Dosen Pengampu :
Dr. Ni Made Dwi Ratnadi, S.E., M.Si., CA.
RPS 6
“INTERNAL AUDITOR DAN PENILAIAN RISIKO”
Disusun Oleh :
Kelompok 6
Ananda Fitria 1807511041
Nanda Yunita Wulandari 1807511043
Ni Komang Aris Stianingsih 1807511081
Angela Septiani Widya Malok 1807511083
1
memenuhi persyaratan sebagai auditor unit audit internal atau gagal atau tidak cakap
menjalankan tugas.
d) Kepala unit audit internal harus bertanggung jawab kepada direktur utama.
e) Auditor dalam unit audit internal yaitu bertanggung jawab secara langsung kepada
kepala unit audit internal.
Persyaratan auditor internal yang dapat duduk dalam unit audit internal yang
diatur dalam Peraturan Bapepam dan LK No. IX.1.7 setidaknya meliputi :
a) Memiliki integritas dan perilaku yang professional, independen, jujur, dan objektif
dalam melaksanakan tugas.
b) Memiliki pengetahuan serta pengalaman tentang teknis audit dan disiplin ilmu lain
yang berkaitan dengan bidang tugasnya.
c) Memiliki pengetahuan mengenai peraturan perundang-undangan dibidang pasar
modal maupun peraturan perundang-undangan terkait lainnya.
d) Memiliki kecakapan untuk dapat berinteraksi serta berkomunikasi baik secara lisan
maupun tertulis secara efektif.
e) Wajib mematuhi standar profesi yang telah dikeluarkan oleh asosiasi audit internal.
f) Wajib mematuhi kode etik audit internal.
g) Wajib menjaga kerahasiaan nformasi dan/atau data perusahaan terkait dengan
pelaksanaan tugas dan tanggung jawab audit internal kecuali diwajibkan berdasarkan
peraturan perundang-undangan atau putusan pengadilan.
h) Memahami prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang naik dan manajjemen risiko.
i) Bersedia meningkatkan pengetahuan, keahlian, serta kemampuan professional yang
dimiliki secara terus menerus.
2
disarankan, bekerja sama dengan komite audit, menyusun program untuk mengevaluasi
mutu kegiatan audit internal yang dilakukannya serta melakukan pemeriksaan khusus
apabila diperlukan.
3
2.3 PENILAIAN RISIKO DAN MANAJEMEN RISIKO
2.3.1 PENILAIAN RISIKO
Penilaian risiko dapat memudahkan organisasi untuk meminimalkan risiko yang
ada serta mempersiapkan cara mudah yang memenuhi aspek keamanan lingkungan kerja
dan juga menjaga lingkungan kerja yang lebih sehat. Organisasi harus berfokus pada
penciptaan lingkungan kerja yang aman dalam rangka menegakkan citra merek mereka.
Ketika citra perusahaan ternoda, akan sulit untuk dapat merekrut orang-orang yang hebat
dan konsumen tidak akan mau membeli produk atau jasa kita. Ketika karyawan menuntut
bahwa kondisi kerjanya tidak aman atau telah terjadi cedera dalam pekerjaan, hasilnya
bisa menjadi sangat mahal sekali karena telah melibatkan biaya hukum dan sosial.
Dilansir dari healthyworkinglives.com memberikan definisi tentang istilah
penilaian resiko, yaitu “Penilaian resiko adalah metode sistematis dalam melihat aktivitas
kerja, memikirkan apa yang dapat menjadi buruk, dan memutuskan kendali yang cocok
untuk mencegah terjadinya kerugian, kerusakan, atau cedera di tempat kerja. Penilaian
ini harus juga melibatkan pengendalian yang diperlukan untuk menghilangkan,
mengurangi, atau meminimalkan resiko.”. Proses manajemen risiko mengacu pada
standar ISO 31000 : 2018, dapat dikelompokkan menjadi tahap penetapan : (1) lingkup,
konteks, dan kriteria, (2) penilaian risiko, dan (3) tahap perlakuan risiko. Tahap 1 yaitu
penetapan lingkup, konteks dan kriteria telah diuraikan pada artikel sebelumnya.
Makalah ini akan menguraikan tentang penilaian risiko, sebagai tahap lanjutan setelah
tahap 1 disusun. Secara umum, penilaian risiko adalah keseluruhan proses identifikasi
risiko, analisis risiko, dan evaluasi risiko. Penilaian Risiko pada dasarnya merupakan
kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan
sasaran organisasi.
