“Temuan Audit’
Dosen :
Made Laksmi Sena Hartini, SE.,M.Ak
Kelas :
Akuntansi B Malam 2021
Anggota Kelompok :
Ni Wayan Ratih Purnamaningsih (23/2102622010226)
Sayu Kade Mirah Jayanti (24/2102622010227)
Ni Nyoman Purnama Sari Devy (25/2102622010228)
Ayu Pradnya Pratiwi (26/2102622010229)
Shafira Rezkya Dewanti (27/2102622010230)
Temuan Audit bisa memiliki bermacam-macam bentuk dan ukuran. Misalnya temuan-
temuan tersebut dapat menggambarkan:
1. Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan seperti pengiriman
yang dilakukan tetapi tidak ditagih.
2. Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan sewa dari
perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontak pribadi untuk kepentingan sendiri.
3. Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan pada tarif yang
telah diganti dengan tarif yang lebih rendah pada kontrak yang lebih menguntungkan.
4. Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang seragam untuk
klaim asuransi yang belum diterima padahal klaim tersebut bervariasi dalam jumlah
dan signifikasi nya.
5. Ekspour-ekspour resiko yang harus dipertimbangkan.
Walaupun sebutannya bisa bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lain, konsep
dasarnya bersifat universal. Apa pun nama yang diberikan suatu temuan Audit menjelaskan
sesuatu yang saat ini atau pada masa lalu mengandung kesalahan, atau sesuatu yang
kemungkinan akan terjadi kesalahan.
Latar belakang dibuatnya Standar Profesi Audit Internal, dikarenakan banyak pihak dewasa
ini semakin mengandalkan peran auditor internal dalam mengembangkan dan menjaga
efektivitas sistem pengendalian intern, pengelolaan risiko, dan corporate governance. Telah
banyak peraturan perundang-undangan, baik ditingkat nasional maupun internasional yang
mencerminkan kepercayaan dan kebutuhan masyarakat terhadap peran audit internal dan
sistem pengendalian intern yang menjaga efektivitas organisasi, terutama untuk
menghindari krisis serta kegagalan organisasi.
Di Indonesia, pembentukan fungsi audit internal merupakan keharusan bagi Badan Usaha
Milik Negara ( BUMN ), Bank, dan Lembaga Pemerintah. Perusahaan Publik ( Tbk ) wajib
membentuk Komite Audit. Agar dapat menjalankan tugasnya secara efektif, komite audit
juga memerlukan fungsi audit internal.
Sistem pengendalian intern semakin menjadi tumpuan dalam mewujudkan organisasi yang
sehat dan berhasil. Kewajiban untuk mengembangkan, menjaga dan melaporkan sistem
pengendalian intern merupakan ketentuan bagi instansi pemerintah dan BUMN/BUMD,
Bank, Perusahaan Publik, maupun Lembaga Pemerintah. Auditor internal dapat
memberikan sumbangan yang besar bagi komisaris, dewan pengawas, direksi, komite
audit, pimpinan organisasi/lembaga, serta manajemen senior dalam mentaati kewajiban
tersebut dan memberi nilai tambah organisasi.
Agar dapat mengemban kepercayaan yang semakin besar dan menjalankan peran tersebut
dengan baik, auditor internal memerlukan suatu kode etik dan standar yang seragam dan
konsisten, yang menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal, serta merupakan
ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab profesinya.
Standar-standar yang ada dewasa ini pada umumnya hanya berlaku dalam lingkungan
terbatas. Sebagian dari standar tersebut perlu disesuaikan dengan praktik-praktik audit
internal yang berkembang saat ini.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas, Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal
memandang perlu diterbitkannya Standar Profesi Audit Internal (SPAI). Dengan harapan
dapat menjadi pedoman bagi auditor internal dalam melaksanakan kegiatannya.
Tujuan SPPIA adalah :
SPAI merupakan awal dari serangkaian Pedoman Praktik Audit Internal ( PPAI ), SPAI
terdiri atas 3 standar, yaitu : (1) Standar Atribut, (2) Standar Kinerja, dan (3) Standar
Implementasi, yaitu :
Keberadaan sebuah standar bagi sebuah profesi adalah suatu hal yang mutlak diperlukan,
untuk menghindari terjadinya berbagai penyimpangan yang pada akhirnya akan merugikan
profesi auditor internal itu sendiri. Kegunaan dari Standar Profesi menurut Husi, yaitu:
Standar Profesi Internal Auditor menurut The Institute of Internal Auditors ( IIA ) ( 1997 :
16 ) meliputi :
1. Independensi atau kemandirian. Internal audit haruslah mandiri dan terpisah dari
kegiatan-kegiatan yang diperiksanya.
