Anda di halaman 1dari 38

“TUGAS BESAR 1 PELAPORAN KORPORAT”

Perkembangan Standard di Indonesia

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas pada


Mata Kuliah Pelaporan Korporat
Dosen pengampu: Rina Yuliastuty Asmara, Dr. MM

Disusun Oleh:
LIANA SRI AYU WULANDARI
43217120097

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan kekuatan dan petunjuknya kepada penulis sehingga penulis
dapat menyusun makalah penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Makalah yang
berjudul “Perkembangan Standard di Indonesia” ini disusun dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Pelaporan Korporat yang diampu oleh Ibu Rina
Yuliastuty Asmara, Dr. MM

Makalah ini berisi tentang perkembangan standard akuntansi keuangan


khususnya di Indonesia. Dalam penyusunan makalah penelitian ini, melibatkan
banyak pihak dalam proses penyusunannya sehingga makalah penelitian ini dapat
diselesaikan dengan baik oleh penulis. Oleh sebab itu, penulis menghaturkan
banyak terimakasih atas segala kontribusi yang telah diberikan dalam membantu
penyusunan makalah ini hingga selesai.

Meskipun telah disusun secara maksimal, namun penulis hanyalah sebagai


manusia biasa, yang menyadari bahwa dalam tersusunnya makalah penelitian ini
masih jauh dari kata yang sempurna. Karenanya, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca makalah penelitian ini untuk
kedepannya.

Besar harapan penulis makalah ini dapat menjadi sarana yang membantu
masyarakat dalam mencari sumber referensi mengenai informasi terkait
perkembangan standard akuntansi keuangan di Indonesia. Semoga pembaca dapat
mengambil manfaat dari makalah ini yang sangat jauh dari sempurna. Atas segala
perhatiannya, tim penyusun mengucapkan terimakasih.

Tangerang Selatan, Oktober 2020


Penulis
Liana Sri Ayu Wulandari
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Standar akuntansi merupakan pedoman utama bagi akuntan dalam rangka
melakukan penyusunan laporan keuangan. Standar akuntansi keuangan
adalah metode dan format baku yang digunakan dalam penyajian informasi
laporan keuangan. Standar akuntansi di Indonesia mengalami perubahan dan
perkembangan sesuai dengan perkembangan dunia bisnis global, peraturan
yang berlaku dan lain – lain. Standar akuntansi keuangan yang berlaku di
Indonesia antara lain PSAK-IFRS, SAK-ETAP, PSAK Syariah, SAP, dan
SAK EMKM.
Tujuan akuntansi dan laporan keuangan pada dasarnya untuk
menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha yang akan digunakan
oleh berbagai pihak yang berkepentingan sebagai dasar pengambilan suatu
keputusan ekonomi. Untuk itu dibutuhkan suatu Standar Akuntansi
Keuangan yang baik dan dapat dimengerti oleh berbagai pihak pengguna
laporan keuangan. Praktik akuntansi di Indonesia dapat ditelusuri pada era
penjajahan Belanda sekitar tahun 1642.Pada era ini Belanda mengenalkan
sistem pembukuan berpasangansebaga imana yang dikembangkan oleh
Luca Pacioli. Perusahaan VOC milik Belanda merupakan organisasi
komersial utama yang memainkan peranan penting dalam praktik bisnis di
Indonesia selama era ini (Diga dan Yunus, 1997).
Kegiatan ekonomi pada masa penjajahan meningkat cepat selama
tahun 1800an dan awal 1900an. Ini ditandai dengan dihapuskannya tanam
paksa, sehingga pengusaha Belanda banyak yang menanamkan modalnya
di Indonesia. Orang Indonesia pertama yang bekerja di bidang akuntansi
adalah JD Massie, yang diangkat sebagai pemegang buku pada Jawatan
Akuntan Pajak pada tanggal 21 September 1929 (Soemarso, 1995).
Kesempatan bagi akuntan lokal (Indonesia) mulai muncul pada tahun 1942-
1945, dengan mundurnya Belanda dari Indonesia. Pada pertengahan tahun
1980-an, sekelompok tehnokrat muncul dan memiliki kepedulian terhadap
reformasi ekonomi dan akuntansi yang berusaha untuk menciptakan
ekonomi yang lebih kompetitif dan lebih berorientasi pada pasar.Kebijakan
kelompok tersebut memperoleh dukungan yang kuat dari investor asing dan
lembaga-lembaga internasional (Rosser, 1999).
Era globalisasi sejalan dengan program harmonisasi Standar
Akuntansi International yang diprakasai oleh International Accounting
Standards Committee (IASC).Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi
perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam
rangka konvergensi dengan International Financial Reporting Standards
(IFRS). Pengadopsian Standar Akuntansi Internasional ke dalam Standar
Akuntansi Domestik bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan yang
memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item–item
pengungkapan akan semakin tinggi, sehingga nilai perusahaan akan
semakin tinggi pula, manajemen akan memiliki tingkat akuntabilitas tinggi
dalam menjalankan perusahaan, laporan keuangan perusahaan
menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan
keuangan akan lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan informasi
yang valid untuk aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan, dan beban
perusahaan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah (research problem) yang telah
dikemukan sebelumnya, maka akan dirumuskan pertanyaan penelitian
(research question) yakni “Bagaimana perkembangan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) di Indonesia?”

C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan permasalahan dan pertanyaan penelitian yang diajukan,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah perkembangan
SAK di Indonesia, sejak penjajahan Belanda sampai dengan sekarang ini.
Selain itu ada beberapa manfaat dari penelitian ini, yakni:
1. Memberikan kontribusi pemikiran kepada para pemakai dalam
memahami dan mengapresiasi praktek sekarang, masa depan dan
struktur institusional bidang sains akuntansi.
2. Memahami sejarah perkembangan Standar Akuntansi Keuangan dari
masa penjajahan sampai sekarang ini.
3. Memberikan kontribusi pemikiran kepada para pemakai agar dapat
memahami SAK di Indonesia dalam adaptasi Standar Akuntansi
Internasional.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SEJARAH PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI DI


INDONESIA
SAK yang berkualitas merupakan salah satu pedoman pokok untuk
menyusun dan menyajikan laporan keuangan bagi perusahaan. Dengan
adanya standar akuntansi yang baik, maka laporan keuangan dapat menjadi
lebih berguna dan menciptakan transparasi bagi perusahaan. Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia, senantiasa
berusaha untuk tanggap terhadap perkembangan yang terjadi, baik dalam
lingkup nasional, regional, maupun global, khususnya dalam hal yang
mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari
dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI
pada tahun 1957 hingga kini.
Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah yang pernah dicapai
sebelumnya dalam pengembangan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia:
1. Menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada tahun 1973.
Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI berhasil melakukan
kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
dalam suatu buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).” pada tahun
1973.
2. Tahun 1984. Pada masa itu, komite PAI melakukan revisi secara
mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam
buku ”Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk
menyesuaikan ketentuan akuntansi dengan perkembangan dunia usaha.
3. Tahun1994, setelah berlangsung selama 10 tahun IAI kembali
melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi
dalam buku ”Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober
1994.” IAI mengadopsi pernyataan International Accounting Standard
Committee (IASC) sebagai dasar acuan Standar Akuntansi Keuangan
yang berlaku di Indonesia.

