Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AUDIT INTERNAL

“FUNSI AUDIT INTERNAL DAN PIAGAM AUDIT INTERNAL”

DISUSUN OLEH
NURMILLAH N ALI
921420061
Kelas D
Semester 6

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
dengan izin-Nya saya dapat menyelesaikan laporan ini. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW, atas berkatnya kami dapat
menyelesaikan Tugas Makalah.

Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan pembuatan makalah, khususnya kepada dosen yang telah
memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan penyusunan makalah ini.
Namun demikian, semoga makalah ini dapat memberikan informasi bagi semua pihak yang
membutuhkan.
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Satuan Kerja Audit Internal (SKAI) perlu dikelola secara profesional agar dalam pelaksanaannya
dapat berjalan sesuai dengan tugas, pokok, dan fungsi sebagaimana yang digariskan oleh Standar
Profesi Audit Internal (SPAI). SKAI dituntut untuk memperjelas posisinya dalam struktur
organisasi di perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya dengan efektif dan efisien. Untuk itu,
eran dan fungsi SKAI harus didokumentasikan dalam sebuah piagam aud.? bersama dengan
dewan komisaris dalam hal ini dapat diwakili oleh komite audit dan dewan direksi perusahaan.
Secara definisi, menurut Institute of Internal Auditors, audit internal adalah kegiatan atau
layanan konsultasi dan asurans yang dilakukan secara independen dan objektif dengan tujuan
untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi sebuah perusahaan. Audit internal membantu
untuk mencapai tujuannya dengan menggunakan pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk
mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata
kelola internal.
Audit internal memantau efektivitas pengendalian internal dengan cara-cara berikut ini:
 
1. Penilaian Risiko: Membantu manajemen dalam mengidentifikasi dan memprioritaskan area atau
proses yang memerlukan perhatian dan fokus audit.
2. Panduan Proses dan Dokumentasi: Memperoleh pemahaman tentang proses dan prosedur yang
berjalan dalam perusahaan.
3. Penilaian Kontrol: Mengidentifikasi kesenjangan, atau sumber titik masalah, di mana prosedur
dan kontrol tidak dilakukan dengan benar.
4. Pengujian Kontrol: Memverifikasi apakah kontrol internal berfungsi seperti yang sudah
dirancang.
5. Pelaporan: Memberikan pengamatan dan merekomendasikan langkah-langkah untuk
meningkatkan proses dan kontrol internal.

Setelah Anda memahami tanggung jawab manajemen untuk melakukan pengendalian internal
dan bagaimana audit internal dapat berperan membantu manajemen memenuhi tanggung jawab
tersebut
1. Rumusan Masalah
1.1. Jelaskan apa yang dimaksud fungsi Audit Internal?
1.2. Bagaimana Piagam Audi Iinternal jelaskan?
1.3. Bagaimana Model Piagam Audit Internal?
2. Tujuan masalah
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Audit Internal
b. Untuk mengetahui Bagaimana Piagam Audit Internal
c. Untuk mengetahui Bagaimana Model Piagam Audit Internal
BAB II
PEMBAHASAN
A. FUNGSI AUDIT INTERNAL
Fungsi SKAI adalah menjalankan fungsi audit internal yang efektif dan efisien. Dalam
menjalankan fungsi audit internal, terdapat beberapa pihak yang harus didefinisikan dengan jelas
tugas masing-masing level dalam SKAI Pihak-pihak yang dapat didefinisikan dalam struktur
organisasi SKAI adalah kepala SKAI, manajer audit internal, dan staf auditor.
manfaat yang diberikan oleh audit internal untuk perusahaan. Berikut beberapa di antaranya:
 
1. Audit internal melaporkan langsung kepada para pemangku kepentingan, agar perusahaan dapat
memanfaatkan hasil laporan tersebut untuk mengidentifikasikan dan memperbaiki kelemahannya
sebagai persiapan untuk audit eksternal di mana hasilnya akan dibagikan kepada publik.
2. Meningkatkan lingkungan pengendalian perusahaan, agar proses tata kelola internal bisa berjalan
dengan lancar sebagaimana mestinya.
3. Mengidentifikasi redundansi dalam prosedur operasional dan pengendalian serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitasnya.
4. Berfungsi sebagai sistem peringatan dini jika terjadi kendala, sehingga setiap masalah yang
mungkin terjadi dapat diidentifikasi dan diperbaiki tepat waktu.
5. Meningkatkan akuntabilitas dalam sebuah organisasi perusahaan.

