Anda di halaman 1dari 21

AKUNTANSI KEUANGAN

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN

Oleh:
Kelompok 02
Ida Ayu Eka Purnama Yuni

(1215351033)

Natasha Rizky Annisa

(1215351185)

Made Ayu Wilda Sinta Dewi

(1215351186)

PROGRAM EKSTENSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2014-2015

KATA PENGANTAR
Om Swastiastu
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Ida Sang HyangWidhi Wasa,
berkat rahmat dan karunia-NYA, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Standar Akuntansi Keuangan .Makalah ini diajukan
sebagai tugas kelompok Akuntansi Keuangan I

Program Non Reguler S1

Akuntansi.
Dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan
dan kesalahan,untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari para pembaca.
Dan pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada
dosen Ibu Dr. Gayatri, SE.,M.Si., Ak, dan semua pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu yang telah banyak memberikan motivasi, ikut berpartisipasi
dan perhatian sehingga paper ini dapat terselesaikan tepat pada waktu nya.
Demikianlah makalah ini kami tulis semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca,akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Denpasar, 20 Februari 2014

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.................................................................1
Bab II Pembahasan........................................................................................2
2.2 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan....................................2
2.2 Standar Akuntansi Keuangan Di Indonesia.................................3
2.3 Konvergensi IFRS...........................................................................6
2.3 IASC/IASB dan IAS/IFRS..............................................................6
2.5 DSAK dan SAK...............................................................................9
2.6 Keterbatasan Laporan Keuangan.................................................13
2.7 Isu-isu dan Tantangan Pelaporan Keuangan................................13
2.8 Masalah Etika dan Tantangan bagi Profesi Akuntan Publik......15
2.9 Regulasi atas Profesi Akuntan Publik...........................................16
Bab III Penutup..............................................................................................18
3.1 Kesimpulan......................................................................................18
3.2 Saran.................................................................................................18
Daftar Pustaka

19

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu sarana penunjang yang diperlukan oleh suatu perusahaan atau
suatu unit ekonomi adalah standar akuntansi yang memungkinkan
terlaksananya sistem informasi manajemen dengan baik.Standar akuntansi
dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam menyusun laporan keuangan
yang layak serta memiliki daya banding sehingga dapat menyajikan informasi
yang bernilai bagi pihak-pihak yang berkepentingan.Standar akuntansi
merupakan landasan atau petunjuk bagi mereka untuk melakukan praktek
atau kegiatan di bidang akuntansi, agar laporan keuangan lebih berguna dan
tidak menyesatkan. Hal ini diperjelas oleh Ikatan Akuntansi Indonesia dalam
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) sebagai pedoman pokok penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, dana pensiun dan unit ekonomi
lainnya adalah sangat penting, agar laporan keuangan lebih berguna, dapat
dimengerti dan dapat diperbandingkan serta tidak menyesatkan.
Oleh karena itu, maka standar akuntansi merupakan suatu pedoman yang
wajib ditaati bagi mereka yang melakukan kegiatan di bidang akuntansi,
dalam rangka penyusunan laporan keuangan.Tetapi perlu diingat bahwa
Standar Akuntansi Keuangan sebagai suatu pedoman yang diikuti kebiasaan
tentulah bukan merupakan pedoman yang sifatnya universal dan berlaku
mutlak sesuai keadaan, waktu dan tempat. Standar Akuntansi Keuangan
dalam perkembangannnya tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor lain,
misalnya pandangan para ahli di bidang akuntansi, perkembangan politik dan
ekonomi, peraturan pemerintah dan faktor-faktor lainnya.

BAB II
1

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Standar Akuntansi Keuangan
Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang disusun oleh lembaga Ikatan
Akuntan Indonesia selalu mengacu pada teori-teori yang berlaku daan
memberikan tafsiran dan penalaran yang telah mendalam dalam hal praktek
terutama dalam pembuatan laporan keuangan dalam memperolah informasi
yang akurat sehubungan data ekonomi.
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) mengacu pada penafsiran dan
penalaran teori-teori yang berlaku dalam hal praktek pembuatan laporan
keuangan

guna

memperoleh

inforamsi

tentang

kondisi

ekonomi.