Tujuan penilaian risiko adalah menetapkan kemungkinan terjadinya dan dampak
suatu suatu kejadian yang menghambat pencapaian tujuan atau sasaran organisasi supaya
dapat dilakukan penanganan risiko secara tepat. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui
identifikasi risiko dan analisis risiko. Manfaat penilaian risiko antara lain (1) membantu
pencapaian tujuan organisasi, (2) menjaga kesinambungan pelayanan kepada para
stakeholder, (3) melakukan pelayanan secara efektif dan efisiensi (4) menjadi dasar
penyusunan rencana strategis, dan (5) menghindari terjadinya pemborosan.
Penilaian risiko harus dilakukan secara sistematis, iteratif, dan kolaboratif,
dengan memanfaatkan pengetahuan dan pandangan para pemangku kepentingan.
4
Penilaian risiko harus menggunakan informasi terbaik yang tersedia, dilengkapi dengan
hasil pengamatan lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan. Proses penilaian risiko terdiri
dari tiga unsur yaitu (1) identifikasi risiko, (2) analisis risiko, dan (3) evaluasi risiko.
Metode yang dapat digunakan pada tahap identifikasi risiko antara lain checklist,
pertimbangan sesuai pengalaman dan dokumen, benchmarking, flow charts,
brainstorming, analisis sistem, analisis skenario. FGD, wawancara, kajian dokumen,
observasi, SWOT analisis, Event Tree Analysis, dan survei & kuesioner. Penilaian risiko
yang komprehensif merupakan kombinasi antara metode penilaian kualitatif dan
kuantitatif.
1) Identifikasi Risiko
Output identifikasi risiko berupa profil risiko yang terdiri dari daftar risiko
yang memuat informasi tentang peristiwa risiko, pemilik risiko, penyebab risiko,
kegiatan pengendalian risiko yang sudah ada, dan sisa risiko setiap tindakan atau
kegiatan yang dinilai risikonya. Untuk menghasilkan identifikasi risiko secara
akurat, maka harus menggunakan metode yang tepat dan melibatkan para pemilik
risiko (risk owner). Metode yang tepat akan menghasilkan ketepatan proses
penilaian, sedangkan keterlibatan pemilik risiko diperlukan sebagai pihak yang
mengerti kegiatan dan menjadi pihak yang terkena dampak atas terjadinya risiko.
2) Analisis Risiko
5
adalah untuk memahami risiko yang penting untuk dikelola secara aktif dan
menyediakan data untuk membantu menentukan prioritas penanganan risiko.
Analisis risiko dapat juga dimaknai sebagai suatu proses untuk memahami
karakteristik risiko (probabilitas dan dampak) yang dapat dilakukan secara kualitatif
ataupun kuantitatif untuk menentukan Tingkat (level) risiko (level of Risk) atau
signifikansi setiap risiko. Output analisis risiko yaitu profil risiko. Dalam analisis
risiko, peran pimpinan organisasi sangat diperlukan sehingga mampu mengelola dan
mengendalikan risiko berdasarkan berapa banyak atau tingkat risiko yang dapat
diterima. Tingkat risiko yang dapat diterima adalah batas toleransi risiko dengan
mempertimbangkan aspek biaya dan manfaat.
Level risiko ditentukan oleh dua hal yaitu level frekuensi dan level
konsekuensi. Level risiko yaitu level besar kecilnya atau tingkatan suatu risiko.
Level frekuensi (probabilitas) adalah besar kecilnya kemungkinan terjadinya risiko
atau kekerapan kejadian suatu risiko. Penentuan probabilitas terjadinya suatu event
sangatlah subyektif dan lebih berdasarkan nalar dan pengalaman. Sedangkan level
konsekuensi yaitu besar kecilnya dampak negatif dari suatu risiko.
3) Evaluasi Risiko
Tahap terakhir dalam penilaian risiko yaitu evaluasi risiko. Evaluasi risiko
dimaksudkan untuk membantu proses pengambilan keputusan berdasarkan hasil
analisis risiko. Evaluasi risiko merupakan proses pembandingan antara level risiko
yang ditemukan selama proses analisis dengan kriteria risiko yang ditetapkan
sebelumnya.
6
prioritas risiko ditentukan berdasarkan urutan kategori risiko yang tertinggi hingga
terendah sesuai kategori risiko. d) Apabila masih terdapat lebih dari satu risiko yang
memiliki besaran, area dampak, dan kategori yang sama, maka prioritas risiko
ditentukan berdasarkan judgement pemilik Risiko.