B. STRUKTUR ORGANISASI
Agar berjalan dengan ektif dan efisien maka SKAI dapat mendesain struktur organisasi sesuai
dengan kebutuhan di organisasi. Dalam model piagam aktivitas audit internal yang diterbitkan
oleh IIA disebutkan bahwa lingkup audit internal tidak terbatas hanya pada pemeriksaan,
evaluasi kecukupan, efektivitas tata kelola organisasi, manajemen risiko, dan pengendalian
internal dalam rangka melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan untuk mencapai tujuan
dan sasaran yang dinyatakan organisasi, tetapi lebih rinci terdiri atas:
1. Mengevaluasi risk exposure yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi yang
strategis.
2. Mengevaluasi keandalan dan integritas informasi dan cara yang digunakan 2 untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut.
3. Mengevaluasi penyediaan sistem untuk memastikan kepatuhan dengan kebijakan-kebijakan,
rencana, prosedur, hukum, dan peraturan yang dapat memiliki dampak yang signifikan pada
organisasi.
4. Mengevaluasi sarana aset pengamanan dan, jika perlu, memverifikasi keberadaan aset
tersebut.
5. Mengevaluasi efektivitas dan efisiensi sumber daya yang digunakan. 6. Mengevaluasi operasi
atau program untuk memastikan apakah hasilnya konsisten dengan tujuan yang dibuat serta
sasaran dan apakah operasi atau program yang sedang dilakukan telah sesuai sebagaimana
yang direncanakan.
6. Mengevaluasi operasi atau program untuk memastikan apakah hasilnya konsisten dengan
tujuan yang dibuat serta sasaran dan apakah operasi atau program yang sedang dilakukan
telah sesuai sebagaimana yang direncanakan.
7. Memantau dan mengevaluasi proses tata kelola.
8. Memantau dan mengevaluasi efektivitas manajemen risiko organisasiproses.
9. Mengevaluasi kualitas kinerja auditor eksternal dan tingkat koordinasi dengan audit internal.
10. Melakukan konsultasi dan jasa konsultasi terkait dengan tata kelola, manajemen risiko, dan
kontrol yang sesuai untuk organisasi.
11. Membuat laporan berkala pada aktivitas audit internal tentang tujuan, wewenang, tanggung
jawab, dan kinerja relatif terhadap rencananya.
12. Membuat laporan signifikan risk exposure dan masalah pengendalian, termasuk risiko
kecurangan, isu-isu pemerintahan, dan hal-hal lain yangdiperlukan atau diminta oleh dewan.
13. Mengevaluasi operasi tertentu atas permintaan dewan atau manajemen

MODEL 1

Kepala satuan
kerja Audit
Internal

manajer Bidang manajer Bidang


Konsultasi Audit

Tim Tim Tim Tim


MODEL 2

Kepala Satuan
kerja Audit
Internal

Manajer Bidang Manajer Bidang


Manajer Audit
perencanaan dan Audit Keuangan
sistem Informasi
pengendalian dan Oprasional
Staf Auditor
1. Auditor Pelaksanan
2. Auditor Pelaksana lanjutan
3. Auditor Penyelia
4. Auditor ahli pertama
5. Auditor ahli muda
6. Auditor ahli madya
7. Auditor ahli utama

Klasifikasi Pekerjaan dan Gambaran Pekerjaan


a. Kepala SKAI
Kepala SKAI adalah seseorang yang ditunjuk untuk mengelola fungsi audit internal dengan
kemampuan dan kualifikasi tertentu. Berikut ini adalah beberapa kemampuan yang harus
dimiliki oleh kepala kantor, diantaranya:
1. Memiliki kemampuan manajerial yang baik sehingga mampu membangun fungsi audit
internal yang efektif, mudah dipahami dan diterima oleh staf auditor dan penerima jasa audit
internal.
2. Memiliki kemampuan berkomunikasi terutama untuk berkomunikasi dengan komite audit dan
semua pejabat pada tiap level manajemen organisasi.
3. Menyediakan layanan assurance dan memberikan layanan konsultasi bagi organisasi dengan
jelas.
4. Memiliki pengetahuan yang baik pada semua aspek, baik operasional maupun non-
operasional, misalnya tata kelola organisasi, akuntansi, teknologi, dan masalah regulasi.
5. Memahami standar-standar IIA yang terbaru sehingga dapat menerapkannya pada seluruh
aspek aktivitas audit internal.
6. Memahami proses penilaian risiko karena mereka dituntut untuk mengerti operasi perusahaan
dan juga harus mampu memikirkan operasi dalam proses inti.
Berikut ini adalah kualifikasi yang diperlukan untuk posisi kepala SKAI:

1. Setidaknya memiliki gelar sarjana S-1 dan memiliki pengalaman sekitar 10 sampai 15 tahun
sebagai auditor internal dan auditor eksternal.
2. miliki sertifikasi setidaknya satu dari beberapa sertifikasi yaitu
Bersertifikat Akuntan Publik (BAP), Certified Accountant (CA), Certified Internal Auditor
(CIA), Qualified Internal Auditor (QIA), dan Certified Information Systems Auditor (CISA).
3. Pengalaman dengan audit keuangan, audit operasional, dan audit manajemen.
4. Pengalaman di bidang operasional perusahaan.
5. Memiliki pengetahuan tentang sistem informasi.
6. Memiliki keterampilan bahasa asing yang baik, terutama bahasa Inggris.

b. Manajer Audit Internal


Fungsi audit internal yang memiliki cakupan strategis dan luas, menyebabkan SKAI memerlukan
peran sebagai supervisor atau manajer. Hal ini biasanya tergantung pada ukuran organisasi
secara keseluruhan. Dengan memiliki manajer, fungsi audit internal diharapkan menjadi lebih
efektif

C. PIAGAM AUDIT INTERNAL


Piagam audit intern atau internal audit charter adalah dokumen formal yang menyatakan tujuan,
wewenang, dan tanggung jawab unit audit intern pada suatu organisasi. Standar audit intern The
Institute of Internal Auditors (IIA, 2012)–yang diterima secara internasional–mengatur secara
gamblang perlunya piagam audit intern dalam Attribute Standards Nomor 1000 sebagai berikut:
Di sektor pemerintahan Indonesia, standar audit intern yang diterbitkan Asosiasi Auditor Intern
Pemerintah Indonesia (AAIPI, 2013) juga mengatur hal yang sama. Hal itu tertuang dalam
Prinsip-Prinsip Dasar Nomor 1000 yang berbunyi:

Visi, misi, tujuan, kewenangan, dan tanggung jawab APIP harus dinyatakan secara tertulis dan
disetujui Pimpinan Organisasi Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah, serta ditandatangani
oleh Pimpinan APIP sebagai Piagam Audit (Audit Charter).
Bagi sektor swasta, pembuatan piagam audit intern mungkin sudah menjadi hal yang lumrah.
Namun di sektor pemerintahan Indonesia, beberapa kalangan berpendapat piagam tersebut tidak
diperlukan lagi karena eksistensi unit audit intern–dikenal sebagai aparat pengawasan intern
pemerintah atau APIP–telah diatur dalam peraturan perundang-undangan maupun aturan tata
kerja organisasi internal masing-masing instansi pemerintah. Masalahnya, menjadi kurang
bermakna bila pengaturan tersebut amat umum dan bercampur dengan pengaturan-pengaturan
lainnya. Padahal mandat audit intern harus jelas dari waktu ke waktu. Ia harus dinamis sesuai
konteks kebutuhan dan prioritas organisasi pada waktu tertentu. Oleh sebab itu, penetapan
piagam audit intern bagi sektor pemerintahan masih tetap relevan. Buktinya, asosiasi profesi
mengamanatkannya juga dalam standar.

Sebagaimana dikemukakan di awal, auditor intern dituntut untuk memberikan penilaian objektif
dan menjaga independensi. Namun hal itu bukan perkara mudah. Posisi auditor intern sebagai
bagian organisasi memerlukan perlakuan khusus dibanding auditor ekstern yang jelas-jelas
berada di luar organisasi. Piagam audit intern menjadi salah satu alat mempertegas
independensi. Penegasan itu nampak dari pengaturan posisi unit audit intern dalam struktur
organisasi dan kepada siapa pimpinan unit tersebut bertanggung jawab secara fungsional.
Penegasan tersebut sekaligus juga berguna untuk meningkatkan trust semua unsur organisasi
terhadap fungsi audit intern.

