Anda di halaman 1dari 10

BAB 31

PROSEDUR AUDIT SELANJUTNYA

Prosedur Audit Selanjutnya

Prosedur audit selanjutnya menegaskan bahwa serangkaian prosedur audit


yang melanjutkan prosedur audit sebelumnya, yakni prosedur penilaian resiko (risk
assesmentprocedures).

Terdapat tiga ISA yang menjadi acuan utama dalam prosedur audit
selanjutnya, yaitu ISA 330, ISA 505, dan ISA 520. ISA 330 alinea 4 menyajikan
definisi substantive procedures dan test of controls.

ISA 330.4

Untuk tujuan ISAs, istilah-istilah berikut bermakna:

a. Substantive procedures (prosedur substantif) adalah suatu prosedur audit yang


dirancang untuk mendeteksi salah saji yang material pada tingkat asersi.
Prosedur substantif terdiri atas:
o Test of details (uji detail atau rincian) atas jenis transaksi (classes of
transaction), saldo akun ( account balances), dan disclosures; dan
o Substantive analytical procedures ( prosedur analitikal substantif).
b. Test of controls (uji pengendalian) adalah suatu prosedur audit yang dirancang
untuk mengevaluasi berfungsinya secara efektif pengendalian untuk
mencegah, atau mendeteksi dan memeperbaiki salaha saji yang material pada
tingkat asersi.

Selayang Pandang

a. Prosedur Substantif
Prosedur substantif dapat dilaksanakan auditor untuk:
o Mengumpulkan bukti tentang asersi yang menjadi dasar dan merupakan
bagian yang tidak terpisahkan, dalam saldo akun dan jenis transaksi;
o Mendeteksi salah saji material.

Prosedur Substantif meliputi pemilihan sampel (saldo akun atau


transaksi) yang resperentif untuk:

o Menghitung ulang angka-angka untuk memastikan ketelitian


o Meminta konfirmasi saldo (piutang, rekening bank, investasi, dll)
o Memastikan transasksi dicatat dalam periode yang benar
o Membandingkan angka-angka antar periode yang benar
o Menginspeksi dokumen pendukung
b. Uji Pengendalian (Test of Control)
Uji pengendalian dilakukan auditor untuk mengumpulkan bukti
mengenai berfungsinya secara efektif pengendalian internal.
o Menangani asersi-asersi tertentu; auditor merancang prosedur auditnya
berdasarkan keandalan pengendalian untuk asersi tersebut.
o Mencegah atau menemukan dan mengoreksi kesalahan dan kecurangan
yang material.
Uji pengendalian meliputi pemilihan sejumlah sampel transaksi atau
dokumen pendukung yang representatif (artinya mewakili seluruh
populasi) untuk:
o Mengamati berfungsinya prosedur pengendalian internal;
o Menginspeksi bukti bahwa prosedur pengendalian internal memang
dilakukan;
o Menanyakan bagaimana dan kapan prosedur pengendalian internal
dilakukan ; dan
o Mengulangi melaksanakan (re-perform) prosedur pengendalian internal.
c. Prosedur Substanstif
ISA 330.18

Apapun hasil penilaian risiko atas salah saji yang material, auditor wajib merancang
dan melaksanakan prosedur substantive untuk setiap jenis transasksi, saldo akun, dan
disclosure.

ISA 330.19

Auditor wajib mempertimbangkan apakah prosedur konfrmasi eksternal dilaksanakan

sebagai prosedur audit substantif.

ISA 330.20

Prosedur audit substantf yang dibuat auditor harus meliputi prosedur audit yang
berhubungan dengan proses penutupan laporan keuangan.

o Mencocokkan atau merekonsilasi laporan keuangan dengan catatan akuntansi


yang mendasarinya.
o Memeriksa journal entries yang material dan jurnal penyesuaian lainnya
(other edustmentcs) yang dibuat dalam angka penyusunan laporan keangan.

