Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

“ AUDIT INTERNAL ”

Diajukan untuk memenuhi tugas Auditing Bank Syariah

Dosen Pengampu:

“Nur Awan, A.Md.,SE.ME.”

Disusun oleh:

1. Ana Lailatul Rahamawati (126401202051)


2. Binzar Wimpi Nugraha (126401202059)
3. Hamidatul Chusna (126401202065)
4. Namira Putri Habibah (126401202082)

KELAS 6B
PRODI PERBANKAN SYARIAH
JURUSAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
APRIL 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan
karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Mata Kuliah “Auditing Bank
Syariah” yang berjudul “AUDIT INTERNAL” Sholawat serta salam semoga tetap
terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabatnya. Atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam makalah ini, maka kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Maftukhin, M.Ag. selaku rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung yang telah memberikan dukungan dan mengizinkan kami memakai
semua fasilitas untuk menunjang kelancaran proses perkuliahan kami.
2. Dr. H. Dede Nurohman, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam.
3. Bapak Dr. Qomarul Huda, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Ekonomi
4. Bapak Dr. Muhamad Aqim Adlan, S.Ag., S.Pd., M.E.I., selaku Koordinator Prodi
Perbankan Syariah sekaligus dosen pembimbing yang telah memberikan tugas dan
pengarahan kepada kami.
5. Beserta teman-teman kelas PS 6B Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam angkatan 2020
yang telah membantu terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kelemahannya. Oleh karena itu kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk memperbaiki dan
menyempurnakan makalah ini. Dan semoga makalah yang kami susun ini dapat bermanfaat
dan menambah wawasan bagi kami maupun pembaca.

Tulungagung, 3 April 2023

Penyusun

2
DAFTAR ISI
COVER ..................................................................................................

KATA PENGANTAR ...........................................................................

DAFTAR ISI........................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 4

A. Latar Belakang .......................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4
C. Tujuan ....................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................... 6

A. Pengertian, fungsi, tujuan dan ruang lingkup audit intern ........ 6


B. Progam dan langkah kerja audit intern ..................................... 7
C. Pelaksanaan audit intern ......................................................... 10
D. Laporan audit intern ................................................................ 14
BAB III PENUTUP ........................................................................... 19

A. Kesimpulan ............................................................................. 19
B. Saran ....................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadir sebagai sarana atau teknik untuk mengatasi peningkatan risiko yang
disebabkan oleh percepatan dunia bisnis atau gejolak ekonomi di mana terjadi
perubahan yang dinamis dan tidak dapat diprediksi sehubungan dengan era globalisasi,
sehingga sumber-sumber tradisional dan informal informasi tidak lagi dapat memenuhi
kebutuhan manajer yang bertanggung jawab atas masalah yang tidak teramati secara
langsung. Kompleksitas bisnis modern membuat auditor internal semakin dituntut
untuk menjadi ahli dalam berbagai pengendalian bisnis. Dalam bisnis kecil, pemilik
atau manajer mengontrol inspeksi sampai batas tertentu internal untuk semua karyawan
perusahaan.
Dalam semua situasi tersebut, evaluasi atau audit internal dilakukan secara
langsung sebagai bagian dari fungsi inti manajemen. Namun, karena produktivitas dan
kompleksitas operasi perusahaan berubah, pemilik atau manajer puncak tidak memiliki
cukup waktu untuk menghubungi semua pemangku kepentingan untuk menilai
efektivitas operasi perusahaan. Tujuan penugasan audit internal biasanya untuk
memenuhi kebutuhan operasional yang sangat mendasar, yaitu, memverifikasi bahwa
aset perusahaan dilindungi dengan baik, bahwa prosedur dan kebijakan perusahaan
diikuti, dan catatan keuangan disimpan dengan benar. Dengan demikian, audit internal
dapat dipandang secara sempit sebagai kelanjutan dari pekerjaan auditor eksternal.
Oleh sebab itu sebagai auditor internal harus lincah dalam hal berfikir untuk
memberikan kontribusi terbaik terhadap bisnis yang sedang diinisiasi oleh perusahaan.
Kelincahan seorang auditor internal itu sangat dibutuhkan dalam kondisi yang makin
hari semakin rumit dan perlu pemanfaatan waktu yang efektif untuk mengurangi
kemungkinan energi terkuras bila tidak segera ada solusi atas permasalahan yang sudah
teridentifikasi. Kelincahan seorang auditor internal sangat ditentukan oleh pemahaman
terhadap perannya dan perspektifnya atas fungsinya dalam organisasi beserta
tanggungjawabnya terhadap perusahaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud audit internal?
2. Bagaimana program dan langkah kerja audit internal?
3. Bagaimana pelaksanaan audit internal?

