Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMERIKSAAN AKUNTANSI II
“PROSEDUR AUDIT SELANJUTNYA”

Dosen Pengampu :
Dr. Tumirin, M. Si

Nama Kelompok ( 5/Akuntansi A-Sore ):


1. Febi Al Qibtiyah (180302055)
2. Fain Sulistiyana (180302056)

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK
TAHUN AKADEMIK 2020-2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang telah memberika n
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
”Prosedur Audit Selanjutnya.” Makalah ini penulis susun guna memenuhi tugas
mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II.

Penulis juga berterima kasih atas dukungan baik itu moral maupun materi
dalam penyusunan makalah ini kepada Bapak Dr. Tumirin, SE. M.Si selaku dosen
pengampu mata kuliah Pemeriksaan Akuntansi II. Dan juga kepada orang tua,
sahabat, dan teman-teman penulis yang telah membantu dalam penyelesa ia n
makalah ini.

Penulis berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat kepada


pembaca dalam mengetahui tentang Prosedur Audit Selanjutnya. Penulis juga
mohon maaf apabila terdapat kesalahan atau kekurangan didalam makalah ini.

Gresik, 29 November 2020

penulis

Pemeriksaan Akuntansi II | i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................... 1
1.3 Tujuan Rumusan Masalah .......................................................... 1
BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Selayang Pandang....................................................................... 2


2.2 Prosedur Substantif ..................................................................... 3
2.3 Konfirmasi Eksternal .................................................................. 5

BAB III : PENUTUP


3.1 Kesimpulan.................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA

Pemeriksaan Akuntansi II | ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bab ini membahas ciri dan penggunaan prosedur audit selanjutnya. Kata
“selanjutnya” dan bukan kata “lanjutan” yangdigunakan untuk menerjema hka n
further audit procedures. Kata“lanjutan” mengesankan makna advanced seperti
dalam advanced accounting. “Prosedur audit selanjutnya” ingin menegaskan bahwa
Prosedur audit selanjutnya merupakan serangkaian prosedur audit yang
sebelumnya, yakni prosedur penilaian risiko (risk assessement procedures).
Prosedur-prosedur ini ditelaah dalam Tinjauan Umum, dan secara terinci dibahas
dalam bagian-bagian selanjutnya.

Ada tiga ISA yang menjadi acuan utama dalam bab ini, yakni ISA 330,ISA
505, dan ISA 520.

ISA 330.4
a) Substantive procedure (prosedur substantive), suatu prosedur audit yang
dirancang untuk mendeteksi salah saji yang material pada tingkat asersi.
b) Test of controls (uji pengendalian) suatu prosedur audit yang dirancang
untuk mengevaluasi berfungsinya secara efektif pengendalian untuk
mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji yang material pada
tingkat asersi.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Selayang Pandang Prosedur Audit Selanjutnya ?
2. Bagaimana Prosedur Substantifnya ?
3. Bagaimana Konfirmasi Eksternalnya ?
1.3 Maksud dan Tujuan
Untuk mengetahui secara lebih dalam mengenai Prosedur Audit Selanjutnya

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Selayang Pandang
Prosedur Substantif
Prosedur ini dapat dilaksanakan auditor untuk :
 Mengumpulkan bukti tentang asersi yang menjadi dasar dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan (embedded dalam saldo akun dan jenis
transaksi.
 Mendeteksi salah saji yang material.
Prosedur substantif meliputi pemilihan sampel (saldo akun atau transaksi) yang
representative (artinya mewakili seluruh populasi) untuk :
 Menghitung ulang (recalculate) angka-angka untuk memastikan ketelitia n
(accuracy)
 Meminta konfirmasi saldo (piutang, rekening bank, investasi dan lain-lain)
 Memastikan transaksi dicatat dalam periode yang benar (cut-off test atau uji
pisah batas)
 Membandingkan angka-angka antar periode atau dengan harapan
/ekspektasi (analytical procedures)
 Menginspeksi dokumen pendukung (seperti invoices atau kontrak
penjualan)
 Mengamati eksistensi fisik dari aset yang dicatat (misalnya mengama ti
perhitungan persediaan)
 Menelaah kecukupan penyisihan untuk penurunan nilai seperti piutang
ragu-ragu atau persediaan yang using (obsolete inventory)
Uji Pengendalian (Tests of Control)
Uji dilakukan auditor untuk mengumpulkan bukti mengenai berfungsinya secara
efektif pengendalian internal.
 Menangani asersi-asersi tertentu, auditor merancang prosedur auditnya
berdasarkan keandalan pengendalian untuk asersi tersebut.
 Mencegah atau menemukan dan mengoreksi kesalahan dan kecurangan
yang material.

