pengembangan standar akuntansi yang baik harus bersifat relavan
dan mutlak. IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) sebagai wadah profesi akuntansi Indonesia
selalu tanggap dalam perkembangan yang terjadi dalam bidang yang berkaitan dalam dunia
usaha atau akuntansi yang didirikan pada 23 Desember 1957 yang telah menonggakan sejarah
tiga kali dalam perkembangan Standar Akuntansi di Indonesia. Dalam perkembangannya
Standar Akuntansi Keuangan terus di revisi secara berkesinambungan baik penyempurnaan,
ataupun penambahan standar baru semenjak PAI berubah menjadi SAK pada tahun 1994.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperoleh penyusunan makalah, yaitu untuk
mengetahui beberapa hal sebagai berikut:
1. Sejarah Standar Akuntansi di Indonesia
2. Tujuan Standar Akuntansi Keuangan
3. Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) [Generally Accepted Accounting
Principle (GAAP)]
4. Pilar Standar Akuntansi Keuangan
5. Indonesia dan Konvergensi
6. Harmonisasi PSAK Konvergensi IFRS
7. Rintangan dalam Proses Menuju Harmonisasi
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu untuk memecahkan rumusan masalah di atas,
dan mengetahui bagaimana pengembangan standar akuntansi. Serta pemenuhan nilai tugas
mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan I selaku mahasiswa Universitas Widyatama
Fakultas Ekonomi Akuntansi.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 SEJARAH STANDAR AKUNTANSI YANG BERLAKU DI INDONESIA


Standar akuntansi keuangan merupakan pedoman penting bagi akuntan dalam menyusun
laporan keuangan, juga sebagai metode dan format yang baku dalam penyajiannya. Penyajian
laporan keuangan yang baik pada masa sekarang ini harus relavan dan mutlak sifatnya.
Standar akuntansi keuangan di Indonesia telah dimulai pada zaman kerajaan di masa lalu,
seperti Kerajaan Majapahit, Kerajaan Sriwijaya, dan Kerajaan mataram.Namun tidak ada
bukti yang kuat bahwa penerapan akuntansi di Inonesia dimulai pada 1642, sehingga
penerapan akuntansi modern di Indonesia dimulai pada masa penjajahan kolonial Belanda
pada tahun 1842 ketika Gubernur Belanda dari Hindia-Belanda mengeluarkan peraturan
tentang penerimaan kas, piutang, anggaran untuk garnisun (tentara), dan pengiriman kapal di
Batavia dicatat dengan menggunakan jurnal.
Belanda datang ke Indonesia pada abad ke-16 untuk berdagang dengan membuat
organisasi yang bernama VOC (Vereenigde Oost Indische Compagnie). Pada tahun 1602
terjadi peleburan 14 maskapai dan tahun 1619 membuka cabang di Batavia dan kota lain di
Indonesia dan berakhir pada tahun 1799 saat kekuasaan diambil oleh Kerajaan Belanda.
Dimasa itu, sudah terjadi pencatatan sederhana. Pada 1880-1942 telah dilakukannya
pencatatan debit-kredit berdasarkan praktik dagang untuk kepentingan perusahaan Belanda
saja. Pada 1942-1945 pencatatan masih menggunakan debit dan kredit dan belum terjadi
banyak perubahan pada pencatatan akuntansi. Tetapi, pada tahun 1945 sampai sekarang
dilakukan harmonisasi pada standar IFRS.
IAI (Ikatan Akuntansi Indonesia) merupakan wadah profesi akuntansi di Indonesia
terus mengembangkan standar untuk mengembangkan usaha untuk menyesuaikan pada dunia
usaha dan profesi akuntansi dan merupakan anggota dari International Federation of
Accountants (IFAC). IAI sendiri sudah tiga kali menonggakan sejarah dalam pengembangan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Pada tahun 1973 dibentuknya Panitia
Penghimpunan Bahan – Bahan dan Struktur GAAP (Generally Accepted Accounting
Principle) dan GAAS ( Generally Accepted Auditing Standards) yang tediri dari Dewan
Penasihat Panitia Kerja yang berhasil menghimpun dan mengkodifikasikan prinsip akuntansi.