2. Kemampuan professional. Internal audit harus mencerminkan keahlian dan dengan
kegiatan profesional yang seharusnya.
3. Lingkup pekerjaan. Lingkup pekerjaan dari auditor internal haruslah meliputi
pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian
intern yang dimiliki organisasi dan kualitas dari pelaksanaan tanggung jawab yang
diberikan.
4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan. Kegiatan pemeriksaan harus meliputi
perencanaan pemeriksaan, pengujian dan pengevaluasian informasi, pemberitahuan
hasil-hasil dan menindaklanjutinya.
5. Manajemen bagi audit. Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit yang
tepat.
1.3 Pendekatan untuk Mengonstruksi Temuan Dan Tingkat Signifikasi Temuan Audit
a. Meninjau keputusan manajemen bisa jadi tidak adil dan realistis. Auditor internal
harus mempertimbangkan keadaan-keadaan yang ada pada saat kelemahan terjadi.
Keputusan manajemen didasarkan pada fakta-fakta yang tersedia saat ini. Auditor
internal seharusnya tidak mengkritik suatu kebijakan hanya karena mereka tidak
setuju atau karena mereka memiliki informasi baru yang tidak tersedia bagi
pengambil keputusan Auditor internal seharusnya tidak mengganti pertimbangan
audit dengan pertimbangan manajemen.
b. Auditor, bukan klien, harus bertanggung jawab untuk memberikan bukti. Jika
sebuah temuan audit belum dibuktikan secara mendalam untuk memuaskan
seseorang yang objektif dan wajar maka temuan ini tidak bisa dilaporkan. Auditor
internal harus tertarik pada perbaikan kinerja tetapi kinerja tersebut tidak mutlak
harus dikritik hanya karena kurang dari 100 persen
c. Auditor internal harus meninjau temuan-temuan audit. Mereka harus memeriksa
dengan teliti untuk menemukan alasan-alasan yang mengandung kesalahan.
Auditor internal, seperti halnya pendukung pernyataan lainnya, akan tergoda untuk
merasionalkan interpretasi untuk mendukung temuan mereka. Setelah
menghabiskan banyak waktu dan tenaga, auditor cenderung melindungi & dan
mempertahankan temuan mereka menghadapi pertanyaan-pertanyaan sempurna
yang logis. Akan tetapi, temuan-temuan tersebut mungkin tidak dapat
dipertahankan dengan berjalannya waktu atau bila dihadapkan pada pertanyaan-
pertanyaan yang lengkap.
B. Tingkat Signifikansi Temuan
Tidak ada dua temuan yang benar-benar sama. Setiap temuan mencerminkan tingkat
kerugin risiko aktual atau potensialnya masing-masing. Jadi auditor harus
mempertimbangkan tingkat kerusakan yang bisa atau telah disebabkan oleh suatu
kelemahan sebelum mengomunikasikannya dengan manajemen. Untuk kebanyakan
tujuan, temuan-temuan audit bisa diklasifikasikan menjadi temuan tidak signifikan,
temuan kecil, dan temuan besar.
2. Temuan-temuan Kecil
Temuan-temuan kecil (minor findings) perlu dilaporkan karena bukan semata- mata
kesalahan manusiawi yang bersifat acak. Jika tidak diperbaiki, maka akan berlanjut,
sehingga merugikan, dan walaupun tidak mengganggu tujuan operasi organisasi,
namun cukup signifikan untuk diperhatikan oleh manajemen. Seorang pegawai yang
telah mencampuradukan kas kecil pribadi dengan milik organisasi melanggar aturan
organisasi dan pihak praktik bisnis yang baik. Tentu hal ini harus dilaporkan dan
diperbaiki, kalau tidak, maka akan terus berlanjut atau menyebar.
3. Temuan-temuan Besar
Temuan-temuan besar (mayer findings) adalah temuan yang akan menghalangi
pencapaian tujuan utama suatu organisasi atau suatu unit dalam organisasi.