Awal sejarah adanya standar akuntansi keuangan di Indonesia adalah


ketika menjelang diadakannya pasar modal aktif di Indonesia tahun 1973.
Pada tahun 1973 terbentuk Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur
GAAP dan GAAS. Pada tahun tersebut juga dibentuk Komite Prinsip
Akuntansi Indonesia (Komite PAI) yang bertugas menyusun standar
keuangan. Ini merupakan masa awal IAI menerapkan system standar
akuntansi di Indonesia yang dituangkan di dalam buku berjudul “Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI)”. Komite PAI telah bertugas selama empat
periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan
personel yang selalu diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan
IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar
Akuntansi Keuangan (Komite SAK), kemudian pada kongres VIII, tanggal
23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK diubah menjadi Dewan
Standar Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan diberikan
otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK.
Pada 1984, komite PAI membuat sebuah revisi standar akuntansi
dengan cara lebih mendasar jika dibandingkan PAI 1973 dan
mengkodifikasikan ke dalam sebuah buku berjudul “Prinsip Akuntansi
Indonesia 1984”. Prinsip tersebut memiliki tujuan untuk membuat suatu
kesesuaian terhadap ketentuan akuntansi yang dapat diterapkan di dalam
dunia bisnis.
Pada 1994, IAI telah melakukan berbagai langkah harmonisasi
menggunakan standar akuntansi internasional di dalam proses
pengembangan standar akuntansi dan melakukan revisi total pada PAI 1984
dan sejak itu mengeluarkan serial standar keuangan yang diberi nama
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan sejak 1 Oktober 1994.
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) ditetapkan sebagai standar akuntansi
yang baku di Indonesia. Perkembangan standar akuntansi ketiga ini
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan profesi akuntansi
dalam rangka mengikuti dan mengantisipasi perkembangan internasional.
Banyak standar yang dikeluarkan itu sesuai atau sama dengan standar
akuntansi internasional yang dikeluarkan oleh IASC. Sekarang ini ada dua
PSAK yang dikeluarkan oleh 2 Dewan Standar Akuntansi Keuangan, yaitu:
- PSAK Konvensional
- PSAK Syariah
Digunakan oleh entitas yang melakukan transaksi syariah baik entitas
lembaga syariah maupun non lembaga syariah. Pengembangan dengan model
PSAK umum namun berbasis syariah dengan acuan fatwa MUI. PSAK ini
tentu akan terus bertambah dan revisi sesuai kebutuhan perkembangan bisnis
dan profesi akuntan.
Setelah terjadi sebuah perubahan harmonisasi menjadi adaptasi,
selanjutnya dilakukan adopsi guna terjadi konvergensi terhadap Internasional
Financil Standards (IFRS). Adopsi dilakukan secara penuh dengan tujuan
tercapainya konvergensi terhadap IFRS sehingga standar akuntansi keuangan
dapat terlaksanakan lebih baik di masa selanjutnya.
Di dalam proses berkembangnya standar akuntansi keuangan, terjadi
beberapa revisi yang dilakukan secara kontinyu, yaitu baik penyusunan
ataupun penambahan dari standar itu sendiri.sejak tahun 1994, telah
dilakukan sekitar enam kali revisi hingga tahun 2007. Di dalam revisi
tersebut, ditambahkan sejumlah standar, yaitu KDPPLK Syariah, 5 PSAK
revisi, dan 6 PSAK baru. Saat ini terdapat 2 KDPPLK, 7 ISAK dan 62
PSAK.
Sejak tahun 1994 hingga 2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke
IFRS, hal ini ditunjukkan Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari
Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk menggunakan International
Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi
keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk
menerapkan standar-standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten
dengan IAS.

Beberapa standar diadopsi dari US GAAP dan lainnya dibuat sendiri.


Yang merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun
2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa penyempurnaan maupun penambahan
standar baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni pada tanggal
1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1
September 2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI
X di Jakarta ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan
pada tahun 2008. Target ketika itu adalah taat penuh dengan semua standar
IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata tidak mudah.
Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10
standar IFRS dari total 33 standar (terjadi pada periode 2006-2008).
Dari revisi tahun 1994 IAI juga telah memutuskan untuk melakukan
harmonisasi standar PSAK kepada International Financial Reporting
Standard (IFRS). Selanjutnya harmonisasi tersebut diubah menjadi adopsi
dan terakhir adopsi tersebut ditujukan dalam bentuk konvergensi terhadap
International Financial Reporting Standard. Program konvergensi terhadap
IFRS tersebut dilakukan oleh IAI dengan melakukan adopsi penuh terhadap
standar internasional (IFRS dan IAS).
Salah satu bentuk revisi standar IAI yang berbentuk adopsi standar
international menuju konvergensi dengan IFRS tersebut dilakukan dengan
revisi terakhir yang dilakukan pada tahun 2007. Revisi pada tahun 2007
tersebut merupakan bagian dari rencana jangka panjang IAI yaitu menuju
konvergensi dengan IFRS sepenuhnya pada tahun 2012.
PSAK setelah adopsi penuh tahun 2012 mengalami banyak perubahan di
tahun 2013-2014. Beberapa standar baru dan revisi keluar pada periode
tersebut. Perubahan 2013-2014 berlaku efektif 1 Januari 2015. Hal tersebut
berdampak pada judul laporan, penyajian dan perubahan pada item tertentu.
Perubahan PSAK terus dilakukan mengikuti perubahan IFRS Pada tahun
2015 keluar PSAK 69 Agrikultur yang akan berdampak pada perusahaan
agrikultur. Pada akhir 2016 keluar PSAK 70 tentang aset dan liabilitas
pengampunan pajak serta ED PSAK 71 Instrumen Keuangan dan ED 72
Pendapatan dari Pelanggan.
Tahun 2016 IAI mengeluarkan Standar Akuntansi untuk Entitas Mikro
Kecil dan Menengah. Standar ini sederhana dan diharapkan mudah
diterapkan untuk entitas yang menurut UU termasuk dalam kategori EMKM.
Akuntansi Pemerintahan mulai 2015 sudah harus menggunakan basis
akrual sesuai PP 71 tahun 2010. Tahun 2014 keluar UU Desa, yang
memperoleh alokasi anggaran cukup besar sehingga diperlukan akuntansi
dan pelaporan keuangan dalam rangka akuntabilitas.

Adapun tujuan standar akuntansi keuangan yang baku adalah:


1) Memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan, prestasi
dan kegiatan perusahaan, informasi yang disusun berdasarkan prinsip
akuntansi yang umum dan diharapkan mempunyai sifat jelas, konsisten,
terpercaya dan dapat diperbandingkan.
2) Memberikan pedoman dan peraturan kerja bagi akuntan publik agar
mereka dapat melaksanakan tugas dengan hati-hati, independen dan
dapat mengabdikan keahliannya dan kejujurannya melalui penyusunan
laporan akuntansi setelah melalui pemeriksaan akuntan.

3) Memberikan database pada pemerintah tentang berbagai informasi yang


dianggap penting dalam perhitungan pajak, peraturan tentang
perusahaan, perencanaan, dan pengaturan ekonomi dan peningkatan
efisiensi ekonomi serta tujuan makro lainnya.
4) Dapat menarik perhatian para ahli dan praktisi dibidang teori dan
prinsip akuntansi.

