Anda di halaman 1dari 7

Analisis CSR PT.

Vale di Indonesia

Komunikasi bukan saja antar manusia, namun juga terdapat komunikasi dengan lingkungan
yaitu saat manusia memaknai lingkungan dan lingkungan juga memaknai dalam bentuk respon tertentu
(Yenrizal, 20017). Adanya hubungan yang saling membutuhkan antara manusia dan alam seperti
simbiosis mutualisme dimana manusia membutuhkan alam dan lingkungan untuk bertahan hidup dan
manusia diberi tugas untuk menjaga kelestarian alam. Namun, sampai pada saat ini lingkungan masih
saja tidak dipedulikan dan bahkan di rusak oleh manusia dan bahkan organisasi untuk mendapatkan
keuntungan.

Seiring berjalannya waktu, muncullah berbagai kampanye untuk mengkomunikasikan masalah


lingkungan dan disebut "komunikasi lingkungan". Menurut Robert Cox dalam bukunya 'Environmental
Communication and Public Sphare', komunikasi lingkungan adalah alat pragmatis dan konstitutif untuk
mengajarkan, mengajak, mendorong, atau memberitahukan seseorang untuk peduli terhadap
lingkungannya dan bagaimana kita menjaga hubungan dengan lingkungan. Selain itu komunikasi
lingkungan juga berfungsi untuk membentuk persepsi kita terhadap realitas kondisi lingkungan kita saat
ini.

Dalam penelitian Piotr dikatakan bahwa "Traditionally, environmental protection has been considered
to be "in the public interest" and external to private life. Governments have assumed focused on
creating and preserving a safe environment. They have directed the private sector to adopt
environmentally sound behavior through regulations, sanctions and occasionally, incentives. When
environmental problems have arisen, the public sector has generally born the responsibility for
mitigation of environmental damage. . In this approach, some have contended that unrestricted private
sector behavior has been considered as presenting the environmental problem".

Pemerintah sendiripun sudah menetapkan bahwa komunikasi lingkungan sangatlah penting. penelitian
ini berasal dari Washington DC. Lalu bagaimana dengan Indonesia yang terkenal dengan keindahan dan
kesuburan tanahnya. Perusahaan-perusahaan luar kerap kali memanfaatkan hal tersebut hamun mereka
harus memahami bahwa terdapat tanggungjawab perusahaan yang mereka harus jalani yaitu berkaitan
dengan lingkungan.

Ada berbagai macam perusahaan tambang di Indonesia seperti PT.Freeport, PT. Antam (Aneka
Tambang), dan PT. Vale. Pada tulisan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai CSR PT.Vale terhadap
lingkungan PT. Vale merupakan perusahaan tambang Nikel yang berada di Sorowako, Sulawesi Selatan.
Pada tahun 1901 warga negara Belanda bernama Kryut menemukan bijih nikel di pegunungan Verbeek,
yang mengitari Desa Sorowako. Ahli geologi Inco Limited, Flat Eles, pada tahun 1937 kemudian
melakukan penelitian tentang endapan nikel tersebut.

Baru di tahun 1968, perusahaan INCO resmi melakukan kontrak kerja selama tiga puluh tahun.
Kemudian tahun 2006 Inco diakuisisi oleh PT Vale hingga sekarang (http://travel.kompas.com). Seiring
berjalannya waktu, perusahaan tersebut mulai beroperasi dan menimbulkan kerugian seperti
perubahaan hidrologi air, beberapa atap rumah menggunakan seng terlihat usang dan berkarat karena
zat yang keluar dari asap hasil produksi, penebangan hutan karena diindikasi terdapat kandungan nikel,
dan perubahan cuaca akibat penebangan lahan hijau.