4
4. Bagaimana laporan audit internal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari audit internal
2. Untuk mengetahui program dan langkah kerja audit internal
3. Untuk mengetahui pelaksanaan audit internal
4. Untuk mengetahui laporan audit internal

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Fungsi, Tujuan, dan Ruang Lingkup Audit Intern


1. Pengertian Audit Intern
Merupakan elemen monitoring dari struktur pengendalian intern dalam suatu
organisasi, yang dibuat untuk memantau efektivitas dari elemen-elemen struktur
pengendalian intern lainnya. Menurut Hiro Tugiman (2006 : 11) audit internal
adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk
menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.
Sedangkan menurut Amin Widjaja Tunggal (1995 : 51), audit internal adalah
aktivitas penilaian secara independen dalam suatu organisasi untuk meninjau secara
kritis tindakan pembukuan keuangan dan tindakan lain sebagai dasar untuk
memberikan bantuan bersifat proteksi dan konstruktif bagi pimpinan perusahaan.
2. Fungsi, Tujuan, dan Ruang Lingkup Audit Intern
Menurut Robert Tampubolon (2005 : 1), fungsi audit intern berfungsi sebagai
mata dan telinga manajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semua
kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara menyimpang.
Sedangkan tujuan pelaksanaan audit intern adalah membantu para anggota
organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif.
Tujuan utama audit intern menurut Hiro Tugiman (2006:44) adalah meyakinkan
keandalan informasi, kesesuaian dengan berbagai kebijaksanaan, rencana,
prosedur, dan ketentuan perundang-undangan, perlindungan terhadap harta
organisasi, penggunaan sumber daya yang ekonomus dan efisien, serta tercapainya
berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Ruang Lingkup audit intern yaitu menilai keefektifan sistem pengendalian
intern, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektivan sistem pengendalian
internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan tanggungjawab yang
diberikan.
Dalam melaksanakan kegiatan pemantauannya, satuan pengawas intern akan
melakukan kegiatan-kegiatan utama pemeriksaan yang terbagi dalam 6 kegiatan:
1) Complience Test, pemeriksaan tentang sejauh mana kebijakan, rencana, dan
prosedur-prosedur telah dilaksanakan.

6
2) Verification, yang memuat pada pengukuran akurasi dan kehandalan berbagai
laporan dan data manajemen serta evaluasi manfaat dari laporan tersebut yang
akan membantu manajemen dalam pengambilan keputusan.
3) Protection of Assets, pemeriksa intern harus dapat mennyatakan bahwa
pengendalian intern yang ada benar benar dapat diandalkan untuk memberukan
proteksi terhadap aktiva perusahaan.
4) Appraisal of Control, pengendalian intern yang bersifat mengukur, menilai, dan
mengembangkan struktur pengendalian intern yang ada dari waktu ke waktu
mengikuti pertumbuhan perusahaan.
5) Appraising Performance, suatu kegiatan pemeriksaan intern dalam suatu area
operasional tertentu yang sangat luas sehingga membutuhkan keahlian khusus.
6) Recommending Operating Improvements, Follow up dari evaluasi terhadap
area-area dimana rekomendasi yang akan disusun hendaknya memperhatikan
pula rekomendasi-rekomendasi sebelumnya.
B. Progam dan Langkah Kerja Audit Intern
Proses audit syariah adalah penilaian berkala yang dilakukan dari waktu ke
waktu, untuk memberikan penilaian independen dan jaminan, yang bertujuan untuk
menambah nilai dan meningkatkan tingkat kepatuhan Lembaga Keuangan Syariah.
Tujuan utamanya adalah memastikan sistem pengendalian internal yang kuat dan
efektif untuk kepatuhan Syariah1
Untuk memperoleh hasil audit yang baik dan berkualitas pelaksanaan audit
harus direncanakan sebaik-baiknya. Audit intern harus menyusun terlebih dulu rencana
pemeriksaan yang memadai serta diatur secara sistematis mencakup semua unit yang
akan diperiksa, sehingga seluruh pekerjaan dapat dilaksanakan secara berhasil guna dan
berdaya guna.
Audit Intern adalah kegiatan pemberian keyakinan dan konsultasi yang bersifat
independen dan objektif, dengan tujuan untuk meningkatkan nilai dan memperbaiki
operasional Bank, melaluipendekatan yang sistematis, dengan cara mengevaluasi dan
meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola
Bank2. Selain sebagai petunjuk mengenai langkah-langkah yang harus dilaksanakan,

1
Muhammad Fakhrul Arrazi , “Tujuan Pengendalian Internal, Pengertian Beserta
Komponennya Unit Kepatuhan Dan Audit Internal Bank Syariah”,dalam
https://ejournal.uinsatu.ac.id/index.php/nisbah /article, diakses pada 27 Maret 2023
2
POJK No 1 / POJK.03/ 2019 tentang Penerapan Fungsi Audit Intern pada Bank Umum