ISA 330.21

Jika auditor telah menentukan bahwa suatu risiko yang dinilai (assessed risk)
mengenai salah saji yang material pada tingkat asersi, memang merupakan risiko
yang signifikan, auditor wajib melaksanakan prosedur substantif yang secara spesifk
menjawab risiko tersebut. Jika pendekatan terhadap risiko yang signifikan itu hanya
terdiri atas prosedur substantif, maka prosedur itu harus meliputi uji rincian.

ISA 330.22

Jika prosedur substantif dilaksanakan di tengah tahun, auditor wajib


meliput/mencakup

periode sisanya dengan melakukan:


o Prosedur substantif, yang dikombinasikan dengan ufi pengendalian untuk
periode yang tersisa (intervening period); atau
o Jika auditor menentukan sudah cukup, hanya prosedur substantif yang
memberikan dasar yang layak untuk meneruskan kesimpulan audit dari
tanggal interim sampai ke akhir periode.

ISA 330.23

Jika salah saji yang tidak diperkirakan auditor ketika menilai risiko salah saji yang
material, didteksi pada tanggal intern, auditor wajib mengevaluasi apakah penilaian
risiko tersebut dan sifat, waktu, dan luasnya prosedur substantf yang direncanakan
untuk mencakup periode tersisa, harus dimodifikasi.

Prosedur subsatantif dirancang oleh auditor untuk mendeteksi salah saji yang
material pada tingkat asersi. Ada dua jenis prosedur substantive yaitu:

o Test of Details (Uji Rinci)


Sebagai prosedur substantive, uji rinci ini melihat substansinya dengan
menganalisis rincian atau detailnya. Uji ini dipakai untuk mengumpulkan
bukti audit yang memastikan angka dalam laporan keuangan berkenaan
dengan asersi asersi existence.
o Substantive Analytical Procedures (Prosedur Analitikal Substantif)
Sebagai prosedur substantif melihat substantive angka dalam laporan
keuangan. Perbedaannya, prosedur ini menggunakan hubungan antara data
keuangan dan data non keuangan yang dapat diperkirakan. Prosedur ini
umumnya diterapkan pada transaksi yang besar volumenya karena dalam
kurun waktu yang cukup panjang dapat diprediksi.
d. Uji Rinci (Test of Details)

Dalam menentukan prosedur substantif mana yang paling tepat


menanggapi risiko yang dinilai ( assessed risks), auditor dapat melaksanakan:
o Uji rinci(tests of details) saja; atau
o Kalau tidak ada salah saji material yang signifikan,prosedur analitikal
substantif (substantive analytical procedures ) saja ; atau
o Kombinasi uji rinci dan prosedur analitikan substantif.
e. Melaksanakan Prosedur Substantif pada Tanggal Interim

Istilah untuk tanggal interim yaitu tanggal sebelum akhir tahun yang
dipilih auditor untuk melaksanakan suatu prosedur audit. Contoh: tahun buku
berakhir tanggal 31 Desember ini merupakan period-end date atau year-end
date. Jika auditor memutuskan melaksanakan di tengah tahun, seperti 21
September, tanggal ini adalah interim date (tanggal interim).

Ketika prosedur substantif dilaksanakan pada tanggal interim, auditor


wajib melaksanakan prosedur substantif selanjutnya, atau prosedur substantif
yang di kombinasiakn dengan uji pengendalian untuk periode tersisa.

Pelaksanaan prosedur-prosedur ini akan memberikan dasar yang layak


untuk menarik kesimpulan audit dari tanggal interim, ke tanggal akhir tahun,
dan mengurangi resiko tidak terdeteksinya salah saji pada akhir periode.
Namun, jika prosedur substantif saja tidak cukup, pengujian terhadap
pengendalian yang relevan juga harus dilaksanakan.

f. Prosedur Audit untuk Periode Sisa

Periode antara interim date sampai dengan year-end date disebut


dengan remaining period (periode sisa atau periode tersisa).