Meski tak sesempurna kondisi awal, namun, berbagai upaya dikerahkan guna mengembalikan alam
Sorowako menjadi serupa awalnya. Upaya ini merupakan salah satu bentuk Corporate Social
Responsibility dari PT.Vale, program-program tersebut adalah reklamasi lahan. Beberapa tahapan
reklamasi lahan yang telah dikerjakan perusahaan tambang tersebut. Mulai dari pengurukan lahan yang
selama ini dikeruk, mengembalikan unsur hara tanah agar dapat tanaman dapat tumbuh dan subur serta
penanaman kembali tumbuhan-tumbuhan epidemi Sorowako.

Kegiatan CSR tersebut memiliki tujuan untuk memperbaiki lingkungan dari dampak negatif yang
ditimbulkan dari hasil produksi tambang nikel PT.Vale. Dalam mengkomunikasikan program CSR yang
dibuat oleh PT. Vale, mereka memanfaatkan media konventional dan online untuk menginformasikan
kepada masyarakat mengenai CSR lingkungan yang telah dibuat oleh mereka. Media dan pemberitaan
tersebut antara lain;

Perusahaan Tambang Bangun Taman Demi Lingkungan (CNN Indonesia)

Area Bekas Tambang Nikel Ini Disulap Jadi Taman, Ada Rusa Hingga Truk Raksasa (Detik.com)

Jaga Kelestarian Tumbuhan Andemik (Mangobay.co.id)

PT. Vale memanfaat media-media tersebut untuk menyampaikan kepada masyarakat bahwa
perusahaan tersebut tidak hanya menimbulkan dampak negatif tapi juga memiliki bentuk kegiatan
untuk memperbaiki lingkungan. Media konventional seperti koran lebih dimanfaatkan oleh PT. Vale
karena sebagian masyarakat yang tinggal di daerah tersebut merupakan orangtua dan lanjut umur
sehingga masih membaca media konventional. Selain itu untuk membentuk reputasi perusahaan berita
dari media konventional, para media yang mempunyai portal online juga memposting berita tersebut
secara online. Namun, hal ini masih dirasa kurang oleh penulis.

Karena stakeholder PT.Vale bukan hanya pada daerah tersebut tapi juga pada masyarakat Indonesia.
Setelah dilakukan pengamatan terhadap website dari PT.Vale, perusahaan tersebut telah menyertakan
anual report yaitu laporan tahunan yang berisikan kegiatan apa saja yang sudah dilakukan dan bentuk
tanggungjawab yang sudah dijalankan oleh perusahaan. Dalam website tersebut juga terdapat video-
video yang memperlihatkan kegiatan atau proses dalam melakukan CSR lingkungan. Tidak hanya itu,
PT.Vale mengkomunikasikan programnya lewat event-event yang diadakan baik itu dengan mengajak
masyarakat turut serta dalam memelihara lingkungan ataupun event hiburan namun dengan tambahan
informasi mengenai program yang sudah dijalankan.
Karena tindakan "penggundulan" lahan hijau di daerah tersebut oleh PT.Vale, beberapa masyarakat juga
memanfaatkan keadaan tersebut dengan menebang pohon untuk keperluan individu mereka. Dengan
begitu mereka akan merasa aman karena didaerah tersebut akan menjadi tempat dari program
reklamasi dari PT.Vale. tindakan mereka akan tertutupi dengan program tersebut. Namun hal itu adalah
sebuah tindakan yang merugikan tidak hanya bagi manusia, namun bagi lingkungan dan perusahaan
juga.

Namun faktanya, masalah lingkungan tidak hanya pada tanah dan lahan hijau di daerah tersebut.
Daerah tambang banyak mendapatkan dampak negatif seperti polusi udara dan air. Sungai-sungai kecil
yang bermuara ke Danau Matano, juga berubah. Anak sungai di samping rumah sakit perusahaan,
membelah pemukiman warga di Sorowako, berhulu di pabrik, saat hujan air berwarna keruh dan
membawa lumpur. Alhasil, tepian danau berlumpur dan menghilangkan beberapa spesies kerang
(Mangobay.co.id).