Pemahaman di atas memberikan gambaran bahwa Pernyataan Standar


Akuntansi Keuangan (PSAK) berisi tata cara penyusunan laporan keuangan
yang selalu mengacu pada teori yang berlaku, atau dengan kata lain
didasarkan pada kondisi yang sedang berlangsung. Hal ini menyebabkan
tidak menutup kemungkinan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
(PSAK) dapat mengalami perubahan/penyesuaian dari waktu ke waktu
sejalan dengan perubahan kebutuhan informasi ekonomi.
Dari keseluruhan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Pernyataan
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan suatu buku petunjuk dari
prosedur akuntansi yang berisi peraturan tentang perlakuan, pencatatan,
penyusunan dan penyajian laporan keuangan yang disusun oleh lembaga IAI
yang didasarkan pada kondisi yang sedang berlangsung dan telah disepakati
(konvensi) serta telah disahkan oleh lembaga atau institut resmi.
Sebagai suatu pedoman, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
bukan merupakan suatu kemutlakan bagi setiap perusahasan dalam membuat
laporann keuangan.

Namun paling tidak dapat memastikan bahwa

penempatan unsur-unsur atau elemen data ekonomi harus ditempatkan pada


posisi yang tepat agar semua dat ekonomi dapat tersaji dengan baik, sehingga
dapat

memudahkan

bagi

pihak-pihak

yang

berkepentingan

dalam

menginterpretasikan dan megevaluasi suatu laporan keuangan guna


mengambil keputusan ekonomi yang baik bagi tiap-tiap pihak.

2.2 Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia


Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir
seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani
perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang semakin murah,
menuntut adanya transparansi di segala bidang.Standar akuntansi keuangan
yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan
transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai
sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan
kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan
standar akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan
pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah
profesi akuntansi di Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang
terjadi, khususnya dalam hal-hal yang memengaruhi dunia usaha dan profesi
akuntan.Hal ini dapat dilihat dari dinamika kegiatan pengembangan standar
akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini. Setidaknya,
terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia.
Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di
Indonesia pada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI
melakukan kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia
dalam suatu buku Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa
itu, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
mengkondifikasikannya dalam buku Prinsip Akuntansi Indonesia 1984
dengan

tujuan

untuk

menyesuaikan

ketentuan

akuntansi

dengan

perkembangan dunia usaha.


Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali melakukan revisi total terhadap
PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994. Sejak tahun 1994, IAI juga telah
memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi
internasional

dalam

pengembangan

standarnya.Dalam

perkembangan

selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi, kemudian


menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial

Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai


konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa
tahun ke depan.
2.2.1 Standar Akuntansi untuk Akuntansi Keuangan yang Berlaku di
Indonesia
Pada saat ini Indonesia berlaku 3 (set) standar akuntansi untuk
akuntansi keuanngan.
1. Standar

Akuntansi

Keuangan

(SAK)

untuk

entitas

berakuntabilitas publik secara signifikan.


2. Standar Akuntansi Keuangan khusus untuk entitas tanpa
akuntabilitas publik (ETAP).
3. Standar Akuntansi Syariah khusus utuk entitas dan transaksi
syariah.
SAK Umum dan SAK ETAP diterbitkan oleh Dewan Standar
Akuntansi

Keuangan

(DSAK),

sedangkan

Standar

Akuntansi

Syariahditerbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah. Kedua


Dewan tersebut berada dbawah naungan PAI.
-

Standar Akuntansi Keuangan khusus untuk entitas tanpa


akuntabilitas publik (ETAP)
SAK ETAP adalah Standard akuntansi keuangan untuk
Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik.ETAP yaitu Entitas yang tidak
memiliki akuntabilitas publik yang signifikan serta menerbitkan
laporan

keuangan

untuk

tujuan

umum

bagi

pengguna

eksternal. ETAP menggunakan acuan IFRS untuk Small Medium


Enterprises. SAK-ETAP diterbitkan pada tahun 2009 dan berlaku
efektif 1 Januari 2011 dan dapat diterapkan pada 1 Januari 2010.
SAK ini diterapkan secara retrospektif namun jika tidak praktis
dapat diterapkan secara prospektif yang berarti mengakui semua
asset dan kewajiban sesuai SAK ETAP juga tidak mengakui asset
dan kewajiban jika tidak diizinkan oleh SAK-ETAP, selain itu
Mereklasifikasi pos-pos yang sebelumnya menggunakan PSAK

lama menjadi pos-pos sesuai SAK-ETAP juga menerapkan


-

pengukuran asset dan kewajiban yang diakui SAK ETAP.


Standar Akuntansi Syariah
Standar ini digunakan untuk entitas yang memiliki transaksi
syariah atau berbasis syariah. Standar ini terdiri atas keraengka
konseptual penyusunan dan pengungkapan laporan, standar
penyajian laporan keuangan dan standar khusus transaksi syariah
seperti mudharabah, murabahah, salam, ijarah dan istishna.
Bank syariah menggunakan dua standar dalam menyusun
laporan keuangan.Sebagai entitas yang memiliki akuntabilitas
publik signifikan, bank syariah menggunakan PSAK, sedangkan

untuk transaksi syariahnya menggunakan PSAK Syariah.