Di Indonesia terdapat 4 standar akuntansi yang berlaku, yaitu:


1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
SAK berfungsi untuk entitas yang memiliki akuntabilitas publik yaitu
entitas yang terdaftar atau proses pendaftaran di pasar modal atau
entitas fidusia (menggunakan dana masyarakat). Pada tahun 2012
Standar Akuntansi Keuangan sudah mulai mengadopsi IFRS.

2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas tanpa Akuntabilitas Publik


(SAK ETAP)
SAK ETAP umumnya digunakan untuk entitas yang tidak memiliki
akuntabilitas publik yang signifikan dalam menyusun laporan keuangan
untuk tujuan umum. Standar ini telah mengadopsi IFRS untuk Small
Medium Enterprise (SME) dengan melakukan beberapa
penyederhanaan.

3. Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah)


SAK Syariah merupakan standar yang digunakan untuk entitas/
perusahaan yang memiliki transaksi berbasis syariah. Standar satu ini
memiliki kerangka penyusunan dan penjurnalan laporan, penyajian
laporan keuangan, dan standar khusus transaksi berdasarkan konsep
syariah seperti murabahah, mudharabah, ijarah, serta istisha.

4. Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)


SAP merupakan standar yang dipergunakan untuk menyusun laporan
keuangan pada instansi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah.
SAP ini ditetapkan sebagai PP (Peraturan Pemerintah) yang diterapkan
untuk entetitas pemerintah dalam menyusun Laporan Keuangan
Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
(LKPD).

B. PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN


INDONESIA MENUJU STANDAR AKUNTANSI INTERNASIONAL
a. Perbandingan Rerangka Konseptual FASB dan Rerangka
Konseptual IASC
Rerangka Konseptual FASB
Dewan penyusun standar akuntansi di Amerika Serikat dibentuk
pada tahun 1936 dengan namaCommittee on AccountingProcedure
(CAP). Dewan ini bekerja sampai tahun 1959 dan berganti nama menjadi
Accounting Princilpes Booard (APB). APB bekerja sampai dengan tahun
1973, kemudian digantikan oleh Financial Accounting Standards Board
(FASB) sampai sekarang ini.Setelah mengalami beberapa titik waktu
(Juncture) dalam merumuskan prinsip-prinsip akuntansi (Zeff 1984),
FASB akhirnya berhasil membuat sebuah model rerangka konseptual
yang mapan disebut, Statement of Financial AccountingConcepts
(SFAC).Rerangka ini merupakan dasar teoritis bagi FASB dalam
mengembangkan Standard Akuntansi Keuangan di Amerika
Serikat.Standar-standar tersebut berkenaan dengan pengukuran aktivitas
ekonomi, penentuan waktu kapan pengukuran dan pencatatan harus
dilakukan, ketentuan pengungkapan mengenai aktivitas tersebut,
penyiapan dan penyajian ringkasan aktivitas ekonomi tersebut dalam
bentuk laporan keuangan.

Rerangka Konseptual IASC


Pembentukan IASC terjadi pada tanggal 23 Juni 1973 di Inggris
yang diwakili oleh organisasi profesi akuntansi dari sembilan negara
(Nobes dan Parker 1995: 9; dan Solomons,1986: 60). Tujuan
pembentukan IASC adalah memformulasi standar dan mendorong
keberterimaan dan ditaatinya IFRS secara luas di dunia.(Solomons 1986:
60). Sampai saat ini IASC beranggotakan sekitar 150 organisasi atau
badan penyusun standard akuntansi dari 113 negara (media akuntansi,
2000), dan telah berhasil merumuskan model teoritis yang juga
mengadopsi meta teori dengan menempatkan tujuan sebagai top level.
Model ini disebut Framework for the Preparation andPresentation of
Financial Statements (FPPFS).
Perbandingan Rerangka Konseptual US GAAP dan IFRS
Perbandingan US GAAP dan IFRS dibagi menjadi 3 level, yakni sebagai
berikut:

b. Tujuan

Mengganti Standar Akuntansi Keuangan


Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas
(kesesuaian) praktik akuntansi dengan menentukan batasan–batasan
seberapa besar praktik–praktik tersebut dapat beragam (Choi, et al.
1999). Beberapa pihak yang diuntungkan adalah perusahaan
multinasional, kantor akuntan internasional, oraganisasi perdagangan,
serta IOSCO (International Organization of Securities Commissions).
Perbedaan antara Adaptasi, Kovergensi, dan Full adopsi
Perbedaan Adaptasi Konvergensi Full Adopsi
Arti harafiah Penyelarasan Pertemuan pada suatu titik pemakaian
Membuat standar baru dengan Mentranslet standar
Standart Membuat standar yang
mempertimbangkan keadaan yang lama menjadi standar
akuntansi benar-benar baru
berlaku baru
Contoh Indonesia sebelum
Indonesia setelah 2012 Australia, Hongkong
Negara IFRS

International Financial Reporting Standards (IFRS) dijadikan


sebagai referensi utama pengembangan Standar Akuntansi Keuangan di
Indonesia karena IFRS merupakan standar yang sangat kokoh.
Sebelumnya IFRS ini lebih dikenal dengan nama International
Accounting Standards (IAS) yang diterbitkan antara tahun 1973 dan 2001
oleh Board of the International Accounting Standards Committee
(IASC). Mengadopsi IFRS berarti mengadopsi bahasa pelaporan
keuangan global yang akan membuat suatu perusahaan dapat dimengerti
oleh pasar global. Beralih ke IFRS bukan hanya sekedar pekerjaan
mengganti angka-angka di laporan keuangan, tetapi mengubah pola pikir
dan cara semua elemen di dalam perusahaan. Penerapan standar
akuntansi yang sama di seluruh dunia akan mengurangi masalah-masalah
terkait daya banding dalam pelaporan keuangan.

Dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi dikenal


dengan dua pendekatan (Hoesada, 2008) yaitu:
Principle – Based Accounting Standards:
1. Mengatur prinsip–prinsip akuntansi untuk suatu jenis transaksi,
khususnya terkait dengan pengakuan dan pegukuran, dan tidak
mengatur untuk suatu jenis industri tertentu.
2. Kelebihannya :principle based system tidak atau sedikit memberi
peluang untuk melakukan kreativitas negatif atas peraturan
akuntansi. Dua transaksi yang secara substansi sama akan
diperlakukan dan dicatat sama oleh dua perusahaan yang berbeda.
Serta pengaturan akuntansi yang ada berlaku untuk seluruh
perusahaan.
3. Memerlukan banyak professional judgement yang menuntut
kompetensi dan integritas yang tinggi, kesiapan profesi pendukung
dengan semakin dominannya fair value accounting.
4. Digunakan oleh international Accounting Standards Board (IASB)
Ruled

Based Accounting Standards:

1. Mengatur secara lebih detail dan biasanya hanya berlaku untuk suatu
industri tertentu.
2. Kelebihannya: lebih mudah diterapkan karena peraturannya lebih
eksplisit.
3. Tidak banyak memerlukan professional judgement. Namun,
membuka peluang untuk melakukan sesuatu dengan tujuan sempit.
4. Digunakan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB)