7
biaya pelatihan. Semakin sedikit kecelakaan akan menyebabkan rendahnya tuntutan
hukum, denda atau hukuman serikat pekerja.
• Citra yang positif- Dengan menjauhkan diri dari publikasi negatif akan
menempatkan perusahaan diposisi yang baik di mata publik. Ketika perusahaan
terlihat memiliki komitmen terhadap keamanan, maka bisnis yang lain akan
berusaha untuk menjalin kerjasama dengan brand perusahaan tersebut.
8
mengenai risiko organisasi, dan menghasilkan manajemen yang lebih baik, dan
pengambilan keputusan yang lebih baik (Kleffner et al., 2003).
Sasaran utama dari manajemen risiko adalah untuk mengeliminasi kemungkinan
dari rendahnya penghasilan yang diraih organisasi, dan dapat membantu organisasi
bergerak pada optimalisasi modal dan struktur kepemilikan (Stulz, 2005). Manajemen
risiko diciptakan untuk membantu perusahaan menghadapi berbagai ketidakpastian
dalam mencapai kinerja perusahaan yang ditargetkan oleh pemangku kepentingan.
Keberhasilan manajemen mencapai kinerja ditentukan oleh keberhasilan manajemen
dalam mengelola risiko-risiko yang melekat pada setiap kegiatan bisnis perusahaan.
Perusahaan yang telah memahami dan mengelola risiko dengan baik adalah perusahaan
bisa menarik investor (Nocco dan Stulz, 2006). Manajemen risiko berperan dalam
memberikan jaminan yang wajar terhadap pencapaian sasaran organisasi, memberikan
perlindungan kepada para pemangku jabatan terhadap akibat buruk yang mungkin terjadi
yang disebabkan oleh risiko (Susilo dan Kaho, 2010). Maka dapat dikatakan, bahwa
manajemen risiko merupakan unsur yang ikut menentukan keberhasilan penerapan GCG
di dalam suatu perusahaan. Penerapan manajemen risiko perlu dijaga oleh prinsip-prinsip
tertentu, sehingga berjalan beriringan dengan penerapan GCG secara efektif. Saat
penerapan manajemen risiko membaik, perusahaan akan menambah kontrol risiko pada
core competence dan competitive advantage, maka hubungan antara manajemen risiko
dan GCG akan semakin akut (Drew dan Kendrick, 2005:33).
Penerapan manajemen risiko di Indonesia dipicu oleh regulasi pemerintah yang
mewajibkan setiap sektor publik dan BUMN untuk mewujudkan nilai-nilai GCG pada
perusahaan mereka, di antaranya adalah:
9
Manajemen risiko berperan penting dalam menjamin terwujudnya prinsip-prinsip
GCG di lingkungan perusahaan. Menurut Pradana Yana, A dan Rikumahu, B (2014)
dalam penelitiannya, penerapan manajemen risiko di salah satu perusahaan asuransi di
Indonesia dinilai baik dan perwujudan GCG juga sudah dilakukan dengan baik. Hasil
penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang signifkan antara manajemen
risiko dan GCG sebesar 53,40%. Manajemen risiko merupakan unsur terpenting dalam
mewujudkan GCG, berikut uraian pendapat para ahli:
10
mengoptimalkan risiko. Perusahaan sering kali secara sengaja mengambil risiko tertentu,
karena melihat potensi keuntungan dibalik risiko tersebut. Manajemen risiko pada
dasarnya dilakukan melalui proses-proses berikut ini :
1) Identifikasi risiko.
2) Evaluasi dan Pengukuran Risiko, dan
3) Pengelolaan risiko.
1) Identifikasi Risiko
Identifikasi risiko dilakukan untuk mengidentifikasi risiko-risiko apa saja yang
dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi,
mulai dari risiko penyelewengan oleh karyawan, atau risiko lainnya. Ada beberapa
teknik untuk mengidentifikasi risiko, misal dengan menelusuri sumber risiko sampai
terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Sebagai contoh, kompor ditaruh dekat
penyimpanan minyak tanah. Api merupakan sumber risiko, kompor yang ditaruh
dekat minyak tanah merupakan kondisi yang meningkatkan terjadinya kecelakaan,
bangunan yang bisa terbakar merupakan eksposur yang dihadapi perusahaan.
