Anda di halaman 1dari 3

Analisis Umum Audit bank

SA Seksi 110 (PSA No.01) paragraph 3 menyebutkan bahwa manajemen


bertanggung jawab untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang sehat dan untuk
membangun dan mempertahankan pengendalian intern yang antara lain yaitu
mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi yang konsisten dengan
asersi manajemen yang terkandung dalam laporan keuangan. Pada kasus Bank
Bukopin, pihak manajemen bank telah melakukan kekeliruan dalam penjurnalan
transaksi yang mengakibatkan pendapatan atas komisi kartu kredit dicatat lebih besar
dari yang seharusnya. Kekeliruan dalam pencatatan tersebut pun masih terus
dilakukan hingga lebih dari satu periode akuntansi. Hal ini menimbulkan pertanyaan
besar atas tanggung jawab auditor dalam proses pemeriksaan laporan keuangan Bank
Bukopin. Auditor memiliki tanggung jawab dalam merencanakan dan melaksanakan
audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material, baik dari salah saji yang disebabkan oleh kekeliruan
atau kecurangan (SA Seksi 110 paragraf 02).

Standar auditing mengharuskan auditor untuk menyatakan pendapat bahwa


laporan keuangan yang diperiksa sudah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Meskipun keyakinan tidak bersifat absolut, namun
seorang auditor harus memperoleh bukti audit yang memadai. Indepensi seorang
auditor sangat dibutuhkan untuk memberikan penilaian yang objektif atas bukti audit
tersebut. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui proses inpeksi,
pengamatan, permintaan keterangan, dan informasi yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Seorang auditor professional perlu
mempertahankan skeptisme profesionalnya dan bersifat konservatif dalam memeriksa
laporan keuangan.

Skeptisme professional dapat dilaksanakan jika auditor menggunakan kemahiran


proffesionalnya dengan cermat dan seksama. SA Seksi 230 paragraf 06 menyebutkan
bahwa skeptisme professional adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis atas bukti audit. Auditor tidak
menganggap bahwa manajemen bersifat jujur. Skeptisme professional ini menuntut
auditor untuk selalu berhati-hati dalam menilai bukti audit yang diperolah.

Auditor akan memiliki pengetahuan dan pengalaman yang memadai akan


kemungkinan terjadinya salah saji setelah mengaudit klien dalam beberapa tahun.
Namun kebanyakan auditor lebih cenderung untuk mengurangi risiko bawaan pada
tahun-tahun berikutnya dibandingkan pada tahun pertama audit. Auditor dianggap
lalai jika tidak memperhatikan hasil audit tahun sebelumnya dalam audit tahun
berjalan. Salah saji yang terjadi pada periode sebelumnya memiliki kemungkinan
untuk terjadi lagi pada tahun berjalan. Hal tersebut disebabkan karena beberapa salah
saji mempunyai sifat yang sistematis dan manajemen cenderung tidak cepat dalam
melakukan perubahan untuk mengatasinya. Situasi seperti ini menuntut auditor agar
lebih bersifat konservatif dalam memeriksa bukti laporan keuangan.

Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan seksama


memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memahami bahwa laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan kekeliruan atau
kecurangan. Keyakinan mutlak tidak dapat dicapai karena sifat bukti audit dan
karakteristik kecurangan (dapat disembunyikan). Oleh karena itu, bahkan jika audit
sudah dilaksanakan sesuai dengan standard audit yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia, salah saji material tidak dapat terdeteksi. Penemuan salah saji material di
kemudian hari tidak dapat dijadikan bukti atas (a) kegagalan auditor untuk
memperoleh keyakinan memadai, (b) tidak memadainya perencanaan, pelaksanaan,
atau pertimbangan, (c) tidak digunakannya kemahiran professional dengan cermat
dan seksama, atau (d) kegagalan untuk memenuhi standard auditing yang ditetapkan
IAI (SA Seksi 230 paragraf 12). Sehingga auditor bukan merupakan penjamin dan
laporannya bukan merupakan sebuah jaminan. Meski demikian, dalam kasus Bank
Bukopin sudah selayaknya auditor yang bertanggung jawab atas laporan yang
diterbitkannya dapat lebih bersifat konservatif dan tetap mempertahankan skeptisme
professionalnya.

Diperlukan membuat tim khusus untuk menyelasaikan kasus ini, terutama dari
Otoritas Jasa Keuangan, agar berkomitmen untuk lebih meningkatkan pengawasan
kegiatan perbankan baik dari sisi kredit maupun semua kegiatan operasional dan juga
memberikan rekomendasi kepada Bank Bukopin. Jika memang ditemukan adanya
kecurangan modifikasi laporan keuangan tersebut, baik Bank Bukopin maupun KAP
yang terlibat akan mendapatkan sanksi yang sesuai atas tindakan yang telah
dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai