Anda di halaman 1dari 47

AUDIT INTERNAL I

Establishing the Audit Organization, Controlling Audit Projects and


Quality Assurance
Dosen pengampu: Prof. Dr. Rita Anugerah, SE, MAFIS, Ak,
CA

OLEH:
KELOMPOK IV

Fitria Nurhapizah 2110247730


Yosi Safitri 2110247730
Siti Dea Rahmadani A 2110247760
Qory Dasvina 2110247820

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadiran Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tentang Establishing the Audit
Organization, Controlling Audit Project and Quality Assurance. Kami berterima
kasih kepada ibu Dr. Novita Indrawati, SE,M. Si, Ak, CA selaku dosen pengampu
mata kuliah Audit Internal I yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan
serta pengetahuan kita semua. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, daran dan usulan demi perbaikan makalah ini yang telah
kami buat ini dimasa yang akan dating, mengingat tidak ada ssuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang-orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan dimasa depan.
Pekanbaru, 01 Juni 2023

Penulis,
Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN.........................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan.............................................................1

BAB II: PEMBAHASAN..........................................................2


2.1. Establishing the Audit Organization...............................2
2.1.1 Dasar-dasar Keberhasilan Audit Internal..................2
2.1.2 Menyusun Pernyataan Fungsi dan Tanggungjawab . 2
2.1.3 Merencanakan Pernyataan Kebijakan.......................4
2.1.4 Penekanan Kebijakan Perusahaan.............................6
2.1.5 Membuat Draft Deskripsi Kerja................................8
2.1.6 Struktur dan Strategi Aktivitas Audit........................9
2.1.7 Jenis-jenis Audit......................................................14
2.1.8 Konsep Nilai Tambah..............................................18
2.1.9 Menyusun Manual Audit.........................................19
2.1.10 Memasarkan Fungsi Audit Internal.......................24
2.1.11 Penggunaan Outsourcing/Cosourcing...................28
2.1.12 Penyataan Misi Kualitas........................................31
2.1.13 Pemerolehan dan Evaluasi Jasa Audit Eksternal. .32
2.2. Controlling Audit Project..............................................32
2.2.1 Directing and Performing Internal Audit................32
2 2.2 Workpaper: Documenting Internal Audit Activities35
2.3. Quality Assurance..........................................................39
2.3.1 Pengertian Quality Assurance.................................39
2.3.2 Unsur-unsur Quality Assurance..............................40

BAB III: PENUTUP................................................................42

DAFTAR PUSTAKA...............................................................43

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Menurut Institute of Internal Auditors (IIA), internal auditing adalah fungsi
penilaian independen yang dibentuk dalam suatu organisasi untuk memeriksa dan
mengevaluasi kegiatannya sebagai layanan kepada organisasi. Istilah internal
mendefinisikan pekerjaan yang dilakukan dalam organisasi oleh karyawannya sendiri.
pekerjaan audit internal dibedakan dari pekerjaan terkait audit yang dilakukan oleh
akuntan publik yang tidak secara langsung menjadi bagian dari suatu organisasi.
Definisi internal audit yang dijelaskan oleh IIA mencakup sejumlah istilah penting yang
berlaku untuk profesi auditor internal:
- Independen, berarti audit yang dilakukan bebas dari pembatasan ruang lingkup
yang dapat mempengaruhi efektivitas tinjauan atau pelaporan temuan dan kesimpulan
yang dihasilkan di kemudian hari.
- Penilaian, menegaskan perlunya evaluasi yang menjadi dorongan auditor internal
saat mengembangkan kesimpulan audit.
- Didirikan, menegaskan bahwa audit internal berbentuk formal, memiliki fungsi
definitif dalam organisasi modern.
- Memeriksa dan mengevluasi, menggambarkan peran aktif auditor internal,
pertama untuk mencari fakta dan kemudian untuk mengevaluasi penilaian.
- Kegiatannya, menegaskan lingkup yurisdiki yang luas dari pekerjaan audit
internal yang berlaku untuk semua kegiatan organisasi modern.
- Layanan, mengungkapkan bahwa bantuan dan bantuan kepada manajemen dan
anggota organisasi lainnya adalah hasil akhir dari semua pekerjaan audit internal.
Kepada organisasi, menegaskan bahwa cakupan layanan total audit internal berkaitan
dengan seluruh organisasi, termasuk semua personel, dewan direksi dan komite
auditnya, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lain yang berkepentingan.

1.2. Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang
Establishing the Audit Organization, Controlling Audit Projects and Quality Assurance.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Establishing the Audit Organization
2.1.1. Dasar-dasar KeberhasilanAudit Internal
Adanya organisasi audit internal merupakan keinginan setiap direktur audit-
dengan mengasumsikan dukungan tingkat atas. Dukungan tersebut tentunya akan
bergabung pada nilai dari produk yang diterima dan kemampuan eksekutif untuk
memasarkannya. Sifat dari produk itu sendiri dapat berupa hal-hal mulai dari
verifikasi atas transaksi secara terperinci sampai penilaian imajinatif dari semua
operasi di dalam lingkup perusahaan dan studi-studi khusus. Filosofi audit dari
direktur audit yang telah disetujui oleh pihak manajemen akan menentukan arahnya.

2.1.2. MenyusunPernyataan Fungsi dan Tanggungjawab


Kebanyakan organisasi umumnya memiliki sekumpulan pernyataan yang
menetapkan wewenang dan tanggung jawab dari posisi-posisi utama organisasi
tersebut. Pernyataan-pernyataan ini, beikut arahan kebijakan terkait, menjelaskan
kepada organisasi pandangan para manajemen senior atas tujuan, misi dan
wewenang dari setiap fungsi utama di dalam perusahaan. Oleh sebab itu, para
auditor internal sebaiknya memastikan bahwa piagam audit organisasi mereka
telah memberikan kerangka kerja di mana mereka dapat berfungsi dengan cukup
independen dan menjamin adanya objektivitas penuh.
Pernyataan fungsi dan tanggung jawab harus disusun dengan hati-hati
sehingga mencakup seluruh wewenang yang dibutuhkan oleh auditor internal,
tetapi tidak memberikan tanggung jawab yang dapat memengaruhi objektivitas
mereka atau mungkin tidak dapat mereka laksanakan.
Contoh pernyataan wewenang dan tanggung jawab-gabungan dari
beberapa pernyataan yang benar-benar digunakan dalam Tampilan 20-1.

2
Tampilan 20-1
Direktur Audit
Pernyataan Wewenang dan Tanggung Jawab

Wewenang
Direktur audit diberi wewenang untuk memimpin program audit internal
yang luas dan komprehensif di dalam organisasi. Audit internal memeriksa
dan mengevaluasi kecukupan dan efektivitas dari sistem control manajemen
yang dimiliki oleh organisasi untuk mengarahkan aktivitasnya ke arah
pencapaian sasaran yang sesuai dengan kebijakan dan rencana organisasi.
Dalam melakukan aktivitas-aktivitas ini, direktur audit dan para anggota staf
auditnya diberikan wewenang untuk mendapatkan akses penuh, bebas, dan
tidak terbatas kepada seluruh fungsi, catatan, properti, dan karyawan
organisasi.
Tanggung Jawab
Direktur audit bertanggung jawab untuk:
Membuat kebijakan bagi aktivitas audit dan mengarahkan fungsi-fungsi
teknis dan administrasinya.
Mengembangkan dan melaksanakan sebuah program audit yang
komprehensif untuk mengevaluasi kontrol-kontrol manajemen yang terdapat
di seluruh aktivitas perusahaan.
Memeriksa efektivitas seluruh tingkatan manajemen dalam kepengurusannya
atas sumber daya organisasi dan kepatuhan mereka terhadap kebijakan dan
prosedur yang telah ditetapkan.
Merekomendasikan perbaikan control manajemen yang dirancang untuk
menjaga/mengamankan sumber daya organisasi, meningkatkan pertumbuhan
organisasi, dan memastikan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
pemerintah.
Menelaah kecukupan prosedur dan catatan-catatan dalam mencapai sasaran
yang dimaksud, dan menilai kebijakan dan perencanaan yang berhubungan
dengan aktivitas atau fungsi yang sedang diaudit.
Memberikan wewenang atas penerbitan laporan-laporan audit, termasuk
rekomendasi-rekomendasi untuk perbaikan.
Menilai kecukupan dari tindakan-tindakan manajemen operasional dalam
memperbaiki kondisi-kondisi penyimpangan yang dilaporkan; menerima
tindakan perbaikan yang memadai; penelaahan yang terus dilaksanakan
dengan pihak manajemen yang tepat atas tindakan yang dianggap kurang
memadai oleh direktur audit sampai akhirnya tercapai pemecahan yang
memuaskan dari permasalahan tersebut.
Melaksanakan audit khusus atas permintaan manajemen, termasuk menelaah
representasi yang dibuat oleh pihak-pihak di luar organisasi. Bertindak dalam
kapastitasnya sebagai konsultan secara relatif terhadap area-area tanggung
jawab di atas.

3
2.1.3. Merencanakan Pernyataan Kebijkanan
Dukungan dari pihak manajemen harus dinyatakan secara jelas
dan per kategori di dalam pernyataan kebijakan tertinggi organisasi.
Pernyataan ini harus spesifik dan hendaknya menjelaskan lingkup dan
status dari audit internal di dalam organisasi, sasarannya dalam
membeikan tambahan nilai dan kontribusi kepada peningkatan
penyelenggaraan perusahaan; serta wewenangnya untuk melakukan
audit, mengeluarkan laporan, memberikan rekomendasi, dan
mengevaluasi tindakan perbaikan.
Tidak semua organisasi siap untuk mengeluarkan sebuah
pernyataan kebijakan yang berkaitan dengan seluruh tanggung jawab
di atas. Beberapa akan membatasi lingkup dan tanggung jawab yang
dimiliki oleh auditor internal. Tentunya, seluruh aktivitas audit internal
harus melakukan fungsinya dalam lingkungan dimana ia berada.
Adanya pembatasan terhadap delapan tanggung jawab utama dan
keharusan bagi klien untuk memberikan respons yang memadai atas
laporan audit, akan meningkatkan risiko tidak terdeteksinya
kelemahan-kelemahan yang serius. Sebagai akibatnya, efektivitas dari
aktivitas audit internal akan berkurang. Fungsi yang dimilikinya
sebagai pengawas yang tidak terbatasi atas control dan kinerja
organisasi menjadi kurang dapat diandalkan.

