Anda di halaman 1dari 6

CORPORATE GOVERNANCE

Kasus Penerapan Good Corporate Governance pada PT Bank Century Tbk

KELOMPOK 3

Adek Wahyu Diantari Wangsa 1807511109


I Gusti Ayu Agung Virna Pryanka 1807511115
Anak Agung Rika Prahastiwi 1807511128
Leony Puspitha Sari 1807511139

PROGRAM MERDEKA BELAJAR

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2020
1. PROFIL BANK CENTURY

Bank Century (sebelumnya dikenal dengan Bank CIC) didirikan pada Mei 1989. Pada 6
Desember 2004 Bank Pikko dan Bank Danpac menggabungkan diri ke Bank CIC. Pada 28
Desember 2004, Bank CIC berganti nama menjadi Bank Century. Sejak 21 November 2008
diambil alih oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)  dan berubah nama menjadi PT Bank
Mutiara Tbk. Hasil merger tiga bank yaitu Bank Pikko, Bank Danpac, dan Bank CIC menjadi
Bank Century yang sebelum merger ketiga bank tersebut didahului dengan adanya akuisisi
Chinkara Capital Ltd yang berdomisili hukum di Kepulauan Bahama dengan pemegang
saham mayoritas adalah Rafat Ali Rizvi.

2. KRONOLOGI KASUS BANK CENTURY


Krisis yang dialami Bank Century bukan disebabkan karena adanya krisis global,
tetapi karena disebakan permasalahan internal bank tersebut. Permasalahan internal tersebut
adalah adanya penipuan yang dilakukan oleh pihak manajemen bank terhadap nasabah
menyangkut:
A. Penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8 Trilliun (nasabah Bank Century sebesar
Rp 1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4
Triliiun)
B. Penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia. Dimana
produk tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam LK.
Kedua permasalahan tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi nasabah Bank
Century. Dimana mereka tidak dapat melakukan transaksi perbankan dan uang mereka pun
untuk sementara tidak dapat dicairkan.
Kasus Bank Century sangat merugikan nasabahnya. Dimana setelah Bank Century
melakukan kalah kliring, nasabah Bank Century tidak dapat melakukan transaksi perbankan
baik transaksi tunai maupun transaksi nontunai. Setelah kalah kliring, pada hari yang sama,
nasabah Bank Century tidak dapat menarik uang kas dari ATM Bank Century maupun dari
ATM bersama. Kemudian para nasabah mendatangi kantor Bank Century untuk meminta
klarifikasi kepada petugas Bank. Namun, petugas bank tidak dapat memberikan jaminan
bahwa besok uang dapat ditarik melalui ATM atau tidak. Sehingga penarikan dana hanya bisa
dilakukan melalui teller dengan jumlah dibatasi hingga Rp 1 juta. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran nasabah terhadap nasib dananya di Bank Century.
Setelah tanggal 13 November 2008, nasabah Bank Century mengakui transksi dalam
bentuk valas tidak dapat diambil, kliring pun tidak bisa, bahkan transfer pun juga tidak bisa.
Pihak bank hanya mengijinkan pemindahan dana deposito ke tabungan dolar. Sehingga uang
tidak dapat keluar dari bank. Hal ini terjadi pada semua nasabah Bank Century. Nasabah bank
merasa tertipu dan dirugikan dikarenakan banyak uang nasabah yang tersimpan di bank
namun sekarang tidak dapat dicairkan.Para nasabah menganggap bahwa Bank Century telah
memperjualbelikan produk investasi ilegal.Pasalnya, produk investasi Antaboga yang
dipasarkan Bank Century tidak terdaftar di Bapepam-LK. Dan sudah sepatutnya pihak
manajemen Bank Century mengetahui bahwa produk tersebut adalah illegal.
Hal ini menimbulkan banyak aksi protes yang dilakukan oleh nasabah. Para nasabah
melakukan aksi protes dengan melakukan unjuk rasa hingga menduduki kantor cabang Bank
Century. Bahkan para nasabah pun melaporkan aksi penipuan tersebut ke Mabes Polri hingga
DPR untuk segera menyelesaikan kasus tersebut, dan meminta uang deposito mereka
dikembalikan.Selain itu, para nasabah pun mengusut kinerja Bapepam-LK dan BI yang
dinilai tidak bekerja dengan baik.Dikarenakan BI dan Bapepam tidak tegas dan menutup
mata dalam mengusut investasi fiktif Bank Century yang telah dilakukan sejak tahun 2000
silam. Kasus tersebut pun dapat berimbas kepada bank-bank lain, dimana masyarakat tidak
akan percaya lagi terhadap sistem perbankan nasional. Sehingga kasus Bank Century ini
dapat merugikan dunia perbankan Indonesia.
3. PELANGGARAN GCG YANG DILAKUKAN OLEH BANK CENTURY
Prinsip Good Corporate Governance (GCG) merupakan dasar yang penting dalam
praktek pengelolaan perusahaan di Indonesia. Prinsip tersebut dapat dijadikan pedoman oleh
perusahaan-perusahaan di Indonesia guna meningkatkan performa kerja perusahaan pada
setiap sisinya. Dalam hal ini Dewan Direksi dan Dewan Komisaris merupakan
penanggungjawab atas apapun kesalahan yang terjadi dalam sebuah perusahaan sesuai
dengan tata kelola perusahaan dalam Good Corporate Governance. Karena tugas dari Dewan
Direksi itu sendiri mempunyai tugas yaitu memilih sumber daya dengan efektif dan efisien
serta mengelola perusahaan. Sedangkan Dewan Komisaris itu sendiri bertugas mengawasi
tugas-tugas yang dilakukan oleh para anggota Dewan Direksi.
Pada kasus Bank Century ini kesalahan terjadi akibat permasalahan internal bank
dimana hal tersebut dilakukan oleh pihak manajemen bank tersebut yang menipu para
nasabah. Penipuan tersebut berupa penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8 Trilliun
dimana dana dari nasabah Bank Century sebesar Rp 1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas
Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4 Triliiun. Selain itu juga adanya penjualan reksa dana fiktif
produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia, dimana produk tersebut tidak memiliki izin BI
dan Bappepam LK. Dapat dilihat bahwa dalam hal ini terjadi kelalaian dalam pengawasan
internal Bank Century itu sendiri sehingga mengakibatkan kerugian yang dialami oleh para
nasabah.