Ketika prosedur audit dilaksanakan pada tanggal interim:

o Bandingkan informasi pada akhir tahun / periode dengan informasi terkait /


pembanding (comparable information) pada tanggal interim
o Identifikasi angka-angka yang kelihatannya janggal atau tidak umum
(unusual).
o Sewaktu merencanakan prosedur analitikal substantif, lihat apakah perkiraan
saldo akhir tahun / periode dari jenis transaksi atau akun tertentiu memang
dapat dibuat; dan
o Perhatikan prosedur entitas untuk menganalisis dan menyesuaikan jenis
transaksi atau saldo akun pada tanggal interim, untuk memastikan entitas telah
melakukan proses pisah batas akuntansi dengan benar ( proper accounting
cutoffs).
g. Prosedur Substantif yang Dilaksanakan dalam Periode yang Lalu

Penggunaan bukti audit yang diperoleh melalui prosedur substantif


yang dilaksanakan dalam periode yang lalu, dapat dimanfaatkan dalam
perencanaan audit tahun ini. Namun, prosedur substantif yang dilaksanakn
dalam periode yang lalu lazimnya tidak atau sedikti sekali memberi bukti
audit untuk tahun berjalan.

Konfirmasi Eksternal

Mengenai tujuan prosedur permintaan konfirmasi eksternal ( external


confirmations), ISA 505.5 menyatakan:

“Tujuan auditor dalam menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, ialah merancang


dan melaksanakan prosedur untuk memperolehbukti audit yang relevan dan andal.”

Sedangkan ISA 505.7, berkenaan dengan prosedur permintaan konfirmasi


eksternal, menegaskan:

Sewaktu menggunakan prosedur konfirmasi eksternal, auditor wajib mengendalikan


seluruh proses permintaan konfirmasi, termasuk:

a. Menentukkan informasi yang harus dikonfirmasi atau diminta


b. Memilih siapa yang akan dimintakan konfirmasinya
c. Merancang permintaan konfirmasi, termasuk menentukkan siapa/pada tingkat
apa yang dituju dan informasi yang langsung disampaikan kepada auditor.
d. Mengirimkan formulir konfir,asi, termasuk permintaan informaso tidak lanjut,
jika diperlukan kepada pihak yang dimintakan konfirmasinya.

ISA 505.8

Jika manajemen melarang auditor mengirimkan permintaan konfirmas, auditor wajib:

a. Menanyakan kepada manajemen, apa alasan pelarangan tersbeut, dan


mengupayakan memperoleh bukti audit mengenai keabsahan dan kelayakan
saldo akun yang bersangkutan.
b. Mengevaluasi implikasi dari penolakan tersebut terhadap penilaian risiko
yang dilakukan auditor mengenai salah saji yang material, termasuk risiko
adanya kecurangan fraud, dan terhadap sifat, waktu, dan luasnya prosedur
audit lainnya; dan
c. Laksanakan prosedur audit alternatif (alternative audit procedures) yang
dirancang untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal.

ISA 505.9

Jika auditor menyimpulkan bahwa alasan melarang auditor mengirimkan


permintaan informasi tersebut adalah tidak wajar, atau auditor tidak dapat
memperoleh bukti audit yang relevan dan andal dengan prosedur audit alternatif,
auditor wajib mengomunikasikan dengan TCWG '(those charged with
governance) sesuai dengan ISA 705.

ISA 505.10

Jika auditor mengidentifikasi faktor-faktor yang menimbulkan keraguan


mengenai keandalan jawaban konfirmasi, auditor wajib memperoleh bukti audit
selanjutnya untuk mencari penyelesaian atas keraguan tersebut.

ISA 505.11
Jika auditor menyimpulkan bahwa jawaban konfirmasi tidak andal/tidak dapat
dipercaya auditor wajib mengevaluasi implikasinya terhadap penilaian risiko yang
dilakukan auditor mengenai salah saji yang material, termasuk risiko adanya
kecurangan froud, dan terhadap sifat waktu. dan luasnya prosedur audit lainnya.