Standar Akuntansi Pemerintah
Standar ini digunakan untuk menyusun laporan keuangan
instansi pemerintahan, baik pusat ataupun daerah. SAP berbasis
akrual ditetapkan dalam PP No. 71 Tahun 2010. Instansi masih
diperkenankan menggunakan PP No. 24 Tahun 2005, SAP
berbasis kas menuju akrual sampai tahun 2014.
SAP berbasis kas menuju akrual menggunakan basis kas
untuk penyusunan laporan realisasi anggaran dan menggunakan
basis akrual untuk penyusunan neraca. Pada SAP berbasis akrual,
laporan realisasi anggaran tetap menggunakan basis kas karena
akan dibandingkan dengan anggaran yang disusun dengan
menggunakan basis kas, sedangkan laporan operasional yang
melaporkan kinerja entitas disusun dengan menggunakan basis

akrual.
2.3 Konvergensi IFRS
IndonesiamemutuskanuntukberkiblatpadaStandarPelaporanKeuanganInte
rnasionalatauIFRS.KonvergensiakuntansiIndonesiakeIFRSperludidukungagar
Indonesiamendapatkanpengakuanmaksimal.Pengakuanmaksimalinididapatdar
ikomunitasinternasionalyangsudah

lamamenganutstandar

ini.JurangpemisahterdalamPSAKdenganIFRStelahteratasiyaitudengandiperbo
lehkannyapenggunaannilaiwajar(fairvalue)dalamPSAK.
Mengapa harus mengadopsi International Financial Reporting Standards
(IFRS)? Denganmengadopsi IFRS, Indonesia akan mendapatkan manfaat dari

meningkatnya kredibilitas pasarmodal Indonesia di mata investor global,


meluasnya pasar investasi lintas batas negara danmeningkatkan efisiensi
alokasi modal. Teknologi informasi yang berkembang pesat telahmengubah
lingkungan pelaporan keuangan.Kemajuan ini membawa jutaan investor (jika
tidak milyaran) ke lantai pasar modal di seluruh penjuru dunia. Antusiasme
para

investor

tidak

akan

terhalangi

oleh

batasan

Negara.

Bukan hanya investor & analis yang membutuhkan informasi seperti ini,
melainkan juga dibutuhkan oleh stakeholder lainnya. Upaya pemerintah
Untuk meningkatkan kualitas IFRS akan melindungi investordalam negeri,
karena

dengan

penerapan

standar

internasional

akan

meningkatkan

kepercayaan internasional untuk investasi di Indonesia.


Konvergensi IFRS ke dalam PSAK akan berdampak besar bagi dunia
usaha, terutama darisisi pengambilan kebijakan perusahaan yang didasarkan
kepada

data-data

akuntansi.Suatuperusahaanakanmemilikidayasaingyanglebihbesarketikameng
adopsiIFRSdalam
laporankeuangannya.Selainitu,denganmengimplementasikanIFRS,perusahaan
akan menikmati biaya modal yang lebih rendah. Juga konsolidasi yang lebih
mudah & system teknologi informasi yang terpadu.
2.4 IASC/IASB dan IAS/IFRS
Di lingkup global, pada awalnya sebenarnya ada dua badan penyusun
standar yang berkaitan dengan praktik akuntansi secara internasional.Badanbadan itu adalah The International Accounting Standards Committee (IASC)
dan The International Federation of Accountant (IFAC).
IASC didirikan pada tanggal 29 Juni 1973 diwakili oleh organisasi
profesi akuntansi dari sembilan negara, yaitu Australia, Canada, Prancis,
Jerman Barat, Jepang, Mexico, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat.
Sedangkan IFAC didirikan oleh badan profesi akuntan dari 63 negara pada
bulan Oktober 1977.
Dewan IASC bertemu 3 4 kali setahun.Program pertama adalah
mengakui praktik akuntansi di berbagai negara.Pada tahun 1988 IASC
berusaha mengeliminasi alternatif tersebut dan kemudian dibuat satu
benchmark standar akuntansi internasional dan dibolehkan menggunakan