7
program pemeriksaan juga merupakan alat kendali audit intern. Program disusun
dengan manfaat-manfaat sebagai berikut:
1. Menelaah keandalan dan integritas informasi keuangan dalam suatu operasi
2. Meninjau sistem yang dibentuk untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan
kebijakan, rencana, prosedur, hukum, dan peraturan
3. Menghasilkan pelaksanaan pemeriksaan yang tepat dan hemat waktu
4. Menekankan prosedur yang paling penting untuk setiap pemeriksaan
5. Berfungsi sebagai pedoman pemeriksaan yang dapat digunakan secara
berkesinambungan
6. Mempermudah penilaian manajemen terhadap pelaksanaan pemeriksaan
7. Memastikan dipatuhinya norma-norma pemeriksaan dan prinsip-prinsip akuntansi
yang diterima umum
8. Meninjau operasi atau program untuk memastikan apakah hasil yang konsisten
dengan tujuan atau sasaran yang ditetapkan dan apakah operasi atau program yang
sedang dilaksanakan seperti yang direncanakan
Menurut Standar AAOIFI, Governance Standards for Islamic Financial Institutions
No. 3 (GSIFI 3), pelaksanaan sharia review dapat dilakukan departemen audit
internal tersebut asalkan penelaah benar-benar berkualitas dan mandiri. Artinya,
kepatuhan akan prinsip syariah turut menjadi bagian dari ulasan yang dilakukan selain
dari tugas yang tercantum pada poin diatas yang harus diketahui oleh manajemen
dan DPS serta disetujui oleh dewan direksi mengingat kepatuhan syariah ini vital
dalam sebuah entitas.3
Adapun isi dari program adalah meliputi:
Pernyataan tujuan, dalam hal ini harus dipaparkan dengan jelas tentang tujuan
yang ingin dicapai, dikaitkan dengan kendala-kendala yang mungkin dihadapi, serta
pendekatan pemeriksaan yang digunakan
Langkah kerja pemeriksaan yang memuat pengarahan-pengarahan khusus
dalam melaksanakan pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan intern meliputi langkah-
langkah sebagai berikut:
1. Perencanaan Pemeriksaan

3
Moh Khoirul Anam , “Implementasi Audit Syariah pada Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) di Bank
Syariah”,dalam https:// https://adpiks.or.id/ojs/index.php/emanasi/article/view/27, diakses pada 27 Maret
2023