A. Bahan – bahan untuk menghimpun Prinsip Akuntansi 1973
Bahan – bahan untuk menghimpun Prinsip Akuntansi 1973 adalah sebagai berikut:
1. Buku prinsip – prinsip akunting yang diterbitkan oleh Direktorat Akuntan Negara, Direktorat
Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN), Departemen Keuangan RI sekarang
bernama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Negara (BPKP)
2. Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprise oleh Paul
Grady yang diterbitkan oleh AICPA
3. Opinions of Accounting Principle Board, diterbitkan oleh AICPA
4. Kumpulan dari Accounting Research Bulletins (ARBs), diterbitkan oleh AICPA
5. A statement of Australian Accounting Principles yang diterbitkan oleh Accounting and
Auditing Research Committee dari Accounting Research Foundation.
6. Wet op de Jaarekening van Ondernemigen diterbitkan oleh NIVRA
7. dan literatur lainnya.
Pada tahun 1973 merupakan kali pertamanya IAI melakukan kodifikasi prinsip dan
standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam buku yang berjudul Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI) yang berhasil disahkan pada Kongres III pada 2 Desember 1973 yaitu
menjelang diaktifkannya kembali Pasar Uang dan Modal.
Kemudian disempurnakan kembali dalam PAI 1984 dan menjadi tonggak sejarah
kedua bagi IAI yang bertujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dalam dunia usaha.
Sama halnya dengan PAI 1973, perumusan prinsip, prosedur, metode, dan teknik – teknik
dalam Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 ini dibatasi pada hal – hal yang berhubungan dengan
akuntansi keuangan yang diungkapkan secara garis besar atau bersifat umum, tidak mencakup
praktik akuntansi untuk industry tertentu yang memerlukan penjabaran lebih lanjut dalam
“pernyataan” tersendiri.
Komite PAI telah bertugas selama empat periode dimulai pada tahun 1973 hingga
1994 dengan pola susunan panitia yang selalu diperbarui. Pada periode kepengurusannya
1994-1998, Komite PAI merubah total PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku
“Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994” . Pada tahun itu, IAI memutuskan
harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangannya yang
selanjutnya dilanjutkan perubahan harmonisasi ke adaptasi. Kemudian pada Kongres VIII
tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan Standar
Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan diberikan otonomi untuk menyusun
dan mengesahkan PSAK.
Di dalam proses perkembangannya dilakukan lagi revisi secara kontinyu, baik
penyusunan maupun penambahan standar. Pada tahun 1994-2007 terdapat sudah enam kali
revisi berupa penambahan sejumlah standar seperti KDPPLK Syariah, 5 PSAK revisi, dan 6
PSAK baru dan menjadi 2 KDPPLK, 7 ISAK, dan 62 PSAK. Sejak tahun 1994 hingga 2004,
ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS yang telah menjadikan kebijakan Standar
Akuntansi Keuangan Indonesia untuk menggunakan standar internasional sebagai dasar untuk
membangun Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan
revisi besar untuk menerapkan standar – standar akuntansi baru yang kebanyakan konsisten
dengan IAS, dan beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri.
Konvergensi IFRS Tahap 1 dimulai sejak tahun 1995 sampai 2010 dengan merevisi
terus menerus buku Standar Akuntansi Keuangan secara berkesinambungan dan telah
dilakukannya revisi sebanyak enam kali yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1
April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September 2007, dan 1 Juli 2009. Dalam Kongres
IAI X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun
2008 yang diakhir tahun tersebut hanya bisa mengadopsi 10 standar IFRS dari 33 total
standar.
Dari revisi pada tahun 1994 juga menghasilkan keputusan IAI untuk melakukan
harmonisasi standar PSAK kepada International Financial Reporting Standar (IFRS) yang
kemudian diubah menjadi adopsi dan adopsi tersebut ditunjukan dalam bentuk konvergensi
terhadap IFRS. Salah satu bentuk revisi yang berbentuk adopsi standar internasional menuju
konvergensi terhadap IFRS pada tahun 2007 adalah rencana jangka panjang IAI yaitu menuju
konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012.
Setelah dilakukannya adopsi pada tahun 2012, PSAK mengalami banyak perubahan
pada tahun 2013-2014 yang berlaku efektif pada 1 Januari 2015 yang berdampak pada judul
pelaporan, penyajian, dan perubahan pada item tertentu. Perubahan PSAK terus berlanjut.
Pada tahun 2015, PSAK mengeluarkan PSAK 69 Agrikultur yang berdampak pada
perusahaan agrikultur. Pada akhir 2016 dikeluarkannya PSAK 70 tentang Aset dan Liabilitas
Pengampunan Pajak, serta ED PSAK Instrumen Keuangan dan ED 72 Pendapatan dari
Pelanggan.
Pada 2016 juga, IAI mengeluarkan Standar Akuntansi untuk Entisitas Mikro Kecil
dan Menengah yang sederhana dan diharapkan dapat dengan mudah diterapkan untuk entisitas
yang termasuk ke dalam kategori EMKM menurut UU yang ada.