FASB mereflesikan tingkat kecanggihan dan adidaya ekonomi dan


keuangan Amerika Serikat, sebaliknya IAS berupaya merangkul seluas–
luasnya semua negara–negara di dunia dari yang paling kaya-canggih
sampai pada negara yang paling terbelakang-miskin (Hoesada, 2008).
Konvergensi IFRS terhadap PSAK akan menyebabkan PSAK yang
tadinya bersifat Ruled–Based menjadi bersifat Principle–Based.
Compliance terhadap IFRS menyebabkan laporan keuangan perusahaan
Indonesia akan dapat diperbandingkan dengan laporan keuangan
perusahaan dari negara lain, sehingga akan sangat jelas kinerja
perusahaan mana yang lebih baik dan dapat meningkatkan kualitas SAK.
Selain itu, program konvergensi juga bermanfaat untuk mengurangi biaya
modal dengan membuka peluang fund raising melalui pasar modal secara
global, meningkatkan investasi global, dan mengurangi beban
penyusunan laporan keuangan, meningkatkan kredibilitas dan kegunaan
Laporan Keuangan, meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan,
dan menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan. Di sisi lain
tujuan konvergensi IFRS adalah agar laporan keuangan berdasarkan
PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan
keuangan berdasarkan IFRS dan kalaupun ada diupayakan hanya relatif
sedikit sehingga pada akhirnya laporan auditor menyebut kesesuaian
dengan IFRS.
Karakteristik dan tingkatan yang berbeda antar negara merupakan
hambatan mendasar yang dihadapi dalam proses harmonisasi Standar
Akuntansi Keuangan. Hambatan lain yang muncul adalah adanya
perbedaan kebutuhan dan keinginan antara negara maju dengan yang
belum maju dan antara negara yang tingkat pertumbuhan ekonominya
sangat tinggi dan negara dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih
rendah bahkan sangat rendah. Apa yang tepat diterapkan di Amerika
Serikat, belum tentu cocok diterapkan di negara lain dengan karakteristik
lingkungan dan perkembangan ekonomi yang berbeda. Demikian pula
apa yang dirancang oleh G4+1 belum tentu cocok diterapkan untuk
seluruh anggota IASC. Yang harus dilakukan oleh IASC sebagai badan
penyusun Standar Akuntansi Internasional adalah membuat para anggota
merasa butuh menerapkan IFRS.
Dampak dari harmonisasi SAK salah satunya adalah globalisasi
profesi akuntansi. Seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi,
profesi akuntan dituntut untuk lebih berkembang yang mendorong
profesi akuntan untuk semakin mengembangkan wawasan, keterampilan,
pendidikan, dan etika menjadi tanggung jawab penuh dari profesi
akuntan.Masalah muncul setiap ada standar baru yang diterbitkan untuk
menyempurnakan keberadaan standar tersebut. Peran akuntansi akan
semakin sentral sebagai pengelolah informasi. Bahkan banyak yang
belum memahami transformasi di pasar keuangan. Profesi ini tampaknya
semakin bergerak sehingga setiap data semakin berati di dalam
pengambilan keputusan. Dengan adanya harmonisasi Standar Akuntansi
Keuangan maka profesi akuntansi lulusan Indonesia berkesempatan
untuk bekerja di mana saja di dunia, karena program pendidikan
akuntansi yang mereka tempuh adalah program yang sesuai dengan
standar internasional.

C. PERANAN DAN KEUNTUNGAN HARMONISASI ATAU ADOPSI


IFRS SEBAGAI STANDAR AKUNTANSI DOMESTIK
Keuntungan harmonisasi menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002)
adalah: (1) Informasi keuangan yang dapat diperbandingkan, (2) Harmonisasi
dapat menghemat waktu dan uang, (3) Mempermudah transfer informasi
kepada karyawan serta mempermudah dalam melakukan training pada
karyawan, (4) Meningkatkan perkembangan pasar modal domestik menuju
pasar modal internasional, (5) Mempermudah dalam melakukan analisis
kompetitif dan operasional yang berguna untuk menjalankan bisnis serta
mempermudah dalam pengelolaan hubungan baik dengan pelanggan,
supplier, dan pihak lain.
Pricewaterhouse Coopers (2005) dalam publikasinya “Making A change
To IFRS” menyatakan bahwa sebagai perusahaan jasa professional atau
kantor akuntan terbesar di dunia saat ini, menyatakan bahwa laporan
keuangan dituntut untuk dapat memberikan informasi yang lebih dapat
dipahami oleh pemakai global, dengan demikian dapat menarik modal ke
dalam perusahaan. Hal inilah yang mendorong atau menuntut perubahan
peraturan akuntansi domestik ke arah IFRS.
Dengan mengadopsi IFRS berarti laporan keuangan berbicara dengan
bahasa akuntansi yang sama, hal ini akan memudahkan perusahaan
multinasional dalam berkomunikasi dengan cabang-cabang perusahaannya
yang berada dalam negara yang berbeda, meningkatkan kualitas pelaporan
manajemen dan pengambilan keputusan.
Dengan mengadopsi IFRS juga berarti meningkatkan kepastian dan
konsistensi dalam interpretasi akuntansi, sehingga memudahkan proses
akuisisi dan divestasi. Dengan mengadopsi IFRS kinerja perusahaan dapat
diperbandingkan dengan pesaing lainnya secara global, apalagi dengan
semakin meningkatnya persaingan global saat ini. Akan menjadi suatu
kelemahan bagi suatu perusahaan jika tidak dapat diperbandingkan secara
global, yang berarti kurang mampu dalam menarik modal dan menghasilkan
keuntungan di masa depan.

D. PERLUNYA HARMONISASI STANDAR AKUNTANSI


INTERNASIONAL DI INDONESIA
Indonesia perlu mengadopsi standar akuntansi internasional untuk
memudahkan perusahaan asing yang akan menjual saham di negara ini atau
sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar internasional itu
bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya sosialisasi
yang mahal. Indonesia sudah melakukannya namun sifatnya baru
harmonisasi, dan selanjutnya akan dilakukan full adoption atas standar
internasional tersebut. Adopsi standar akuntansi internasional tersebut
terutama untuk perusahaan publik. Hal ini dikarenakan perusahaan publik
merupakan perusahaan yang melakukan transaksi bukan hanya nasional tetapi
juga secara internasional. Jika ada perusahaan dari luar negeri ingin menjual
saham di Indonesia atau sebaliknya, tidak akan lagi dipersoalkan perbedaan
standar akuntansi yang dipergunakan dalam menyusun laporan.
Ada beberapa pilihan untuk melakukan adopsi, menggunakan IAS apa
adanya, atau harmonisasi. Harmonisasi adalah, kita yang menentukan mana
saja yang harus diadopsi, sesuai dengan kebutuhan. Contohnya adalah PSAK
(pernyataan standar akuntansi keuangan) nomor 24, itu mengadopsi
sepenuhnya IAS nomor 19. Standar ini berhubungan dengan imbalan kerja
atau employee benefit.
Kerugian apa yang akan kita hadapi bila kita tidak melakukan
harmonisasi, kerugian kita berkaitan dengan kegiatan pasar modal baik modal
yang masuk ke Indonesia, maupun perusahaan Indonesia yang listing di bursa
efek di Negara lain. Perusahaan asing yang ingin listing di BEI akan kesulitan
untuk menerjemahkan laporan keuangannya dulu sesuai standart nasional
kita, sedangkan perusahaan Indonesia yang akan listing di Negara lain, juga
cukup kesulitan untuk menerjemahkan atau membandingkan laporan
keuangan sesuai standart di negara tersebut. Hal ini jelas akan menghambat
perekonomian dunia, dan aliran modal akan berkurang dan tidak mengglobal.