alternatif standar akuntansi.Pada tahun 1993 dibuat rencana oleh IASC


swehingga untuk menjadi satu standar untuk seluruh dunia.Proyek ini disebut
juga Comparability Project.Sejauh ini sudah lebih 800 perusahaan publik
menggunakan standar akuntansi IASC.Tahun 2005, 65 negara tetap
mewajibkan International Financial Reporting Standar (IFRS) untuk
perusahaan yang terdaftar di bursa.IASC lebih berkonsentrasi untuk
menyusun International Accounting Standards (IAS).Sedangkan IFAC lebih
memfokuskan pada upaya pengembangan International Standard Audits
(ISA), kode etik, kurikulum pendidikan, dan kaidah-kaidah bagi akuntan
dalam berbisnis.
Pada April 2001 The International Accounting Standards Committee
(IASC) berkembang menjadi The International Accounting Standards Board
(IASB), yang oleh karena perkembangan ini maka International Accounting
Standards (IAS) kemudian juga dikembangkan menjadi International
Financial Reporting Standards (IFRS). IFRS yang pertama terbit pada Juni
2003.
2.4.1 Organisasi IASB
Dengan makin mendapat perhatian dan diadakannya gerakan
konvergensi IAS/IFRS, maka Negara industri terutama yang
mempunyai bursa efek dominan, mulai menaruh perhatian atas
struktur organisasi IASC dan mutu serta proses penyusunan IAS.
Atas tuntutan dari para anggota, pada tahun 2000 International
Accounting Standards Commitee (IASC) telah berubah menjadi
International Accounting Standards Boards (IASB),dan standard yang
dihasilkan juga telah berubah dari International Accounting Standars
(IAS) menjadi International Financial Reporting Standards (IFRS).
-

The Ttustees of the IASC Foundation


Badan ini berkewajiban untuk menyediakan dana untuk
pembelanjaan kegiatan IASB, dan juga bertanggung jawab

mengangkat anggota IASB.


Standard Advisory Council (SAC)

SAC dibentuk dengan tujuan untuk menjembatani IASB


dengan para pihak yang berkepentingan, dan bertugas untuk
mengusulkan agenda IASB dan membahas proposal IASB, SAC
beranggotakan 40 orang dari berbagai profesi dan bidang
pekerjaan terkait yang ditunjuk atas nama pribadi dan tidak
mewakili sesuatu organisasi, meskipun sering kali diusulkan oleh
-

organisasi yang berkepentingan atas pelaporan internasional.


The International Financial Reporting Interpretation
Committee (IFRIC)
Keanggotaan IFRIC terdiri atas partner teknis kantor akuntan
public, akuntan intern penyusun laporan keuangan, dan pengguna
laporan keuangan. IFRIC bertugas untuk memberikan penjelasan
terhadap pertanyaan yang timbul dalam implementasi standard
yang berlaku, mengusulkan penyempurnaan atas standard yang
ada, dan mengadakan hubungan dengan penguasa pasar modal

agar memperlancar konvergensi IFRS.


Standard Advisory Liaison Committee (SALC)
Dalam SALC duduk perwakilan organisasi dari Amerika
Serikat, Australia, Kanada, Inggris, Jerman, Jepang, dan
Prancis.Tugas komite ini adalah membina hubungan dengan
badan penyusun standard nasional di tiap Negara.Uni Eropa
sebagai suatu kesatuan dan Negara berkembang tidak terwakili
dalam komite ini.Hal tersebut menunjukan bahwa IFRS lebih

2.4.2

didominasi oleh Negara besar industry maju.


Proses Penyusunan IFRS
IASB mempunyai proses penyusunan IFRS secara formal yang
sangat ketat.
a) Agenda IASB disusun dan ditetapkan dalam berbagai cara. Usul
dapat diberikan oleh the Turtles, the SAC, Liaison Standards
Setters, kantor akuntan public internasional, dan lain lain.
b) Usul agenda tersebut kemudian diperdebatkan dan dibahas di
IASB, dan keputusan sementara dibahas bersama berbagai badan
konsulatif. IASB juga mempunyai komite agenda bersama dengan

FASB. Untuk proyek yang sulit dan jangka panjang biasanya


dimulai dengan penelitian.
c) Pembahasan paper yang mengikhtisarkan isu utama.
d) Penyusunan exposure draft oleh Board setelah melalui beberapa
kali perdebatan.
e) Menganalisis komentar atas exposure draft.
f) Pembahasan dan debat kembali atas exposure draft.
g) Penerbitan standard final, dilengkapi dengan pedoman aplikasi
dan dokumentasi atas dasar pemikiran pengambilan keputusan
(basis for conclusion).
2.5 DSAK dan SAK
DSAK adalah salah satu badan IAI yang mempunyai tugas melakukan
perumusan pengembangan, dan pengesahan hal-hal yang terkait dengan
SAK dan menjawab pertanyaan dari peerintah, otoritas, asosiasi, dan
lembaga luar negeri yang terkait dengan SAK dalam hal dipandang perlu
berdasarkan pertimbangan DSAK.
Anggota DSAK tediri dari 17 rang yang terdiri atas 1 orang ketua
merangkap anggota, dan 16 orang anggota. DSAK diterapkan dan
diberhetikan oleh DPN dengan mempertimbangkan masukan Dewan
Komisaris Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan (DKSAK). Untuk dapat
menjadi anggota DSAK, seseorang harus memenuhi criteria sebagai berikut:
a) Memiliki pengetahuan yang mendalam dan kompetensi teknikal
mengenai akuntansi dan peaporan keuangan.
b) Memiliki tingkat intelektual, integritas, dan disiplin yang tinggi.
c) Memiliki temperamen yudisial
d) Mampu untuk bekerja dengan suasana kolegial sehingga mampu
menunjukkan sikap peduli, bijaksana, dan penuh pertimbangan atas
pandangan anggota lain dan konstituen
e) Memiliki kemampuan komunikasi yang baik sehingga dapat
berinteraksi secara efektif terhadap anggota dan konstituen
f) Memiliki pemahaman lingkungan bisnis dan pelaporan keuangan
g) Mempunyai komitmen untuk menjalankan misi DSAK dan IAI