2
Uji pengendalian meliputi pemilihan sejumlah sampel transaksi atau dokumen
pendukung yang representative (artinya mewakili seluruh populasi) untuk :
 Mengamati berfungsinya prosedur pengendalian internal.
 Menginspeksi bukti bahwa prosedur pengendalian internal memang
dilakukan.
 Menanyakan bagaimana dan kapan prosedur pengendalian interna l
dilakukan.
 Mengulangi melaksanakan (re-perform) prosedur pengendalian internal.

2.2 Prosedur Substantif


ISA 330.18
Apa pun hasil penelitian risiko atas salah saji yang material, auditor wajib
merancang dan melaksanakan prosedur substantif untuk setiap jenis / kelompok
transaksi, saldo akun, dan disclousure.
ISA 330.19
Auditor wajib mempertimbangkan apakah prosedur konfirmasi eksternal
dilaksanakan sebagai prosedur audit substantif.
ISA 330.20
Prosedur auditor substantif yang dibuat auditor harus meliputi prosedur audit
yang berhubungan dengan proses penutupan laporan keuangan.
a) Mencocokkan atau merekonsiliasi laporan keuangan dengan catatan
akuntansi yang mendasarinya.
b) Memeriksa journal entries yang material dan jurnal penyesuaian lainnya
(other adjustments) yang dibuat dalam rangka penyusunan laporan
keuangan.
ISA 330.21
Jika auditor telah menentukan bahwa suatu risiko yang dinilai (assessed risk)
mengenai salah saji yang material pada tingkat asersi, merupakan risiko yang
signifikan, auditor wajib melaksanakan prosedur substantif yang secara spesifik
menjawab risiko tersebut.

3
ISA 330.22
Auditor wajib meliput / mencakup periode sisanya dengan melakukan :
a) Prosedur substantif, yang dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk
periode yang tersisa (intervening period).
b) Jika auditor menentukan sudah cukup, hanya prosedur substantif yang
memberikan dasar yang layak untuk meneruskan kesimpulan audit dari
tanggal interim sampai ke akhir periode.
ISA 330.23
Jika salah saji yang tidak diperkirakan auditor ketika menilai risiko salah saji
yang material, dideteksi pada tanggal interim, auditor wajib mengevaluasi apakah
penilaian risiko tersebut dan sifat, waktu dan luasnya prosedur substantif yang
direncanakan untuk mencakup periode tersisa, harus dimodifikasi.
Uji Rinci (Tests of Details)
Perhatikan Penjelasan
Saldo Akun Sesuatu yang material harus diperhatikan, apa pun hasil
penilaian risiko yang material (assessed risks of material
misstatement).
Prosedur audit Meliputi semua prosedur yang sesuai ISA (comply with
yang diwajibkan ISA) dan kewajiban lokal (seperti ketentuan Bapepem).
Perlunya prosedur Pertimbangkan kebutuhan untuk memperoleh konfir mas i
konfimasi eksternal sehubungan dengan asersi yang berhubunga n
eksternal dengan saldo akun (saldo bank, investasi piutang dll).
Risiko yang Rancang dan laksanakan tests of detail yang khusus
signifikan menanggapi risiko yang signifikan yang diidentifikasi.
Timming Jika prosedur dilaksanakan sebelum akhir tahun, periode
(penentuan tersisa harus ditangani dengan melakasanakan prosedur
waktu) substantif yang dikombinasikan dengan uji pengendalia n
(test of controls) atau prosedur substantif selanjutnya.
Melaksanakan Prosedur Substantif pada Tanggal Interim
Ketika prosedur susbstantif dilaksanakan pada tanggal interim, auditor wajib
melaksanakan prosedur substantive selanjutnya, atau prosedur substantive yang
dikombinasikan dengan uji pengendalian untuk periode tersisa.