2.2 TUJUAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN
Adapun tujuan Standar Akuntansi Keuangan sebagai berikut:
A. Dapat memberikan infotmasi tentang posisi keuangan perusahaan, prestasi, dan kegiatan
perusahaan. Informasi yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang mempunyai sifat
jelas, konsisten, terpercaya, dan dapat dibandingkan.
B. Memberikan pedoman dan peraturan kerja bagi akuntan publik agar mereka dapat
melaksanakan tugasnya dengan berhati – hati, independen dan dapat mengabadikan
keahliannya dan kejujurannya dalam menyusun laporan keuangan setelah melalui
pemeriksaan akuntan.
C. Memberikan database kepada pemerintah tentang berbagai informasi penting dalam
perhitungan pajak, peraturan tentang perusahaan, perencanaan, pengaturan ekonomi, dan
peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan makro lainnya.
2.3 PRINSIP AKUNTANSI YANG BERLAKU UMUM (PABU) [Generally Accepted
Accounting Principles (GAAP)
Menurut Suwardjono, Prinsip akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) merupakan
pedoman yang luas daripada standar akuntansi karena tidak semua perlakuan akuntansi secara
eksplisit diatur dalam standar akuntansi. Prinsip akuntansi yang Berlaku Umum berisikan
standar akuntansi ditambah dengan sumber – sumber acuan lain yang didukung berlakunya
(mempunyai authoritative support).
A. Adanya pengertian Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU)
1. Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum adalah seperangkat prinsip akuntansi, standar, dan
prosedur yang digunakan perusahaan untuk menyusun laporan keuangan mereka. PABU
adalah kombinasi standar otoritatif (yang diterapkan oleh dewan pembuat kebijakan) dan
hanya cara yang diterima secara umum pencatatan dan pelaporan informasi akuntansi.
2. Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) adalah suatu kerangka pedoman yang terdiri
atas standar akuntansi dan sumber – sumber lain yang yuridis, teoritis, dan praktis.
3. Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU) merupakan kerangka pedoman untuk
menentukan perlakuan akuntansi yang tepat atau wajar dalam suatu lingkungan akuntansi
(negara).
B. Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum member pedoman pada akuntansi
1. Pengukuran
Pengukuran atau penilaian adalah penentuan jumlah rupiah sebagai unit pengukur suatu objek
yang terlibat dalam suatu transaksi keuangan.
2. Pengakuan
Pengakuan adalah jumlah rupiah (cost) ke dalam sistem akuntansi sehingga jumlah tersebut
akan mempengaruhi suatu pos dan terefleksi dalam laporan keuangan
3. Penyajian
Pengungkapan berarti pembebaran hal – hal informative yang dianggap penting dan
bermanfaat bagi pemakai selain apa yang dapat dinyatakan melalui laporan keuangan utama
dan cara penyampaiannya.
2.4 JENIS STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DI INDONESIA
Selain untuk keseragaman dalam penyusunan laporan keuangan, mempermudah membaca
laporan keuangan, dan juga auditor. Pada PSAK-IFRS, SAK ETAP ditetapkan oleh Dewan
Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntansi Indonesia. PSAK Syariah ditetapkan oleh
Dewan Akuntansi Syariah, sedangkan SAP oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah.
Berikut merupakan penjelasannya.
A. PSAK – IFRS
PSAK-IFRS merupakan singkatan dari Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan –
International Financial Report Standard. PSAK merupakan nama lain yang dibuat oleh IAI
pada 2012. Ditahap pelaksanaan PSAK sangat penting untuk menerapkannya ke dalam entitas
yang bersifat umum, antara lain: emiten, perusahaan public, perbankan, asuransi, BUMN.
Tujuan dari PSAK sendiri adalah memberikan sejumlah informasi penting yang cukup relavan
bagi pihak yang menggunakan laporan keuangan. Penggunaan IFRS sendiri juga bukan tanpa
alasan, Indonesia sebagai anggota IFAC yang mau tidak mau Indonesia harus mematuhi
kesepakatan antar anggota.
Adapun karakteristik IFRS yang menggunakan prinsip dasar sebagai berikut:
1. Lebih mengemukakan adanya interpretasi serta aplikasi yang ada antarstandar yang
berakibat adanya fokus dalam penerapan IFRS
2. Standar memerlukan penilaian terhadap substansi transaksi serta adanya evaluasi terhadap
cerminan dari sistem presentasi akuntansi
3. Memerlukan ketentuan profesional terhadap pola penerapan standar akuntansi
B. SAK ETAP
SAK-ETAP diterbitkan pada tahun 2009 dan berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2011.