Misalkan terjadi kebakaran, kebakaran merupakan peristiwa yang merugikan (peril).
Identifikasi semacam dilakukan dengan melihat sekuen dari sumber risiko sampai ke
terjadinya peristiwa yang merugikan. Pada beberapa situasi, risiko yang dihadapi
oleh perusahaan cukup standar. Sebagai contoh, bank menghadapi risiko terutama
adalah risiko kredit (kemungkinan debitur tidak melunasi hutangnya). Untuk bank
yang juga aktif melakukan perdagangan sekuritas, maka bank tersebut akan
menghadapi risiko pasar. Setiap bisnis akan menghadapi risiko yang berbeda-beda
karakteristiknya.
2) Evaluasi dan Pengukuran Risiko
Langkah berikutnya adalah mengukur risiko tersebut dan mengevaluasi risiko
tersebut. Tujuan evaluasi risiko adalah untuk memahami karakteristik risiko dengan
lebih baik. Jika kita memperoleh pemahaman yang lebih baik, maka risiko akan
lebih mudah dikendalikan. Evaluasi yang lebih sistematis dilakukan untuk
‘mengukur’ risiko tersebut.
Ada beberapa teknik untuk mengukur risiko tergantung jenis risiko tersebut.
Sebagai contoh kita bisa memperkirakan probabilitas (kemungkinan) risiko atau
suatu kejadian jelek terjadi. Dengan probabilitas tersebut kita berusaha ‘mengukur’
risiko. Sebagai contoh, ada risiko perusahaan terkena jatuhan meteor atau komet,
11
tetapi probabilitas risiko semacam itu sangat kecil (0,000000001). Karena itu risiko
tersebut tidak perlu diperhatikan. Contoh lain adalah risiko kebakaran dengan
probabilitas (misal) 0,6. Karena probabilitas yang tinggi, maka risiko kebakaran
perlu diberi perhatian ekstra. Contoh tersebut menunjukkan bahwa dengan
menggunakan teknik probabilitas kita bisa melakukan prioritisasi risiko, sehingga
kita bisa lebih memfokuskan pada risiko yang mempunyai kemungkinan yang besar
untuk terjadi.
Contoh lain adalah membuat matriks dengan sumbu mendatar adalah
probabilitas terjadinya risiko, dan sumbu vertikal adalah tingkat keseriusan
konsekuensi risiko tersebut (severity, atau besarnya kerugian yang timbul akibat
risiko tersebut). Setiap risiko bisa dievaluasi kemudian dimasukkan ke dalam
matriks tersebut. Sebagai contoh, risiko kebakaran mempunyai probabilitas 0,6
(tinggi). Jika kebakaran terjadi, maka kerugian yang diakibatkan akan besar juga
(tinggi). Dengan demikian risiko kebakaran akan ditempatkan pada kuadran
probabilitas tinggi dan severity tinggi. Selanjutnya langkah yang lebih tepat bisa
dirumuskan. Sebagai contoh, untuk risiko kebakaran seperti itu, langkah yang lebih
aktif bisa ditujukan untuk menangani risiko kebakaran tersebut.
Untuk risiko lain, evaluasi dan pengukuran yang berbeda bisa dilakukan.
Sebagai contoh, risiko perubahan tingkat bunga bisa diukur dengan teknik duration
(durasi). Modul identifikasi dan pengukuran risiko spekulatif akan banyak
membicarakan pengukuran risiko perubahan tingkat bunga. Risiko pasar bisa
dievaluasi dengan menggunakan teknik VAR (Value At Risk). Pemahaman kita
terhadap beberapa risiko sudah cukup baik sehingga teknik pengukuran risiko
tersebut sudah berkembang. Sementara pemahaman kita terhadap risiko lain belum
begitu baik sehingga teknik pengukuran risiko tersebut belum begitu berkembang.
Teknik lain untuk mengukur risiko adalah dengan mengevaluasi dampak risiko
tersebut terhadap kinerja perusahaan.