4
Prosedur Audit untuk Periode Sisa
Ketika prosedur audit dilaksanakan pada tanggal interim :
 Bandingkan informasi pada akhir tahun / periode dengan informasi terkait /
pembanding.
 Identifikasi angka-angka yang kelihatannya janggal atau tidak umum.
 Sewaktu merencanakan prosedur analitikal substantif, lihat apakah
prakiraan saldo akhir tahun / periode dari jenis transaksi atau akun tertentu
memang dapat dibuat.
 Perhatikan prosedur entitas untuk menganalisis dan menyesuaikan jenis
transaksi atau saldo akun pada tanggal interim.
Prosedur Substantif yang Dilaksanakan dalam Periode yang Lalu
Penggunaan bukti audit yang diperoleh melalui prosedur substantif yang
dilaksanakan dalam periode yang lalu, dapat dimanfaatkan dalam perencanaan
audit tahun ini.

2.3 Konfirmasi Eksternal


Sewaktu menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor wajib
mengendalikan seluruh proses permintaan konfirmasi :
a) Menentukan informasi yang harus dikonfirmasi atau akan diminta.
b) Memilih siapa yang akan dimintakan konfirmasinya.
c) Merancang permintaan konfirmasi, termasuk menentukan siapa / pada
tingkat apa yang dituju dan informasi yang langsung disampaikan kepada
auditor.
d) Mengirimkan formulir konfirmasi, termasuk permintaan informasi tindak
lanjut, jika diperlukan, kepada pihak yang dimintakan konfirmasinya.
ISA 505.8
Jika manajemen melarangauditor mengirimkan permintaan konfirmasi, auditor
wajib :
a) Menanyakan kepada manajemen, apa alasan pelarangan tersebut, dan
mengupayakan memperoleh bukti audit mengenai keabsahan dan kelayakan
saldo akun yang bersangkutan.

5
b) Mengevaluasi implikasi dari penolakan terhadap penilaian risiko yang
dilakukan auditor mengenai salah saji yang material, termasuk risiko adanya
kecurangan fraud, dan terhadap sifat, waktu, da luasnya prosedur audit
lainnya.
c) Laksanakan prosedur audit alternatif yang dirancang untuk memperoleh bukti
audit yang relevan dan andal.
ISA 505.9
Jika auditor menyimpulkan bahwa alasan melarang, auditor mengirimka n
permintaan konfirmasi tersebut adalah tidak wajar, atau auditor tidak dapat
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal dengan prosedur audit alternative,
auditor wajib mengomunikasikan dengan TCWG.
ISA 505.10
Jika auditor mengidentifikasi faktor-faktor yang menimbulkan keraguan
mengenai keandalan jawaban konfirmasi, auditor wajib memperoleh bukti-bukti
selanjutnya untuk mencari penyelesaian atas keraguan tersebut.
ISA 505.11
Jika auditor menyimpulkan bahwa jawaban konfimasi tidak andal/tidak dapat
dipercaya, auditor wajib mengevaluasi implikasinya terhadap penilaian risiko yang
dilakukan auditor mengenai salah saji yang material, termasuk risiko adanya
kecurangan fraud, dan terhadap sifat, waktu dan luasnya prosedur audit lainnya.
ISA 505.12
Setiap kali auditor tidak memperoleh jawaban konfirmasi, ia wajib melakukan
prosedur audit alternatif untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal.
ISA 505.13
Jika auditor menentukan jawaban untuk permintaan konfirmasi positif memang
diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, maka prosedur
audit alternatif tidak akan digunakan.
ISA 505.14
Auditor wajib menyelidiki jawaban konfirmasi yang berisi
penolakan/pengecualian (exceptions) untuk menentukan apakah exceptions
tersebut merupakan indikasi salah saji.