SAK ETAP merupakan standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntansi publik.
Umumnya, ETAP digunakan untuk entitas yang akuntabilitas publiknya tidak signifikan dan
laporan keuangannya hanya untuk tujuan umum pengguna eksternal. ETAP sendiri
menggunakan IFRS untuk Small Medium Enterprise sebagai acuan penerapan standar,
dengan kata lain ETAP merupakan anak dari IFRS yang disederhanakan. Penyederhanaan
tersebut meliputi: tidak adanya laporan laba/rugi komperensif, penilaian kas tetap, aset tak
berwujud, dan properti investasi setelah tanggal perolehannya menggunakan harga perolehan
tidak ada pilihan menggunakan nilai evaluasi atau nilai wajar, serta tidak ada pengakuan
liabilitas dan aset pajak tangguhan karena beban pajak diakui sebesar jumlah pajak menurut
ketentuan pajak.
C. PSAK Syariah
Sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, Indonesia tentu memerlukan
kebijakan – kebijakan yang berkaitan dengan hukum syariah. Adanya lembaga – lembaga
berbasis syariah seperti bank syariah, pengadaian syariah, badan zakat, dan sebagainya tentu
membutuhkan sebuah lembaga yang memiliki standar syariah. Inilah yang menjadi tujuan
PSAK Syariah. Pengembangan PSAK Syariah dibuat berdasarkan acuan fatwa MUI.
PSAK Syariah berada dalam PSAK 100-106 yang terdiri dari:
1. Kerangka Konseptual
2. Penyajian Laporan Keuangan Syariah
3. Akuntansi Murabahah
4. Musyarakah
5. Mudharabah
6. Salam
7. Istishna
D. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)
SAP atau Standar Akuntansi Pemerintah ini diterbitkan oleh Komite Standar Akuntansi
Pemerintah yang ditetapkan sebagai Peraturan Pemerintah (PP) yang diterapkan untuk entitas
pemerintah untuk menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), dan Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD).
SAP diterapkan dengan PP No. 24 Tahun 2005 tanggal 13 Juni 2005 tentang Standar
Akuntansi Pemerintah (PP SAP). Penyusunan SAP melalui tahapan – tahapan seperti:
1. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar
2. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP
3. Riset terbatas oleh Kelompok Kerja
4. Penulisan draf SAP oleh Kelompok Kerja
5. Pembahasan draf SAP oleh Komite Kerja
6. Pengambilan Keputusan Draft untuk Dipublikasikan
7. Peluncuran draft publikasian SAP (Exposure Draft)
8. Dengar Pendapat Terbatas (Limited Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public
Hearings)
9. Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draft Publikasi
10. Finalisasi Standar
Secara garis besar, SAP disusun untuk instalasi kepemerintahan baik pusat, maupun
daerah untuk menyusun laporan keuangan dalam pemerintahan. Penyusunan ini bertujuan
untuk menjamin transparasi data, partisipasi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara
agar dapat mewujudkan pemerintahan yang baik dan bersih.
E. SAK-EMKM
Selanjutnya, SAK-EMKM yang ditujukan bagi entitas menengah kebawah, atau entitas yang
belum mampu memenuhi persyaratan akuntansi sesuai SAK-ETAP yang berlaku efektif pada
1 Januari 2018. Acuan dari SAK-EMKM adalah UU No. 20 Tahun 2008 mengenai usaha
mikro, kecil, dan menengah. Entitas yang menggunakan SAK-EMKM sebagai pedoman
penyusunan laporan keuangan dapat membuatnya secara eksplisit serta tanpa kecuali
mengenai kepatuhan kepada SAK-EMKM di catatan laporan keuangan.
2.5 INDONESIA DAN KONVERGENSI
Konvergensi merupakan penggabungan dua hal atau lebih, untuk bertemu dan
bersatu dalam suatu titik. Konvergensi dalam standar akuntansi internasional (IFRS) berarti
menggabungkan atau mengintegrasi standar akuntansi yang ada di setiap negara untuk
digunakan dan diarahkan ke dalam satu titik tujuan yaitu IFRS yang diterbitkan oleh IASB
(International Accounting Standard Board)
A. Konvergensi standar akuntansi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu:
1. Harmonisasi (membuat standar sendiri yang tidak berkonflik dengan IFRS)
2. Adaptasi (membuat standar sendiri yang disesuaikan dengan IFRS)
3. Adopsi (mengambil langsung dari IFRS)
Indonesia memutuskan untuk berkiblat pada standar pelaporan akuntansi
internasional atau IFRS dengan adopsi, namun bukan adopsi penuh. Konvergensi ini perlu
didukung agar Indonesia mendapat pengakuan maksimal. Jurang pemisah terdalam PSAK
dengan IFRS telah teratasi yaitu dengan diperbolehkannya nilai wajar (fair value) dalam
PSAK.