4
Tampilan 20-2
Pernyataan Kebijakan

Merupakan kebijakan dari organisasi untuk membangun dan mendukung sebuah


organisasi audit internal sebagai fungsi penilaian yang independent untuk memeriksa
dan mengevaluasi aktivitas-aktivitas organisasi sebagai jasa bagi manajemen dan
dewan komisaris. Aktivitas audit internal secara administrative memberikan
laporannya kepada manajemen eksekutif dan secara fungsional kepada komite audit
dari dewan komisaris. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, para
anggota aktivitas audit internal akan memiliki akses penuh, bebas, dan tak terbatas ke
seluruh aktivitas, catatan, property, dan karyawan organisasi.

Misi aktivitas audit internal adalah:


1. Menelaah organisasi-organisasi yang terdapat di dalam entitas dengan skedul
yang tepat untuk menentukan apakah organisasi tersebut telah melaksanakan
fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan control secara
efektif dan efisien sesuai dengan instruksi, kebijakan, dan prosedur dari
manajemen, serta dengan cara yang sesuai dengan sasaran organisasi maupun
standar yang tinggi dari praktik administrative.
2. Menentukan kecukupan dan efektivitas sistem akuntansi internal dan control
operasional organisasi.
3. Menelaah keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasional serta
cara-cara yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur,
mengklasifikasikan, dan melaporkan informasi tersebut.
4. Menelaah sistem-sistem yang ada untuk memastikan kepatuhan terhadap
kebijakan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang mungkin memiliki
dampak signifikan pada operasi dan pelaporan, serta menentukan apakah
organisasi telah mematuhinya. Menyarankan kebijakan jika dibutuhkan.
5. Menelaah cara-cara perlindungan aktiva, dan bila perlu, melakukan verifikasi
atas keberadaan aktiva tersebut.
6. Menilai penghematan dan efisiensi penggunaan sumber daya,
mengidentifikasi adanya kesempatan untuk meningkatkan kinerja
operasional, dan bilamana diperlukan, merekomendasikan solusi untuk
masalah-masalah yang terjadi.
7. Menelaah operasi dan program untuk memastikan apakah hasil yang dicapai
telah konsisten dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan serta apakah
operasi dan program telah dilaksanakan sesuai dengan rencana

5
8. Melakukan upaya tindak lanjut yang memadai untuk memastikan bahwa
tindakan perbaikan yang tepat telah dilaksanakan dan efektif
9. Mengoordinasikan kegiatan audit dengan akuntan independen organisasi
10. Berpartisipasi dalam perencanaan dan pelaksanaan audit atas akuisisi
potensial dengan akuntan eskternal organisasi dan anggota staf organisasi
lainnya.
11. Menelaah kepatuhan terhadap pedoman-pedoman perusahaan tentang
pelaksanaan etika bisnis dan memastikan apakah standar tertinggi dari kinerja
karyawan dan perusahaan telah dipenuhi
12. Menyerahkan rencana audit tahunan kepada direktur utama dan dewan
komisaris, termasuk komite audit, untuk ditelaah dan disetujui
13. Memberikan laporan tiap kuartal kepada dewan komisaris (dan komite audit
jika diperintahkan) mengenai apakah:
- Tindakan yan tepat telah dilakukan untuk memperbaiki temuan-temuan
audit yang signifikan
- Aktivitas audit telah ditujukan ke arah eksposur-eksposur risiko tertinggi
dan ke arah peningkatan efisiensi, penghematan, dan efektivitas operasi
- Audit-audit internal dan ekstenal telah dikoordinasikan dengan baik
sehingga mencegah terjadinya duplikasi
- Rencana audit internal telah meamdai
14. Memberikan laporan hasil pemeriksaan audit, opini audit yang diambil dan
direkomendasikan yang diberikan kepada para anggota manajemen yang
seharusnya mendapatkan informasi tentang hal tersebut atau seharusnya
mengambil Langkah-langkah perbaikan.
Melakukan evaluasi atas aktivitas yang dilakukan oleh auditor eskternal
sehubungan dengan independensi dan kepatuhan mereka terhadap standar
akuntansi

2.1.4. Penekanan Kebijakan Perusahaan


Pernyataan kebijakan menggambarkan maksud nyata dari
manajemen. Pernyataan kebijakan tidak selalu dapat diartikan sebagai
suatu keharusan atau membuktikan adanya dukungan penuh dari
manajemen terhadap kebijakan tersebut. Hal ini terutama terjadi pada
aktivitas audit internal. Masih banyak terdapat manajer operasional
yang menganggap audit internal sebagai sebuah fungsi pengecekan
minor saja, mereka tidak memadangnya sebagai suatu kepanjangan
tangan dari manajemen senior atau sumber daya yang bisa digunakan.
Oleh karenanya, untuk maksud tersebut mereka masih harus
mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Agar audit internal yang

6
professional dapat berjalan dengan efektif, manajemen senior dan
dewan harus menunjukkan dengan jelas bahwa mereka benar-benar
mengandalkan dan mendukung aktivitas audit internal.
Banyak organisasi besar menekankan pernyataan kebijakannya
melalui berbagai media komunikasi yang menjelaskan fungsi audit
internalnya. Jika dilakukan dengan tepat, komunikasi semacam ini
dapat menjadi sangat efektif. Dibawah ini adalah kutipan dari sebuah
brosur tentang audit internal yang didistribusikan kepada seluruh
manajer operasional di sebuah perusahaan multinasional besar. Brosur
ini diawali dengan pernyataan berikut. Brosur ini akan membantu
anda memahami peran yang harus dilaksanakan oleh aktivitas audit
internal di perusahaan kita. Brosur tersebut seterusnya memberikan
informasi mengenai beberapa subjek tentang fungsi audit internal.
Subjek dan ringkasan dari pernyataannya adalah sebagai berikut
Pernyataan tanggung jawab. Membahas wewenang dari aktivitas
audit internal, aktivitas-aktivitas yang akan terpengaruh, lingkup audit,
hubungan dengan akuntan public independent, arti dari control
internal, tanggung jawab auditor internal sehubungan dengan masalah
penggelapan, respons atas permintaan manajemen untuk studi-studi
khusus, dan standar professional yang menjadi dasar dari fungsi
aktivitas audit internal.
Tanggung jawab khusus. Aktivitas tersebut memiliki tanggung
jawab untuk melakukan evaluasi atas kecukupan dan efektivitas
sistem control internal keuangan maupun operasional, termasuk
seluruh aktiva; sistem informasi; kepemilikan prosedur dan kepatuhan
terhadap rencana, kebijakan, dan prosedur.
Organisasi. Organisasi aktivitas bersifat global.
Komite Audit. Direktur audit dari sebuah aktivitas audit internal
memiliki akses bebas kepada komite audit.
Penjadwalan/ruang lingkup. Penentuan risiko, cakupan audit
sebelumnya, signifikansi dari pengecualian, dan kebutuhan akan
komunikasi rutin adalah pertimbangan uatam dalam suatu
penjadwalan audit.
Perencanaan/pelaksanaan. Bagian dari brosur ini memuat unsur-
unsur umum yang terdapat di dalam audit, dari mulai pengumuman
pra-audit hingga rapat akhir.
Penelaahan audit. Komunikasi yang memadai antara auditor dengan
karyawan bagian operasional adalah penting.

7
Laporan audit. Laporan audit, termasuk ringkasan esksekutif,
dirancang untuk mengomunikasikan perbaikan-perbaikan yang
disarankan dan rencana-rencana manajemen operasional untuk
melaksanakan perbaikan tersebut.
Hubungan dengan akuntan public independent. Perbedaan
tanggung jawab diantara auditor internal dan eksternal akan dijelaskan
berikut cara-cara untuk mengoodinasikan kedua pekerjaan tersebut.
Pengembangan/pelatihan/pertumbuhan. Pendidikan yang
berkelanjutan bagi auditor internal adalah hal yang direkomendasikan
berikut anjuran untuk mendapatkan sertifikasi untuk audit internal,
akuntansi, dan area-area lain yang terkait.

2.1.5. Membuat Draft Deskripsi Kerja


Tampilan 20-3
Uraian Posisi
Audit Internal-Manajer

Tujuan
Untuk mengelola aktivitas audit internal di lokasi atau operasi yang ditugaskan
Untuk mengembangkan sebuah program yang komprehensif dan praktis untuk
cakupan audit di lokasi atau operasi yang ditugaskan.
Untuk melaksanakan program tersebut sesuai dengan standar audit yang dapat
diterima dan skedul yang telah ditetapkan.
Untuk menjaga hubungan kerja yang efektif dengan manajemen eksekutif dan
operasional.

Wewenang dan Tanggung Jawab


Di dalam Batasan pedoman umum yang diberikan oleh direktur audit:
Menyiapkan sebuah skedul jangka panjang dari cakupan audit yang komprehensif
untuk lokasi atau operasi yang ditugaskan.
Menetapkan struktur aktivitas yang terkait
Mendapatkan, mempertahankan, dan mengarahkan seorang staf audit yang mampu
memenuhi fungsi audit internal.
Menugaskan area-area audit, staf, dan anggaran kepada auditor supervisor
Menetapkan dan mengawasi pencapaian sasaran yang diarahkan kepada peningkatan
kemampuan aktivitas audit internal dalam melayani manajemen.

8
Tampilan 20-4
Uraian Posisi
Audit Internal-Supervisor

Tujuan
Mengembangkan sebuah program yang komprehensif dan praktis dari cakupan audit
untuk area audit yang ditugaskan
Melakukan supervise atas aktivitas auditor yang ditugaskan untuk menelaah berbagai
aktivitas organisasional dan fungsional.
Memastikan kepatuhan terhadap standar audit yang dapat diterima, rencan, anggaran,
dan skedul audit.
Memelihara hubungan pekerjaan yang efektif dengan manajemen operasional
Memberikan dan melakukan riset, mengembangkan manual dan pedoman-pedoman
pelatihan.

Wewenang dan Tanggung Jawab


Dibawah pedoman umum dari seorang direktur audit internal:
Melakukan supervisi atas pekerjaan dari auditor yang melaksanakan penelaahan atas
aktivitas-aktivitas organisosional dan fungsional.
Memberikan sebuah skedul yang komprehensif dan praktis dari cakupan audit
tahunan dengan area-area umum yang ditugaskan oleh direktur audit internal
Memberikan fleksibilitas dari skedul audit agar responsive terhadap kebutuhan-
kebutuhan khusus dari manajemen
Memberikan dan melakukan riset tentang Teknik-teknik audit
Memberikan rencana-rencana formal untuk merekrut, menyeleksi, melatih,
mengevaluasi, dan melakukan supervisi atas karyawan staf. Mengembangkan buku-
buku manual dan alat-alat bantu pelatihan.

2.1.6. Struktur dan Strategi Aktivitas


Audit Organisasi Audit

Kebanyakan aktivitas audit internal dibagi menjadi dua atau tiga


segmen. Segmen pertama adalah organisasi lini yang terdiri atas auditor,
supervisor, dan manajer yang melaksanakan audit: pekerjaan lapangan,
perencanaan, supervisi, hubungan dengan klien, dan pembuatan laporan.
Segmen yang lain terdiri atas dua bagian administrasi dan pendukung. Di
beberapa organisasi audit kedua bagian tersebut digabungkan menjadi
satu. Pada aktivitas audit internal yang lebih kecil, kedua bagian ini
mungkin menjadi tanggung jawab direktur audit dan mungkin seorang
asistennya. Berikut ini adalah sebuah kerangka singkat dari fungsi-fungsi
yang terdapat dalam setiap bagian dari segmen:
• Administratif
- Direktur audit
9
- Asisten direktur audit
- Direktur personalia
• Pendukung
Staf khusus
- Kebijakan dan prosedur
- Spesialis sistem informasi
- Spesialis aktuaria
- Pemrosesan laporan (pengeditan, ilustrasi, audio visual)
- Koordinator staf khusus (outsourcing dan cosourcing)
- Spesialis pajak

Staf Jasa
- Keuangan (anggaran, akuntansi, kontrol atas aktiva)
- Penggajian
- Perjalanan Dinas
- Perpustakaan (majalah/jurnal, buku-buku, sistem informasi)
Tampilan 20-5
Uraian Jabatan
Auditor Internal-Supervisor Senior
Tujuan
Untuk melakukan penelaahan atas aktivitas-aktivitas organisasional dan tungsional
yang ditugaskan. Untuk meyakinkan dan efektifitas dari kontrol manajemen atas
aktivitas-aktivitas tersebut.
Untuk menetapkan apakah unit-unit organisasi di organisasi telah melaksanakan
aktivitas perencanaan, akuntansi, kepemilikan atau kontrol dengan mematuhi
instruksi-instruksi dari manajemen, pernyataan kebijakan dan prosedur yang

10
berlaku dan dalam cara yang konsisten dengan sasaran organisasi maupun standar
praktik administrasi tinggi.
Untuk merencanakan dan melaksanakan audit sesuai dengan standar yang berlaku.
Untuk melaporkan temuan-temuan audit, dan untuk memberikan rekomendasi
dengan tujuan
memperbaiki kondisi yang tidak memuaskan, meningkatkan operasi, dan
menurunkan biaya.
Untuk melaksanakan penelaahan khusus yang diminta oleh manajemen.
Untuk mengarahkan aktivitas dari para asisten.
Wewenang dan Tanggung Jawab
Di bawah pedoman umum dari seorang auditor supervisor:
Melakukan survei atas fungsi dan aktivitas dari area yang ditugaskan guna menilai
sifat dari operasi dan evaluasi dari sistem kontrol dalam mencapai sasaran yang
telah ditentukan.
Menentukan arah dan tujuan dari usaha audit yang diusulkan.
Merencanakan teori dan ruang lingkup audit serta menyusun program audit.
Menentukan prosedur audit yang akan digunakan, termasuk metode sampel
statistik dan penggunaan peralatan yang ditetapkan data secara elektronik.
Mengidentifikasikan kontrol-kontrol utama dari suatu sistem.
Mengevaluasi efektivitas dari sistem melalui penerapan suatu ilmu sistem-sistem
bisnis, termasuk di antaranya keuangan, manufaktur, teknik, pengadaan dan
operasi-operasi lainnya, serta pemahaman teknik-teknik audit.
Merekomendasikan staf yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit.
Melaksanakan audit dengan cara profesional dan sesuai dengan program audit
yang telah disetujui.
Mendapatkan, menganalisis, dan menilai data bukti-bukti sebagai dasar opini yang
disampaikan atas evaluasi dan efektivitas sistem serta efisiensi dari pelaksanaan
aktivitas yang ditelaah.
Memberikan pengarahan, saran, dan instruksi kepada asisten stat yang ditugaskan
untuk mengaudit, menelaah ruang lingkup dan akurasi dari pekerjaan yang
mereka

11
lakukan.
Memberikan presentasi lisan atau tertulis kepada manajemen selama proses dan
pada saat pemeriksaan telah tercapai, kelemahan-kelemahan, dan rekomendasikan
perbaikan untuk memperbaiki operasi dan pengurangan biaya yang terjadi.
Menyiapkan laporan formal tertulis yang menyajikan opini akan kecukupan dan
efektivitas sistem dan efisiensi pelaksanaan aktivitas.
Menilai kecukupan dari tindakan perbailkan yang dilaksanakan untuk
memperbaiki kondisi yang memiliki kelemahan.

Segmen operasional dari sebuah audit organisasi juga sering kali dibagi
menjadi dua bagian. Bagian-bagian ini memiliki beragam klasifikasi yang
didasarkan pada permasalahan yang menjadi subjek audit contohnya
adalah:

• Jenis audit
- Keuangan
- Kinerja
- Kepatuhan

• Fungsi

- Pembelian
- Produksi
- Pemasaran

• Produk
- Produk A
- Produk B
- Produk C

• Organisasi
- Organisasi X
- Organisasi Y
- Organisasi Z

•Secara geografis
- New York
- Illinois
- California

12
Untuk audit atas seluruh aktivitas-aktivitas selain jenis audit, staf yang
melaksanakan hendaknya memiliki keahlian multidimensional. Aspek
spesialisasi dari klasifikasi-klasifikasi yang lain mengakibatkan
dimilikinya pengetahuan mengenai aspek-aspek operasional dari area
khusus tersebut.
Akan tetapi jika tidak ada rotasi staf secara rutin-orang cenderung
menjadi terlalu akrab dengan subjek permasalahan dan menerima situasi
yang tidak lazim dan bukannya mempertanyakan siluasi tersebut.
Hal ini juga dapat menimbulkan diterimanya ketidakefisienan ataupun
ketidakefektifan suatu pekerjaan karena "memang dari dulu sudah seperti
itu" daripada mempertanyakan apakah terdapat cara yang lebih baik
dalam melakukan pekerjaan tersebut.

Strategi Organisasi Baru

Tren-tren terbaru yang berkenaan dengan organisasi audit internal


dapat dikarakteristikkan sebagai Pendataran (flattening) suatu operasi.
Terdapat beberapa alasan atas pernyataai ini:

1. Dihilangkannya tingkat supervisi yang dibutuhkan oleh "fungsi bertipe


silo" (berlapis-lapis).
2. Pada umumnya terdapat jangka waktu interim yang lebih pendek
antara waktu selesainya pekerjaan lapangan dengan diterbitkannya
laporan.
3. Terdapat hubungan pribadi yang lebih dekat antara auditor internal dan
klien.
4. Staf audit internal menjadi lebih memahami operasi dan fungsi-fungsi
klien.

Organisasi yang bertipe silo juga menggunakan staf yang adalah


seorang spesialis di dalam jenis-jenis audit tertentu, misalnya, keuangan,
sistem informasi, kinerja, dan lain-lain. Dengan jenis organisasi audit
yang inovatif sekarang ini, auditor dilatih untuk menjadi seseorang yang
secara relatit ahli dalam seluruh unsur-unsur audit yang berlaku. Konsep
semacam ini tidak menghalangi penggunaan spesialis dari aktivitas
tertentu atau bantuan pihak luar (outsourcing atau cosourcing) dalam
mengaudit area-area unik yang penting di dalam operasi.
Salah satu inovasi dari keadaan seperti ini adalah penggunaan sebuah
organisasi audit dengan "tipe kumpulan" (pool type). Di sini, digunakan
satu atau lebih kumpulan. Auditor ditarik dari kumpulan untuk
melakukan suatu audit yang spesifik. Koordinasi dengan klien akan
dipengaruhi oleh supervisor yang menjadi penghubung audit secara
permanen, sehingga klien dapat memiliki seseorang yang spesifik dan
dapat dihubungi untuk

13
seluruh masalah-masalah audit yang terjadi. Konsep kumpulan ini
mengharuskan dikembangkannya, auditor-auditor yang memiliki
pengetahuan yang luas sehingga klien dapat meminta auditor melakukan
sebuah penelaahan yang seimbang atas pekerjaan yang sedang diperiksa.
Begitu pula supervisor-supervisornya juga dilatih dengan cukup baik
yang akan memungkinkan mereka menelaah draf-draf laporan dan
menerbitkannya. Sekelompok manajer audit yang lain akan bertanggung
jawab untuk mengimplementasikan inisiatif-inisiatif strategis seperti;
control self-assessment, praktik-praktik terbaik dalam penentuan risiko,
otomatisasi audit, dan audit sistem-sistem besar yang terdapat di dalam
organisasi.

Penggunaan kumpulan seperti ini akan menciptakan sebuah situasi di


mana staf audit tidak memiliki seorang supervisor yang bertanggung
jawab akan kemajuan intelektual dan profesional maupun kemajuan
kariernya. Sebagai alternatif, dapat digunakan program mentoring di
mana seorang mentor yang biasanya seorang anggota staf senior-
menerima tanggung jawab untuk melakukan hal tersebut.

Pelaksanaan strategi organisasional seperti itu dapat menimbulkan


beberapa masalah, diantaranya:

1. Kompetisi dalam penjadwalan staf di dalam kumpulan.


2. Kejelasan dari peran supervisor.
3. Pemberian pelatihan di seluruh bidang yang diharapkan akan menjadi
tanggung jawab staf yang bersangkutan.

Beberapa rencana sebaiknya dibuat untuk mengantisipasi dan


mengakomodasikan berbagai masalah diatas yang selanjutnya akan
menjadi bagian dari pengembangan strategi.

2.1.7. Jenis-Jenis Audit


Audit atas
Proses
Evolusi dari audit internal atas suatu subjek telah berkembang dari
yang tadinya berupa verifikasi atas akuntabilitas bangsawan-bangsawan
feodal dan pejabat-pejabat administrasi menjadi konsep-konsep baru yang
dikenal saat ini mengenai audit kinerja dan control self-assessment.
Terdapat sebuah aspek audit lain yang mampu menangkap imajinasi dan
tentunya perhatian dari para praktisi audit internal yang progresif.

14
Pendekatan audit ini adalah audit atas proses. Yang saat ini
dilaksanakan oleh banyak aktivitas audit internal adalah mengaudit
produk, organisasi, akun-akun keuangan, atau lokasi-lokasi geografis dari
aktivitas. Metode ini adalah mengaudit proses. Audit semacam ini
melintasi struktur organisasional, wilayah-wilayah geografis, dan unit-
unit pelayanan. Tujuan audit seperti ini adalah untuk menentukan status
dari fungsi-fungsi utama yang merupakan proses-proses besar yang
menyusun keseluruhan organisasi.

Ide ini bukanlah ide baru. Pola audit internal yang serupa pernah
digunakan oleh U.S. Atomic Energy Commission pada awal tahun 1950-
an. Saat itu ia disebut "audit fungsional" dan sasarannya pun sama untuk
menetapkan status dari berbagai fungsi yang terdapat dalam komisi ini.
Fungsi-fungsi tersebut meliputi pembelian, manajemen atas aktiva modal,
formulasi anggaran dan pelaksanaannya, penerimaan dan inspeksi,
manajemen persediaan dan pergudangan, dan tentunya, operasi keuangan.
Terdapat 17 fungsi secara keseluruhan. Komisi ini memiliki sekitar 10
orang staf audit internal dan ketika salah satu fungsi tersebut dijadwalkan
untuk diaudit, kesepuluh orang staf tadi akan melaksanakan audit tersebut
berdasarkan sebuah program umum.

Terdapat perbedaan antara fungsi-fungsi atau proses ini dengan


operasi-operasi pendukung seperti manajemen kas, piutang, utang, dan
penggajian. Kedua jenis audit tersebut dapat dijadwalkan namun sebuah
program modular bagi audit atas fungsi-fungsi pendukung dapat cocok
untuk digunakan sebagian besar proses di atas. Unit-unit modular yang
dapat saling dipertukarkan ini adalah program-program yang pada
dasarnya berhubungan dengan integritas keuangan dan adanya kontrol
yang efisiendan efektif dari sudut pandang materialitas. Proses-proses ini
memiliki arti yang sangat penting karena aktivitas-aktivitas yang
membuat organisasi dapat beroperasi. Proses proses ini adalah fungsi-
fungsi pendukung; aktivitas integral yang membuat proses menjadi
operatif. Contohnya :
Audit-Manajemen Aktiva Modal
Unsur-unsur Proses
Penetapan Kebutuhan
Ketersediaan Sumber Daya
Pemerolehan Aktiva

15
Penggunaan/Utilisasi
Pemeliharaan
Pelepasan Aktiva
Unsur-unsur Pendukung
Justifikasi Anggaran Manajemen
Manajemen Kas - Karyawan, dan lain-
lain Utang Usaha - Manajemen Kas
Survei-survei Spesifik
Pemeliharaan
Surplus - Barang Sisa - Piutang Usaha

Konsep kontrol juga berbeda antara area-area audit atas proses dan
pendukung. Pada hal yang pertama,kontrol yang berhubungan dengan
sasaran, efisiensi, dan keekonomisan operasi. Kontrol dan unsur-unsur
pendukung berhubungan dengan kepatuhan pajak, meskipun juga
memiliki unsur-unsur efisiensi dan efektifitas. Sedangkan untuk hal yang
kedua, pada dasarnya terdapat kepentingan dan materialitas.

Bagaimana aktivitas audit internal seperti itu dikelola? Suatu hal yang
masuk akal jika dianggap bahwa untuk setiap proses akan terdapat
direktur audit internalnya masing-masing dengan seorang staf audit
operasional. Staf ini akan menerima dukungan dari direktur direktur
utama untuk audit internal, yang akan menerima laporan dari "direktur
audit internal proses" tersebut. Akan tetapi, laporan audit internal akan
dikeluarkan dengan cara terdesentralisasi oleh masing-masing supervisor
audit internal.

Beberapa keuntungan dari audit atas proses ini adalah:


• Laporan-laporan audit internal biasanya berhubungan dengan aktivitas-
aktivitas utama dari organisasi; yaitu aktivitas yang penting kaitannya
dengan kelangsungan hidup dan pertumbuhan serta perhatian dari
manajemen puncak.
• Pemahaman staf audit internal dengan operasi di dalam proses.
• Sebuah struktur di mana temuan audit internal akan menjadi perhatian
dari manajemen senior.

16
Temuan-temuan yang kurang material akan dilaporkan secara terpisah
kepada manajenie
dari klien yang bertanggung jawab dan kepada tingkatan yang lebih
rendah dari manajemen puncak.
• Terdapat sebuah kontinuitas dari supervisi audit internal sehingga
manajemen klien dapat memiliki titik tokus untuk menyelesaikan
masalah-masalah audit internal. Begitu pula aktivitas audit akan menjadi
sumber yang dapat dihubungi untuk mendapatkan saran dan konsultasi
sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam
proses.
• Desentralisasi dan penciutan akan membuat laporan audit segera setelah
penyelesaian pekerjaan lapangan.
• Sebagai suatu cara untuk mengimplementasikan temuan-temuan yang
kurang material secara relatif terhadap aktivitas-aktivitas pendukung pada
tingkat manajemen pendukung yang lebih rendah.
• Hubungan yang erat antara staf audit internal dengan karyawan dari
proses yang berkembang
menjadi sebuah kesatuan antara sasaran, kinerja, dan produktivitas dari
proses tersebut.

Audit Online
Dalam evaluasi normal atas pemberitahuan transaksi dengan operasi
sistem informasi, akan lebih efektif jika kita menyusun apa yang disebut
sebagai "edit" Sistem-sistem yang diprogram untuk mengidentilikasikan
transaksi-transaksi yang tidak mengikuti prosedur yang telah ditetapkan,
atau yang telah melebihi batas- batas tertentu. Penyimpangan-
penyimpangan ini akan diberitahukan kepada pekerja yang bertanggung
jawab yang dapat memperbaiki masalah ini atau yang dapat menyetujui
atau memodifikasi transaksi tersebut.
Teknik ini telah diperluas sampai ke suatu titik di mana komputer
dengan secara bersamaan langsung mengaudit transaksi-transaksi yang
mereka proses. Sebuah contoh mengenai hal ini adalah situasi dimana
"kecerdasan buatan atau artifisial yang melekat" (imbedded artificial
intelligence) pada sistem dapat melaksanakan pekerjaan sebagai penelaah
dari proses-proses tertentu. Misalnya, dalam menelaah piutang, sebuah
program dapat berupa kumpulan yang terdiri atas rangkaian variabel -
variabel atau kombinasi dari berbagai variabel yang akan digunakan
untuk penemuan piutang usaha.

Beberapa dari variabel tersebut dapat meliputi:


•Umur piutang.
•Bukti surat penagihan.
•Bukti korespondensi dengan pengacara.

17
•Jenis barang dagangan atau jasa.
•Persetujuan atas penghapusan piutang.
•Jumlah penghapusan piutang.
•Penghapusan-penghapusan yang lainnya dengan karakteristik yang
serupa.

2.1.8. Konsep Nilai Tambah


Institute of Internal Auditors, dalam mempertimbangkan status dari
standar auditnya yang saat ini berlaku, membentuk sebuah gugus tugas
yang bertujuan untuk memberikan pedoman kepada manajemen dan
Dewan Komisaris IIA. Gugus tugas ini memberikan penekanan pada
konsep "nilai tambah" dalam pembahasannya dan mendorong
penggunaannya dalam setiap rencana restrukturisasi yang hendak
dilakukan di atas standar.

Hal ini bukan mengatakan bahwa konsep ini adalah sesuatu hal yang
sama sekali baru. Standar yang asli dan masih berlaku sampai tanggal 1
Januari 2002, menyatakan dalam pandangan standar umum bahwa auditor
memberikan perhatian terhadap karakteristik efisiensi dan efektivitas.
karakteristik ini memiliki dampak langsung terhadap peningkatan nilai
dari operasi organisasi.
Demikian pula, praktik dari pengauditan secara partisipatif yang
meminta dilakukan secara langsung bersama-sama dengan klien,
berharap bahwa usaha kolaboratif ini akan meningkatkan operasi klien
dan memberikan "nilai tambah" untuknya.

Namun, sebuah artikel oleh Gary Stern memberikan pedoman lebih


detail yang dihasilkan dari sebuah survei atas beberapa aktivitas audit
internal. Pedoman-pedoman yang dikutip dari artikel tersebut adalah
sebagai berikut:

1. Menjadi sebuah katalis bagi perubahan.


2. Membuat audit menjadi lebih kolaboratif.
3. Menggunakan sei-assessment sebagai akses masuk.
4. Membawa staf bisnis ke dalam audit.
5. Berkonsentrasi pada risiko-risiko bisnis.
6. Bertujuan pada peningkatan laba.
7. Menyerang area-area bermasalah, seperti biaya perawatan
kesehatan.
8. Berbagi teknologi dengan unit-unit bisnis.
9. Melakukan penyelarasan dengan pelanggan.

18
10. Mengeluarkan petunjuk-petunjuk audit bagi keseluruhan
perusahaan.
11. Melaksanakan audit preventif.
12. Menurunkan biaya auditor eksternal.
13. Menempatkan auditor dalam penugasan-penugasan khusus.
14. Menerbitkan laporan audit dengan cepat.
15. Kembali pada hal-hal mendasar.