6
ISA 505.15
Konfirmasi negaif memberikan bukti audit yang kurang persuasif
dibandingkan dengan bukti audit yang diberikan oleh konfirmasi positif.
ISA 505.16
Auditor wajib mengevaluasi apakah hasil dari prosedur konfirmasi eksternal
memberikan bukti audit yang relevan dan andal atau apakah bukti audit tambahan
diperlukan. Situasi dimana prosedur konfirmasi eksternal memberikan bukti audit
yang relevan antara lain :
 Saldo bank dan informasi lain yang relevan dimana menggambarka n
hubungan entitas dengan bank.
 Saldo piutang dan syarat-syarat pinjaman.
 Persediaan yang disimpan /dikuasai pihak ketiga seperti bonded warehouse
atau barang konsinyasi.
 Akta yang menandakan kepemilikan atas tanah dan bangunan yang
dipegang oleh pengacara, bank, kustodian, dan disimpan sebagai jaminan.
 Investasi yang dipegang pihak ketiga yang memberikan jasa penyimpa na n
atau investasi yang dibeli oleh pemegang saham namun sampai tanggal
neraca, belum diserahkan.
 Jumlah yang terutang kepada peminjam (lenders) termasuk syarat-syarat
relevan mengenai pembayaran kembali dan ketentuan yang bersifat
membatasi.
 Saldo utang dagang dan syarat-syaratnya.
Prosedur Analitikal Substantif
Dalam prosedur analitikal substantif auditor membandingkan angka-angka
atau hubungan- hubungan dalam atau diantara unsur-unsur laporan keuangan. Dari
informasi yang diperoleh dalam tahap memahami entitas dan dari bukti-bukti lain,
auditor dapat mengembangkan suatu ekspektasi tertentu. Untuk menggunaka n
prosedur analitikal sebagai prosedur substantif, auditor harus merancang prosedur
untuk menekan risiko tidak terdeteksinya salah saji yang material dalam asersi
terkait, ke tingkat rendah yang dapat diterima.

7
Teknik Prosedur Analitik
Faktor-faktor yang harus diperhitungkan atau dipertimbangkan dalam
merancang prosedur analitikal substantif, yaitu :
 Cocok atau tepatnya penggunaan prosedur analitikal substantif dengan sifat
asersi yang diperiksa.
 Keandalan data (internal atau eksternal) yang digunakan untuk menguji
ekspektasi dari angka yang dicatat atau rasio yang dikembangkan.
 Apakah ekspektasinya cukup tepat untuk menunjukkan salah saji yang
material pada tingkat asurans yang dikehendaki.
 Seberapa besar perbedaan antara angka yang dicatat dan nilai ekspektasi
yang bisa diterima atau ditoleransi.
Perbedaan Dengan Ekspektasi
Auditor dapat menyimpulkan bahwa perbedaan antara recorded amounts
dengan auditor’s xpectations adalah :
 Tidak mencerminkan salah saji.
 Mungkin mencerminkan salah saji, dan diperlukan prosedur audit
selanjutnya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat bahwa
salah saji yang material terjadi atau tidak terjadi.
Prosedur Analitikal Lainnya
Menganalisis dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berikut :
 Perbandingan secara rinci antara angka laporan keuangan tahun berjalan
dengan tahun yang lalu atau dengan anggaran tahun berjalan.
 Data komparatif untuk semua jenis produk atau jenis pelanggan.
 Analisis rasio, rasio-rasio dapat menjadi pendukung bagi laporan keuangan
tahun berjalan.
 Grafik, pertimbangkan menggunakan grafik untuk menunjukkan hasil dari
prosedur yang dikerjakan.
Prosedur Analitikal dalam Merumuskan Opini
Prosedur-prosedur ini menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut :
 Apakah kesimpulan yang ditarik dari prosedur analitikal menguatka n
kesimpulan yang ditarik berdasarkan audit atas komponen atau unsur
laporan keuangan?