Dilakukannya pengadopsian IFRS ini, Indonesia mendapat manfaat atau keuntungan
dari meningkatnya kreadibilitas pasar modal Indonesia di mata investor global, meluasnya
pasar investasi lintas batas negara dan meningkatnya efisiensi alokasi modal. Berkat teknologi
yang semakin maju, dan perekonomian semakin meluas ini membuat banyak investor ke
lantai pasar modal di seluruh dunia yang tidak memiliki batas jarak dan waktu.
Konvergensi IFRS ke dalam PSAK sangat berdampak besar dalam dunia usaha
terutama dalam kebijakan pengambilan keputusan perusahaan yang didasarkan pada data–data
akuntansi. Suatu perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi
IFRS dalam laporan keuangannya. Selain itu, perusahaan yang mengimplementasikan IFRS di
dalamnya akan menikmati biaya modal yang lebih rendah. Juga konsolidasi yang lebih
mudah, dan sistem informasi yang lebih terpadu.
B. Menurut DSAK, pengadopsian IFRS dapat dibedakan menjadi lima tingkatan:
1. Full Adoption, pada tingkat ini suatu negara mengadopsi seluruh IFRS dan menterjemahkan
word by word.
2. Adapted, mengadopsi seluruh IFRS tetapi disesuaikan dengan kondisi negara
3. Piecemeal, hanya diadopsi sebagian nomor IFRS, yaitu nomor standar atau paragraph tertentu
4. Referenced, standar yang diterapkan hanya mengacu pada IFRS tertentu dengan bahasa dan
paragraf yang disusun oleh badan pembuat standar
5. Not Adoption at all, sama sekali tidak mengadopsi IFRS
C. Strategi dan Targert DSAK (Dewan Standar Akuntansi Keuangan) dalam Proses
Konvergensi
Keputusan Dewan Standar Akutansi Keuangan yakni mendektkan PSAK dengan IAS/IFRS
dengan membuat dua strategi:
1. Strategi Selektif. Dilakukan dalam empat tahap yaitu tahap pertama mengidentifikasi standar
– standar yang paling penting untuk diadopsi seluruhnya. Target kedua, menentukan batas
waktu penerapan standar yang diadopsi. Tahap ketiga, melakukan adopsi standar selebihnya
yang belum diadopsi sambil merevisi standar yang telah ada. Dan target terakhir adalah
melakukan konvergensi proses penyusunan standar dengan IASB.
2. Strategi kedua, yaitu strategi dual standard yang menerjemahkan seluruh IFRS sekaligus dan
untuk menetapkan waktu penerapannya bagi listed companies yang harus mempertimbangkan
lima hal sebagai berikut:
a. Konvergensi standard an proses konvergensi itu sendiri
b. Ketersediaan dana untuk penerjemah standar
c. Ketentuan perundang – undangan di Indonesia
d. Sosialisasi standar dan peluang “moral hazard” dalam penyusunan laporan keuangan.
e. Ketersediaan sumber daya manusia
D. Terdapat 3 tahapan dalam melakukan konvergensi IFRS di Indonesia, yaitu:
1. Tahap Adopsi (2008 – 2011), meliputi aktivitas dimana seluruh IFRS diadopsi ke PSAK,
persiapan infrastruktur yang diperlukan, dan evaluasi terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap Persiapan Akhir (2011), dalam tahap ini dilakukan penyelesaian terhadap persiapan
infrastruktur yang diperlukan. Selanjutnya, dilakukan penerapan secara bertahap beberapa
PSAK berbasis IFRS.
3. Tahap Implementasi (2012), berhubungan dengan aktivitas penerapan PSAK IFRS secara
bertahap. Kemudian dilakukan evaluasi terhadap dampak penerapan PSAK secara
komprehensif.