E. RINTANGAN DALAM PROSES MENUJU HARMONISASI


Menurut Nobes dan Parker (2002), rintangan yang paling fundamental
dalam proses harmonisasi adalah: (1) perbedaan praktek akuntansi yang
berlaku saat ini pada berbagai negara, (2) kurangnya atau lemahnya tenaga
profesional atau lembaga profesional di bidang akuntansi pada beberapa
negara, (3) perbedaan sistem politik dan ekonomi pada tiap-tiap negara.
Menurut Lecturer Ph. Diaconu Paul (2002), hambatan dalam menuju
harmonisasi adalah: (1) Nasionalisme tiap-tiap negara, (2) Perbedaan sistem
pemerintahan pada tiap-tiap negara, (3) Perbedaan kepentingan antara
perusahaan multinasional dengan perusahaan nasional yang sangat
mempengaruhi proses harmonisasi antar negara, (4) Tingginya biaya untuk
merubah prinsip akuntansi.

F. KONVERGENSI IFRS DAN IAS


PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) adalah standar yang
digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai
pedoman akuntan dalam membuat laporan keuangan. Sedangkan IFRS
(International Financial Reporting Standard) merupakan pedoman
penyusunan laporan keuangan yang diterima secara global/internasional.
Indonesia sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi dunia telah merespon
perubahan-perubahan sistem pelaporan keuangan terkini dengan melakukan
konvergensi IFRS kedalam PSAK.
IFRS (International Financial Reporting Standards) merupakan standar
akuntansi internasional yang diterbitkan oleh International Accounting
Standard Board (IASB). Standar Akuntansi Internasional (International
Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama dunia yaitu
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa
(EC), Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi
Akuntansi Internasioanal (IFAC).
Konvergensi standar akuntansi internasional dan nasional mencakup
penghapusan mencakup penghapusan berbagai perbedaan secara perlahan
melalui upaya kerja sama antara IASB (International Accounting Standard
Board), penentu standar nasional, dan kelompok lain yang menginginkan
solusi terbaik bagi persoalan akuntansi dan pelaporan. Meskipun terdapat
istilah penghapusan dalam makna konvergensi, namun konvergensi bisa
mencakup pembuatan standar baru yang belum tercantum dalam standar
yang sudah ada. Konvergensi Akuntansi mencakup konvergensi (1) standar
akuntansi (yang membahas ukuran dan penyajian), (2) penyajian terkait
penawaran surat berharga dan daftar bursa efek yang dibuat oleh perusahaan
go public, dan (3) standar audit).
Pada akhirnya konvergensi IFRS akan menghasilkan keseragaman
dalam pelaporan keuangan di dunia internasional. Hal ini akan
mempermudah pihak yang berwenang aktif dalam ruang lingkup pelaporan
keuangan, baik pembuat standar, perusahaan, regulator, maupun auditor
dalam memahami penerapan IFRS di berbagai negara sehingga sejalan
dengan tuntutan pelaporan keuangan di era arus globalisasi yang kian
berkembang pesat.
Penggunaan IFRS sebagai standar akuntansi internasional semakin
meningkat. Tercatat lebih dari 120 negara sudah melakukan konvergensi ke
IFRS. Negara-negara lain juga mulai mengadopsi secara bertahap untuk
melakukan konvergensi maupun adopsi penuh IFRS. Terdapat beberapa
terminologi untuk menggambarkan tingkat implementasi IFRS (Warsono,
2011), yaitu:
 Harmonisasi; standar nasional dan IFRS merupakan dua standar yang
berbeda tetapi terdapat kesepakatan untuk menjaga keserasian antar
keduanya.
 Adaptasi; standar nasional diusahakan menyesuaikan diri dengan IFRS.
 Konvergensi; Standar nasional dan IFRS yang berasal dari titik awal
berbeda menuju satu standar yang memiliki karakteristik umum yang
dimiliki oleh kedua standar tersebut.
 Adopsi; standar nasional, kecuali jika sudah sama dengan IFRS,
ditinggalkan dan berpindah menuju IFRS sepenuhnya.

Tujuan IFRS
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan
keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam
laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang
dapat memberikan informasi bagi pengguna laporan keuangan, selain itu ada
beberapa tujuan IFRS, yakni:
a. Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan (comparable)
sepanjang periode yang disajikan.
b. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang
berdasarkan pada IFRS.
c. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para
pengguna.

Manfaat adopsi IFRS


Harmonisasi standar akuntansi dan pelaporan keuangan telah di anggap
sebagai suatu hal yang mendesak yang harus dilakukan oleh setiap negara
termasuk Indonesia sebagai negara berkembang. Menurut Marsini Purba dalm
bukunya yang berjudul “International Financial Reporting Standards”,
manfaat utama yang diperoleh dari harmonisasi standar akuntansi dan
pelaporan keuangan adalah adanya pemahaman lebih baik atas laporan
keuangan oleh pengguna laporan keuangan yang berasal dari berbagai negara.
Hal ini memudahkan perusahaan menjual sahamnya secara lintas negara atau
lintas pasar modal. Selain itu memberikan efisiensi dalam penyusunan
laporan keuangan yang menghabiskan banyak dana dan sumber dana setiap
tahunnya dan juga dapat menambah kepercayaan investor asing terhadap
laporan keuangan perusahaan-perusahaan nasional.

Membuat perubahan ke IFRS, artinya mengadopsi bahasa pelaporan


global, yang akan membuat perusahaan dimengerti oleh global market (pasar
dunia). The Big-4 Accounting Firm mengatakan bahwa banyak dari
perusahaan-perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan
yang signifikan dalam rangka memenuhi maksud mereka memasuki pasar
modal dunia. Dengan Indonesia mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan
yang dibuat berdasarkan PSAK tidak memerlukan rekonsiliasi signifikan
dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Adopsi penuh IFRS diharapkan
memberi manfaat:
1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan
SAK yang dikenal secara internasional.
2. Meningkatkan arus investasi global.
3. Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global dan menciptakan
efisiensi penyusunan laporan keuangan.

IAI dalam program kerjanya telah menetapkan peta arah


(roadmap) program konvergensi IFRS terhadap PSAK yang dilakukan
melalui 3 tahapan, yaitu:
1. Tahap adopsi (2008 – 2011) yang meliputi Adopsi seluruh IFRS ke
PSAK, persiapan infrastruktur yang diperlukan, evaluasi dan kelola
dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku.
2. Tahap persiapan akhir (2011) yaitu penyelesaian infrastruktur yang
diperlukan.
3. Tahap implementasi (2012) yaitu penerapan pertama kali PSAK yang
sudah mengadopsi seluruh IFRS dan evaluasi dampak penerapan PSAK
secara komprehensif.