3) Pengelolaan Risiko
Setelah analisis dan evaluasi risiko, langkah berikutnya adalah mengelola
risiko. Risiko harus dikelola. Jika organisasi gagal mengelola risiko, maka
konsekuensi yang diterima bisa cukup serius, misal kerugian yang besar. Risiko bisa
dikelola dengan berbagai cara, seperti penghindaran, ditahan (retention),
diversifikasi, atau ditransfer ke pihak lainnya. Erat kaitannya dengan manajemen
12
risiko adalah pengendalian risiko (risk control), dan pendanaan risiko (risk
financing).
a) Penghindaran. Cara paling mudah dan aman untuk mengelola risiko adalah
menghindar. Tetapi cara semacam ini barangkali tidak optimal. Sebagai contoh,
jika kita ingin memperoleh keuntungan dari bisnis, maka mau tidak mau kita
harus keluar dan menghadapi risiko tersebut. Kemudian kita akan mengelola
risiko tersebut.
b) Ditahan (Retention). Dalam beberapa situasi, akan lebih baik jika kita
menghadapi sendiri risiko tersebut (menahan risiko tersebut, atau risk retention).
Sebagai contoh, misalkan seseorang akan keluar rumah membeli sesuatu dari
supermarket terdekat, dengan menggunakan kendaraan. Kendaraan tersebut
tidak diasuransikan. Orang tersebut merasa asuransi terlalu repot, mahal,
sementara dia akan mengendarai kendaraan tersebut dengan hati-hati. Dalam
contoh tersebut, orang tersebut memutuskan untuk menanggung sendiri
(menahan, retention) risiko kecelakaan.
c) Diversifikasi. Diversifikasi berarti menyebar eksposur yang kita miliki sehingga
tidak terkonsentrasi pada satu atau dua eksposur saja. Sebagai contoh, kita
barangkali akan memegang aset tidak hanya satu, tetapi pada beberapa aset,
misal saham A, saham B, obligasi C, properti, dan sebagainya. Jika terjadi
kerugian pada satu aset, kerugian tersebut diharapkan bisa dikompensasi oleh
keuntungan dari aset lainnya.
d) Transfer Risiko. Jika kita tidak ingin menanggung risiko tertentu, kita bisa
mentransfer risiko tersebut ke pihak lain yang lebih mampu menghadapi risiko
tersebut. Sebagai contoh, kita bisa membeli asuransi kecelakaan. Jika terjadi
kecelakaan, perusahaan asuransi akan menanggung kerugian dari kecelakaan
tersebut.
e) Pengendalian Risiko. Pengendalian risiko dilakukan untuk mencegah atau
menurunkan probabilitas terjadinya risiko atau kejadian yang tidak kita
inginkan. Sebagai contoh, untuk mencegah terjadinya kebakaran, kita
memasang alarm asap di bangunan kita. Alarm tersebut merupakan salah satu
cara kita mengendalikan risiko kebakaran.
f) Pendanaan Risiko. Pendanaan risiko mempunyai arti bagaimana ‘mendanai’
kerugian yang terjadi jika suatu risiko muncul. Sebagai contoh, jika terjadi
kebakaran, bagaimana menanggung kerugian akibat kebakaran tersebut, apakah
13
dari asuransi, ataukah menggunakan dana cadangan? Isu semacam itu masuk
dalam wilayah pendanaan risiko.
Dengan penilaian risiko, tempat-tempat yang memiliki risiko dapat menilai risiko
yang akan dihadapi berdasarkan frekuensi terjadinya risiko. Adapun contoh risiko yang
ada di Rumah Sakit, yaitu: risiko tidak ada cidera sangat jarang terjadi, karena frekuensi
terjadinya risiko tersebut adalah 5 tahun sekali, risiko cidera ringan jarang terjadi, karena
frekuensi terjadinya risiko tersebut adalah 2-5 tahun sekali Jika sudah mengetahui
potensi bahaya atau bahaya yang ada, selanjutnya perlu dilakukan penilaian risiko.
Penilaian risiko sangat berguna, karena untuk menentukan tindakan pengendalian yang
14
sesuai terhadap bahaya atau risiko yang ada. Tindakan pengendalian dapat dilakukan
berdasarkan skala prioritas yang ada, apakah risiko tersebut termasuk risiko yang cukup
besar atau tidak, dan apakah risiko tersebut memerlukan pengendalian secara langsung
atau tidak. Jika penilaian risiko sudah dikatakan atau dinilai dengan baik, dapat dikatakan
proses penilaian risiko akan membantu untuk menentukan skala prioritas yang ada, serta
evaluasi dalam memperbaiki risiko-risiko. Penilaian risiko sangat berguna untuk
mengevaluasi kinerja yang sudah terjadi atau sudah ada untuk menjadi lebih baik atau
meningkat secara bertahap, meminimalisir kerugian, meningkatkan kesempatan atau
peluang, pencegahan terhadap terjadinya kerugian akibat kecelakaan atau risiko yang
akan terjadi. Dengan adanya evaluasi kinerja, akan meniminalisir dan mengurangi risiko
yang pernah ada agar tidak terjadi lagi. Penilaian Risiko sangat diperlukan untuk
mengetahui risiko dan tingkatan risiko yang sudah terjadi atau akan terjadi di rumah sakit
sehingga dapat melakukan pencegahan agar tidak terjadi atau tidak terulang, serta
pelatihan atau pengendalian keselamatan dan kesehatan kerja bagi staff atau karyawan
yang bekerja.