h) Secara sukarela dengan tanpa kompensasi bersedia mencurahkan waktu


untuk menjalankan tugasnya sebagai anggota DSAK
i) Bersedia mendahulukan kepentingan menegakkan citra profesi
akuntansi dan kepentingan menciptakan standar pelaporan keuangan
yang bernilai tinggi diatas kepentingan lainnya
2.5.1 Due Process Penyusunan dan Pencabutan SAK
1. Due process penyusunan dan pencabutan SAK sebagai berikut:
a) Identifikasi issue untuk dikembangkan menjadi standar
b) Konsultasikan issue dengan DKSAK
c) Melakukan riset terbatas
d) Pembahasan materi SAK
e) Pengesahan dan publikasi exsposure draft
f) Pelaksanaan public hearing
g) Pelakasanaan limited hearing (jika diperlukan)
h) Pembahasan masukan publik
i) Pengesahan SAK
2. Due process procedure penyusunan bulletin teknis dan annual
improvements
Due process procedure penyusunan bulletin teknis dan
annual improvements
2.5.2

tidak wajib mengikuti keseluruhan

tahapan due process penyusutan dan pencabutan SAK.


Masalah dan Tantangan yang Dihadapi Indonesia dalam
Konvergensi IAS/IFRS
Setiap negara menghadapi masalah dalam melaksanakan
konvergensi standar akuntansi nasionalnya dengan IAS/IFRS.Tapi
jenis dan bobot masalah dan tantangan yang dihadapi masing-masing
negara berbeda-beda. Masalah yang dihadapi Amerika Serikat,
Prancis, Jerman, Australia, Jepang, dam Indonesia berbeda.
Permasalahan yang dihadapi Indonesia antara lain sebagai berikut.
1. Ketidakstabilan nilai rupiah
Sehubungan dengan nilai rupiah yang cenderung lemah di
pasar valuta asing dan sering kali tidak stabil, maka peribahan
IAS 21 The Effect of Changes in Foreign Exchange Rates
mendekati FASB akan mempunyai dampak serius dalam
penyusunan laporan keuangan perusahaan yang sarat exposure
valuta asing, terutama bila terjadi devaluasi atau depresiasi

10

rupiah secara serius, seperti kejadian di tahun 1978, 1983, 1986,


1997, dan 1998.
2. Landasan hukum yang berbeda
Aspek hukum dan peraturan perundangan yang berlaku di
suatu negara sering kali merupakan faktor yang erlu
diperhatikan

dalam

akuntansi.Misalnya

mengadopsi

dalam

PSAK

suatu

standar

Penyaian

Laporan

Keuangan, dalam definisi SAK termasuk peraturan regulator


pasar

modal

untuk

entitas

yang

berbeda

di

bawah

pengawasannya.Hal ini berbeda dengan IAS 1 Presentation of


Financial Statements karena disesuaikan dengan UU Pasar
Modal yang berlaku di Indonesia. Contoh lain adaah ISAK 25
Hak Atas Tanah yang diterbitkan DSAK-IAI akibat adanya
beragam intepretasi

tentang

bagaimana perlakuan

tanah

berdasarkan kerangka hukum tanah di Indonesia.


