Anda di halaman 1dari 4

Nama: Tasha Ananda

NIM: 1810313220021
Kelas: B
Mata Kuliah: Teori Akuntansi

Sejarah dan Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia

Sejarah IAI
Akuntan-akuntan Indonesia pertama lulusan dalam negeri adalah Basuki Siddharta,
Hendra Darmawan, Tan Tong Djoe, dan Go Tie Siem, mereka lulus pertengahan 1957. Keempat
akuntan ini bersama dengan Prof. Soemardjo mengambil prakarsa mendirikan perkumpulan
akuntan untuk bangsa Indonesia saja. Alasannya, mereka tidak mungkin menjadi anggota NIVA
(Nederlands Institute Van Accountants) atau VAGA (Vereniging Academisch Gevormde
Accountants). Mereka menyadari keindonesiaanya dan berpendapat tidak mungkin kedua
lembaga itu akan memikirkan perkembangan dan pembinaan akuntan di Indonesia. Hari Kamis,
17 Oktober 1957, kelima akuntan tadi mengadakan pertemuan di aula Universitas Indonesia (UI)
dan bersepakat untuk mendirikan Perkumpulan Akuntan Indonesia (PAI). Karena pertemuan
tersebut tidak dihadiri oleh semua akuntan yang ada maka diputuskan membentuk Panitia
Persiapan Pendirian Perkumpulan Akuntan Indonesia. Dalam panitia itu, Prof. Soemardjo duduk
sebagai ketua, Go Tie Siem sebagai penulis, Basuki Siddharta sebagai bendahara, sedangkan
Hendra Darmawan dan Tan Tong Djoe sebagai komisaris. Perkumpulan tersebut akhirnya diberi
nama Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) berdiri pada 23 Desember 1957, yaitu pada pertemuan
ketiga yang diadakan di aula UI pada pukul 19.30.
Konsep Anggaran Dasar IAI yang pertama diselesaikan pada 15 Mei 1958 dan naskah
finalnya selesai pada 19 Oktober 1958. Ketika itu, tujuan IAI adalah:
a. Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu pendidikan akuntan.
b. Mempertinggi mutu pekerjaan akuntan.

Sejak pendiriannya 49 tahun lalu, kini IAI telah mengalami perkembangan yang sangat
luas. Hal ini merupakan perkembangan yang wajar karena profesi akuntan tidak dapat
terpisahkan dari dunia usaha yang sudah pasti mengalami perkembangan pesat. Salah satu
perkembangannya adalah meluasnya orientasi kegiatan profesi, tidak lagi semata-mata di bidang
pendidikan akuntansi dan mutu pekerjaan akuntan, tetapi juga upaya-upaya untuk meningkatkan
kepercayaan masyarakat dan peran dalam perumusan kebijakan publik.