Konfergensi IFRS dapat meningkatkan daya informasi dari laporan


keuanga perusahaan-perusahaan di Indonesia. Adopsi standar internasional
sangat penting dalam rangka stabilitas perekonomian, dan secara umum
akan bermanfaat untuk:
1) Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan penggunaan
standar akuntansi keuangan yang dikenal secara internasional
(enchance comparability);
2) Meningkatkan arus investasi global melalui transparansi;

3) Menurunkan cost of capital dengan membuka peluang fund raising


melalui pasar modal secara global;
4) Menciptakan efisiensi penyusunan laporan keuangan;

5) Meningkatkan kualitas laporan keuangan dengan mengurangi


kesempatan melalui earning manajemen

Disamping konvergensi IFRS tersebut mempunyai banyak manfaat, tentu


juga akan mempunyai dampak dalam berbagai bidang terutama bidang
pendidikan dan bisnis. Dalam bidang pendidikan, dampak yang akan terjadi
ketika melakukan konvergensi IFRS, diantaranya:

1. Perubahan mind stream dari rule based ke principle based


2. Banyak menggunakan professional judgement
3. Banyak menggunakan fair value accounting
4. IFRS selalu berubah dan konsep yang digunakan didalamnya dapat
berbeda dengan IFRS yang lainnya
5. Semakin meningkatnya ketergantungan ke profesi lain
6. Perubahan buku text dari USGA PP ke IFRS.

Adapun manfaat Konvergensi IFRS terhadap Indonesia antara lain


sebagai berikut :
1. Meningkatkan kualitas Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
2. Mengurangi biaya SAK.
3. Meningkatkan kredibilitas dan kegunaan laporan keuangan.
4. Meningkatkan komparabilitas pelaporan keuangan.
5. Meningkatkan transparansi keuangan.
6. Menurunkan biaya modal dengan membuka peluang penghimpunan
dana melalui pasar modal.
7. Meningkatkan efisiensi penyusunan laporan keuangan.

Sedangkan dampak Konvergensi IFRS terhadap Bisnis antara lain


sebagai berikut :
1. Akses ke pendanaan internasional akan lebih terbuka karena laporan
keuangan akan lebih mudah dikomunikasikan ke investor global.
2. Relevansi laporan keuangan akan meningkat karena lebih banyak
menggunakan nilai wajar. Disisi lain, kinerja keuangan (laporan laba
rugi) akan lebih fluktuatif apabila harga-harga fluktuatif.
3. Smoothing income menjadi semakin sulit dengan penggunakan balance
sheet approach dan fair value.
4. Principle-based standards mungkin menyebabkan keterbandingan
laporan keuangan sedikit menurun yakni bila penggunaan professional
judgment ditumpangi dengan kepentingan untuk mengatur laba (earning
management).
5. Penggunaan off balance sheet semakin terbatas.

G. PIHAK-PIHAK YANG MENYUSUN STANDAR AKUNTANSI


Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan standar akuntansi
adalah:
1) Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) adalah organisasi profesi akuntan
yang juga merupakan badan yang menyusun standar akuntansi keuangan
di Indonesia. Pengembangan standar akuntansi keuangan sejak berdirinya
IAI pada tahun 1957 hingga kini pengembangan standar akuntansi ini
dilakukan secara terus-menerus, pada tahun 1973 terbentuk Panitia
Penghimpun Bahan-bahan dan Struktur GAAP dan GAAS.
Sejak IAI berdiri telah dihasilkan tiga standar akuntansi keuangan
sebagai berikut:
a. Pada tahun 1973 pertama kali IAI menerbitkan suatu buku Prinsip
Akuntansi Indonesia (PAI). Penerbitan ini dipicu oleh diaktifkannya
pasar modal di Indonesia pada tahun 1973.
b. Pada tahun 1984 buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 yang
menggantikan PAI 1973 diterbitkan. Komite PAI melakukan revisi
secara mendasar terhadap PAI 1973.
c. Pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total PAI 1984 dan
sejak itu mengeluarkan serial standar keuangan yang diberi nama
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang diterbitkan sejak 1
Oktober 1994. Pengernbangan standar akuntansi ketiga ini ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan dunia usaha dan profesi akuntansi dalam
rangka mengikuti dan mengantisipasi perkembangan internasional.
Banyak standar yang dikeluarkan itu sesuai atau sama dengan
standar akuntansi internasional yang dikeluarkan oleh IASC.

2) Financial Accounting Standar Board (FASB)


Financial Accounting Standar Board (FASB) sebagai standar
akuntansi dan pelaporan keuangan yang telah lengkap dan memadai.
Sejak timbulnya skandal yang melibatkan perusahaan-perusahaan besar
seperti Enron, Adelpgia, dan lain sebagainya mengindikasikan lemahnya
standar akuntansi dan pelaporan keuangan di Amerika Serikat, sehingga
para ahli berkesimpulan bahwa US-GAAP terdapat banyak masalah
karena terlalu rule based.
AICPA adalah sebuah organisasi profesi akuntan publik di Amerika
yang didirikan pada tahun 1887 dan menerbitkan jurnal bulanan yang
memiliki peran penting dalam pengembangan dan pembentukan standar
akuntansi, termasuk penyiapan ujian sertifikasi dan pendidikan
berkelanjutan bagi para akuntan publik. Pada tahun 1959, AICPA
mendirikan Accounting Principle Boards ( APB ) yang tugas utamanya
adalah mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai prinsip
akuntansi, menentukan praktik akutansi yang tepat, dan mempersempit
celah perbedaan - perbedaan yang ada serta ketidak konsistenan yang
terjadi dalam praktik akuntansi saat itu. Namun, APB dianggap kurang
produktif dan gagal bertindak cepat dalam menangani kasus - kasus
penyimpangan akuntansi.
APB dibubarkan dan digantikan oleh FASB, AICPA membentuk
Accounting Standars Executive Comitte sebagai komite yang berwenang
berbicara atas nama AICPA di bidang akuntansi dan pelaporan keuangan.
Berbagai ketetapan yang dihasilkan oleh komite ini adalah Pedoman
Audit dan Akuntansi Industri, Statement of Position ( SOP ), dan Buletin
Praktik Pedoman Audit dan Akuntansi Industri mengikhtisarkan praktik-
praktik akuntansi dari industri tertentu dan menyediakan pedoman
khusus menyangkut masalah-masalah yang tidak ditangani. SOP
menyediakan pedoman atas topik-topik pelaporan keuangan sampai
FASB menetapkan standar atas topik tersebut. FASB adalah organisasi
pada sektor swasta yang bertanggung jawab dalam pembentukkan
standar akuntansi di Amerika pada saat ini. Menyadari kebutuhan untuk
reformasi APB, pemimin dalam profesi akuntansi menunjuk Kelompok
Studi Pembentukkan Prinsip Akuntansi untuk membubarkan AB dan
struktur standar pengaturan baru diciptakan. FASB menggantikan APB
didirikan pada tahun 1973, yang anggotanya berasal dari berbagai latar
belakang (audit, akuntansi korporasi, jasa keuangan, dan akademisi).
Fungsi utamanya adalah mempelajari masalah akuntansi terkini dan
menetapkan standar akuntansi. FSAB menerbitkan Statement of
Financial Accounting Concepts yang memberikan kerangka kerja
konseptual yang memungkinkan untuk dikembangkannya standar
akuntansi khusus.
Standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh FASB dipandang
sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam
menetapkan standar akuntansi keuangan, FASB harus tanggap terhadap
kebutuhan dari seluruh komunitas dan menetapkan secara transparan di
depan publik yang dilakukan dengan memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya secara adil kepada semua komunitas terkait untuk
mengungkapkan pendapat sebelum standar yang baru diterbitkan dan
diberlakukan. Standar tersebut penting untuk fungsi efisien dari ekonomi
karena keputusan tentang alokasi sumber daya sangat bergantung pada
kredibel, ringkas, dan informasi keuangan yang dimengerti. Sekitar tahun
2008, FASB mengelurakan Standar Akuntansi FASB Kodifikasi yang
menata ulang ribuan GAAP pernyataan Amerika ke sekitar 90 topik
akuntansi.