Bila penilaian risiko sudah berjalan dengan baik, maka tindakan pengendalian
pun juga perlu dilakukan. Pengendalian berguna untuk menurunkan tingkat faktor
bahaya yang ada dan menurunkan potensi bahaya, sehingga tidak membahayakan.
Pengendalian Risiko pun berguna untuk pencegahan risiko yang mungkin akan terjadi.
Dengan menggunakan penilaian risiko, sebuah organisasi dapat membuat keputusan
yang lebih baik mengenai risiko dan mencapai tujuan bisnisnya. Menghilangkan
ketidakpastian dengan menilai risiko memungkinkan sebuah organisasi mengelola
operasinya dengan tingkat kepercayaan diri tertentu. Tujuan prosedur penialaian risiko
adalah mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material dalam laporan
keuangan. Tujuan ini dapat dicapai melalui pemahaman mengenai entitas dan
lingkungannya, termasuk pemahaman mengenai pengendalian internal entitas tersebut.
Auditor wajib melakukan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai
risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan dan pada tingkat asersi.
15
Merek-merek Unilever Indonesia digunakan oleh jutaan masyarakat Indonesia di
seluruh negeri setiap harinya. Selain membantu masyarakat berpenampilan baik, merasa
nyaman dan lebih menikmati hidup, merek-merek tersebut juga mengkomunikasikan
tujuan perusahaan untuk memasyarakatkan kehidupan yang berkelanjutan (kehidupan
yang ramah lingkungan dan memberikan manfaat sosial), dan mendukung berbagai
tindakan yang berdampak positif terhadap kehidupan jutaan pemangku kepentingan
perusahaan. Perusahaan juga meyakini bahwa mereka yang memiliki tujuan akan
bertahan; di dalam lingkungan yang mendukung antusiasme, kreativitas, dan
keberagaman, merekalah yang akan mendorong inovasi yang membuat bisnis perusahaan
tetap menjadi yang terdepan dalam kompetisi. Keyakinan perusahaan yang terakhir
adalah bahwa perusahaan yang memiliki tujuan akan bertahan. Dengan mendukung
inisiatif pertanian berkelanjutan, pengurangan limbah dan sekolah-sekolah sehat,
perusahaan memperkuat rantai pasokan dan berkontribusi terhadap masa depan yang
lebih sejahtera bagi jutaan masyarakat Indonesia. Di tahun 2019, perusahaan bermitra
dengan para petani, tenaga medis profesional, guru, para ibu, anak-anak, pedagang, dan
masyarakat di seluruh Indonesia.
Dengan mendorong inovasi yang kuat di semua kategori, Perseroan membukukan
penjualan bersih sebesar Rp42,9 triliun atau meningkat 2,7%* dan mencatat laba bersih
sebesar Rp7,4 triliun. Tujuan untuk tumbuh berkelanjutan tetap menjadi komitmen utama
Perseroan. Di 2019, hampir 77% merek perusahaan unggul di kategorinya masing-
masing berdasarkan persepsi konsumen terkait keberlanjutan dan hal ini menghasilkan
penjualan yang lebih baik.
Produk-produk tersebut menjadi ujung tombak dalam upaya perusahaan untuk
memasyarakatkan kehidupan yang berkelanjutan (kehidupan yang ramah lingkungan dan
memberikan manfaat sosial) melalui pertumbuhan yang menguntungkan dan
berkelanjutan. Roadmap yang digunakan untuk mencapai misi tersebut adalah Unilever
Sustainable Living Plan (USLP), yang menunjukkan bagaimana perusahaan menjaga
pertumbuhan sekaligus mengurangi dampak lingkungan seraya membuat perkembangan
positif bagi masyarakat. Tujuan perusahaan didasarkan pada nilai-nilai Perseroan yang
ditetapkan dalam Pedoman-Pedoman Prinsip Bisnis (COBP), yang dirancang untuk
memastikan bahwa kepentingan semua pemangku kepentingan perusahaan terlindungi
dengan baik.