Piagam audit intern sebagai mandat, akan sangat mempengaruhi alokasi sumber daya audit
intern. Bila mandatnya tidak jelas, ada risiko ketidaktepatan alokasi sumber daya audit. Kegiatan
audit intern bisa menyerap terlalu banyak sumber daya (tidak efisien) atau sebaliknya,
kekurangan sumber daya. Risiko yang lebih fatal adalah gagalnya audit intern dalam
memberikan manfaat nyata bagi organisasi (tidak efektif). Sebaliknya, bila mandatnya jelas,
alokasi sumber daya akan terarah sesuai tujuan dan tanggung jawab audit intern yang tertuang
dalam piagam audit. Dan jika mandat itu benar-benar atas kesepakatan para pemangku
kepentingan, semestinya alokasi sumber daya tersebut berhasil guna.

Mandat yang tertuang dalam piagam audit akan mempermudah para auditor intern dalam
menjalankan pekerjaan mereka karena manajemen dan para pihak lainnya dapat memahami
sendiri tugas dan tanggung jawab auditor intern melalui piagam itu. Piagam audit juga menjadi
sarana komunikasi bagi auditor intern dalam membahas dan menetapkan prioritas kegiatan audit
intern bersama pihak-pihak yang berkepentingan.

Piagam audit sekaligus juga menjadi kriteria kinerja auditor intern. Rumusan tanggung jawab
yang jelas dalam piagam dapat dipakai sebagai dasar menjabarkan ukuran-ukuran kinerja auditor
intern. Jadi, auditor yang gagal memenuhi tanggung jawab yang diatur dalam piagam audit bisa
dikatakan buruk kinerjanya.

Perancangan atau pemutakhiran piagam audit intern seharusnya mendapat perhatian khusus,
sebab proses tersebut bukanlah hal yang sederhana. Banyak pihak yang harus dilibatkan. Para
pemangku kepentingan utama organisasi seperti pimpinan tertinggi, jajaran manajemen dan
organ pengawas organisasi adalah pihak-pihak yang perlu diprioritaskan keterlibatannya. Mereka
perlu turut serta merumuskan bentuk-bentuk kegiatan asurans dan konsultansi yang diharapkan
dari auditor intern. Partisipasi dari segenap unsur unit audit intern juga amat penting agar timbul
komitmen yang kuat dalam eksekusi piagam audit. Tanpa partisipasi tersebut, pelaksanaan
piagam audit inten tidak bisa dijamin berjalan mulus.
Selain dari sisi partisipan, rumusan isi piagam audit intern sesungguhnya juga tak bisa dianggap
sepele. Rumusan piagam audit yang sekedar mengikuti template akan membuatnya tidak
bermakna spesial bagi organisasi. Rumusan yang umum sulit dipakai sebagai kriteria kinerja
auditor intern. Ia hanya akan menjadi dokumen formal yang disimpan dalam arsip. Karena itu,
perumusan isi piagam audit bukanlah proses sekali jadi. Berbagai tuntutan agar fungsi audit
intern mendukung tujuan dan prioritas organisasi harus bisa ditampung dengan baik. Dan tidak
mungkin tujuan dan prioritas tersebut statis dari waktu ke waktu. Itulah sebabnya best
practices menyarankan perlunya peninjauan isi piagam audit intern secara berkala. Pengalaman
berulang kali menyempurnakan piagam audit semestinya menghasilkan rumusan yang betul-
betul memenuhi harapan para pemangku kepentingan. Lebih bagus lagi jika perumusan piagam
tersebut dilengkapi dengan benchmarking pada organisasi sejenis agar isinya sejalan dengan best
practices.

Setelah ditetapkan, piagam audit intern harus dijadikan pedoman tata kelola audit intern secara
konsisten. Jangan kemudian dimasukkan arsip dan dilupakan begitu saja. Dokumen ini wajib
dipahami oleh seluruh auditor intern, baik yang sudah senior maupun yang masih baru. Para
pemangku kepentingan juga harus memahami substansi piagam audit tersebut. Agar mudah
diakses, piagam audit dapat ditampilkan pada jaringan intranet atau internet milik organisasi.
Level pemahaman yang sama antara auditor dan para pemangku kepentingan akan menjadi
modal sinergi yang baik dalam pelaksanaan fungsi audit intern.

ak ada aturan baku mengenai rincian isi piagam audit intern. Implementation Guide 1000 (IIA,
2015) menyatakan bahwa meskipun bervariasi sesuai organisasi, namun piagam audit biasanya
mencakup hal-hal sebagai berikut:

Pendahuluan–menjelaskan keseluruhan peran dan profesionalisme kegiatan audit intern.