8
1) Penetapan tujuan dan sasaran pemeriksaan secara efektif dan efisien serta ruang
lingkup kerja
2) Memperoleh informasi pendahuluan atas aktivitas yang akan diperiksa
3) Menetapkan sumber-sumber daya yang perlu untuk mendukung pelaksanaan
pemeriksaan
4) Komunikasi dengan semua pihak yang memerlukan pemeriksaan
5) Melaksanakan survey lapangan untuk lebih mengenal kegiatan dan
pengendalian yang akan diaudit, serta mendpatkan saran-saran dari pihak yang
diaudit mengenai pelaksanaan pemeriksaan tersebut
6) Menetapkan prosedur pemeriksaan
7) Penetapan bagaimana, bilamana, dan kepada siapa pemeriksaan tersebut akan
dilakukan
2. Pemeriksaan dan Evaluasi Informasi
1) Informasi dikumpulkan dari semua pihak yang terlibat dengan sasaran dan
ruang lingkup pemeriksaan
2) Informasi harus cukup, dapat dipercaya, relevan, dan berguna sebagai dasar
temuan pemeriksaan dan rekomendasi
3) Prosedur pemeriksaan meliputi teknik pengujian dan teknik pengambilan
sampel yang digunakan
4) Mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasikan, dan mendokumentasikan
informasi yang diperoleh
5) Menyiapkan kertas kerja pemeriksaan
3. Komunikasi dan Hasil Pemeriksaan
1) Mendiskusikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan pemeriksaan dan
rekomendasinya
2) Menerbitkan laporan hasil pemeriksaan yang objektif, jelas, bersifat konstruktif,
dan tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan sebelumnya.
4. Tindak Lanjut
Pemeriksa intern harus memonitor dan mengawasi apakah tindak lanjut
yang perlu dilaksanakan, atau apakah manajemen perusahaan telah
mempertimbangkan dengan matang semua risiko yang mungkin timbul apabila
ternyata tidak ada tindakan yang diambil sehubungan dengan hasil pemeriksaan
tersebut. Selain itu tindak lanjut juga dilaksanakan sebagai alat ukur dalam
menilai efektivitas pemeriksaan yang telah djalankan.
9
Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) adalah satuan kerja di dalam suatu bank
umum yang melaksanakan fungsi audit intern dan merupakan transformasi dari
divisi Pengawasan Intern. Adapun kedudukan dan hubungan SKAI dalam
organisasi dalam Buku Pedoman Pegawai (BPP) unit KIC (2004) yaitu :
1) Kepala SKAI diangkat dan diberhentikan oleh Direksi dengan persetujuan
dari dewan Audit dan wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia
2) Kepala SKAI bertangung jawab langsung kepada Presiden direktur dan
untuk menjaga independensinya, Kepala SKAI dapat berkomunikasi
langsung dengan Dewan Audit untuk menginformasikan berbagai hal yang
berhubungan dengan hasil pemeriksaan. Pemberian informasi tersebut harus
dilaporkan kepada Presiden Direktur.
3) Tanggung jawab akhir pengawasan ada pada Dewan Komisaris. Dewan
Komisaris berwenang untuk meminta Direksi menindaklanjuti hasil temuan
pemeriksaan SKAI.
4) Auditee berkewajiban untuk memberikan kerja sama demi kelanjaran tugas
SKAI dan segera menindaklanjuti hasil temuan pemeriksaan SKAI serta
memberikan komitmen untuk melakukan perbaikan dalam batas waktu
tertentu.
5) Dewan Audit sekurang-kurangnya terdiri dari 3 orang anggota yang
diangkat dan diberhentikan oleh Rapat Dewan Komisaris untuk jangka
waktu 3 tahun dan setelah masa jabatannya dapat diangkat kembali.
Anggota Dewan Audit terdiri dari anggota Dewan komisaris dan pihak
ekstern bank.
6) Wakil Kepala SKAI bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan yang
dilakukan oleh masing-masing bagian yang berada di bawah koordinasinya.
C. Pelaksanaan Audit Intern
Audit intern bertanggung jawab langsung kepada direktur utama dan bersifat
independen serta obyektif. Keberadaannya bertujuan untuk memberikan nilai tambah
dalam organisasi dan peningkatan operasioanal bank, melalui pendekatan yang
sistematis, dengan efektivitas sistem pengendalian intern, manajemen risiko, serta
proses dan sistem tata kelola untuk melindungi organisasi dan reputasi bank. Dimana
pelaksanaan audit intern dapat dijabarkan dengan fungsi manajemen ditambah dengan
langkah permulaan yang dapat dikenal dengan sebutan I–POAC yaitu ; (INITATION
– PLANNING – ORGANIZING – ACTUATING – CONTROLLING).
10
1. Initiation
1) Merekrut audit intern (merekrut calon auditor yang kompeten dibidangnya)
secara obyektif audit intern yang telah direkrut hanya bertugas pada
pelaksanaan audit dan tidak boleh mencampuri operasional dan pengambilan
keputusan suatu organisasi didalamnya.
2) Pembuatan piagam audit intern sebagai pedoman pelaksanaan fungsi audit
intern atas.4 Pada piagam internal audit juga menetapkan kedudukan serta tugas
dan wewenang, kode etik, persyaratan, tanggungjawab, larangan dan kriteria
penggunaan tenaga ahli ekstern yang dapat mendukung fungsi audit intern
3) Mensosialisasikan piagam audit kepada seluruh pemangku kepentingan intern
Bank; serta pemangku kepentingan ekstern Bank melalui situs web Bank untuk
Bank yang sahamnya dimiliki publik.
4) Membuat SOP yang berisi standar, kebijakan, prosedur audit struktur
organisasi, job discription dari unit audit internal yang disesuaikan dengan IIA.
2. Planing
1) Penerimaan saran dari pihak dalam organisasi sebagai ide penugasan audit.
2) Melakukan koordinasi kerja dengan eksternal audit maupun komite audit
sehingga tidak terjadi duplikasi tugas dan melakukan sinkronisasi pengawasan.
3) Pelaksanaan MaRA (macro risk Assassment) menganalisa tingkat risiko
entitas-entitas dari data keuangan dan operasional, selanjutnya menetapkan
sampel risiko entitas yang akan diaudit dengan nilai tinggi dan
mempertimbangkan masukkan dari pihak dalam organisasi serta hasil
koodinasi dengan audit ekstern maupun komite audit
4) Pembuatan rencana audit (goals) berisi program penugasan yang sesuai sampel
risiko ekuitas dari MaRA dan memperhatikan efesiensi pada program yang
akan dijalankan. Program penugasan dibuat dengan mempertimbangkan:
a. Strategi dan sasaran dari kegiatan yang sedang diperiksa dan mekanisme
yang digunakan dalam mengendalikan kinerjanya
b. Risiko signifikan atas sasaran, sumber daya, dan operasi aktivitas yang
diperiksa, dan bagaimana menurunkan dampak risiko tersebut sampai pada
tingkat yang dapat diterima,

4
Cit. Pasal 10 ayat (2)

11
c. Kecukupan dan efektivitas tata kelola, manajemen risiko dan proses
pengendalian dibandingkan dengan kerangka kerja atau model yang
relevan,
d. Peluang untuk meningkatkan secara signifikan tata kelola, manajemen
risiko, dan proses pengendalian.
5) Sosialisasi atas rencana audit, yaitu tahap akhir dari planning dengan
memberikan informasi terhadap program kerja yang telah di rencanakan
dengan menjaga kerahasiaan pada daftar entitasnya.
3. Organizing
1) Pembuatan draf program audit yaitu berupa rancangan program yang bersifat
sementara yang berisi tujuan dan langkah.
2) timeline yaitu wujud pengambaran distribusi anggaran biaya, waktu (efesiensi)
yang ada setelah pembuatan draf
4. Actuating
1) survei pendahuluan jika perlu, apabila internal auditor dirasa masih asing
terhadap entitas yang akan dijalankan. Dengan membaca kembali SOP maupun
melakukan wawancara dan membaca dokumen yang terkait.
2) persiapan penugasan, dilakukan dengan mendetailkan draf dengan
menetapkannya menjadi program audit, dimana tujuan umum audit dipecah
menjadi tujuan khusus dan langkah pelaksanaannya dibuat lebih detail.
Program audit ini bersifat rahasia (untuk audit intrn dan direktur).
melaksanakan MiRA (mikro risk ressessment ) yaitu menganalisa risiko semua
transaksi / aktifitas yang dilakukan entitas dan menetapkan sampel transaksi
tertinggi
3) kerja lapangan diawali opening meeting berupa tujuan, ruang lingkup, tim,
waktu, jadwal penugasan, serah terima dokumen transaksi atau aktifitas yang
dikirimkan. selanjutnya pelaksanaan program audit seperti melakukan
obsevasi, wawancara, analisa dokumen, dan fotografi5 dan
mendokumentasikannya dalam kertas kerja, konfirmasi semua temuan
sementara serta melakukan analisa untuk membuat rekomendasi.