3. Profesi penunjang lain yang belum berkembang setaraf
internasional
Pengaplikasian beberapa standar akuntansi memerlukan
dukungan dari profesi penunjang lain (penilai, aktuaris, dan lainlain) yang setaraf dengan negara maju. Bila standar dan praktik
profesi penunjang yang diperlukan di Indonesia belum
berkembang setaraf dengan standar internasional, maka jelas
kita akan menghadapi kesulitan dalam mengaplikasikan
beberapa standar tertentu, misalnya: IAS 19 Employee Benefit,
IAS 26 Accounting and Reporting by Retirement Benefit Plan,
IAS 39 Financial Instrument Recognition and Measurement,
IFRS 4: Insurance Contact, IFRS 7 Financial Instrumen:
Disclosures dan IAS 36 Impairments of assets.
4. Frekuensi perubahan IFRS
IASB relatif sering melakukan revisi atas standar yang
dikeluarkannya.Setiap standar akuntansi perlu dipahami secara
jelas sebelum diterapkan.Penyusunan laporan keuangan, auditor,
dan pengguna laporan keuangan perlu waktu uang cukup untuk
memahami suatu standar akuntansi.Dengan frekuensi perubahan

11

yang cukup cepat, maka menimbulkan tantangan dalam


penerapannya.
Tapi betapa pun kesulitan yang dihadapi, kita tidak mungkin
menghindar dari konvergensi IFRS/IAS yang sudah merupakan
persyaratan

untuk

pemerintah

bersama

memasuki
organisasi

era

globalisasi. Adalah

profesi

untuk

tugas

bersama-sama

mencarikan solusi yang paling optimal, seperti yang pernah kita


lakukan dalam sejarah perkembangan profesi akuntansi dan standar
akuntansi di indonesia.
2.6 Keterbatasan Laporan Keuangan
Keterbatasanlaporan keuangan yang disusun berdasarkan standart
akutansi keuangan mempunyai beberapa keterbatasan yang seharusnya
disadari oleh para penyusun, penerima, dan pengguna laporan.:
a) Laporan keuangan semata-mata merupakan potret atau rekaman sejarah,
yaitu tentang keadaan dan peristiwa masa lalu, dan tidak dapat digunakan
sebagai bola kaca untuk meramalkan keadaan dimasa yang akan datang
bila tidak dilengkapi data dan informasi lain yang diperlukan untuk
membuat analisis proyeksi masa depan.
b) Akuntansi melakukan pencatatan, perhitungan, dan pelaporan dengan
menggunakan satuan uang sebagai denominator atau alat ukur. Namun
tidak semua hal dapat diukur dengan nilai uang dan nilai uang juga
cenderung tidak stabil.
c) Konsep dasar akuntansi keuangan ada kalanya tidak sejalan atau
bertentangan dengan aspek hukum, misalnya konsep " makna lebih
penting dari bentuk " ( substance over form).
d) Laporan keuangan disusun berdasarkan standart akuntansi keuangan,
yang dalam berbagai standart memperbolehkan beberapa alternatif
metode akuntansi, yang menyebabkan laporan keuangan perusahaan
yang berbeda tidak selalu dapat diperbandingkan.
2.7 Isu-isu dan Tantangan Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan (financial reporting) bagi suatu perusahaan dalam
era globalisasi dan perkembangan teknologi informasi, komunikasi dan
transportasi yang demikian pesat menjadi sangat penuh tantangan. Isu dan

12

tantangan yang sedang dihadapi akuntansi keuangan antara lain sebagai


berikut.
a) Secara geografis wilayah pelaporan keuangan menjadi makin luas,
sehingga heterogenitas pemangku kepentingan yang akan menerima
dan menggunakan laporan keuangan juga makin kompleks.
b) Dari segi dimensi waktu, perkembangan teknologi informasi, informasi,
dan transportasi menyebabkan jarak waktu makin pendek dan kritis,
dan tempo pergerakan transaksi dan kejadian keuangan makin dinamis.
c) Keadaan dunia bisnis yang makin kompleks dan dinamis menuntut jenis
dan mutu informasi yang dibutuhkan makin meningkat tajam.
d) Fluktuasi moneter mengakibatkan laporan keuangan yang disusun
dengan asumsi nilai uang yang stabil menjadi diragukan kegunaannya.
e) Konvergensi IAS/IFRS mengharuskan standar akuntansi dan pelaporan
keuangan nasional harus mengikuti perkembangan global.
f) Penyusunan standar akuntansi keuangan kadang-kadang mendapatkan
tekanan kepentingan politik tertentu.
g) Perkembangan ekonomi, moneter, dan bisnis yang sangat dinamis telah
menimbulkan banyak tantangan atas beberapa asumsi dan konsep dasar
yang mendasari penyususnan standar akuntansi keuangan, misalnya:
nilai satuan uang stabil, cara penilaian aset tak terwujud, dan
pertentangan antara keandalan dan kegunaan informasi, dan lain-lain.
h) Siapa yang sepantasnya menerbitkan standar akuntansi keuangan?
Apakah badan yang bernaung di bawah organisasi profesi, birokrasi
pemerintah, atau suatu badan independen. Otoritas yang berwenang
menyususn standar akuntansi keuangan telah menjadi isu yang hangat
dan penting. Di negara dimana badan penyusun standar akuntansi
keuangan dilakukan oleh badan profesi, setelah terjadi skandal laporan
keuangan, pihak birokrat mulai mencampuri dalan penyusunan standar
profesi. Sebaliknya di negara dimana birokrat sejak awal sangat
dominan dalam penentuan standar akuntansi dan pelaporan, mulai
menuntut peran yang lebih aktif dari organisasi profesi atau badan
independen, terutama sejak makin gencarnya program konvergensi
IAS/IFRS.
i) Perkembangan IFRS menunjukkan tren yang makin mendekati standar
akuntasi keuangan yang berlaku di negara industri maju, khususnya