E. Kendala Konvergensi PSAK ke IFRS
Dalam melakukan konvergensi IFRS, tidak selamanya berjalan dengan mudah, tetapi ada juga
hambatan yang harus dilewati, diantaranya:
1. Dewan Standar Akuntansi yang kekurangan sumber daya
2. IFRS yang berganti selama pengadopsian
3. Kendala bahasa
4. Infrastruktur profesi akuntan yang belum siap
5. Kesiapan perguruan tinggi dan akuntan pendidik untuk berganti kiblat ke IFRS
6. Masih kurangnya dukungan pemerintah terhadap isu konvergensi
2.6 HARMONISASI PSAK KONVERGENSI IFRS
Sudah kita ketahui bahwa Standar Akuntansi Keuangan berkembang dari waktu ke
waktu, ditambah dengan teknologi informasi yang sudah semakin maju. Patut kita ketahui
bahwa PSAK yang berbasis IFRS adalah standar yang wajib digunakan oleh entitas – entitas
yang sudah go public yang dalam pelaporannya kepada stakeholder membutuhkan standar
yang sifatnya universal dan bertaraf internasional untuk mempermudah memahami berbagai
hal yang ada di laporan keuangannya tersebut.
Dalam kaitannya dengan harmonisasi dengan PSAK yang merupakan standar yang
berbeda dengan IFRS, dilakukan berbagai penyetaraan PSAK. Seperti, diubahnya dasar –
dasar yang menjadi pedoman dasar seperti metode yang digunakan, nama akun, nama laporan,
dan lainnya. Salah satu bentuk harmonisasi yang terjadi ada pada PSAK 19 revisi 2000
dengan PSAK 19 revisi 2010 (konvergensi IFRS) yang membahas tentang Aktiva Tidak
Berwujud (Intangible Assets). Perbedaan aspek diantaranya yaitu:
1. Definisi Aset Tidak Berwujud
2. Perolehan Aset Tidak Berwujud
3. Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
4. Pengakuan Biaya Pada Jumlah Tercatat Aset
5. Teknik untuk mengukur nilai wajar aset tidak berwujud yang diperoleh dari kombinasi
bisnis baik dari pemerintah, pertukaran serta akusisi dari kombinasi bisnis
6. Munculnya model revaluasi
2.7 RINTANGAN DALAM PROSES MENUJU HARMONISASI
Rintangan yang paling fundamental dalam proses harmonisasi adalah:
A. Perbedaan praktek akuntansi yang berlaku saat ini pada berbagai Negara
Standar akuntansi berbeda di berbagai negara, perbedaan akuntansi internasional
membawa sejumlah permasalahan dari sudut pandang analisis keuangan adalah:
1. Sebagai usaha untuk menilai perusahaan asing, ada kecenderungan untuk melihat pendapatan
dan data finansial yang lain dari sudut pandang negara asalnya, dan karena adanya bahaya dari
mengabaikan efek dari perbedaan akuntansi. Kecuali perbedaan signifikan yang diambil ke
dalam akun, mungkin dengan beberapa keterlibatan pernyataan ulang, ini mungkin
mempunyai konsekuensi yang sangat serius.  
2. Kesadaran dari perbedaan internasional menyarankan perlunya untuk menjadi familiar dengan
prinsip akuntansi negara asing sebagai tujuan untuk mengenal lebih baik data pendapat dalam
konteks pengukuran.
3. Persoalan bagi sifat yang bisa dibandingkan dan harmonisasi akuntansi yang diulas dalam
konteks dari kesempatan investasi alternatif.
Penyebab terjadinya perbedaan standar akuntansi, yaitu:
a. Pertumbuhan Ekonomi Semakin pesat pertumbuhan ekonomi suatu negara, maka semakin
berkembang kegiatan bisnis dengan demikian juga semakin besar tuntutan informasi akuntansi
perusahaan dari pemakai informasi. 
b. Inflasi Bagi negara-negara yang punya pengalaman inflasi, memilki
standar tinggi akuntansinya mencakup standar akuntansi inflasi, dan bagi negara-negara yang
tidak pernah atau tidak sadar akan inflasi standar akuntansinya tidak menvakup masalah –
masalah inflasi.
c. Sistem Politik Negara-negara yang menganut sisttem demokrasi memiliki laporan keuangan
yang disusun perusahaan di negara tersebut cenderung lebih transparan, lebih rinci dan
lengkap. Hal ini disebabkan oleh tuntutan pemakai informasi yang kedudukannya kuat relatif
sama dengan perusahaan atau organisasi penyaji informasi keuangan. 
d. Pendidikan Semakin maju pendidikan suatu negara semakin banyak ahli-ahli di bidang
akuntansi dan akan semakin banyak akuntan handal dan profesional. Dengan semakin maju
tingkat pendidikan akuntansi, semakin banyak juga aktivitas riset di bidang akuntansi yang
akan menambah kualitas standar dan praktik-praktik akuntansi. 