4. PENYELESAIAN KASUS BANK CENTURY


Kasus Bank Century merupakan kasus yang sudah tak asing lagi di Indonesia, dalam
hal ini pemerintah seharusnya lebih tegas lagi dalam mengusut kasus ini agar kasus ini dapat
segera diselesaikan. Kami melihat kasus Century dari awal sampai saat ini belum
menemukan hasil yang sebenarnya yang dikeluarkan oleh Panitia Khusus (Pansus) Century.
Sampai dengan informasi terakhir penanganan Kasus Hak Angket Bank Century yang sedang
berjalan menurut saya DPR sudah seharusnya mengeluarkan hak angket terhadap kasus bank
century yang disebut – sebut sedang mengalami krisis global. Dan khususnya Pansus Hak
Angket tersebut harus senantiasa bersikap seobjektif mungkin dalam menyelesaikan
persoalan ini dan melihat fakta yang ada serta memamg fakta tersebut terbukti benar adanya
dan tidak merupakan sebuah kebohongan untuk menjatuhkan salah satu pihak demi
kepentingan pansus sendiri, sehingga nanti apa yang telah disampaikan oleh pansus bisa
bertanggungjawabkan terhadap semua pihak yang terkait yang diduga bermasalah dengan
keputusan untuk mengalirkan dana yang dikuncurkan kepada Bank Century pada saat itu.
Dalam pemberian talangan dana, Lembaga Penjamin seharusnya tetap mengawasi
kemana alur dana tersebut disampaikan, Lembaga Penjamin juga harus mamastikan bahwa
dana tersebut diberikan kepada Nasabah yang ingin manarik dananya saat itu. Selain itu
Lembaga Penjamin harus bersikap transparansi pada publik saat pengucuran dana talangan
pada bank century agar penggelapan dana atau korupsi tidak terjadi. Keadilan juga harus
tetap disamaratakan, jangan hanya karena Sri Mulyani ditunjuk sebagai Managing Director
Bank Dunia lalu kasus yang menyangkut dirinya dihilangkan begitu saja. Seperti saat ini,
semenjak ditunjuknya Sri Mulyani sebagai Managing Director Bank Dunia kasus bank
century hilang bagai ditelan bumi, padahal kasus ini belum ada titik temunya dan belum jelas
dana talangan sebesar Rp.6,7 Triliun itu mengalir kemana.

5. ANALISIS KASUS BANK CENTURY

Sampai saat ini, skandal Bail -Out Bank Century masih dibayangi dugaan-dugaan dan
banyak ditemukan kejanggalan-kejanggalan. Kemenangan pasangan SBY Boedioeno
dalam Pilpres 2009 lalu, dicurigai banyak kalangan ada kaitannya dengan dana Penyertaan
Modal Sementara (PMS) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) untuk Bank Century.
Hal ini juga dipaparkan oleh George Junus Aditjondro dalam bukunya “Cikeas Kian
Menggurita”. Dalam buku tersebut disebutkan bahwa asal uang Kampanye SBY-
Boedioeno pada Pilpres 2009 berasal dari Bank Century, Bank Maspion, dan Bank Akita.

Jadi dengan kata lain, keputusan untuk menyediakan dana PMS bagi Bank Century,
bukan hanya dimotivasi untuk menyelamatkan Bank Century yang bermasalah, dan juga
bukan demi menjaga stabilitas ekonomi nasional. Lebih tepatnya, rencana menyelamatkan
Bank Century didorong motivasi untuk menyediakan dana kampanye. Namun
kejanggalan-kejanggalan tersebut seolah dianggap kasat mata berlalu begitu saja.

Maka dari itu untuk menghadapi kasus Bank Century diperlukan kerjasama antara
pemerintah (eksekutif dan legislatif) dan Bank Indonesia, dimana pemerintah seharusnya
bertanggungjawab kepada nasabah Bank Centruty agar uangnya bisa dicairkan. Pihak-
pihak yang terbukti bersalah dalam proses penyelidikan dan penyidikan kasus Bank
Century, harus segera diproses, diadili, dan dijatuhi hukuman yang sepantasnya. Dan BPK
sebagai lembaga yang independen dalam tugasnya harus didukung, khususnya dalam
menelusuri aliran dana PSPJ dan PMS di Bank Century, dan mengumumkan kepada
publik pihak-pihak yang terbukti menerima aliran dana tersebut, lalu audit infestasi BPK
harus dilakukan dengan tuntas dan dibantu oleh Polri, Kejaksaan, Pemerintah dan Bank
Indonesia.
Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Century (Diakses pada tanggal 7 Desember 2020)

http://mahasiswa.me/2017/03/04/kasus-bank-century/ (Diakses pada tanggal 7 Desember


2020)

Anda mungkin juga menyukai