3) International Accounting Standard Board (IASB)


Di wilayah Eropa, badan pembuat standar akuntansi yaitu
International Accounting Standard Board (IASB) dimana standar ini
dibuat sebelum tahun 1990 belum diminati oleh didunia karena
perkembangan ekonomi Amerika masih dijadikan sebagai patokan
perkembangan bisnis dunia. International Accounting Standards (IAS)
adalah produknya yang kemudian berubah menjadi International
Financial Reporting Standard (IFRS).
Standar Akuntansi Internasional International Accounting Standards
Board (IASB) telah didahului oleh Dewan Komite Standar Akuntansi
Internasional International Accounting Standards Committee (IASC)
yang beroperasi dari tahun 1973 sampai tahun 2001. IASC didirikan pada
bulan Juni 1973 sebagai hasil dari perjanjian badan akuntansi di
Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris,
Irlandia, dan Amerika Serikat. Pada tahun 1977, kegiatan profesional
internasional akuntansi berada dibawah Federasi Akuntan Internasional
( IFAC ) yang memiliki otonomi enuh dan lengka dalam menetapkan
stadar akuntansi internasional dan dalam penerbitan dokumen diskusi
tentang isu akuntansi internasional.
Pada tahun 2001, IASB dibentuk sebagai pengganti dari IASC untuk
melakukan konvergensi ke Standar Akuntansi Publik dengan kualitas
Single Set dan High Quality, Transparant dan komparabel laporan
keuangan, dan berguna bagi pemain pasar modal. IASB menggantikan
IASC dengan mengambil tanggung jawab per tanggal 1 April 2001.
H. ORGANISASI PENGATURAN STANDAR
Standar akuntansi merupakan sebuah masalah yang urgent dalam dunia
akuntansi termasuk didalamnya bagi para pemakai laporan keuangan
sebagai proses akhir dari akuntansi tersebut. Berdasarkan kondisi tersebut,
maka mekanisme pembentukan standar akuntansi seharusnya diatur
sedemikian rupa sehingga dapat berterima bagi seluruh pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut. Standar akuntansi ini
akan terus mengalami perubahan seiring dengan kompeksitas perkembangan
zaman dalam dunia bisnis serta kemajuan teknologi informasi.
Pada umumnya terdapat enam organisasi yang berperan sebagai
pengatur dalam penentuan standar akuntansi internasional dalam proses
harmonisasi akuntansi internasional, diantaranya:
1) Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB)
Badan pembuat standar akuntansi untuk kawasan Eropa ialah IASB
(International Accounting Standard Board). Standar yang dibuat oleh
IASB, saat itu (sebelum tahun 1990) belum diminati oleh dunia. Hal ini
karena perkembangan ekonomi Amerika masih dijadikan sebagai
patokan perkembangan bisnis dunia. Produknya adalah IAS yang
kemudian bermetamorfosis menjadi IFRS (International Financial
Reporting Standard).
Tujuan International Accounting Standard Board (IASB) adalah :
a. Untuk mengembangkan dalam kepentingan umum, satu set standar
akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat
diterapkan yang mewajibkan informasi yang berkualitas tinggi,
transparan, dan dapat dibandingkan dalam laporan keuangan.
b. Untuk mendorong penggunaan dan penerapan standar-standar
tersebut yang ketat.
c. Untuk membawa konvergensi standar akuntansi nasional dan
Standar Akuntansi Internasional dan Pelaporan Keuangan
Internasional kea rah solusi berkualitas tinggi.
2) Uni Eropa (Europen Union-EU)
Salah satu tujuan EU adalah untuk mencapai integrasi pasar
keuangan eropa. Untuk tujuan ini, EC telah memperkenalkan direktif
dan mengambil langkah inisiatif yang sangat besar untuk mencapai
pasar tunggal bagi:
a. Perubahan modal dalam tingkat EU
b. Membuat kerangka dasar hukum umum untuk pasar surat
berharga dan derivatif yang terintegrasi
c. Mencapai satu set standar akuntansi tunggal untuk perusahaan-
perusahaan yang sahamnya tercatat.
3) Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (IOSCO)
Organisasi Internasional Komisi Pasar Modal (International
Organization of Securities Commissions-IOSCO) beranggotakan
sejumlah badan regulator pasar modal yang ada di lebih dari 100
negara. Menurut bagian pembukaan anggaran IOSCO: Otoritas pasar
modal memutuskan untuk bekerja bersama-sama dalam memastikan
pengaturan pasar yang lebih baik, baik pada tingkat domestik maupun
internasional, untuk mempertahankan pasar yang adil, efisien dan sehat:
a. Saling menukarkan informasi berdasarkan pengalaman masing-
masing untuk mendorong perkembangan pasar domestik.
b. Menyatukan upaya-upaya untuk membuat standard an pengawasan
efektif terhadap transaksi surat berharga internasional.
c. Memberikan bantuan secara bersama-sama untuk memastikan
integritas pasar melalui penerapan standar yang ketat dan
penegakkan yang efektif terhadap pelanggaran.

IOSCO telah bekerja secara ekstensif dalam pengungkapan


internasional dan standar akuntansi memfasilitasi kemampuan
perusahaan memperoleh modal secara efisien melalui pasar global surat
berharga. Tujuan utamanya adalah untuk memfasilitasi proses yang
dapat digunakan para penerbit saham kelas dunia untuk memperoleh
modal dengan cara yang paling efektif dan efisien pada seluruh pasar
modal yang terdapat permintaan investor. Komite ini bekerja sama
dengan IASB, antara lain dengan memberikan masukan terhadap
proyek-proyek IASB.
4) Federasi Internasional Akuntan (IFAC)
IFAC merupakan organisasi tingkat dunia yang memiliki 159
organisasi anggota di 118 negara, yang mewakili lebih dari 2,5 juta
orang akuntan. Didirikan tahun 1977, dimana misinya adalah untuk
mendukung perkembangan profesi akuntansi dengan harmonisasi
standar sehingga akuntan dapat memberikan jasa berkualitas tinggi
secara konsisten demi kepentingan umum.
Majelis IFAC, yang bertemu setiap 2.5 tahun, memiliki seorang
perwakilan dari setiap organisasi anggota IFAC. Majelis ini memiliki
suatu dewan, yang terdiri dari para individu yang berasal dari 18 negara
yang dipilih untuk masa 2.5 tahun. Dewan ini, yang bertemu 2 kali
setiap tahunnya, menetapkan kebijakan IFAC dan mengawasi
operasinya. Administrasi harian dilakukan oleh Sekretariat IFAC yang
berlokasi di New York, yang memiliki staf professional akuntansi dari
seluruh dunia.
5) Kelompok Kerja Antar Pemerintah Perserikatan Bangsa-Bangsa
Untuk Pakar Dalam Standar Internasional Akuntansi Dan
Pelaporan (ISAR)
ISAR dibentuk pada tahun 1982 dan merupakan satu-satunya
kelompok kerja antar pemerintah yang membahas akuntansi dan audit
pada tingkat perusahaan. Mandat khususnya adalah untuk mendorong
harmonisasi standar akuntansi nasional bagi perusahaan. ISAR
mewujudkan mandat tersebut melalui pembahasan dan pengesahan
praktik terbaik, termasuk yang direkomendasikan oleh IASB. ISAR
merupakan pendukung awal atas pelaporan lingkungan hidup dan
sejumlah inisiatif terbaru berpusat pada tata kelola perusahaan dan
akuntansi untuk perusahaan berukuran kecil dan menengah.
6) Organisasi Untuk Kerjasama Ekonomi Dan Pembangunan (OECD)
OECD merupakan organisasi internasional Negara-negara industry
maju yang berorientasi ekonomi pasar. Dengan keanggotaan yang
terdiri dari Negara- negara industry maju yang lebih besar, OECD
sering menjadi lawan yang tangguh terhadap badan-badan lain (seperti
PBB atau Konfederasi Internasional Persatuan Perdagangan Bebas)
yang memiliki kecenderungan untuk melakukan tindakan yang
bertentangan dengan kepentingan anggota-anggotanya.