5
Iwan koerniawan, ‘’ AUDITING konsep dan Teori pemeriksaan akutansi ‘’, (semarang: Yayasan
Prima Agus teknik, 2021)

12
Mendokumentasikan survei lapangan sebagai wujud konsep audit yang
fokus dan akurat. Dokumentasi sebagai salah satu dari berabagai proses yang
menyertai pekerjaan audit. Tujuan utamanya adalah menjelaskan setiap
kegiatan dan fakta yang berkaitan dengan audit, sehingga dokumentasi sangat
penting untuk keberhasilan setiap audit. Selain itu, dokumentasi yang jelas dan
komperhensif penting untuk kepatuhan audit.
Mendokumentasikan survei lapangan sebagai wujud konsep audit yang
fokus dan akurat. Dokumentasi sebagai salah satu dari berabagai proses yang
menyertai pekerjaan audit. Tujuan utamanya adalah menjelaskan setiap
kegiatan dan fakta yang berkaitan dengan audit, sehingga dokumentasi sangat
penting untuk keberhasilan setiap audit. Selain itu, dokumentasi yang jelas dan
komperhensif penting untuk kepatuhan audit.
Adapun 3 tujuan utama dokumentasi dalam audit interen yaitu:
a. Tujuan pertama adalah untuk memberikan uraian terperinci tentang semua
proses audit dan langkah-langkah proses. Dokumen ini
mendokumentasikan bahwa struktur audit internal patuh dalam kaitannya
dengan proses dan pengendalian internal terkait. Untuk alasan ini, semua
langkah proses yang relevan, pengendalian internal, kaitannya dengan
pelaporan keuangan harus dicatat, dengan mempertimbangkan persyaratan
SOX. Pedoman dokumentasi harus diterapkan secara konsisten ke semua
pelaksanaan yang memberikan bukti bahwa prinsip audit telah dipenuhi
sesuai persyaratan SOX.
b. Bukti audit diperlukan untuk memastikan bahwa audit internal dapat
menguatkan informasi yang diberikannya kepada semua pihak internal dan
eksternal setiap saat. Untuk menjamin bahwa kesimpulan dan rekomendasi
dapat dibuktikan, dokumentasi audit internal harus lengkap, jujur, tersedia,
dapat dilacak, dan sedetail yang diperlukan.
c. Memberikan riwayat audit. Mengingat perubahan dinamis dalam
kehidupan bisnis, pemantauan hasil audit berdasarkan dokumen adalah
tugas penting untuk audit internal.
4) pelaporan penugasan, audit intern menyampaikan darf laporan berisi temuan
dan rekomendasi perbaikan. Dan darf tersebut disampaikan pada etitas
kemudian entitas dimintai tanggapan dan kemudian difinalisai

13
5) monitoring, internal audit meminta bukti pelaksanaan semua agenda perbaikan
yang telah ditetapkan entitas sesuai batas waktu masing-masing.
5. Controling
1) penyampaian pelaporan periodik
2) Internal audit menyampaikan laporan kepada direktur utama atau dewan
komisaris yang berisi pencapaian rencana, temuan sementara serta pencarian
solusi kendala audit yanng dihadapi. Seperti secara bulanan laporan triwulan.
3) Melakukan pelaporan akhir
4) Laporan akhir berisi pencapain rencana dan ringkasan temuan audit
5) Melakukan quality control, melakukan kesesuain kinerja dengan IIA. Jika
perlu pelaksanaannya dalam berkoordinasi dengan audit ekstern.
Pelaksanaan program audit intern dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun
dan akan dirubah untuk tahun selanjutnya. Secara lebih terperinci audit intern
melaksanakan tugasnya dalam 3 tahapan : melakukan hubungan dan kerjasama
pada unit pengendalian dan audit ekstern; pelaporan rutin pada OJK dala
menjaga efektifitas dan efesiensi pelaksanaan tugas; menjaga hubungan baik
antara perusahaan induk dan anak; penggunaan fungsi jasa pihak ekstern dalam
pelaksanaan audit intern untuk keahlian khusus dan bersifat sementara;
melakukan pelaporan yang terdiri dari 4 kewajiban yaitu; pertama,laporan
pemberhentian SKAI, kedua, laporan temuan yanng dirasa membahayakan,
ketiga,laporan hasil kajian setiap 3 tahun sekali oleh pihak ekstern independ,
keempat,laporan pelaksanaan dan pokok-pokok hasil audit intern
D. Laporan Audit Internal
Dalam membuat laporan hasil audit, internal auditor harus senantiasa berfikir,
menimbang dan menganalisis seluruh bukti dan informasi yang diperoleh agar dapat
membuta laporan yang baik. Pelaporan hasil audit merupakan bagian penting dalam
mengkomunikasikan temuan audit oleh audit internal. Untuk mengkomunikasikan hasil
tes, harus ada pengaturan pelaporan yang disiapkan di mana hasil tes disajikan secara
rinci dan jelas terkait kegiatan proses audit internal.
Laporan audit merupakan produk akhir utama dari proses audit internal dan
pintu gerbang utama menuju deskripsi kerja audit internal untuk pemangku kepentingan
internal dan eksternal. Sedangkan menurut Rustendi (2017) Laporan audit adalah alat
yang digunakan oleh auditor internal untuk mengkomunikasikan hasil audit kepada