Sejarah SAK
Ada tiga pilar sejarah dalam perkembangan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Pertama: menjelang diaktifkannya kembali pasar modal di Indonesia pada tahun 1973. Pada
masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan modifikasi prinsip dan standar akuntansi
yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku “Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”
Kedua: terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar
PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam buku “Prinsip Akuntansi Indonesia
1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia
usaha.
Ketiga: Pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan
kondifikasi dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.”
Sejak tahun 1994, IAI juga telah memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan
standar akuntansi internasional dalam pengembangan standarnya. Selanjutnya, terjadi adaptasi
dan menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial Reporting
Standards (IFRS). Dalam perkembangannya, SAK terus direvisi baik itu berupa penyempurnaan
maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali,
yaitu pada 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007,
dan versi 1 Juli 2009.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunannya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengan kebutuhan. Awalnya
badan penyusun SAK adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur dari GAAP dan
GAAS yang dibentuk pada tahun1973. Pada tahun 1974 dibentuk Komite Prinsip Akuntansi
Indonesia (PAI) yang selanjutnya pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 namanya
diubah menjadi Komite SAK. Kemudian, pada Kongres VIII IAI 23-24 September 1998 di
Jakarta, Komite SAK diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK)
dengan diberikan otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK. Selain itu, juga
telah dibentuk Komite Akuntansi Keuangan (DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS)
dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang
terkait dengan perlakuan akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan
DSAK yang anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili
para pengguna, merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di
Indonesia
Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1973 adalah hasil kerja panitia Penghimpunan Bahan-
bahan dan Struktur daripada Generally Accepted Accounting Principles dan Generally Accepted
Auditing Standards yang terdiri dari Dewan Penasihat Panitia Kerja, yang telah berhasil
menghimpun dan mengkondifikasikan prinsip akuntansi. Adapun bahan-bahan yang digunakan
untuk menghimpun Prinsip Akuntansi 1973 adalah sebagai berikut.
A. Buku Prinsip-prinsip Accounting yang diterbitkan oleh Direktorat Akuntan Negara,
Direktorak Jenderal Pengawasan Keuangan Negara (DJPKN), Departemen Keuangan RI.
B. Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprise, oleh
Paul Grady, diterbitkan oleh AICPA.
C. Opinions of Accounting Principles Board, diterbitkan oleh AICPA.
D. Kumpulan dari Accounting Research Bulletins (ARBs), diterbitkan oleh AICPA
E. Dll.
SAK di Indonesia merupakan terapan dari beberapa standar akuntansi yang ada seperti
IAS, IFRS, ETAP, GAAP. Selain itu ada juga PSAK syariah dan juga SAP. Di Indonesia mulai
tahun 2012, SAK yang diterapkan berdasarkan IFRS. Pada PSAK-IFRS, SAK ETAP ditetapkan
oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia. PSAK Syariah diterbitkan
oleh Dewan Akuntansi Syariah sedangkan SAP oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah.

Penetapan SAK-ETAP
Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli 2009 telah menerbitkan Standar Akuntansi
Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) atau The Indonesian
Accounting Standards for Non-Publicly Accountable Entities, dan telah disahkan oleh DSAK
IAI pada tanggal 19 Mei 2009. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK IAI) beranggotakan 17 orang mewakili: Akuntan Publik, Akademisi, Akuntan Sektor
Publik, dan Akuntan Manajemen. Alasan IAI menerbitkan standar ini adalah untuk
mempermudah perusahaan kecil dan menengah (UKM) dalam penyusunan laporan keuangan
mereka. Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektuf, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak
perlu membuat laporan keuangn dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Sesuai
dengan ruang lngkup SAK-ETAP maka standar ini diperuntukkan oleh entitas tanpa
akuntabilitas public. Entitas tanpa akuntabilitas public yang dimaksud adalah entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas public signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan
umum bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibal
langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit.

PERKEMBANGAN IFRS DI INDONESIA


IFRS (Internasional Financial Accounting Standards) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya
transparansi informasi keuangan. IFRS merupakan standar akuntansi internasional yang
diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi
Internasional (IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu Badan Standar Akuntansi
Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC), Organisasi Internasional Pasar Modal
(IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasional (IFAC).
International Financial Reporting Standards mencakup:
- IFRS yang diterbitkan setelah tahun 2001
- IAS yang diterbitkan sebelum tahun 2001
- Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations
Committee (SIC) sebelum tahun 2001
- Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement.

Konversi Ke IFRS
Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan
Dewan SAK merencanakan tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati
konvergensi penuh kepada IFRS. Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasioan
(IAS) untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini ataupun
sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu tidak mudah karena
memerlukan pembahaman dan biaya sosialisasi yang mahal. Saat ini lembaga-lembaga yang
aktif dalam usaha harmonisasi standar akuntansi ini antara lain adalah IASC (International
Accounting Standard Committee), Perserikatan Bangsa-bangsa dan OECD (Organization for
Economic Cooperation and Development). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan adanya ini
adalh perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan internasional, organisasi
perdagangan, serta IOSCO (International Organization of Securities Commissions).
Tujuan IFRS adalah:
a. Memastikan bahwa lapran keuangan intern perusahaan untuk periode-periode yang
dimasukkan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi
b. Transparasi bagi para pegguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan
c. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS
d. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

Anda mungkin juga menyukai