8
 Apakah ada risiko salah saji yang material, yang sebelumnya tida k
diketahui?
Uji Pengendalian (Test of Controls)
ISA 330.8
Auditor wajib merancang dan melaksanakan uji pengendalian untuk
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai berfungsinya pengendalia n
relevan jika :
a) Penilaian auditor mengenai risiko salah saji yang material pada tingkat
asersi meliputi ekspektasi bahwa pengendalian berfungsi secara efektif.
b) Prosedur substantif saja tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan
tepat pada tingkat asersi.
ISA 330.9
Dalam merancang dan melaksanakan uji pengendalian, auditor wajib
memperoleh bukti audit yang lebih persuasif makin besar menekankan prosedur
auditnya pada efektif pengendaliannya.
ISA 330.10
Dalam merancang dan melaksanakan uji pengendalian, auditor wajib :
a) Melaksanakan prosedur audit lainnya yang dikombinasikan dengan
bertanya untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengena i
berfungsinya pengendalian.
b) Menentukan apakah pengendalian yang akan diuji tergantung pada
pengendalian lain dan jika demikian, apakah auditor perlu memperole h
bkti audit untuk meyakinkan bahwa pengendalian tidak langsung juga
berfungsi secara efektif.
ISA 330.11
Auditor wajib menguji pengendalian untuk jangka waktu tertentu atau selama
periode di mana ia bermaksud menggunakan pengendalian tersebut (dalam
prosedur auditnya), dengan mengingat alinea 12 dan 15, untuk memberikan alasan
yang tepat mengapa ia merencanakan menggunakan pengendalian tersebut.
Tujuan Uji Pengendalian
Uji pengendalian atau tests of controls dirancang untuk memperoleh bukti audit
yang cukup dan tepat mengenai berfungsinya pengendalian. Pengendalian dapat

9
mencegah terjadinya salah saji, mendeteksi dan mengoreksi jika salah saji sudah
terjadi. Uji pengendalian akan dipertimbangkan auditor untuk digunakan, dalam
hal:
 Penilaian risiko didasarkan atas ekspektasi bahwa pengendalian interna l
berfungsi secara efektif, atau
 Prosedur substantif saja tidak dapat memberikan bukti audit yang cukup dan
tepat pada tingkat asersi.
Uji pengendalian dirancang untuk memperoleh bukti audit mengenai:
 Bagaimana prosedur pengendalian internal diterapkan sepanjang audit atau
selama jangka waktu (pengamatan) yang relevan;
 Konsisten penerapan pengendalian tersebut; dan
 Oleh siapa dengan cara apa pengendalian diterapkan.
Merancang Uji Pengendalian
Uji pengendalian atau tests of controls dirancang untuk memperoleh bukti
mengenai berfungsinya pengendalian di dalam setiap unsur dari kelima unsur
pengendalian internal.
Pengendalian spesifik atau specific controls langsung menangani pencegahan
atau pendeteksian dan pembetulan salah saji. Di lain pihak, pengendalian pervasive
atau pervasive controls memberikan landasan untuk pengendalian spesifik dan
memengaruhi bekerja atau berfungsinya pengendalian spesifik tersebut.
Pengujian pengendalian pervasive (sering diistilahkan sebagai pengendalian di
tingkat entitas atau entity-level controls dan pengendalian umum teknologi
informasi atau general IT controls) cenderung lebih subjektif (seperti mengevaluas i
komitmen terhadap integritas atau kompetensi seseorang), dan karenanya
cenderung lebih sulit mendokumentasikannya dibandingkan dengan pengendalia n
internal yang spesifik pada tingkat business process.
Pengendalian yang Diotomatisasi
Tidak jarang kegiatan pengendalian (control activities) dilaksanakan oleh
computer dan dokumen pendukung tidak ada. Pendekatan yang dilakukan adalah
menggunakan Teknik Audit Berbantuan Komputer atau Computer-Assisted Audit
Techniques (CAATs). Contoh penggunaan CAAT antara lain:
 Ekstrak pembayaran yang melebihi jumlah tertentu;

10
 Ekstrak top record atau bottom record (artinya file yang paling awal atau
paling akhir) dalam suatu data base;
 Identifikasi catatan yang hilang atau catatan ganda/duplikat;
 Pilih sampel sesuai kriteria dan parameter;
 Sortir transaksi dengan kriteria tertentu;
 Hitung berapa catatan/record, kuantitas, dan nilai persediaan dalam suatu
data base;
 Lihat kemungkinan terjadinya kecurangan dengan Benford’s Law
Penetapan Waktu untuk Uji Pengendalian
Berikut ini terjemahan beberapa alinea dalam ISA 330 mengenai timing atau
penetapan waktu dari prosedur uji pengendalian.
ISA 330.11
Auditor wajib menguji pengendalian untuk jangka waktu tertentu, atau
untuk suatu periode, di mana auditor berniat memanfaatkan pengendalia n
tersebut, dengan memperhatikan alinea 12 dan 15 di bawah.
ISA 330.12
Jika auditor memperoleh bukti audit mengenai berfungsinya pengendalia n
secara efektif selama masa interim, auditor wajib:
a. Memperoleh bukti audit mengenai perubahan signifikan terhadap
pengendalian tersebut sesudah masa interim; dan
b. Menentukan bukti audit tambahan yang harus diperoleh untuk sisa
periode, yakni dari tanggal interim sampai akhir tahun.
ISA 330.15
Jika auditor merencanakan untuk menggunakan pengendalian atas risiko
yang sudah diketahui auditor merupakan risiko yang signifikan, auditor wajib
menguji pengendalian dalam periode berjalan.
Uji Pengendalian dengan Rotasi
Faktor-faktor yang tidak memungkinkan penggunaan pengujian dengan rotasi
(rotational testing), penggunaan hasil uji pengendalian tahun lalu TIDAK
diperkenankan jika:
 Prosedur audit bergantung pada pengendalian untuk memitigasi (mencegah)
risiko yang signifikan;