Sembilan pabrik yang dimiliki Perseroan berada di Kawasan Industri Jababeka
Cikarang - Jawa Barat dan Rungkut Surabaya – Jawa Timur. Kantor pusat yang dibangun
16
secara khusus di atas lahan seluas 3 hektar berada di Bumi Serpong Damai – Tangerang
dan yang mampu menampung lebih dari 1.500 karyawan. Portofolio produk Perseroan,
yang terdiri dari 42 produk domestik utama dan lebih dari 1.100 Stock Keeping Unit
(SKU), dipasarkan melalui lebih dari 800 jaringan distributor independen yang melayani
ratusan ribu toko di seluruh Indonesia.
Unilever Indonesia Holding B.V. adalah satu-satunya pemegang saham UNVR
dengan kepemilikan lebih dari 5%, memiliki 6.484.877.500 lembar saham, atau 85% dari
saham Perseroan. Tidak ada pemegang saham publik di UNVR dengan kepemilikan
saham lebih dari 5%. Kinerja saham UNVR yang positif selama 2019 tercermin dalam
peningkatan jumlah pemegang saham dari 18.298 investor pada Desember 2018 menjadi
30.870 investor pada Desember 2019 (mengalami kenaikan 69%).
Untuk melindungi kepentingan seluruh pemangku kepentingan dan meningkatkan
nilai bagi para pemegang saham, Perseroan menerapkan prinsip-prinsip tata Kelola
perusahaan yang baik di segala aspek bisnis. Hal ini memungkinkan Perseroan untuk
menjaga kepercayaan publik yang akan mendukung pencapaian visi dan misi perusahaan
serta memastikan pemeriksaan dan pengendalian yang baik pada tempatnya guna
memastikan kegiatan operasional dan pengawasan bisnis yang efisien. Hal ini
meningkatkan daya saing Perseroan dan pada akhirnya menambah kapasitas perusahaan
untuk menghasilkan nilai berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan.
17
Menetapkan kontrol utama yang harus dijalankan untuk memastikan bahwa Risiko
Bisnis Utama telah dikelola secara efektif, demikian pula reputasi Perseroan;
Mengidentifikasi tim/individu yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa
Kontrol Utama berjalan sesuai kebutuhan;
Memberikan sarana yang bermanfaat dan sistematis yang mencerminkan Risiko
Bisnis Utama dan Kontrol Utama, serta menilai apakah risiko tersebut tetap relevan,
efektif dan efisien.
18
berfluktuasi secara tajam dan terhadap mata uang dalam
berdampak secara signifikan batas yang ditentukan dan
pada kinerja bisnis. Nilai tukar dengan menggunakan kontrak
yang tidak stabil juga dapat valuta berjangka. Selain
mengakibatkan naik turunnya kontrak tersebut, perusahaan
harga bahan baku yang juga melakukan lindung nilai
dibutuhkan untuk memproduksi beberapa paparan perusahaan
produk-produk perusahaan. melalui penggunaan pinjaman
mata uang asing atau kontrak
berjangka.
19
mendatang.
20
mempengaruhi reputasi dalam memantau dan meninjau
Perseroan, dan membebani biaya praktek perusahaan untuk
perusahaan dalam berbisnis memberikan jaminan yang
memadai bahwa perusahaan
tetap memahami dan sejalan
dengan seluruh peraturan dan
kewajiban hukum terkait.
21
posisi manajemen atau posisi inti utama dan pemimpin di masa
lainnya, atau ketidakmampuan depan. Perusahaan memiliki
untuk mengidentifikasi, menarik proses pengembangan
atau mempertahankan karyawan manajemen terpadu yang
yang berkualitas, akan meliputi penilaian kinerja rutin
mempersulit pengelolaan bisnis yang ditopang oleh
dan mempengaruhi operasi dan seperangkat perilaku
hasil keuangan. kepemimpinan, keterampilan
dan kompetensi. Selain itu,
perusahaan juga telah
menerapkan program yang
ditargetkan untuk menarik dan
mempertahankan talenta
terbaik dan perusahaan secara
aktif memantau kinerja dalam
mempertahankan talenta dalam
Unilever.