2.1.9. Menyusun Manual Audit


Menyusun Manual Audit
Meskipun terdapat bahaya yang menahan adanya suatu pemikiran yang
independen, para staf membutuhkan pedoman untuk:
(1) mencegah adanya individu-individu yang bergerak ke arah yang
berbeda dan tidak konsisten; (2) menetapkan standar yang dapat
meningkatkan kinerja; (3) memberikan beberapa keyakinan bahwa
produk akhir dari aktivitas audit telah memenuhi standar dari para
eksekutif.

Pernyataan kebijakan dan prosedur dari aktivitas audit harus


memberikan instruksi dan pedoman bagi beberapa area yang berbeda.
Untuk kemudahan, isi dari instruksi kepada staf audit ini dapat dibagi
menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:
•Fungsi-fungsi teknik-memastikan bahwa pekerjaan pelaksanaan audit
internal telan memenuhi standar-standar yang dapat diterima.
•Fungsi-fungsi administratif-memastikan bahwa aktivitas audit
internal, sebagai satu unit, telah
berjalan dengan lancar.
•Fungsi-fungsi lain-memberikan jawaban atas spektrum lengkap
berbagai masalah dari hari ke hari yang timbul dalam suatu aktivitas
audit.
Manual audit adalah cerminan filosofi aktivitas audit internal dan para
eksekutifnya. Oleh karena itu, manual dari tiap-tiap organisasi audit
akan memiliki struktur unik yang menjalankan ide-ide dari seorang
individu dalam memetakan arah dari aktivitas tersebut. Perlu
dipertimbangkan pula struktur aktivitas, ukuran, dan kompleksitas dari
pekerjaan yang dilaksanakan. Instruksi yang terdapat di dalam aktivitas
yang kecil sudah pasti tidak seformal dan seluas yang terdapat dalam
suatu aktivitas besar.

19
Fungsi-fungsi Teknis

Teori Audit. Menetapkan Pendekatan audit.Apakah berupa


penelaahan dari sebuah organisasi atau sebuah fungsi? Apa yang ingin
dicapai atau ditetapkan oleh auditor? Apakah maksudnya melakukan
survei dengan sedikit pengujian, atau apakah untuk memilih fungsi-
fungsi yang cenderung berisiko untuk sebuah pemeriksaan yang lebih
rinci? Apakah auditor mencoba untuk menentukan sejauh mana
efektivitas struktur yang telah ada atau apakah mereka ingin mengetahui
apakah prosedur-prosedur yang ditetapkan telah dijalankan?

Ruang Lingkup Audit. Menguraikan ruang lingkup audit. Apakah ini


merupakan penelaahan kepatuhan untuk memastikan apakah peraturan,
prosedur, undang-undang, dan hukum telah diikuti?
Atau apakah merupakan penelaahan yang berorientasi pada
manajemen di mana jenis-jenis pertanyaan berikut ini yang akan
mendapat pemeriksaan:
-Apakah tanggung jawab telah diberikan dengan mencukupi?
-Apakah wewenang telah sebanding dengan tanggung jawab yang
diberikan?
-Apakah sasaran organisasional atau fungsional telah ditetapkan?
-Apakah laporan yang diberikan kepada manajemen pada tingkat yang
lebih tinggi menunjukkan
kemajuan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan?
-Apakah metode-metode dan prosedur (sistem kontrol) telah dirancang
untuk membantu memenuhi sasaran-sasaran tersebut.
-Apakah organisasi telah menentukan ukuran dari efisiensi dan
efektivitas?
-Apakah target-sasaran pada kenyataannya telah tercapai?
-Apakah manajemen memiliki sebuah sistem pengujian sendiri untuk
mengendalikan penyimpangan-penyimpangan yang atas pelaksanaan
yang dapat diterima?

Penelaahan pendahuluan. Memberikan tentang pedoman masalah


yang perlu diperhatikan dalam fase awal dari sebuah audit: penelaahan
kertas kerja sebelumnya, literatur penelitian audit internal tentang
aktivitas yang hendak ditelaah dan pemeriksann atas bagan organisasi,
korespondensi, serta laporan dan arah organisasi yang relevan.

Diskusi pendahuluan. Identifikasi pihak manajemen yang akan


diajak berkreasi, jenis-jenis bantuan yang akan ditawarkan oleh auditor
kepada manajemen, dan keterangan-keterangan tentang tujuan audit,
pendekatan, dan program-program.

20
Survei pendahuluan. Tetapkan jenis dari survei pendahuluan, cara-
cara hal ini dapat dilaksanakan, jenis informasi yang harus didapat, dan
penggunaan informasi.

Program audit. Menyajikan persyaratan-persyaratan yang dibutuhkan


dalam tiap-tiap segmen di dalam program audit sehingga dapat
disesuaikan untuk menetapkan sasaran operasional dan kontrol yang
berhubungan dengan suatu penugasan tertentu. Program audit juga
menyajikan rincian dari yang seharusnya dibuat di dalam program.
Menunjukkan hubungan yang terdapat di antara penentuan risiko
dengan survei pendahuluan.

Anggaran dan skedul. Menguraikan kontrol-kontrol dari proyek


audit yang akan dilakukan untuk membantu dipatuhinya batasan anggaran
dan skedul.

Kertas kerja. Menetapkan standar bagi struktur kertas kerja, metode-


metode peringkasan data,
pembuatan indeks dan referensi silang lembar kerja, serta penelaahan
yang tepat.

Prosedur penelaahan dengan klien. Menetapkan kebijakan akan


penelaanan temuan-temuan. Mendapatkan tindakan perbaikan, bukti
adanya tindakan perbaikan untuk menutup status suatu temuan dan
tingkatan dimana temuan sebaiknya didiskusikan.

Penulisan laporan. Memberikan pedoman untuk format laporan,


panjang laporan, filosofi pelaporan (hanya masalahnya saja, atau
analisis yang komprehensif dan opini atas aktivitas yang ditelaah), dan
tingkat manajemen yang menerima laporan.

Jawaban atas laporan. Memberikan instruksi mengenai bagaimana


menangani jawaban, tindakan apa yang harus diambil jika jawaban
tersebut tidak memuaskan, dan bagaimana menutup laporan jika auditor
telah dapat menerima jawaban yang diberikan.

Fungsi Administratif
Diperlukan isi instruksi yang lainnya dalam memberikan pedoman
mengenai hal-hal yang berhubungan dengan bisnis pelaksanaan
penugasan audit internal, akan tetapi bukan menjadi bagian yang
sesungguhnya dari pelaksanaan itu sendiri. Sebuah manual terpisah,
yang biasanya direferensikan sebagai manual administratif, akan lebih

21
mudah untuk digunakan. Jika digabungkan dengan manual audit, maka
akan cenderung berat dan sulit digunakan. Manual administratif ini
sering kali mengambil bentuk berupa kompilasi dari memo-memo staf,
yang masing-masing dapat dikeluarkan atau direvisi bilamana
diperlukan. Hal-hal yang dapat menjadi subjek dari memo-memo staf
antara lain adalah:
A. Administrasi
1. Organisasi dari aktivitas audit
2. Sistem pengarsipan kantor audit
3. Perpustakaan referensi
4. Persediaan
5. Laporan jam kerja (time reports)
6. Pengaturan hal-hal rutin (housekeeping)
7. Persyaratan keamanan
8. Korespondensi lain-lain
9.Laporan administrasi berkala

B. Personalia
1. Metode perekrutan
2 Catatan-catatan personalia
3. Aturan perilaku (dapat menjadi suatu publikasi yang terpisah)
4. Instruksi perjalanan dinas dan laporan pengeluaran
5. Evaluasi staf
6. Pemberian insentif
7. Pelaporan kecelakaan kerja
8. Tugas menjadi juri
9. Tugas militer
10. Prosedur pemisahan

C. Proyek-proyek Audit
1. Penugasan proyek audit
2. Hubungan manusia-berurusan dengan klien
3. Arsip permanen untuk proyek audit
4. Estimasi anggaran untuk proyek audit
5. Permintaan akan revisi program atau penyesuaian anggaran
6. Penggunaan sampling statistik
7. Penggunaan komputer dalam proyek audit (dapat menjadi suatu
publikasi yang terpisah)
8. Pembuatan dan perlindungan kertas kerja
9. Penghancuran kertas kerja
10. Wawancara akhir dengan klien
11. Penutupan proyek audit

22
D. Laporan Audit
1. Laporan kemajuan atau laporan interim
2. Penelaahan supervisi atas laporan audit
3. Pemeriksaan ejaan, pemeriksaan referensi, dan pemrosesan laporan
final
4. Pendistribusian laporan aùdit
5. Permintaan salinan laporan audit
6. Pengarsipan dan pemeliharaan laporan
7. Penanganan materi audit yang bersifat rahasia

2.1.10. Memasarkan Fungsi Audit Internal


Tidak ada orang yang suka menerima kritikan. Dan di banyak
organisasi, baik manajer maupun para. pekerjanya menganggap
auditor internal sebagai pemberi kritikan secara tetap dan sebagai
seorang musuh. Hal ini membuat audit menjadi sulit;, akibatnya
auditor harus mengikuti pepatah lama baha cara terbaik untuk
menghaneurkan seorang mush adalah menjadikannya sebagai seorang
sahabal.
Ketika salabat yang diusulkan itu adalah seorang auditor
internal, maka tentu akan dibutuhkan sebuah usaha perasatan yang
culup hebat; di mana dalam jangka panjang akan memberikan hasil
yang sepadan. Berikut ini adalal beberapa pemikiran mungenai
pemasaran audit internal sebagai sumber diva yang berorientasi
kepada manajemen, dan buikannya seperti scorang tukang hitung atau
pekerjaan yang bersifat detektif.

Metode Pemasaran
Mann memberikan lita beberapa pemikiran mengenai memasarkan
fungsi audit internal.
Brosur. Sebuah buklet nonteknis yang mudah dibaca akan sangat
efektif dalam menghilangkan mister dan ketakutan terhadap audit
internal. Brosur seperti ini, yang dikirimkan ke seluruh manajer
operasional, telah dijelaskan sebelumnya dalam bab ini
Buletin/surat kabar. Buletin dapat menyoroti temuan-temuan yang
penting dan terbaru. Surat kabar dapat bersifat anekdot dan karenanya
mudah untuk dipahami tapa harus menggunakan istilah-istilah audit
internal.
Publikasi organisasi. Publikasi seperti in sering kali memasukkan
cerita-cerita human interest para Karyawannya. Di mana sebuah cerita
yang ditulis dengan baik akan dapat diterima dan bermanfaat dalam
menunjukkan sis manusiawi dari auditor internal.