11
 Lingukungan pengendalian (control environment) lemah;
 Pemantauan atas berjalannya pengendalian internal, lemah;
 Ada unsur manual yang signifikan dalam pengendalian yang diuji;
 Perubahan personalia yang memengaruhi secara signifikan penerapan
pengendalian yang diuji;
 Perubahan keadaan mengindikasikan perlunya perubahan dalam
pengendalian;
 General IT controls (pengendalian teknologi informasi umum) lemah atau
tidak efektif.
Sebelum bukti audit diperoleh dalam periode audit yang lalu boleh digunakan
auditor perlu melihat apakah bukti tersebut mempunyai relevansi untuk periode
berjalan. Ini memerlukan konfirmasi atau penegasan mengenai pengendalia n
internal tertentu (specific controls) dengan:
 Bertanya kepada manajemen dan pihak-pihak lain mengenai perubahan yang
terjadi; dan
 Amati atau inspeksi pengendalian internal untuk menentukan bahwa ia masih
terus diimplementasi.
Secara umum makin tinggi risiko salah saji yang material atau makin besar tingkat
kepercayaan atas pengendalian yang diberikan auditor, makin pendek periode di
antara suatu uji pengendalian dengan uji pengendalian berikutnya.

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam tahap kedua dalam suatu proses audit (tahap menanggapi risiko),
tujuannya ialah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat mengenai risiko yang
dinilai (assessed risk). Hal ini dapat dicapai dengan merancang dan
mengimplementasikan tanggapan yang tepat (appropriate response) terhadap
risiko salah saji material yang dinilai, pada tingkat laporan keuangan maupun
tingkat asersi.

Faktor kunci dalam menentukan luasnya suatu prosedur audit


ialah performance materiality atau materialitas pelaksanaan. Performance
materiality ditetapkan untuk memperhitungkan risiko tertentu berkenaan dengan
suatu saldo akun, transaksi, atau disclosures dalam laporan keuangan.

Risiko kecurangan atau fraud (termasuk management override) dapat terjadi di


semua entitas, dan perlu mendapat perhaian ketika auditor menyusun rencana audit.
Langkah pertama ialah menilai risiko potensial terjadinya kecurangan, dan
kemudian merancang tanggapan menyeluruh dan tanggapan terinci yang tepat.

Strategi audit menyeluruh, tanggapan menyeluruh, dan rencana audit


sepenuhnya merupakan tanggung jawab auditor. Namun, sering kali bermanfaan
untuk membahas unsur-unsur dalam rencana audit terinci dengan manajemen.
Pembahasan seperti ini menyebabkan perubahan kecil mengenai penetapan
waktu dan akan memfasilitasi pelaksanaan prosedur tertentu.

Prosedur Substantif dirancang oleh auditpr untuk mendeteksi salah saji yang
material pada tingkat asersi (at te assertion level). Ada dua jenis prosedur substantif
yaitu: Test of details (uji rinci) dan Substantive analytical procedures (prosedur
analitikal substansi)

Tujuan audit dalam menggunakan prosedur konfirmasi eksternal ialah


merancang dan melaksanakan prosedur untuk memperoleh bukti audit yang relevan
dan andal

13
DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta, Theodorus M. 2015. Audit Kontemporer. Jakarta Selatan:


Salemba Empat

14

Anda mungkin juga menyukai