22
dalam prioritas tertinggi telah terlatih untuk memahami
perusahaan. berbagai kebijakan tersebut.
Perusahaan telah
menstandarisasi cara pemuatan
informasi di situs publik
perusahaan dan memiliki
sistem untuk memantau
kepatuhan terhadap kebijakan
perusahaan sendiri dan hukum
serta peraturan mengenai
privasi yang berlaku.
23
perusahaan. Jika terjadi insiden
yang berkaitan dengan
keselamatan konsumen atau
kualitas produk, perusahaan
mengaktifkan tim manajemen
insiden di bawah arahan
mereka yang berkompeten
dalam hal kualitas produk,
sains dan komunikasi, untuk
memastikan perusahaan
melakukan tindakan yang tepat
dan efektif.
24
mencakup rencana
keberlangsungan bisnis dan
pemulihan dari bencana jikalau
Perseroan harus menghadapi
insiden besar.
Perusahaan mengoptimalkan
cakupan portofolio perusahaan
dengan memastikan bahwa
perusahaan menyediakan
produk-produk untuk
kebutuhan yang berbeda dan
berbagai tingkatan daya beli di
setiap kategori.
25
pelanggan bergantung pada keberhasilan hubungan bisnis di berbagai
perusahaan membangun saluran penjualan, mulai dari
hubungan yang erat dengan pengecer multinasional besar
pelanggan perusahaan. Untuk hingga pedagang kecil berbasis
memastikan bahwa brand keluarga yang perusahaan
perusahaan tersedia setiap saat jangkau melalui distributor.
dan tampil secara menarik di Perusahaan memantau
mata pelanggan, perusahaan perubahan kebiasaan
perlu mempertahankan hubungan konsumen dan membina
baik dengan para pelanggan setia hubungan dengan pelanggan
dan membangun hubungan baru baru yang tepat, seperti dengan
dengan pelanggan yang terkait saluran e-commerce.
dengan perubahan kebiasaan Perusahaan bekerja sama
berbelanja konsumen. Kualitas dengan para pelanggan utama
hubungan yang baik dengan para perusahaan untuk
pelanggan, juga menentukan mengembangkan rencana
kemampuan perusahaan dalam bisnis bersama yang mencakup
mengamankan harga dan rincian rencana investasi serta
membuat perjanjian kerjasama tujuan dari pelayanan
yang menguntungkan. Kegagalan pelanggan perusahaan.
untuk mempertahankan Perusahaan pun memantau
hubungan yang erat dengan pelaksanaan kerjasama ini
pelanggan dapat berdampak secara teratur. Perusahaan
negatif terhadap perjanjian mengembangkan berbagai
kerjasama perusahaan dengan inisiatif baru untuk
pelanggan yang bersangkutan, mendukung perbaikan dalam
sehingga dapat mengurangi kerjasama dan memperkuat
ketersediaan produk terhadap hubungan dengan pelanggan.
konsumen. Inisiatif-inisiatif tersebut
berasal dari kemampuan
perusahaan dalam merancang
outlet penjualan, program
penjualan kepada pelanggan
26
dan lain sebgainya. Perusahaan
berinvestasi secara strategis
untuk menggunakan teknologi
yang akan membuat proses
pemesanan dan pengelolaan
stok menjadi lebih efektif dan
efisien bagi para pelanggan
perusahaan.
27
DAFTAR PUSTAKA
Pradana, Y. A., & Rikumahu, B. (2014). Penerapan Manajemen Risiko terhadap Perwujudan
Good Corporate Governance pada Perusahaan Asuransi. Trikonomika, 13(2), 195–
204. http://journal.unpas.ac.id/index.php/trikonomika/article/view/614/349
Hanafi, M. M. (n.d.). Risiko, Proses Manajemen Risiko, dan Enterprise Risk Management.
Universitas Terbuka Repository. Retrieved November 12, 2020, from
http://repository.ut.ac.id/4789/1/EKMA4262-M1.pdf
28
http://kitalagini.blogspot.com/2016/11/prosedur-penilaian-risiko-berbasis-
isa.html#:~:text=Tujuan%20prosedur%20penialaian%20risiko%20adalah,yang
%20material%20dalam%20laporan%20keuangan.&text=Auditor%20wajib
%20melakukan%20prosedur%20penilaian,keuangan%20dan%20pada%20tingkat
%20asersi.
https://pusdiklatwas.bpkp.go.id/asset/files/post/a_46/Makalah_Fraud_Risk.pdf
29