e. Profesi Akuntan Semakin maju ttingkat pendidikan dan ekonomi suatu negara, profesi
akuntan juga semakin kuat dan kemungkinan besar profesi tersebut dapat mendorong
perbaikan dan pengembangan akuntansi, baik standar maupun praktik akuntansi. 
f. Peraturan Perpajakan Undang-undang pajak di suatu negara mempunyai pengarruh terhadap
perkembangan standar dan praktik akuntansi. 
g. Pasar Uang dan Modal Semakin maju pasar uang dan pasar modal di suatu negara maka
semakin maju juga akuntansinya. Hal ini disebabkan oleh persyaratan perusahaan yang akan
mendaftarkan sebagai perusahaan go public di pasar modal atau akan mendapatkan pinjaman
di pasar uang, persyaratan tersebut adalah penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan
standar akuntansi keuangan dan harus disudit oleh akuntan publik. 
h. Dengan adanya perbedaan akuntansi di seluruh dunia cukup signifikan untuk membuat
pekerjaan dari analis keuangan sangat sulit dalam periode pembuatan perbandingan
internasional. Jika sekarang kita fokus pada beberapa pengukuran kunci dalam pemilihan
beberapa negara besar, kita bisa melihat variasi dari prinsip akuntansi yang digunakan bisa
berpengaruh berbeda terhadap pendapatan dan aset.
B. Kurang atau lemahnya tenaga profesional atau lembaga profesional di bidang akuntansi
beberapa negara.
C. Perbedaan sistem politik dan ekonomi pada tiap – tiap negara
Menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002), hambatan dalam menuju harmonisasi
adalah: (1) Nasionalisme tiap – tiap negara (2) Perbedaan sistem pemerintahan pada tiap-tiap
negara. (3) Perbedaan Kepentingan antara perusahaan multinasional dengan perusahaan
nasional yang sangat mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, (4) Tingginya biaya
untuk merubah prinsip akuntansi.
2.8 TANTANGAN DAN RINTANGAN
A. Bagi Perusahaan
Penerapan IFRS dalam sebuah perusahaan atau organisasi bukanlah suatu keharusan.
Sebuah perusahaan ketika akan beralih ke IFRS terlebih dahulu akan mempertimbangkan cost
and benefit-nya. Perusahaan akan menerapkan IFRS apabila memperoleh incremental benefit
atas penerapan IFRS tersebut. Namun bagi perusahaan multinasional, wajib menerapkan IFRS
dalam laporan keuangannya dikarenakan perusahaan ini berpartner dengan perusahaan-
perusahaan lain secata global. Jika perusahana multinasional tidak mau mengadopsi IFRS,
maka ia akan ditinggalkan oleh patner usahanya yang membutuhkan laporan keuangan yang
berstandar internasional. IFRS adalah sebuah sistem pengukuran kinerja baru. Prinsip
akuntansi yang baru ini harus di umumkan kepada semua pihak di sebuah perusahaan
(organisasi). Merubah standar akuntansi dari standar domestik menjadi standar internasional
bukanlah sekedar berganti aturan akuntansi semata, tetapi juga berarti perubahan dalam pola
pikir pegawai accounting/keuangan dan bagian lain di perusahaan dalam bekerja, mereka
dituntut untuk mengetahui dan bisa membuat laporan keuangan berstandard IFRS. Hal ini
tentu saja membutuhkan waktu dan usaha yang keras.
B. Bagi Akademisi
Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada tahun 2012. Apakah akademisi
Indonesia (seperti guru, dosen dan guru besar akuntansi) sudah siap mengganti kurikulum,
buku literature, silabus dan bahan/alat ajar akuntansi lainnya? Mengubah kurikulum akuntansi
bukanlah pekerjaan mudah, menyangkut banyak aspek. Michael Cangemi (Presiden dan CEO
dari FEI) dalam tulisannya di “March issue“ mengatakan: “This means that all of the GAAP
books you own, everything you learned in college and in your entire career will change“,
semua buku mengenai GAAP yang anda miliki beserta segala sesuatu yang anda pelajari di
sekolah dan karir akan berubah. “Major accounting schools – the Universities of Texas,
Illinois and Wisconsin – will teach IFRS”, kata Larry Rittenberg, Ph.D., Ernst & Young
professor, University of Wisconsin. Hampir semua universitas yang menyelenggarakan
jurusan akuntansi di semua negara bagian amerika serikat telah memiliki kelas khusus IFRS,
katanya, seperti di lansir oleh Financial Executive Online.
