Anda di halaman 1dari 5

1.

Sejarah dan Perkembangan Konsep Dasar Akuntansi


Berbagai percobaan telah dilakukan untuk menyatakan lokasi dan waktu lahirnya sistem
pencatatan berpasangan yang telah menghasilkan berbagai scenario.kebanyakan scenario
tersebut mengakui adanya kehadiran suatu bentuk pelaksanaan pencatatan disebagian besar
kebudayaan sejak sekitar 3000 tahun sebelum masehi termasuk didalamnya adalah kebudayaan
Chaldean- Babilonia,asiria dan sumeria, yang menemukan pemerintahan teroganisasi pertama di
dunia, termasuk juga beberapa bahasa tulisan tertua dan catatan usaha tertua yang msih dapat
diselamatkan, kebudayaan mesir, dimana para juru tulisnya menjadi “ titik pusat dimana
keseluruhan mesin perbendaharaan dn bagian-bagian lain berputar,” kebudayaan cina dimana
akuntansi pemeritahannya memainkan peranan yang vital dan rumit pada masa dinasti chao,
(1122-256 SM), kebudayaan yunani dimana Zenon seorang menejer dari wilayah Appolonius
yang luas, memperkenalkan ditahun 256 SM sebuah system akuntansi pertanggungjawaban yang
terperinci, dan kebudayaan romawi dengan hukum yang mengharuskan para pembayar pajak
membuat pelaporan mengenai posisis keuangan mereka, dan imana hak-hak sipil bergantung
kepada jumlah harta benda yang dilaporkan oleh para penduduknya.
Di Indonesia, akuntansi mulai diterapkan sejak 1642, tetapi jejak yang jelas baru ditemui
pada pembukuan Amphioen Sociteyt yang berdiri di Jakarta sejak 1747. Perkembangan
akuntansi yang mencolok baru muncul setelah undang-undang mengenai tanam paksa
dihapuskan,1870. Dengan dihapuskannya tanam paksa, kaum pengusaha swasta Belanda banyak
bermunculan di Indonesia untuk menanamkan modalnya. Dunia usaha berkembang demikian
pula kebutuhan akan akuntansi. Sistem pembukuan yang dianut oleh para pengusaha Belanda ini
adalah seperti yang diajarkan Luca Pacioli.
Fungsi pemeriksaan (auditing) mulai dikenalkan di Indonesia sejak 1907, yaitu dengan
dikirimnya Van Schagen, seorang anggota NIVA. Tugas pokoknya adalah menyusun dan
mengontrol pembukuan perusahaan. Pengiriman Van Schagen ini merupakan cikal bakal
dibukanya Jawatan Akuntan Negara ( Government Accountant Dienst = GAD ) yang resmi
didirikan pada 1915. Akuntan publik pertama adalah Frese & Hogeweg, yang mendirikan
kantonya di Indonesia, 1918. Pada 1920 berdiri kantor akuntan H.Y.Voerens. Dalam tahun 1921
didirikan Jawatan Akuntan Pajak (Belasting Accountant Dienst = BAD).
Di dalam negeri sendiri, pendidikan akuntan mulai di rintis dengan dibukanya jurusan
akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1952. Pembukaan ini kemudian diikuti
oleh fakultas-fakultas ekonomi di Universitas Padjadjaran (1961). Universitas Sumatera Utara
(1962), Universitas Airlangga (1962) dan Universitas Gajah Mada (1964).
Organisasi profesi yang menghimpun para akuntan Indonesia di Indonesia berdiri 23
Desember 1957. Organisasi ini, yang diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), didirikan oleh
lima akuntan Indonesia. Anggotanya pada waktu itu baru sebelas orang. Dalam tahun 1978,
berdiri Ikatan Akuntan Indonesia Seksi Akuntan Publik. Tahun 1986, berdiri Ikatan Akuntan
Indonesia Seksi Akuntan Manajemen dan Seksi Akuntan Pendidik.