13

US-GAAP, padahal keadaan ekonomi, moneter, dan sistem hukum


negara berkembang belum tentu sama dengan negara industri maju,
khususnya Amerika Serikat. Hal tersebut kembali merupakan masalah
dan tantangan tersendiri bagi badan penyusun standar akuntansi di
negara berkembang termasuk Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI.
2.8 Masalah Etika dan Tantangan Bagi Profesi Akuntansi Publik
Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen untuk dilaporkan
kepada para pemangku kepentingan dalam rangka pertanggungjawaban
maupun untuk pengambilan berbagai keputusan, harus disusun berdasarkan
standar akuntansi keuangan.Untuk memastikan bahwa laporan keuangan telah
menyajikan informasi keuangan secara wajar berdasarkan standar akuntansi
keuangan, maka laporan keuangan wajib diaudit oleh auditor eksternal yang
independen. Dalam melaksanakan audit opini atas kewajaran laporan
keuangan kliennya, akuntan publik wajib berpedoman pada Standar
Profesional Akuntan Publik dan Kode Etik Akuntan Publik.
Laporan Akuntansi Keuangan baru dapat berfungsi secara efektif dan
tidak menyesatkan bila :
1. manajemen berpotensi dan beretika baik meyusun laporan keuangan
suatu entitas sesuai Standar Akuntasi Keuangan, dan tidak bermaksud
merekataya laporan atau menyesatkan pengguna laporan;
2. akuntan publik sebagai eksternal auditor melaksanakan penugasan audit
opimi atas laporan keuangan dengan berpegangan teguh Kode Etik
Profesi Akuntan Publik dan Standar Profesi Akutan Publik (SPAP);
3. para pemangku kepentingan sebagai penerima dan pengguan laporan
keuangan diharapkan memahami pengetahuan dasar tentang akuntansi
keuangan dengan berbagai asumsi dan keterbatasannya, dan juga
memahami sifat dan tujuan penugasan audit atas laporan keuangan.
Dalam praktik sering kali terjadi penyimpangan karena disengaja,
kelalaian

atau

ketidakpahaman.

Laporan

keuangan

dapat

disusun

menyesatkan baik disengaja untuk tujuan tertentu atau karena kelalaian atau
karena tidak paham standar akuntansi keuangan yang berlaku. Begitupun
laporan opini audit atas laporan keuangan suatu entitas mungkin dapat
menyesatkan karena kelalaian atau kesengajaan auditor eksternal.

14

Tapi sering kali juga terjadi kesalahpahaman atau adanya jurang antara
harapan dan kenyataan. Pembaca laporan keuangan sering kali tidak
memahami konsep dan asumsi dasar akuntansi keuangan. Juga kadangkadang tidak didasari adanya keterbatasan akuntansi keuangan sebagai dasar
suatu sistem informasi keuangan.laporan keuangan adalah suatu gambaran
tentang keadaan dan peristiwa yang hanya dapat tercatat dan dilaporkan bila
dapat diukur, dihitung dan dikuantifikasikan dengan nilai satuan uang dan
dengan asumsi nilai satuan uang adalah stabil.padahal tidak semua hal dapat
atau dengan mudah dapat diukur dan dikuantifikasikan dengan satuan uang.
Nilai mata uang yang tidak stabil juga selalu merupakan tantangan sendiri
bagi penyusun standar akuntansi keuangan. Suatu laporan audit atas
kewajaran laporan keuangan, kadang-kadang disalahartikan sebagai laporan
pemeriksaan kesehatan suatu perusahaan.
2.9 Regulasi Atas Profesi Akuntan Publik
Sebagai reaksi atas terjadinya serangkaian kasus besar: Enron,
Worldcom, Xerox, dan lain-lain yang telah menggegerkan bursa aham dan
dunia usaha di Amerika Serikat serta dunia, pemerintah Amerika Serikat
secara taggap telah mengeluarkan peraturan Sarbanes Oxley Act untuk
menerttibkan emiten di bursa saham dan tata kerja akuntan publik.
Perusahaan diwajibkan pelaksanaan GCG, yaitu antara lain kewajiban
penyempurnaan system pengendalian intern, mewajibkan CEO dan CFO
menandatangani laporan keuangan yang akan diterbitkan dan harus menjadi
penganggung jawab pertama atas kewajaran laporan keuangan.
Sarbanes Oxley Act telah mengeluarkan peraturan untuk mengendalikan
dan mengawasi praktik profesi akuntan public secara lebih ketat. Untuk
menjamin independensi auditor, kantor akuntan public dilarang memberikan
jasa konsultasi dan lainnya kepada klien audit yang dapat menimbulkan
benturan kepentingan. Seorang partner audit dibatasi hanya dapat menangani
klien yang sama untuk lima tahun. Laporan penilaian atas system
pengendalian intern menjadi suatu kewajiban dan harus dibuatkan laporan
tersendiri.