Kewenangan–mengatur hak akses penuh audit intern terhadap catatan, aset fisik dan personil
termasuk pernyataan tanggung jawab dalam hal keamanan dan dan kerahasiaannya.
Struktur organisasi dan pelaporan–menjelaskan struktur pelaporan dan tanggung jawab
fungsional audit intern.
Independensi dan objektivitas–menjelaskan pentingnya kedua hal tersebut dan cara menjaganya.
Tanggung jawab–memaparkan bidang tanggung jawab utama audit intern saat ini, seperti
menentukan lingkup penilaian, membuat dan meminta persetujuan rencana audit, melaksanakan
penilaian, mengomunikasikan hasil, membuat laporan tertulis, dan memantau tindak lanjut
manajemen.
Peningkatan dan penjaminan kualitas–menjelaskan ekspektasi dalam penjagaan, evaluasi, dan
komunikasi hasil dari program kualitas yang mencakup seluruh aspek kegiatan audit intern.
Tanda tangan–menunjukkan kesepakatan antara pimpinan unit audit intern perwakilan organ
pengawas (board) dan pihak yang berhak menerima laporan pimpinan unit audit intern.

ak ada aturan baku mengenai rincian isi piagam audit intern. Implementation Guide 1000 (IIA,
2015) menyatakan bahwa meskipun bervariasi sesuai organisasi, namun piagam audit biasanya
mencakup hal-hal sebagai berikut:
C. MODEL PIAGAM AUDIT INTERNAL

ada aturan baku mengenai rincian isi piagam audit intern. Implementation Guide 1000 (IIA,
2015) menyatakan bahwa meskipun bervariasi sesuai organisasi, namun piagam audit biasanya
mencakup hal-hal sebagai berikut:

 Pendahuluan–menjelaskan keseluruhan peran dan profesionalisme kegiatan audit intern.


Kewenangan–mengatur hak akses penuh audit intern terhadap catatan, aset fisik dan personil
termasuk pernyataan tanggung jawab dalam hal keamanan dan dan kerahasiaannya.

 Struktur organisasi dan pelaporan–menjelaskan struktur pelaporan dan tanggung jawab


fungsional audit intern.
 Independensi dan objektivitas–menjelaskan pentingnya kedua hal tersebut dan cara
menjaganya.
 Tanggung jawab–memaparkan bidang tanggung jawab utama audit intern saat ini, seperti
menentukan lingkup penilaian, membuat dan meminta persetujuan rencana audit,
melaksanakan penilaian, mengomunikasikan hasil, membuat laporan tertulis, dan memantau
tindak lanjut manajemen.
 Peningkatan dan penjaminan kualitas–menjelaskan ekspektasi dalam penjagaan, evaluasi,
dan komunikasi hasil dari program kualitas yang mencakup seluruh aspek kegiatan audit
intern.
 Tanda tangan–menunjukkan kesepakatan antara pimpinan unit audit intern perwakilan organ
pengawas (board) dan pihak yang berhak menerima laporan pimpinan unit audit intern.

Standar audit AAIPI memberikan contoh piagam audit intern yang berbeda formatnya dari IIA.
Menurut contoh dari AAIPI, piagam audit intern berisi:

Definisi audit intern; penugasan audit intern kepada APIP; kewenangan APIP dalam akses
informasi dan hal lainnya; kewajiban pimpinan instansi pemerintah menciptakan dan memelihara
lingkungan pengendalian; dan lain-lainnya yang menjadi faktor penting bagi APIP untuk dapat
menjalankan fungsinya.
Piagam tersebut ditandatangani oleh pimpinan APIP dan disahkan oleh pimpinan
kementerian/lembaga/pemda. Berikutnya, piagam tersebut juga dilengkapi penjelasan/suplemen
yang berisi:

 Pendahuluan
 Kedudukan dan peran APIP
 Visi dan misi APIP
 Tugas pokok dan fungsi APIP
 Kewenangan APIP
 Tanggung Jawab APIP
 Tujuan, sasaran dan lingkup audit intern
 Kode etik dan standar
 Persyaratan auditor
 Larangan perangkapan tugas dan jabatan auditor
 Hubungan kerja dan koordinasi
 Penilaian berkala
 Penutup
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat saya ambil dalam materi ini ialah Fungsi SKAI adalah menjalankan
fungsi audit internal yang efektif dan efisien. Dalam menjalankan fungsi audit internal, terdapat
beberapa pihak yang harus didefinisikan dengan jelas tugas masing-masing level dalam SKAI
Pihak-pihak yang dapat didefinisikan dalam struktur organisasi SKAI adalah kepala SKAI,
manajer audit internal, dan staf auditor.

Anda mungkin juga menyukai