Selain organisasi diatas terdapat 4 organisasi yang juga mempunyai


pengaruh dalam perkembangan standar akuntasi yaitu :
a. Securities and Exchange Commission (SEC)
SEC dibentuk pertama kalinya pada tahun 1934, dimana peran
utamanya adalah untuk mengatur penerbitan dan transaksi perdagangan
sekuritas oleh emiten kepada khalayak ramai (publik). SEC juga
mewajibkan perusahaan publik agar laporan keuangan eksternalnya
diaudit oleh akuntan independen. SEC sangat fokus terhadap pelaporan
keuangan perusahaan publik dan pengembangan standar akuntansi. SEC
juga secara seksama memonitor proses pembentukan standar akuntansi
di Amerika. SEC membantu mengembangkan dan menstandarisasi
informasi keuangan yang disajikan kepada para pemegang saham. SEC
memiliki mandat untuk menetapkan prinsip-prinsip akuntansi.
b. American Institute of Certified Public Accountans (AICPA)
AICPA adalah sebuah organisasi profesi akuntan public di
Amerika. Organisasi ini didirikan pada tahun 1887 dan menerbitkan
jurnal bulanan dengan nama Journal of Accountancy. AICPA memiliki
peran penting dalam pengembangan dan pembentukan standar
akuntansi, termasuk penyiapan (penyelenggaraan) ujian sertifikasi dan
pendidikan berkelanjutan bagi para akuntan publik. Atas desakan
SEC, pada tahun 1939 AICPA membentuk Committee on
Accounting Procedure (CAP). CAP yang beranggotakan akntan
praktisi, menerbitkan 51 Accounting Research Bulletins yang
menangani berbagai masalah akuntansi sepanjang tahun 1939 sampai
dengan tahun 1959. Namun, pendekatan masalah per masalah ini gagal
memberikan kerangka prinsip akuntasni yang terstruktur sebagaimana
yang dibutuhkan dan yang diinginkan. Untuk itu, pada tahun 1959
AICPA mendirikan Accounting Principles Boards (APB). Tugas utama
dari APB :
a) mengajukan rekomendasi secara tertulis mengenai prinsip akuntansi,
b) menentukan praktik akuntansi yang tepat,
c) mempersempit celah perbedaan-perbedaan yang ada serta
ketidakkonsistennan yang terjadi dalam praktik akuntansi saat itu.
Seiring berjalannya waktu.
c. Financial Accounting Standards Boards (FASB)
FASB merupakan organisasi sektor swasta yang bertanggung jawab
dalam pembentukan standar akuntansi di Amerika saat ini. FASB
didirikan pada tahun 1973, menggantikan APB. Anggota FASB berasal
dari berbagai latar belakang (audit, akuntansi korporasi, jasa keuangan,
dan akademisi). Penunjukan anggota FASB yang baru, dilakukan oleh
Financial Accounting Foundation (FAF). FAF adalah sebuah badan
independen, sama seperti FASB, yang dibentuk dengan wakil dari
profesi akuntansi, komunitas bisnis, pemerintah, dan akademisi.
Fungsi utama dari FASB adalah mempelajari masalah akuntansi
terkini dan menetapkan standar akuntansi. Standar ini dipublikasikan
sebagai Statement of Financial Accounting Standards (SFAS). FASB
juga menerbitkan Statement of Financial Accounting Concepts (SFAC)
yang memberikan kerangka kerja konseptual yang memungkinkan
untuk dikembangkannya standar akuntansi khusus. SFAC diterbitkan
pada tahun 1978 sebagai konsep fundamental yang akan digunakan
FASB dalam mengembangkan standar akuntansi dan pelaporan
keuangan di masa depan. Tidak seperti SFAS, SFAC bukan merupakan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar akuntansi keuangan
yang diterbitkan oleh FASB dipandang sebagai prinsip-prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Dalam menetapkan standar akuntansi
keuangan, FASB harus tanggap terhadap kebutuhan dari seluruh
komunitas dan menetapkannya secara transparan di depan publik. Hal
ini dilakukan dengan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
secara adil (tanpa memihak) kepada semua komunitas terkait untuk
mengungkapkan pendapat mereka sebelum standar yang baru
diterbitkan dan diberlakukan.
d. Governmental Accounting Standards Board (GASB)
GASB dibentuk pada tahun 1984 oleh FAF dengan tugas
menetapkan standar akuntansi keuangan pemerintah. Sturuktur
organisasi GASB serupa dengan struktur FASB. GASB memeiliki
dewan penasehat yang bernama Governmental Accounting Standards
Advisory Council (GASAC).
Standar ini dinamakan sebagai prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (Generally Accepted Accounting Principles). Standar ini
diperlukan sebagai patokan (pedoman) dalam penyusunan laporan
keuangan yang baku. Dengan adanya standar ini, pihak manajemen
selaku pengelola dana dan aktivitas perusahaan dapat mencatat,
mengikhtisarkan, dan melaporkan seluruh hasil kegiatan operasional
maupun financial perusahaan secara baku (yang secara standar diterima
umum) dan transparan.
GAAP bersumber dari beberapa ketetapan-ketetapan yang
dikeluarkan oleh berbagai organisasi pembentuk standar akuntansi di
Amerika (FASB, EITF, AICPA dan SEC). ketetapan-ketetapan yang
dikeluarkan oleh masing-masing organisasi tersebut memiliki tingkat
kewenangan (otoritas) yang berbeda. Hierarki GAAP yang diterbitkan
oleh FASB menentukan sumber prinsip akuntansi dan kerangka kerja
pemilihan prinsip yang akan digunakan dalam penyusunan laporan
keuangan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Gamayuni, Rindu Rika, dkk. 2009. Jurnal Akuntansi dan Keuangan (Jurnal Ilmiah
Berkala Enam Bulanan) [ISSN 1410-1831]. Bandar Lampung (ID): Universitas
Lampung

Siregar, Budi Gautama. 2020. Akuntansi Keuangan dan Standar Akuntansi .


Padang Sidempuan (ID): Institut Agama Islam Negeri Padangsidimpuan

Prasetya, Ferry Danu. 2012. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di


Indonesia [Jurnal Mahasiswa Akuntansi]. Surabaya (ID): Unika Widya Mandala
Surabaya

https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam
indonesia/accounting/summaries/2-3-perkembangan-standar-akuntansi-di-
indonesia/3112540/view

Anda mungkin juga menyukai