14
pihak yang berkepentingan dengan tujuan untuk menginformasikan kepada manajemen
tentang temuan, kesimpulan, dan rekomendasi audit terkait hasil perikatan audit.
1. Karakteristk Laporan Internal
1) Objektif
Yaitu faktual, tidak memihak dan bebas dari kesalahan dan penghilangan atau
kekeliruan.
2) Jelas dan ringkas
Yaitu mudah dipahami dan logis, dimana laporan disusun menggunakan kalimat
yang jelas, runtut dan fokus pada pokok masalah dengan mengurangi rincian
yang tidak perlu, serta mengandung informasi yang tidak lengkap. Salah satu
cara yang efektif agar laporan hasil audit jelas dan ringkas adalah dengan
menyajikan informasi dalam format yang mudah untuk dibaca seperti angka dan
persentase, tabel atau list, dan diagram, sementara rinciannya disajikan dalam
lampiran.
3) Bermanfaat
informasi yang disajikan dalam laporan audit digunakan sebagai dasar bagi
manajemen yang tepat untuk mengambil tindakan korektif yang diperlukan.
Manajemen dapat meningkatkan informasinya tentang temuan audit dengan
percaya bahwa laporan tepat waktu dan bahwa kesimpulan dan pendapat auditor
konstruktif.
2. Tujuan Laporan Hasil Audit Internal
1) Menginformasikan (to inform), artinya, melaporkan hasil pekerjaan audit
sebagai bagian dari akuntabilitas dan untuk memenuhi kebutuhan pemangku
kepentingan akan informasi yang andal/dapat diandalkan.
2) Menyakinkan atau mengajak (to persuade), yaitu untuk menyampaikan bahwa
informasi yang disajikan dalam laporan audit bermanfaat bagi manajemen dan
berdampak signifikan terhadap perbaikan organisasi, serta memberikan
kepercayaan kepada manajemen untuk mengambil langkah-langkah tindak
lanjut yang tepat.
3) Menghasilkan (to get result), dimana laporan hasil audit dapat mendukung
manajemen dalam mengambil tindakan korektif yang memberikan nilai tambah
bagi bisnis organisasi.
3. Unsur-unsur Laporan Audit Internal
1) Penjelasan tentang tujuan dilakukannya audit.
15
2) Ruang lingkup audit
3) Penjelasan tentang standar-standar audit yang digunakan sehubungan dengan
pemeriksaan yang telah dilakukan.
4) Hasil audit yang menjelaskan tentang obyek atau prosedur yang belum
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan, dan sampai sejauh mana penyimpangan-
penyimpangan tersebut terjadi.
5) Penjelasan tentang hubungan antara penyimpangan yang terjadi dengan
operasional perusahaan (secara keseluruhan) yang diperiksa.
6) Penjelasan tentang pentingnya efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan
operasional perusahaan.
7) Menyajikan saran atau rekomendasi mengenai usaha-usaha perbaikan yang
dapat
dilakukan oleh auditee berdasarkan pedoman sistem dan prosedur yang berlaku.
6

Dalam standar profesi yang dipublikasi oleh The IIA (the Standard:
Communication) disebutkan bahwa laporan harus memenuhi kriteria: Clear, Concise,
Complete, Constructive, Accurate, Objective dan Timely.
1) Laporan audit harus clear
Dokumen Practice Advisory juga sangat menganjurkan untuk menulis kalimat
menggunakan aturan-aturan atau “tata krama” penulisan yang baku dengan pola
kalimat terstruktur dimulai dengan Subjek, Predikat, Objek dan Keterangan serta
dalam bentuk kalimat aktif.
2) Laporan audir harus concise
Untuk membuat laporan menjadi ringkas, harus ada proses pemilihan point of view
yang tepat dari setiap isu yang akan disampaikan dalam laporan hasil audit. Tentu
pemilihan point of view ini harus selaras dengan fact findings dan konteks atau
substansi dari hasil/temuan audit. Biasanya, point of view yang sering digunakan
adalah root causes. Ringkas itu bukan diukur dari jumlah halaman akan tetapi dari
efektifitas cara atau pola penyampaian substansi pesan dari hal-hal yang dilaporkan.
3) Laporan audit harus complete