Koran online lokal didaerah tersebut menyebutkan bahwa polusi udara sangat mengganggu masyarakat
setempat. "asap dan debu perusahan bertebaran di udara sehingga mata terasa perih, ketika menghirup
udaranya, bahkan terasa bau tak sedap, menyengat hidung" (palopopos.co.id). Seperti yang nampak
pada gambar disampimg terlihat asap berwarna hitam keluar dari cerobong pabrik bertebaran di udara,
di tambah lagi debu yang di sebabkan aktivitas kendaraan PT Vale melintasi di area perusahan di
jembatan flyover jalan poros Malili-Sorowako bertebaran, mengakibatkan penyakit mudah menyerang
tubuh.

Akibatnya, sejumlah masyarakat mengeluhkan adanya pencemaran udara tersebut. Hal ini diperkuat
pernyataan salah satu warga, sebut saja Akil warga Sorowako, mengatakan, setiap dia keluar rumah dan
hendak beraktivitas dirinya merasa terganggu dengan aktivitas pabrik tersebut (Palopopos.co.id)

Tidak adanya tindakan untuk menangani masalah polusi udara yang mengganggu masyarakat dinilai ada
penyelewangan. Harusnya dalam melakukan CSR, PT. Vale mampu menangani semua masalah
lingkungan yang ditimbulkannya. Tidak hanya berfokus yang kasat mata seperti lahan hijau dan tanah,
tapi juga polusi udara akibat asap yang ditimbullkannya.

Walaupun PT. Vale telah membangun rumah sakit untuk mensejahterakan masyarakat yang
membutuhkan fasilitas kesehatan, namun bagaimana dengan kontribusinya dengan lingkungan. PT. Vale
memilih mengalihkan masalah lingkungan yang satu dengan memperbaiki masalah lingkungan lainnya.
Kemudahan untuk menjangkau masalah lingkungan pada lahan hijau dan yang ada didarat diperkirakan
menjadi alasan. Masalah polusi udara memang sulit untuk diperbaiki karena mengingat terbatasnya alat
yang dapat membuat hal itu berhasil. Namun sebagai perusahaan yang bertanggungjawab dengan
lingkungan, PT.Vale harus memperbaiki masalah lingkungan itu. Hal tersebut juga bisa dilakukan dengan
mengkomunikasikan himbauan terhadap jarak-jarak aman yang bisa digunakan oleh masyarakat agar
tidak terkena polusi tersebut.

Oleh karena itu dalam tulisan ini, solusi yang dapat diberikan adalah memanfaatkan seluruh
bentuk komunikasi yang ada terutama dalam menumpas kebiasaan buruk "baru" yang dimiliki
oleh sebagian masyarakat yaitu menebang pohon sembarangan didaerah yang diolah oleh
PT.Vale. pemanfaat poster dan pamphlet pinggir jalan dapat membuat informasi tersebut sampai
ke masyarakat. Atau bisa juga dengan menggunakan cara tradisional seperti melakukan dialog
kepada masyarakat untuk membicarakan kesepakatan agar menghindari konflik dan dapat
bersama-sama menjaga lingkungan dari kerusakan yang berkepanjangan.

Dalam buku Roberst Cox dituliskan ada banyak cara untuk melakukan komunikasi lingkungan
seperti menggunakan retorika, media dan jurnalis, menggunakan bentuk diskusi, lewat iklan,
resolusi konflik, komunikasi krisis, atau menyebarkan pesan lingkungan lewat budaya-budaya
pop yang sedang ada pada zaman ini. Sehingga tidak ada alasan bagi organisasi untuk diam tidak
melakukan komunikasi lingkungan. PT.Vale juga harusnya bisa membuka ruang publik untuk
mendengar keluhan-keluhan masyarakat tentang pengolahan atau produksi dari perusahaan. Pada
intinya adalah komunikasi lingkungan merupakan hal yang diperlukan oleh sebuah organisasi.