Profesi akuntansi mulai berkembang dengan pesat sejak 1967. Dikeluarkannya Undang-
Undang Penanaman Modal Asing dalam tahun itu, yang kemudian disusul dengan Undang-
Undang Penanaman Modal Dalam Negeri, 1968, merupakan pendorong berkembangnya profesi
akuntansi. Tumbuhnya perusahaan-perusahaan baru, baik yang didirikan dalam rangka ke dua
undang-undang tersebut maupun yang bukan, sebagai akibat makin baiknya iklim investasi di
Indonesia, telah meningkatkan kebutuhan akan tenaga akuntansi. Sementara itu, di sektor
Pemerintah, bertambahnya proyek-proyek pembangunan yang harus dikelola, baik melalui dana
APBN maupun non APBN di satu pihak, dan makin disadarinya sistem pertanggungjawaban
yang auditable dan accountable, di pihak lain, telah mendorong lajunya perkembangan profesi
akuntansi. Pemerintah sangat berperan dalam mendorong perkembangan profesi ini. Diantaranya
dengan membentuk Tim Koordinasi Pengembangan Akuntansi dalam tahun 1985.
Tinjauan Konsep Dasar Akuntansi
Menurut (Suwardjono 2005), konsep dasar merupakan premis-premis hasil atau
kesimpulan dari suatu penalaran deduktif yang disepakati dan dianggap benar tanpa harus
mencari kebenarannya. Premis-premis tersebut atau dalam hal ini konsep dasar tersebut
bermanfaat dalam mengembangkan suatu kerangka konseptual. Konsep dasar ini dinyatakan
secara implisit maupun eksplisit.
Konsep dasar memiliki manfaat yang berarti bagi pembuat standar dalam menyatakan
argumen dalam menentukan konsep, prinsip, atau teknik yang akan dijadikan standar. Hal
tersebut menjelaskan bahwa dalam menyusun sebuah standar perlu didasari dengan teori atau
konsep yang kuat. Selain itu, penyusunan standar harus objektif dan tidak memihak pada
kepentingan pihak-pihak tertentu.
Dalam suatu pengembangan kerangka konseptual akuntansi, peneliti menggunakan
seperangkat konsep dasar seperti berikut ini.
A. Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
Terdapat dua konsep dasar atau landasan asumsi yang disebut secara spesifik
dalam kerangka konseptual IASC yang juga diadopsi oleh IAI, yaitu:
a. Basis akrual (accrual basis)
Yang dimaksudkan dengan asumsi dasar akrual adalah bahwa setiap transaksi dan
pristiwa yang terjadi baik yang sudah dilalui maupun yang akan terjadi harus diakui pada
saat pelaporan keuangan dibuat (bukan hanya pada saat kas atau setara kas diterima atau
dibayar). Asumsi ini menjelaskan bahwa laporan keuangan tidak hanya memberikan
informasi yang terjadi pada saat waktu yang terlewati (masa lalu) berupa penerimaan dan
pembayaran kas, akan tetapi juga memberikan informasi dari kewajiban pembayaran kas
dan sumber kas dari pembayaran tersebut yang akan terjadi dimasa yang akan datang.
Salah satu PSAK yang menggunakan prinsip ini adalah PSAK nomor 24 tentang
Imbalan Kerja (PSAK-24), khususnya mengenai imbalan pasca kerja, imbalan jangka
panjang dan imbalan pemutusan hubungan kerja.
b. Usaha berlanjut (Going concern)
Setiap laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh setiap perusahaan harus
mendasarkan kepada asumsi keberlangsungan usaha, artinya bahwa ketika perusahaan
menyusun laporan keuangan tersebut perusahaan akan diasumsikan akan terus menerus
beroperasi dan berjalan dimasa yang akan datang. Jadi tidak diasumsikan bahwa
perusahaan tersebut akan tutup, pailit atau dilikuidasi operasionalnya. Atau bahkan
diasumsikan semua karyawannya akan di PHK.