ISA 505.12

Setiap kali auditor tidak memperoleh jawabn konfirmasi, ia wajib melakukan


prosedur audit alternative untuk memperoleh bukti audit yang relevan dan andal.

ISA 505.13

Jika auditor menentukan bahwa jawaban untuk permintaan konfirmasi positif


memang diperlukan untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat, maka
prosedur audit alternative tidak akan digunakan (karena tidak memberikan bukti
audit yang diperlukan auditor). Jika auditor tidak memperoleh jawaban
konfirmasi, auditor wajib menentukkan implikasinya terhadap audit dan opini
auditor sesuai dengan ISA 705.

ISA 505.14

Auditor wajib menyelidiki jawaban konfirmasi yang berisi


penolakan/pengecualian untuk menentukkan apakah exceptions tersebut
merupakan indikasi salah saji.

ISA 505.15

Konfirmasi negative memberikan bukti audit yang kurang persuasive


dibandingkan dengan bukti audit yang diberikan oleh konfirmasi positif. Oleh
karena itu, auditor tidak menggunakan permintaan konfirmasi negative sebagai
satu-satunya prosedur audit substantid dalam menanggapi risiko salah saji
material yang dinilainya pada tingkat asersi kecuali jika semua yang disebutkan
dibawah dilaksanakan:
a. Auditor telah menilai bahwa risiko salah saji rendah dan sudah memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat mengenai berfungsinya pengendalian
mengenai asersi terkait
b. Populasi dari mana sammpel akan dipilih untuk prosedur konfirmasi negatif,
terdin atas banyak item yang masing-masingnya bernilai kecil.
c. Auditor memperkirakan akan menerima sedikit sekali pengecualian (low
exception rote) terhadap informasi yang dikonfirmasi.
d. Auditor tidak mempunyai alasan/bukti bahwa pihak yang dimintakan
konfirmasi negative akan mengabaikan permintaan tersebut.

ISA 505.16

Auditor wajib mengevaluasi apakah hasil dari prosedur konfirmasi eksternal


memberikan bukti audit yang relevan dan andal, atau apakah bukti audit tambahan
diperlukan. Konfirmasi eksternal sering digunakan dalam hubungan dengan saldo
akun (biasanya aset), namun tidak perlu dibatasi pada item ini. Konfirmasi eksterinal
sering digunakan untuk membuktikan lengkapnya suatu utang atau kewajiban dan
eksistensi/adanya suatu aset. Konfirmasi cksternal juga dapat memberikan bukti
apakah angka-angka telah dicatat dengan akurat dan dalam periode yang benar (asersi
mengenai pisah batas atau (cut off). Konfirmasi tidak atau kurang relevan dalam
menanggapi soal penilaian (valuation) seperti dapat ditagihnya piutang atau
persediaan yang usang fobsolete inventory). Situasi di mana prosedur konfirmasi
cksternal memberikan bukt audit yang relevan antara lain:

o Saldo bank dan informasi lain yang relevan dimana menggambarkan


hubungan entitas dengan bank
o Saldo piutang dan syarat-syarat pinjaman
o Persediaan yang disimpan pihak ketiga seperti bonded warehouse atau barang
konsinyasi
o Akta yang menandakan keepemilikan atas tanaah dan bangunan yang
dipegang oleh pengacara, bank, custodian dan disimpan sebagai jaminan.
o Investasi yang dipegang pihak ketiga yang memberikan jasa penyimpanan
atau investasi yang dibeli oleh pemegang saham namun sampai tanggal neraca
belum diserahkan
o Jumlah yang terutang kepada peminjam termasuk syarat-syarat relevan
mengenai pembayaran kembali dan ketentuan yang bersifat membatasi
o Saldo utang dagang dan syarat2nya.

Anda mungkin juga menyukai