15

Apa yang terjadi di Amerika Serikat di bidnag profesi akntan, ternyata


memang sangat berpengaruh ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Akuntansi
keuangan dan profesi akuntan public sedang menghadapi tantangan berat.
- Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik
Tahun 2011 adalah suatu tonggak sejarah bagi perkembangan profesi
akuntan publik di Indonesia. Pada tahun 2011 Ikatan Akuntan Publik
Indonesia (IAPI) telah menetapkan tanggal 7 April sebagai Hari Akuntan
Publik Indonesia, dan pada tanggal 3 Mei 2011 telah menjadi hari
disahkan Undang-Undang Tentag Akuntan Publik yang mengatur tentang
perizinan akuntan public, kantor akuntan publik, akuntan publik asing,
hak dan kewajiban akuntan publik, wadah organisasi kantor akuntan
publik untuk bekerja sama, badan penyusun standar audit, sanksi
administrasi dan pidana, dan hal lainnya yang relevan sehubung dengan
praktik akuntan publik di Indonesia. Profesi akuntan pubik Indonesia
telah memasuki era baru.

16

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adopsi penuh standar akuntansi internasional adalah mengadopsi standar
akuntansi internasional secara penuh tanpa adanya perubahan-perubahan
untuk diterapkan di suatu negara. Adopsi dan implementasi standar akuntansi
internasional (IAS) yang sekarang menjadi International Financial Reporting
Standard (IFRS)bukanlah suatu yang mudah, beberapa permasalahan akan
dihadapi oleh tiap negara. Adanya IFRS banyak mendapat penolakan yang
disebabkan karena latar belakang nasional, keunikan iklim bisnis tiap negara,
dan perbedaan kebutuhan dari pemakai laporan keuangan. Meskipun banyak
penolakan tetapi banyak pula tekanan untuk mengadopsi IFRS, dengan
demikian perlu ada yang menjembatani agar Standar Akuntansi Keuangan
sejalan dengan IFRS yaitu dengan melakukan harmonisasi bahkan
konvergensi terhadap IFRS.Adanya harmonisasi bahkan konvergensi
terhadap IFRS maka diharapkan informasi akuntansi memiliki kualitas utama
yaitu komparabilitas dan relevansi. Kualitas tersebut sangat diperlukan untuk
memudahkan perbandingan laporan keuangan antara negara dan untuk
pengambilan keputusan.
3.2 Saran
Dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan yang
perlu diperbaiki. Maka dari itu penulis sangat berharap kritik dan saran
kepada setiap pembaca agar makalah ini bisa lebih baik. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Apabila ada kesalahan dalam
makalah ini kami mohon maaf.

DAFTAR PUSTAKA

17

Cindy.

23

September

2013.

Standar

Akuntansi

di

Indonesia

http://cinddyrq.blogspot.com/2013/09/standar-akuntansi-di-indonesiadan.html
Dahlan, Muhammad. 20 Oktober 2012. Akuntansi Keuangan dan
SAKhttp://muhamaddahlan5.blogspot.com/2012/10/akuntansi-keuangandan-sak.html
Disubrata, Wahyu Made. 23 November 2012. IFRS dan Konvergensi IFRS di
Indonesiahttp://madewahyudisubrata.blogspot.com/2012/11/ifrs-dankonvergensi-ifrs-di indonesia.html
Kartikahadi, Hans;Uli Sinaga, Rosita; Syamsul, Merliyana dan Siregar, Sylvia
Veronica. 2012. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS.
Salemba Empat.
Pazzo, Yopi. 29 Mei 2014. Standar Akuntansi Keuangan
http://yopipazzo.blogspot.com/2014/05/standar-akuntansi-keuangandan.html

18

Anda mungkin juga menyukai