Seperti halnya asumsi akrual, PSAK-24 tentang imbalan kerja merupakan salah
satu PSAK yang menerapkan prinsip Ongoing Concern. Sepertinya prinsip ini tidak
berlaku jika perusahaan sudah memiliki komitmen untuk menutup perusahaan dan juga
melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawannya. Setidaknya hal ini berlaku
kepada PSAK-24.
B. Paul Grady
Grady (1965) mendeskripsikan konsep dasar sebagai konsep yang mendasari
kualitas kebermanfaatan dan kehandalan informasi akuntansi atau sebagai keterbatasan
(limitations) yang melekat pada laporan keuangan. Menurutnya terdapat sepuluh konsep
dasar seperti berikut:
a. Struktur masyarakat dan pemerintah yang mengakui hak milik pribadi.
b. Entitas bisnis spesifik (specific business entities)
c. Usaha berlanjut (going concern)
d. Penyimbolan secara moneter dalam seperangkat akun (monetary expression in
account)
e. Konsistensi antara perioda untuk entitas yang sama.
f. Keaneragaman perlakuan akuntansi diantara entitas independen.
g. Konservatisma (conservatism)
h. Keterandalan data melalui pengendalian internal.
i. Materialitas (Materiality)
j. Ketepatwaktuan dalam pelaporan keuangan memerlukan taksiran (timeliness in
financial reporting requires estimates)
C. Accounting Principles Board
Accounting Principle Board (APB) menyebut konsep dasar sebagai ciri-ciri dasar
dan memuatnya dalam APB statement no 4. Terdapat 13 konsep dasar yang diidentifikasi
APB, yaitu:
a. Entitas Akuntansi (Accounting Entity)
b. Usaha berlanjut (Going Concern)
c. Pengukuran sumber ekonomis dan kewajiban
d. Perode waktu (Time Period)
e. Pengukuran dalam unit uang
f. Akrual (accrual)
g. Harga pertukaran (Exchange Price)
h. Angka pendekatan (Approximation)
i. Pertimbangan (Judgment)
j. Informasi keuangan umum
k. Statement keuangan berkaitan secara mendasar
l. Subtansi daripada bentuk (Substance over Form)
m. Materialitas (Materiality)
D. Wolk, Tearney dan Dodd
Wolk dan Tearney mengidentifikasi empat konsep yang dianggap sebagai postulat
seperti berikut:
a. Usaha berlanjut (going concern)
b. Periode Waktu (Time period)
c. Entitas akuntansi
d. Unit moneter.
Selain itu, terdapat beberapa konsep lain sebagai prinsip berorientasi-masukan
(input-oriented principles) yaitu recognition, matching, conservatism, disclosure,
materiality,dan objectivity dan prinsip berorientasi keluaran yaitu comparability,
consistency, da uniformity.
E. Anthony, Hawkins, dan Merchant
Penulis mengkategorikan konsep a-e merupakan pelandas neraca sedangkan f-k
merupakan pelandas laporan laba-rugi.
a. Pengukuran dengan unit uang g. Conservatism
b. Entitas h. Realisasi
c. Usaha berlanjut i. Penadingan
d. Kos (cost) j. Konsistensi
e. Aspek ganda k. Materialitas
f. Perioda akuntansi
F. Paton dan Littleton
Konsep dasar menurut P&L merupakan konsep yang paling lama dan merupakan
konsep klasik yang sangat berpengaruh. Berikut adalah konsep P&L :
1. Entitas bisnis atau kesatuan usaha (The business entity)
2. Kontinuitas kegiatan / usaha (Continuity of activity)
3. Penghargaan sepakatan
4. Kos melekat
5. Upaya dan capaian/hasil
6. Bukti terverifikasi dan objektif
7. Asumsi (Assumption)

Anda mungkin juga menyukai