Fakta-fakta yang ditemukan auditor internal haruslah meyakinkan, kriterianya harus dapat
diterima, dan logika yang digunakan juga harus meyakinkan. Kebanyakan temuan audit
harus mencakup elemen-elemen tertentu, termasuk latar belakang, kriteria, kondisi,
penyebab, dampak, kesimpulan, dan rekomendasi. Setiap temuan audit yang mencakup
elemen-elemen ini baik eksplisit maupun implisit akan menjadi argumen yang kuat untuk
dilakukannya tindak perbaikan.
Tidak setiap kelemahan yang ditemukan auditor internal harus dilaporkan. Beberapa
kelemahan bersifat kecil dan tidak membutuhkan perhatian manajemen. Semua temuan
audit yang bisa dilaporkan haruslah:
Karakteristik ini akan diinterpretasikan secara subjektif. Apa yang dianggap sebagai
kelemahan signifikan bagi satu individu bisa jadi tidak dianggap signifikan bagi yang lain.
Kata-kata seperti objektif, meyakinkan, wajar, dan logis memiliki konotasi yang berbeda
bagi orang yang berbeda.
Saat auditor menyusun temuan audit dan merenungkan rekomendasi, mereka harus
mewaspadai kekeliruan mereka sendiri. Mereka mungkin salah menginterpretasi, atau
mereka mungkin tidak membaca prosedur dengan layak. Untuk mengecek pemahaman atas
hal-hal yang mereka temukan, maka auditor internal harus berbicara dengan orang yang
paling mengetahui fakta tersebut. Mereka harus mengetahui interpretasi klien dan
mencatatnya dalam kertas kerja mereka.
Laporan Aktivitas Pencatatan Temuan sesuai dengan tujuan yang telah dijelaskan dan
memberi ruang untuk :
Beberapa organisasi telah memperluas penggunaan RAF melampaui dokumen kertas kerja.
Mereka menggunakannya untuk mengomunikasikan temuan dengan segera ke klien dan
mendapatkan tanggapan tertulis. Dengan cara ini, ketidaksepakatan dapat dipecahkan
dengan segera, dan janji tindakan perbaikan bisa dibuat dalam catatan.
Beberapa organisasi mengeluarkan suatu memorandum untuk setiap temuan audit yang
signifikan untuk melaporkan kondisi, kriteria, sebab, dampak, dan tanggapan manajemen.
"Abstraksi Temuan," yang direproduksi di Tampilan 8-3, misalnya, diadaptasi dari laporan
badan pemerintah atas audit kontraktor. Memorandum ini didistribusikan secara luas di
badan tersebut. Para pendukung laporan menyebutkan bahwa laporan ini memberikan
banyak manfaat:
1. Manajer senior diberikan sarana pembelajaran yang cepat terhadap masalah saat ini
dan tindakan yang diambil atau diperlukan untuk memecahkannya.
2. Manajer lapangan tetap menerima informasi mengenai masalah-masalah yang
kemungkinan mempengaruhi mereka; jadi audit internal bisa mencapai beberapa
daerah dengan mengeluarkan sumber daya yang sama.
3. Laporan abstraksi dianalisis secara periodik untuk menemukan trennya. Saat
dibawa ke manajemen senior, keseluruhan tindakan bisa diambil untuk memulihkan
tren yang merugikan. Masalah yang relatif kecil di satu bagian bisa menjadi serius
bila menyebar di banyak bagian.
4. Kedisiplinan dalam menyiapkan laporan abstraksi sebelum ditulis membantu
auditor internal lebih memperhatikan setiap kekurangan dalam pengembangan
temuan audit mereka. Kehati-hatian dalam menyiapkan abstraksi memudahkan
penyiapan laporan audit final.
5. Penelaahan terpusat untuk abstraksi membantu menjaga program jaminan mutu
yang dirancang untuk meningkatkan audit internal.
DAFTAR PUSTAKA
Sawyer, Lawrence B., dkk. 2005. Sawyer’s Internal Auditing, Buku I. Jakarta: Salemba
Empat
“Standar Profesi Auditor Internal”.https://123dok.com/article/standar-profesi-auditor-
internal-profesionalisme-internal-pengertian-profesionali.q7ee3woz, diakses
pada 30 Maret 2023 Pukul 19.30
Rahman, Ridah A. “Temuan Audit Interanal”,
https://www.scribd.com/document/364577407/Modul-7-TEMUAN-Audit-
Internal, diakses pada 30 Maret 2023 Pukul 20.00
Pertiwi, Tika. 2013. “Temuan Audit”, https://id.scribd.com/doc/169023283/Makalah-
Temuan-Audit, diakses pada 30 Maret 2023