6
Tedi Rustendi, Audit Internal: Prinsip dan Teknik Audit Berbasis Risiko (Bandung: Mujahid Press,
2017), hal.165.

16
Sering terjadi, karena sangat lengkap malah mubajir dan tidak ringkas. Yang paling
aneh, terasa lengkap tapi sesungguhnya tidak nyambung dan malah membuat tidak
jelas, alias kabur dari substansi yang hendak disampaikan.
4) Laporan audit harus constructive
Apabila ada tendensi karyawan tidak perduli dengan pekerjaannya. Maka seorang
auditor, mungkin akan lebih baik tidak hanya meyampaikan isu karyawan
tersebut, akan tetapi juga menyampaikan pihak lain yang tidak melakukan coaching
sehubungan dengan kinerja karyawan yang tidak perduli tersebut.Dengan cara
penyampaian tersebut, maka pihak-pihak yang menjadi “objek” findings akan
sama-sama terlibat tanggung jawab.
5) Laporan audit harus accurate
Komunikasi yang akurat bebas dari kesalahan dan distorsi dan setia pada fakta yang
mendasarinya. Sehingga keakuratan sangat menuntut sikap kehati-hatian dalam
penugasan dan juga dalam penyampaian fakta-fakta yang diperoleh selama
penugasan audit. Tingkat akurasi juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan internal
auditor dalam mengidentifikasi root causes, impact maupun potential impact.
6) Laporan audit harus objective
Objektif itu tidak memihak dan berada pada posisi yang pas dan diterima pada
semua pihak. Oleh karena itu, supaya objektif, maka internal auditor juga tidak
boleh berada pada situasi yang dapat merusak (impair) kemampuan untuk membuat
pertimbangan profesional yang objektif Terkadang, dalam banyak kejadian,
objektifitas ini sering tidak terpenuhi karena pengaruh kompetensi atau kurangnya
daya analisis terhadap fakta, kondisi atau keadaan saat dilakukan audit.
7) Laporan audit harus timely
Karena laporan hasil audit terutama ditujukan untuk pengambilan
keputusan atau sebagai laporan untuk menginformasikan. Jadi arti dari “timely”
yang tepat dalam hal ini adalah: secepatnya.
4. Siklus Pelaporan Audit Internal
1) Menyiapkan dan menyampaikan hasil laporan audit
Setelah pekerjaan audit selesai dan auditor internal telah membahas temuan
audit yang diusulkan dengan audite, draft laporan hasil audit umumnya harus
disiapkan untuk dipresentasikan kepada manajemen. Draf tersebut kemudian
dikirim ke manajer area yang diaudit. Draf laporan akhir ini biasanya disajikan
sebagai peluang terakhir bagi audite untuk membaca dan memahami pesan dan
17
isi laporan hasil audit yang dikeluarkan. Auditor internal kemudian
menggabungkan respons audite pada laporan hasil audit final. Rapat penutup
membahas draft laporan adalah langkah penting untuk memvalidasi kecukupan
dan keakuratan hasil audit internal yang dilaporkan dan rekomendasi sebelum
laporan hasil audit akhir.
2) Tindak Lanjut Laporan Hasil Audit dan Peringkasan
Setelah manajemen mengirimkan tanggapan laporan hasil auditnya, auditor
internal harus menggabungkan tanggapan ini dengan rancangan temuan dan
rekomendasi untuk mengeluarkan laporan hasil audit akhir yang ditujukan
kepada manajemen audite, dengan salinan ke komite audit dan pejabat lain yang
sesuai. Setelah laporan hasil audit final dikeluarkan, audit internal selanjutnya
harus menjadwalkan tindak lanjut review untuk memastikan bahwa tindakan
yang diperlukan berdasarkan audit benar-benar diambil. Tindak lanjut atas
rekomendasi bisa didampingi oleh auditor agar audite merasa nyaman selama
melaksanakan tindak lanjut.7