23
Program organisasi. Banyak organisasi mensponsori aktivitas
pengumpulan dan dan kepentingan
umum. Dengan membantu memimpin salah satu program seperti ini
akan menempatkan auditor internal di posisi yang menguntungkan.
Open house/Open door. Menjadi tuan rumah bagi sebuan open house
memungkinkan auditor internal bertemu dengan karyawan operasional
dalam situasi yang santai.
Klien vs auditan. Dalam pernyataan lisan maupun tertulis, akan lebih
baik jika orang yang diaudit disebut sebagai "klien" atau "pengguna
Dewan penasihat. Untuk mengembangkan sebuah pertukaran
informasi mengenai reorganisasi perusahaan, perubahan, dan
pengembangan, dibuat suatu dewan penasihat yang terdiri atas para
manajer operasional yang diketuai oleh direktur audit. Subjek-subjek
yang dibahas dapat berhubungan dengan eksposur risiko dan masalah-
masalah potensial. Dewan ini hanya bersifat memberikan saran saja
namun dapat memberikan tambahan bagi pendekatan apa dan kapan
untuk mengaudit.
Pertemuan pra-audit. Curahkan perhatian dan pikiran yang lebih
bear untuk pertemuan pra-audit karena pertemuan in merupakan salah
satu jalan untuk menjelaskan audit internal dan fungsi sebenarnya-satu
hal yang lebih dari sekadar kritikan dari pihak internal yang misterius.
Peringkat risiko. Pada umumnya hal ini dianggap sebagai fungsi satu
dimensi dari audit internal. Tetapi dengan mempromosikan hubungan
antara auditor internal dengan beberapa orang operasional yang
terpilih, hal ini dapat dikembangkan menjadi sebuah kemitraan dalam
pemecahan masalah.
Kriesioner pasca audit. lika disunakan dangan benar. 'uesioner
seporti ini dapat menjadi obes pervaminan kualias yang berharza.
Opini yang dininki kier dapat momban. u meningkakan proses
Pelatihan klien. Pelatihan ini dapa melipuri kursus kursus basi
karyawan klien dan sebuah periode untuk melakukan pekerjaan secara
nyata dalam artivitas audit internal bagi para karyawan baru yang
direncanakan untuk menempati posisi manaterial Cara in menawarkan
praktik langsung dalam penilaian tontrol internal dan juga pengalaman
yang betharga ketika manti para peserta Latihan menempati
jabatannya.
Program kualitas:. Auditor internal dapat menjadi barisan terdepan
dalam masala kualitas. Laporan audit dibagikan secara luas dalam
organisasi dan harus berorientasi pada kualitas untuk mendukung
perilaku melakukan sesuatu dengan benar pada kesempatan pertama.

24
Kepemimpinan
Auditor internal memiliki reputasi dalam melakukan
pembersihan setelah parade lewat, bukan memimpinnya.
Kepemimpinan adalah suatu hal yang umum dipertimbangkan sebagai
salah satu atribut dari seorang auditor internal. Tetapi ini bukanlah hal
yang sama sekali benar. Ini hanyalah masalah sikap. Di mana
perannya yang berorientasi pada verifikasi dapat ditambahkan dengan
gaya kepemimpinan jika auditor merasa yakin memiliki kemampuan
tersebut dalam diri mereka. Sifat kepemimpinan adalah suatu hal yang
penting bagi seorang auditor profesional sama halnya seperti seorang
manajer yang dinamis. Tidak hanya hal tersebut mampu mengubah
cara auditor internal berpikir dan bertindak, tetapi juga mampu
mengubah persepsi orang lain tentang mereka. Karakteristik
kepemimpinan yang menjadi atribut dari seorang manajer yang sukses
berlaku pula bagi seorang auditor internal profesional: Kecerdasan…..
kedewasaan emosional. inisiatif. keahlian komunikasi ... percaya
diri… kemampuan perseptif.
Dalam mengidentifikasikan suatu masalah yang sulit,
mengomunikasikannya dengan cara yang mudah dipahami, menjaga
sikap dan percaya diri dalam kemampuan profesional yang mereka
miliki, menunjukkan kemampuan penerimaan dalam menawarkan
solusi atas permasalahan dan menunjukkan sebuah pemahaman yang
dewasa atas apa yang baik bagi perusahaan secara keseluruhan,
auditor internal sap menunjukkan karakteristik-karakteristik
kepemimpinan. Jika mereka mampu menyampaikan karakteristik
tersebut dengan penh keyakinan kepada para klien dan manajemen
puncak, maka mereka menunjukkan atribut seorang pemimpin dan
bukannya seorang pengikut.

Kreativitas

Kreativitas tidak hanya dimiliki oleh ilmuwan dan seniman.


Dalam dunia bisnis kreativitas selaliu digunakan, Kreativitas sangat
dibutuhkan dan dapat dikembangkan. Masa di mana auditor internal
hanya menunjulkan adanya suatu masalah dan kemudian pergi
meninggalkannya telah berlalu. Kini mereka diharapkan untuk
menjadi bagian dari pemecahannya, Dan mereka sangat mampu
menerapkan kreativitas ini dalam tugas sehari-harinya. Kreativitas
akan dapat dipupuk melalui.
Skeptisisme. Menolak untuk menerima praktik-praktik yang berjalan
saat ini sebagai cara yang paling baik dan selalu mencoba untuk
meraih sesuatu yang lebih baik.

25
Analisis. Menganalisis aktivitas dan operasi untuk menentukan
komponen-komponen dan dinamika
yang terdapat di dalamnya.
Penyatuan. Mengombinasikan informasi untuk mentransformasikan
konsep-konsep yang terpisah menjadi sesuatu yang baru dan lebih
baik.
Kemitraan dalam Pemecahan Permasalahan

Melibatkan klien ke dalam proses audit. Hal ini dapat dilakukan


melalui kuesioner kontrol internal pra-audit yang harus dijawab oleh
klien, sebuah praktik yang telah terbukti efektif. Dengan mengikuti
kuesioner in, klien bahkan dapat mengidentifikasi adanya
permasalahan meskipun sebelum auditor internal. Proses ini juga
dapat dicapai melalui diskusi yang berorientasi pada masalah dan
mempunyai maksud partisipatif. Di banyak kasus, tindakan perbaikan
telah dimulai sebelum audit selesai dilaksanakan. Meskipun temuan
yang signifikan dicantumkan dalam laporan audit, auditor akan
memberikan kredit penuh kepada klien atas peningkatan yang terjadi
pada operasi organisasi. Kemitraan akan sangat efektif dalam
menjadikan auditor internal sebagai seorang mitra kerja dan sumber
daya yang berharga, dan bukan sebagai seorang musuh/kritikus.

Kepentingan-kepentingan Lain

Direktur audit harus tetap mampu mengikuti apa yang menjadi


kepentingan perusahaan dan menangani masalah-masalah yang
muncul. Lingkungan hidup misalnya. Masalah lingkungan hidup telah
menciptakan eksposur risiko yang sangat bear. Dan di mana terdapat
risiko bagi perusahaan, auditor internal akan memiliki minat di
dalamnya. Banyak auditor internal mengambil langkah untuk mencari
cara-cara terbaik dalam mengidentifikasikan risiko-risiko lingkungan
hidup dan membawanya pada perhatian pihak manajemen. Pada tahun
1992, dalam studi yang dilakukan oleh Badan Riset Institute of
Internal Auditors yang berjudul The Role of Internal Auditors in
Environmental Issues, dilakukan pemeriksaan atas beberapa
permasalahan dalam lingkungan hidup, termasuk definisi dari istilah-
istilah yang terdapat di dalamnya, tren-tren audit lingkungan hidup di
AS dan dunia internasional, praktik-praktik manajemen, dan
peraturannya. 7 Subjek ini akan dibahas lebih lanjut dalam Bab 26.
Sejalan dengan itu, Kamlet mengidentifikasi bagi auditor internal
beberapa perintah dari tingkat manajemen yang menangani
permasalahan lingkungan hidup. Perintah-perintah ini dapat digunakan

26
dalam menetapkan apakah manajemen telah menangani permasalahan
lingkungan hidup dengan tepat.
1. Memeriksa praktik-praktik manajemen limbah yang berlaku dalam
kaitannya dongan implikasikewajiban di masa depan.
2. Nemeriksa untuk memastikan apakah klien telah menghindarkan
pembuangan limbah kelingkungan, dan jika hal tersebut terjadi,
membersihkannya dengan baik dan benat.
3. Memastikan adanya izin pembuangan dari federal atau negara
bagian yang melingkup seluruh polutan yang memiliki potensi
terakumulasi dan bertahan lama di dalam lingkungan.
4. Melihat apakah terdapat manajemen lingkungan yang terintegrasi
dengan garis-garis pertanggungjawaban yang jelas, akuntabilitas dan
komunikasi, termasuk pelaporan informasi yang dibutuhkan kepada
manajemen secara tepat waktu.
5. Melihat apakah terdapat penghitungan ^isik aliran limbah yang
memperhitungkan seluruh keluaran limbah yang terjadi.
6. Tidak lupa mempertimbangkan perizinan rutin udara dan air.
7. Memastikan bahwa klien adalah seorang partisipan yang waspada
dalam transaksi-transaksi real estat sehingga organisasi tidak membeli
properti yang memiliki tangki penyimpanan bawah tanah yang boor,
limbah terkubur, material-material asbes, dan sejenisnya.
8. Memastikan bahwa tidak terdapat pengurukan tanah tapa izin yang
memadai.
9. Memastikan bahwa organisasi telah mengambil pendekatan-
pendekatan yang tertata dan sistematis dalam mengidentifikasikan,
mengevaluasi, dan mengontrol proses-proses yang melibatkan bahan
kimia berbahaya.
10. Mendukung digunakannya persyaratan kepatuhan terhadap
lingkungan sebagai salah satu cara untuk meraih keunggulan pasar.