Disisi lain mereka harus bertanggungjawab kepada lingkungan yang menjadi sumber dari produk
olahan perusahaan. Tanpa harus menunggu bencana alam dan hal-hal yang merugikan lainnya,
manusia harus terlebih dahulu sadar bahwa lingkungan membutuhkan kelestarian jangka panjang
yang juga untuk kepentingan bersama. Dengan komunikasi lingkungan, prinsip ini akan disebar
sehingga bukan saja sebagian orang atau organisasi yang melakukannya tapi semua lapisan
masyarakat diseluruh dunia.

 
TEMPO.CO, Palu - Senior Manager Communications PT Vale Indonesia Bayu Aji mengatakan, kerjasama
PT Vale Indonesia dengan Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah sudah sesuai dengan mekanisme dan
undang-undang yang berlaku di Indonesia. "Mekanisme hibah yang disalurkan oleh PT Vale kepada
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah telah melalui proses tata kelola perusahaan," ujarnya melalui surat
klarifikasi yang ditujukan kepada Tempo, Selasa, 13 Desember 2016.

Menurut Bayu, PT Vale Indonesia adalah perusahaan terbuka dan terikat sejumlah peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Indonesia maupun di dunia internasional. Penerimaan dana
berupa hibah dari pihak ketiga kepada pemerintah daerah termasuk salah satu sumber penerimaan
daerah yang diperkenankan oleh ketentuan peraturan perundang-undangan, khususnya Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Hibah Daerah dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintah Daerah.

“Dengan demikian, pemberian hibah tersebut bukan merupakan sesuatu yang melawan hukum karena
telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,” kata Bayu.

Rujukan lainnya, kata Bayu, adalah Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan
Terbatas, serta Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Penerimaan
Sumbangan Pihak Ketiga Kepada Daerah.

Bayu menegaskan, tidak ada ketentuan yang melarang pemberian dana untuk kegiatan CSR dan atau
ComDev dilakukan melalui mekanisme hibah. “Tujuan dilakukannya hibah dalam hal ini justru agar
pemberian, pengalokasian dan penggunaan dananya transparan, terarah dan akuntabel," ucapnya. Ia
mengatakan PT Vale siap untuk berkoordinasi dengan pihak terkait untuk menjelaskan hal tersebut.

Sebelumnya, Lembaga Swadaya Masyarakat Front Pemuda Peduli Daerah (FPPD) Sulawesi Tengah
melaporkan Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola ke Komisi Pemberantasan Korupsi. Longki
dilaporkan terkait dugaan korupsi dana Coorporate Social Responsibility (CSR) PT Vale Indonesia senilai
Rp 11,7 miliar dan belasan kasus proyek lainnya.

Dalam laporan ke KPK bernomor 87808 tanggal 09 Desember 2016, FPPD menduga Longki telah
mencederai hak-hak rakyat mendapatkan dana CSR atas beroperasinya perusahaan yang mengolah
sumber daya alam di wilayah setempat.

Dalam laporan itu, kata Ketua FPPD, Eko Arianto, Longki diduga melakukan konspirasi jahat terhadap
penggunaan dana CSR dari PT Vale Indonesia, yang diterima pada 14 Januari 2016. Dana itu tidak
digunakan untuk pembangunan berkelanjutan, tapi melenceng. Bahkan sarat dengan banyak
kepentingan.

Berdasarkan data yang dihimpun FPPD, terlihat jelas cara distribusi dana CSR ke 14 SKPD dan Biro
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah. Distribusi dana tidak bersentuhan dengan substansi kepentingan
dan kebutuhan rakyat secara langsung.

Penandatanganan serah terima dana CSR dilaksanakan di ruang kerja Wakil Gubernur (almarhum)
Sudarto. Direktur PT Vale Indonesia, Nikolas D. Karter, dengan tegas menyebutkan dana Rp 11,7 miliar
itu adalah bagian dari program CSR perusahaan untuk membantu masyarakat Sulawesi Tengah dan telah
dicanangkan sejak 2015.

Namun, berdasarkan kesepakatan yang diteken Pemerintah Propinsi Sulawesi Tengah dengan PT Vale
Indonesia, dana CSR yang menjadi tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat Sulawesi Tengah
diubah menjadi dana hibah. Atas dasar itulah, pemerintah provinsi kemudian mengelola dana itu secara
langsung.