7
Nurasik, Santi Rahma Dewi, Pengauditan Internal, (Sidoarjo: UMSIDA Press, 2020), hal. 303-315.

18
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Definisi audit adalah aktivitas penilaian secara independen yang meninjau
secara kritis tindakan pembukuan keuangan dan tindakan lain sebagai dasar untuk
memberikan bantuan yang bersifat proteksi dan konstruktif. Memiliki fungsi sebagai
mata dan telinga dalam kepastian kesesuaian manajemen dan tidak menyimpang.
Tujuan utamanya membantu anggota organisasi agar berjalan efektif. Adapun ruang
lingkup dari audit intern meliputi penilaian keefektifan sistem pengendalian intern,
pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektivan sistem pengendalian intern,
serta kualitas pelaksanaan tanggungjawab yang diberikan.
Program kerja audit sebagai proses penilaian berkala yang dilakukan dari waktu
ke waktu, dalam memberikan penilaian independen dan jaminan sebagai tujuan
menambah nilai dan peningkatan tinngkat kepatuhan lembaga keuangan syariah.
Pelaksanaan audit harus direncanakan sebaik-baiknya sehingga memperoleh hasil audit
yang berkualitas yang dapat mencapai keberhasilan guna dan daya guna. Adapun
manfaat apabila Program disusun meliputi: dapat menelaah keandalan dan integritas
informasi keuangan, Meninjau sistem yang dibentuk untuk memastikan kepatuhan
terhadap kebijakan GCG, Menghasilkan pelaksanaan yang efektif, Menekankan
prosedur yang utama untuk setiap pemeriksaan, sebagai pedoman, Mempermudah
penilaian manajemen, Memastikan kepatuhan dan sesuai prinsip akutansi, Meninjau
operasi atau program untuk memastikan hasil yang didapat konsisten dan sesuai dengan
program yang direncanakan.
Pelaksanaan audit intern merupakan proses pencapaian tujuan audit dimana
setiap prosesnya tersusun dalam rumus I-POAC meliputi tahap inisiasi, planning,
organizing, actuating, dan controling. Setiap prosesnya ditujukan untuk mencapai
efesiensi dan efektifitas dari tujuan perusahaan mengadakan audit. Tahapan tersebut
meliputi: tahap inisiasi/ permulaan dimulai dengan merekrut audit, pembuatan piagam
dan sosialisasi; tahap perencanaan dengan fokus pembuatan rencana penugasan (goals);
tahap organising/pengorganisasian menjadi suatu proses dalam pengelolaan rencana ke

19
dalam bentuk draf disertai penilaian akan biaya, waktu, tempat dsb yang terkait, yang
nantinya dibentuk timeline sebagai gambaran darf; Actuating/pelaksanaan sebagai
tanda bahwa audit intern telah mengawali tugas dengan terjun kelapangan; Dan terakhir
adalah actuating/control sebagai bentuk tanggungjawab atas pencapaian yang telah
dilakukan dalam batas waktu yang ditetapkan.
Pelaporan hasil audit menjadi bagian penting dalam mengkomunikasikan
temuan audit. Laporan hasil audit yang baik memiliki karakteristik meliputi: objektif
artinya laporan faktual yang tidak memihak (bebas); jelas dan ringkas artinya laporan
logis dan mudah dipahami selain itu laporan tersusun yang menyajikan laporan
seefektif mungkin; bermanfaat artinya informasi dapat dijadikan sebagai dasar
manajemen dalam mengambil suatu keputusan. Selain itu, Laporan audit intern telah
disesuaikan dengan standar IIA bahwa laporan harus memenuhi kriteria: Clear,
Concise, Complete, Constructive, Accurate, Objective dan Timely. Beberapa audit
menyertakan banyak informasi tentang bidang kegiatan yang diperiksa. Tujuannya
adalah untuk menyediakan pengguna dengan sumber referensi yang komprehensif.
Informasi mungkin bersifat historis atau relevan dengan situasi saat ini. Ini mungkin
termasuk praktik dan hasil manajemen kami, atau penanganan kami atas informasi
keuangan.
B. Saran
Dalam suatu organisasi, audit intern perlu dilakukan sehingga kesesuaian
manajemen dapat dipatuhi dengan baik oleh anggota organisasi. Merekrut audit perlu
dilakukan berbagai pertimbangan dan penilaian yang matang, sehingga auditor direkrut
telah memenuhi kriteria (SDM profesional) sehingga tugas yang ditanggung dapat
dilaksanakan dengan optimal. Auditor menurut standar IIA memiliki 2 jasa yaitu
sebagai wachdog dan konsultan sehingga peran tersebut harus dimanfaatkan secara
maksimal oleh suatu organisasi.
Demikianlah pemaparan makalah tentang “Audit Intern” ini, kami selaku
penulis telah menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dan kelemahan di dalam
makalah karena terbatasnya ilmu pengetahuan dan kurangnya referensi. Oleh karena
itu, kami berharap para pembaca bisa memberikan kritik dan saran kepada kami demi
memperbaiki kualitas makalah ini. Sebagai penulis, kami juga berharap bahwa makalah
yang kami susun akan berguna bagi para pembaca khususnya dan masyarakat pada
umumnya

20
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Moh Khoirul, “Implementasi Audit Syariah pada Satuan Kerja Audit Internal (SKAI)
di Bank Syariah”, dalam https://
https://adpiks.or.id/ojs/index.php/emanasi/article/view/27,

Arrazi, Muhammad Fakhrul , “Tujuan Pengendalian Internal, Pengertian Beserta


Komponennya Unit Kepatuhan Dan Audit Internal Bank Syariah”,dalam
https://ejournal.uinsatu.ac.id/index.php/nisbah /article,

Koerniawan, Iwan. ‘’ AUDITING konsep dan Teori pemeriksaan akutansi ‘’, (semarang:
Yayasan Prima Agus teknik, 2021)
Nurasik, Santi Rahma Dewi, Pengauditan Internal, (Sidoarjo: UMSIDA Press, 2020)
POJK No 1 / POJK.03/ 2019 tentang Penerapan Fungsi Audit Intern pada Bank Umum
Rustendi, Tedi, Audit Internal: Prinsip dan Teknik Audit Berbasis Risiko (Bandung: Mujahid
Press, 2017)

21
22

Anda mungkin juga menyukai