Di banyak organisasi, isu-isu lingkungan hidup diserang dengan


cukup serius. Di satu organisasi, direktur audit internal mengirimkan
delapan orang auditornya ke sebuah perguruan tinggi local untuk
mendapatkan pengetahuan yang menyeluruh terhadap isu-isu tersebut
dan bagaimana cara menanganinya.

2.1.11. Penggunaan Outsourcing/Cosourcing


Outsourcing secara umum dapat didefinisikan sebagai
mengontrakkan audit internal atau fungsi-fungsi yang lain kepada pihak
luar yang bukan merupakan kar yawan dari organisasi. Outsourcing bisa
berupa tiga bentuk.

27
Menjadi tambahan bagi pekerjaan audit internal yang sudah
ada, seperti misalnya, menyewa tenaga auditor kontrak untuk
lokasi-lokasi yang terpencil di mana dibutuhkan keahlian
bahasa, atau untuk menambah keahlian-keahlian seperti di
bidang ED atau audit lingkungan hidup. Aktivitas seperti in
biasanya disebut outsourcing.
 Untuk konsultasi audit, di mana akuntan publik yang ada
diminta untuk membantu manajemen dalam mendefinisikan
area-area risiko yang spesifik. Aktivitas seperti in kadang
dikenal sebagai cosourcing.
 Untuk menggantikan fungsi audit internal yang sudah ada,
atau untuk memberikan tenaga audit internal paruh waktu
bagi organisasi berukuran kecil atau menengah. Aktivitas
seperti ini kadang dikenal sebagai cosourcing.
Alasan dilakukannya outsourcing dapat bermacam-macan:
 Sebuah organisasi ingin memulai suatu fungsi audit internal
dan ingin mendapatkan jasanya dengan segera.
 Organisasi memiliki fungi audit internal yang tidak populer
atau kurang efektif.
 Manajemen mungkin merasa bahwa waktu yang digunakan ole
audit, seperti pelatihan atau seorang junior yang menunggu
untuk ditugaskan ke sebuah proyek adalah waktu yang tidak
produktif.
 Kelompok-kelompok audit kecil mungkin tidak sanggup
mengadakan pelatihan yang memadai atau efektif.
 Organisasi kecil mungkin tidak melihat perlunya memiliki staf
audit penh waktu (full time).
 Adanya kekosongan di posisi direktur audit mungkin dapat
mengganggu operasi dan memberikan manajemen satu alasan
untuk mengakhiri sebuah fungsi audit internal.
 Dibutuhkan keahlian bagi sebuah fungsi audit yang spesifik.
Terdapat keuntungan maupun kerugian dalam outsourcing, meskipun
ia menerima caci maki dari
auditor internal profesional. Contohnya:
Keuntungan:
 Auditor kontrak mungkin lebih independen dan tidak
terpengaruh oleh politik di dalam perusahaan.
 Kebutuhan terhadap audit internal terbatas menjadi lebih
murah.

28
 Biaya akan menjadi variabel bukan konstan.
 Menggunakan kontraktor dari luardapal men berikan fletsibilia
yang lebih. baik
 Outsourcing sering kali dilaksanakan oleh profesional yang
telah memiliki reputasi dan dapat memberikan tingkat kualitas
yang dapat diandalkan.

Kerugian:
 Auditor internal lebih setia kepada organisasi.
 Mereka memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai
lingkungannya.
 Departemen audit internal dapat menjadi arena pelatihan bagi
manajer-manajer operasional masa depan.
 Outsourcing memiliki kekurangan dalam pengembangan
jangka panjang yang dapat diberikan oleh ktivitas audit
internal yang stabil. Jika manajemen eksekutif ataupun komite
audit dari dewan komisaris tidak memiliki apresiasi terhadap
audit internal yang dibutuhkan, maka fokus jangka panjangnya
pun akan terbatas.

Dymoski dan Sake menyarankan beberapa kriteria yang dapat


digunakan untuk melakukan evaluasi
pribadi atas aktivitas audit internal
1. Sumber Daya Manusia
a. Proses rekrutmen
b. Pelatihan
c. pengembangan karier
d. Kepemimpinan
 Profesionalisme
 Kerjasama tim
 Komunikasi
e. Citra
 Sertifikasi
 Kemampuan bahasa asing
 Tingkat perputaran/peluang

29
 Tingkat pengalaman

2. Pendekatan Audit
a. Komunikasi dengan klien
b. Pengetahuan industri
c. Orirentasi audit (keuangan vs operasional)
d. Risiko audit-proses penilaian
e. Jasa nilai tambah
f. Fleksibelitas
3. Perkembangan Teknologi
a. Otomatisasi kertas keria
b. Perangkat audit berbantuan komputer
c. Pencarian informasi audit
d. Teknologi baru
4. Administrasi
a. Rencana/skedul audit
b. Menghilangkan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah
c. koordinasi dengan auditor eksternal
d. Penganggaran
2.1.12. Pernyataan Misi Kualitas
Pernyataan misi kualitas menyatakan kedudukan dan arah yang
seharusnya dari direktur audit.
Pernyataan ini dapat mengangkat posisi audit di mata manajemen dan
dewan dengan menunjukkan keteguhan hati, kualitas, dan
profesionalisme yang tinggi.
Di bawah in adalah contoh-contoh dari pernyataan misi yang
dikembangkan oleh aktivitas audit
internal Alcoa dan Johnson &
Johnson: Alcoa:

30
Tim audit internal Alcoa mendedikasikan diri dalam menciptakan nilai
melalui kualitas yang
memenuhi kebutuhan jenis klien yang beragam dengan memberikan.
 Sasaran dan evaluasi profesional atas sistem kontrol internal
perusahaan di seluruh dunia.
Digunakan atas seizin Tim Audit Alcoa.
 Retomendasi dan saran untuk meningkaikan sistem kontrol,
proses bisnis, dan penggunaan
sumber daya secara ekonomis
 Koordinasi usaha audit yang paling efisien dengan akuntan
publik perusahaan.
 Aktivitas pelatihan dan pengembangan yang signifikan untuk
meningkatkan pertumbuhan
pribadi dan profesionalitas karyawan sebagai persiapan bai
kesempatan kesempatan di masa datang.

2.1.13. Pemerolehan dan Evaluasi Jasa Audit Eksternal


Direktur audit hendakinya melayani komite audit dan manajemen
organisasi secara umum sebagai seorang abli dalam mengsunakan jasa
audit eksternal dan dalam pengevaluasian jasa-jasa ini secara relatif
terhadap kepatuhan mereka akan prosedur audit yang beriaka amum.
Meskipun dewan komisaris, melalui komite audit, umumnya
bertanggung jawab atas penunjuikan jasa -jasa ini, direktur audit
hendaknya memberikan pengetahuan teknis dan spesialisasi yang
dimilkinya dalam membantu kelancaran proses ini. Practice Advisory
2050-2, "Acquisition of External Audit Services* Pemerolehan java
Audit Eksternal), merekomendasikan bahwa bantuan ini sebaiknya
meliputi:
 Partisipasi sebagai salah satu anggota dari tim seleksi
 Memberikan rekomendasi tentang kriteria yang akan
digunakan dalam proses seleksi.
 Evaluasi biaya jasa
 Mengidentifikasi peraturan atau persyaratan penyelenggaraan
lainnya yang harus dipertimbangkan.

31
Jasa audit eksternal dapat meliputi jasa-jasa tambahan di luar audit
keuangan, seperti konsultasi pajak, outsourcing audit internal khusus,
valuasi, penilaian, jasa aktuaria, pekerjaan legal, dan aktivitas khusus
sementara lainnya. Direktur audit dan staf yang tepat sebaiknya
digunakan untuk: (I) ketentuan awal dari kriteria seleksi; (2) proses
pemilihan; (3) evaluasi atas atribut-atribut para calon; dan (4) seleksi
jasa-jasa yang direkomendasikan untuk digunakan. Direktur audit juga
sebaiknya digunakan untuk mengawasi pekerjaan dari auditor eksternal
dan hendaknya bertindak sebagai penasihat bag komite audit dan dewan
komisaris akan independensi dan kualitas dari jasa teknis yang telah
diberikan.
2.2. Controlling Audit Project
2.2.1. Directing and Performing Internal Audits
Setiap perikatan audit harus dipersiapkan dengan hati-hati sebagai
bagian dari proses persiapan tahunan audit dan penilaian risiko. Namun,
project planning audit ini tidak mudah untuk dilakukan. Meskipun rencana
untuk tinjauan khusus yang tidak terjadwal telah dilakukan, permintaan lain
mungkin datang dari manajemene atau hasil yanh tidak memuaskan dalam
audit dapat menyebabkan perubahan dalam proses perencanaan audit. Apabila
perencanaan dan persiapan audit telah dilakukan dengan baik, auditor dapat
lebih menghemat waktu selama proses audit. Kegiatan persiapan ini termasuk
mendefinisikan tujuan, ruang lingkup, dan prosedur yang digunakan dalam
audit. Dalam merencanakan audit, hal-hal yang harus direncanakan meliputi:
 Menentukan tujuan audit
Kebutuhan untuk menentukan tujuan audit yang tepat adalah aspek yang
penting dalam perencanaan audit. Tujuan berdasarkan pada keinginan
manajemen, pendekatan audit yang tersedia, kapabilitas staf audit, nature
dari pekerjaan audit sebelumnya, sumber daya dan waktu yang tersedia,
dan tujuan tertentu atau keterbatasan dalam projek audit yang harus
dipertimbangkan pada awal perikatan audit. Tujuan umum adalah bagian
dari keseluruhan perencanaan audit dan mendefinisikan area beresiko
tinggi sebagai pertimbangan internal audit. Berdasarkan identifikasi
risiko, tujuan audit dapat ditentukan.
 Jadwal audit dan estimasi waktu
Estimasi waktu dan time frames harus ditentukan pada setiap proses audit.
Namun, perubahan dapat dilakukan dalam pelaksaaan audit apabila ada
kebutuhan sumber daya yang meningkat dari audit lain yang sedang
berlangsung, ruang lingkup audit yang direvisi, perubahan personel, dan
prioritas manajemen lainnya. Selain rencana tahunan dan revisinya, jadwal
audit individu harus disiapkan. Untuk departemen audit internal yang
lebih besar, jadwal audit terperinci harus disiapkan untuk seluruh
departemen audit dan auditor individu dan ditinjau setidaknya setiap
bulan