Pengelolaan dana itu dilakukan dengan menggunakan alas hukum dana hibah. Dana CSR itu juga
dijadikan sebagai pendapatan daerah dari sektor lain lain. Setelah itu pemerintah Sulawesi Tengah
memasukkan dana itu kedalam batang APBD Perubahan 2016 sebelum didistribusikan ke SKPD.

Cara pengelolaan dana CSR itu ditentang oleh sejumlah anggota DPRD Sulawesi Tengah. Mereka
menolak dana CSR dimasukan ke dalam APBD Perubahan tahun 2016. Sebab peralihan dana CSR
menjadi dana hibah tidak punya dasar hukum.

Dalam laporan FPPD ke KPK juga mencantumkan hasil investigasi dan bukti pelaporan soal beberapa
proyek yang terindikasi korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN). Beberapa proyek bermasalah itu diduga
melibatkan Longki. Proyek-proyek tersebut adalah:

1. Proyek Pengadaan KTP Kabupaten Parigi Moutong tahun 2004, senilai Rp 8 miliar, kontraktor PT
Utama Beton.

2. Proyek Pembangunan Pasar Sentral Parigi senilai Rp 46 miliar (secara bertahap), kontraktor PT
Waskita Karya.

3. Proyek pembangunan Pasar Kota Raya bertahap Rp 10 miliar.

4. Pembangunan Kantor Bupati Parimo dengan total nilai Rp 74 miliar. Dikerjakan oleh PT Global.

5. Pembangunan Gedung DPRD Parimo senilai Rp 32 miliar.

6. Pengadaan mobil pembakaran sampah Rp 1,8 miliar.

7. Pengadaan spare parts alat berat di Towera, senilai Rp 1,5 miliar.

8. Pembangunan Terminal Tiboli Rp 12 miliar (bertahap).

9. Pembangunan Jembatan Ponulele Rp 50 miliar.

10. Pembangunan Balai Sungai Napu Rp13 miliar.

11. Pengadaan Mobil Pick Up 10 unit Rp 1,4 miliar.

12. Rehabilitasi lahan dan hutan sejak tahun anggaran 2011-2013, lokasi tersebar di seluruh daerah di
Sulawesi Tengah, terutama di Taman Lore Lindu, Lembah Bosowa.

Sementara itu, Longki mengatakan dana bantuan dari PT Vale diterima berdasarkan MoU antara
pemerintah daerah dan PT Vale. Dana itu dimasukan ke kas pemerintah daerah dan telah dibuat
peraturan daerah melalui DPRD berkaitan dengan APBD Perubahan 2016. “Terima kasih dengan
laporan-laporan mereka (FPPD)," katanya saat dihubungi Tempo, Ahad, 11 Desember 2016.
Longki menjelaskan, uang itu digunakan sesuai ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku.
“Apanya yang di korupsi," ujarnya.

Ihwal dugaan korupsi anggaran proyek lain, menurut Longki, bisa dilihat setelah ada pemeriksaaan KPK
atau pemeriksaan dari mana saja. "Tuduhan korupsi yang lain itu masih bagian dari ketidakpuasan dari
kelompok tertentu waktu pilkada lalu," ucap Longki.

Burase, Amar, Kasus Dana CSR di Sulteng, Ini Penjelasan PT Vale Indonesia, Tempo,

https://nasional.tempo.co/read/827568/kasus-dana-csr-di-sulteng-inipenjelasan-pt-vale-
indonesia/full&view=ok, diakses pada tanggal 9 Januari 2018.

Moga, M. D. (2019). Kewajiban Corporate Social Responsibility (CSR) oleh Korporasi yang Berimplikasi

Tindak Pidana Korupsi. Halu Oleo Law Review, 3(1), 1-15.

Keterkaitan HIBAH CSR yang berdampak dengan Tindakan Korupsi

Anda mungkin juga menyukai