BAB III
PENUTUPAN

Standar Akuntansi Keuangan merupakan suatu sistem penyamarataan bagi perusahaan


dalam menyusun laporan keuangan. Hal ini bertujuan untuk memudahkan perusahaan baik
pengguna internal, maupun eksternal untuk mengetahui penilaian perusahaannya. Patut kita
ketahui juga, jika Indonesia telah mengadopsi penuh (full adoption) IFRS sebagai standar yang
dipakai internasional bagi perusahaan go public atau yang sudah terdaftar dalam Bursa Efek
Indonesia.
Terdapat pula Pilar Standar Akuntansi Keuangan, yaitu: (1) PSAK-IFRS, bagi perusahaan
go public (2) SAK-ETAP yang diketahui menggunakan IFRS untuk Small Medium Enterprise (3)
PSAK Syariah yang menggunakan acuan fatwa MUI (4) SAK-EMKM yang merupakan standar
bagi usaha mikro, atau menengah kebawah, dan (5) SAP yang merupakan standar yang dibuat
pemerintahan dalam penyusunan laporan keuangan pusat dan daerah.
PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN 1
PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
Pernyataan ini mengatur persyaratan penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan
persyaratan minimal isi laporan keuangan. Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan
dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan SAK. Pernyataan ini tidak berlaku
bagi penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas syariah.
Komponen laporan keuangan lengkap terdiri dari:
(a) laporan posisi keuangan pada akhir periode;
(b) laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain selama periode;
(c) laporan perubahan ekuitas selama periode;
(d) laporan arus kas selama periode;
(e) catatan atas laporan keuangan, berisi ringkasan kebijakan akuntansi yang signifikan dan
informasi penjelasan lain;
(f) informasi komparatif mengenai periode terdekat sebelumnya sebagaimana ditentukan dalam
paragraf 38 dan 38A; dan
(g)  Laporan posisi keuangan pada awal periode terdekat sebelumnya ketika entitas menerapkan
suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos
laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya
sesuai dengan paragraf 40A-40D.
Entitas menerapkan Pernyataan ini untuk periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah
tanggal 1 Januari 2015. Entitas menerapkan penyesuaian paragraf 128 dan secara prospektif untuk
periode tahun buku yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 Januari 2015.
DAFTAR PUSTAKA

1. Belkaoui, Ahmed Riahi, 2006, Accounting Theory: Teori Akuntansi. Edisi kelima. Jakarta:
Salemba Empat.(http://eprints.umpo.ac.id/1243/3/BAB%201.pdf)
2. https://investasi.kontan.co.id/news/standarisasi-akuntansi-baru-psak-71-72-dan-73-berlaku-
2020-ini-perbedaannya?page=3
3. https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-indonesia/accounting/summaries/2-
3-perkembangan-standar-akuntansi-di-indonesia/3112540/view
4. https://rumaishaa.wordpress.com/2015/06/29/sejarah-perkembangan-standar-akuntansi-di-
indonesia/
5. https://blogoblokgoblok.blogspot.com/2015/11/makalah-standar-akuntansi-keuangan.html
6. https://iaidsak.wordpress.com/standar-akuntansi-keuangan/tentang-dsak-iai/sejarah/
7. https://www.coursehero.com/file/p2cjttnf/Prinsip-Akuntansi-Indonesia-PAI-1973-adalah-
hasil-kerja-panitia-Penghimpunan/
8. http://iaiglobal.or.id/v03/berita-kegiatan/detailberita-913=siaran-pers-iai-ifrs-conference-
perubahan-standar-keuangan-global-berpotensi-goncang-dunia-bisnis-di-indonesia
9. https://www.academia.edu/11882813/Makalah_Standar_Akuntansi_Keuangan
10. https://www.ppak.co.id/dokumen/artikel-berita/Perkembangan%20SAK%20di
%20Indonesia.pdf
11. https://www.cermati.com/artikel/pentingnya-memahami-psak-pernyataan-standar-akuntansi-
keuangan
12. http://iaiglobal.or.id/v03/standar-akuntansi-keuangan/emkm
13. http://p3ngamenjalan.blogspot.com/2013/05/pentingnya-mengetahui-harmonisasi-ifrs.html
14. http://astrisridayanti.blogspot.com/2015/05/konvergensi-akuntansi.html
15. https://www.academia.edu/7597902/KONVERGENSI_PSAK_KE_IFRS

Anda mungkin juga menyukai