32
untuk mencerminkan perubahan atau penyesuaian. Misalnya, apabila
spesialis audit internal di bidang tertentu mungkin tidak tersedia selama
beberapa minggu atau bulan, maka diperlukan perubahan keseluruhan
dalam rencana departemen audit.
 Preliminary survey
Langkah-langkah di luar perkiraan analisis risiko dan rencana audit
dilakukan sebelum memulai audit. Langkah pertama yang harus dilakukan
adalah preliminary survey yang mengumpulkan bahan-bahan dasar
mengenai entitas yang akan diaudit. Survei ini seringkali menjadi
tanggung jawab manajemen audit atau auditor penanggung jawab yang
ditunjuk dan diikuti dengan field survey. Sebelum memulai fieldwork,
penting untuk melakukan tinjauan atas area audit dan hal-hal penting
lainnya yang mencakup perencanaan audit. Hal-hal yang harus ditinjau
selama survei pendahuluan meliputi tinjauan atas workpapers sebelumnya,
tinjauan atas laporan audit sebelumnya, organisasi entitas, atau material
audit lainnya yang berhubungan.
Langkah pertama dalam memulai audit internal adalah
menginformasikan organisasi yang akan diaudit—auditee—bahwa audit
internal telah dijadwalkan. Umumnya, pemberitahuan ini dilakukan melalui
telepon atau pembicaraan secara langsung kemudian diikuti dengan formal
engagement letter. Engagement letter ini harus menginformasikan auditee
kapan audit internal dijadwalkan, siapa yang akan melakukan review, dan
kenapa audit internal dirancakanan. Finansial, statistikal, atau laporan lain
terkait entitas yang akan diaudit harus diminta terlebih dulu. Laporan-laporan
ini akan mengdeintifikasi tren atau pola. Selain itu, perbandingan juga dapat
dilakukan pada entitas apabila ada pebedaan yang signifikan. Ketika audit
telah dijadwalkan dan manajemen auditee telah diberitahu, tim audit yang
telah dtunjuk harus bersiap untuk bekerja pada lokasi auditee. Fase ini dapat
disebut sebagai fieldwork, yang berguna untuk meningkatkan pemahaman tim
audit atas area yang akan ditinjau atau membuat dokumentasi audit awal atas
prosedur audit tertentu.
Field survey adalah aspek penting dalam menentukan arah, ruang
lingkup, dan sebesar apa usaha audit harus dilakukan. Field survey dapat
membantu auditor untuk lebih memahami sistem yang ada pada auditee dan
mengevaluasi struktur pengedalian dan level risiko pengendalian pada sistem
yang harus diaudit. Elemen-elemen yang harus dipertimbangkan dalam field
survey meliputi organisasi, manual dan direktif, laporan, observasi, dan
diskusi bersama personel kunci. Field survey adalah kontak awal dengan
auditee pada setiap tinjauan yang dilakukan. Pada fase ini, manajemen akan
bertemu tim audit dan auditor yang ditunjuk untuk mengenal entitas yang
akan ditinjau. Setelah field survey dilakukan, dokumentasi akan dibuat dalam

33
bentuk flowchart. Flowchart ini akan menjelaskan proses besar, risiko
pengendalian, dan poin pengendalian internal. Tujuan dari field survey adalah
mengonfrimasi asumsi yang diperoleh pada rencana aaal audit dan
mengembangkan pemahaman atas sistem dan proses penting. Setelah field
survey dilakukan, maka auditor dapat membentuk kesimpulan atas survey
tersebut. Bahan-bahan yang diperoleh pada survey ini akan digunakan untuk
dokumentasi dan memperbaharui workpapers.
Berdasarkan tujuan audit yang telah ditetapkan dan data yang
dikumpulkan berdasarkan preliminary dan field survey, auditor akan
mempersiapkan audit program untuk membantu tinjauan audit. Audit
program adalah prosedur yang menjelaskan langkah, prosedur, dan pengujian
yang harus dilakukan auditor ketika melaksanakan audit. Program ini harus
diselesaikan setelah preliminary dan field survey telah dilakukan, dan
sebelum fieldwork audit dilakukan. Audit program ini kemudian akan
dimasukkan ke dalam workpapers. Audit program ini dirancang untuk
membantu auditor mengumpulkan bukti audit. Audtor internal dapat
menemukan sejumlah bentuk bukti audit yang dapat berguna dalam
menyimpulkan hasil audit. Salah satu bukti audit yang paling kuat adalah
konfirmasi dari pihak independen. Bukti lain yang dapat dimiliki oleh auditor
adalah inquiry atau observasi.
Setelah semua persiapan audit telah dilakukan, audit fieldwork akan
dilaksanakan berdasarkan audit program. Apabila setiap langkah audit telah
diselesaikan, auditor harus mencatat tanggal pelaksanaannya paad audit
program. Dokumentasi akan dikumpulkan pada setiap langkah audit, termasuk
analisis yang dibat oleh auditor dan orang yang melakukan preliminary
review audit. In-charge auditor akan memantau progress audit dan
workpapers yang dikerjakan pada setiap langkah audit. Kemudian, audit
workpapers akan mendokumentasikan setiap pekerjaan yang dilakukan oleh
auditor. Workpapers itu akan menjadi dasar atas temuan dan rekomendasi
yang akan tercantum pada laporan akhir audit.
2.2.2. Workpapers: Documenting Internal Audits Activities
Workpapers adalah dokumen tertulis yang disimpan oleh auditor
internal yang berisi dokumentasi, laporan, korespondensi, dan sampel
material lainnya—berkaitan dengan bukti audit—yang dikumpulkan atau
diakumulasi selama audit dilakukan. Istilah workpaper merupakan istilah
auditor yang menggambarkan file fisik atau file di dalam komputer yang
mencakup jadwal audit, analisis, dan salinan dokumen yang disiapkan sebagai
bagian dari audit. Karakteristik umum dari semua workpapers terlihat dari
hadirnya bukti audit yang digunakan untuk menyimpulkan hasil audit.
Workpapers ini harus disimpan dengan baik untuk referensi audit selanjutnya
serta untuk pembuktian kesimpulan dan rekomendasi audit yang dilaporkan.
Sebagai jembatan antara prosedur audit internal yang sebenarnya dan
laporan yang

34
dikeluarkan, workpapers adalah sarana untuk mencapai tujuan audit.
Workpapers dibuat agar sesuai dengan tugas audit tertentu dan sangat
fleksibel, serta harus mendukung dan mendokumentasikan tujuan dan
aktivitas auditor internal, terlepas dair bentuk fisiknya.
Secara keseluruhan, tujuan workpapers adalah untuk
mendokumentasikan bahwa audit yang memadai telah dilakukan mengikuti
standar profesional yang berlaku. Auditor dapat lebih memahami peran dari
workpapers selama proses audit dengan mempertimbangkan fungsi besar dari
workpapers itu sendiri, yaitu:
 Dasar untuk merencanakan audit. Workpapers dari audit sebelumnya
memberikan auditor informasi-informasi penting untuk melaksanakan
audit saat ini di ruang lingkup audit yang sama. Workpapers mungkin
berisi deskripsi entitas, evaluasi pengendalian internal, anggaran waktu,
program audit yang digunakan, dan hasil lain dari pekerjaan audit lalu.
 Catatan atas proses audit yang telah diakukan. Workpapers
menggambarkan pekerjaan audit yang sedang dilakukan dan merujuk ke
program audit yang telah ditetapkan. Apabila audit bersifat khusus, seperti
investigasi fraud dimana tidak ada program audit formal yang telah
ditetapkan, catatan harus dibuat tentang pekerjaan audit yang dilakukan.
Catatan dalam workpapers ini mencakup deskripsi kegiatan yang ditinjau,
salinan dokumen perwakilan, tingkat cakupan audit, dan hasil yang
diperoleh.
 Digunakan selama audit. Dalam beberapa kasus, workpapers berpean
langsung untuk melaksanakan proses audit. Selain itu, workpapers dapat
berisi berbagai log kontrol yang digunakan oleh anggota tim audit
maupun flowchart untuk membrikan panduan selama proses audit.
 Deskripsi situasi khusus. Selama audit dilakukan, situasi khusus dapat
terjadi terkait dengan kepatuhan terhadap kebijakan atau prosedur yang
ditetapkan, akurasi, efisiensi, kinerja personel, atau potensi penghematan
biaya.
 Dukungan untuk kesimpulan audit tertentu. Hasil akhir dari sebagian
besar audit internal adalah laporan audit formal yang berisi temuan dan
rekomendasi. Dokumentasi yang mendukung temuan dapat berupa bukti
aktual seperti salinan pesanan pembelian yang tidak memiliki tanda
tangan yang diperlukan. Workpapers harus menyediakan bukti yang
cukup untuk mendukung temuan audit tertentu yang dimasukkan dalam
laporan audit.
 Sumber referensi. Workpapers dapat menjawab pertanyaan tambahan
yang diajukan oleh manajemen atau auditor eksternal. Pertanyaan tersebut
mungkin berhubungan dengan temuan laporan audit tertentu atau
rekomendasinya, atau mungkin berhubungan dengan pertanyaan lain.
Workpapers dapat memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

35
 Penilaian staf. Kinerja anggota staf selama audit—termasuk kemampuan
auditor untuk mengumpulkan dan mengatur data, mengevaluasinya, dan
sampai pada kesimpulan—secara langsung tercermin atau ditunjukkan
dalam workpapers.
 Koordinasi audit. Auditor internal dapat bertukar workpapers dengan
auditor eksternal, saling mengandalkan pekerjaan satu sama lain. Selain
itu, auditor pemerintah, dalam tinjauan peraturannya atas pengendalian
internal, dapat meminta untuk memeriksa workpapers auditor internal.
Dalam standar auditor internal yang dikeluarkan oleh IIA, terdapat
panudan dalam persiapan atau penggunaan audit workpapers menurut standar
2330 yang berisi, “auditor internal harus mencatat informasi relevan yang
dapat mendukung kesimpulan dan hasil perikatan audit. Jenis maupun format
workpapers dapat berbeda pada satu departemen internal audit dengan
departemen lainnya. Departemen itu harus mengembangkan workpapers
masing-masing berdasarkan standar yang berlaku. Berdasarkan standar yang
ada, workpapers internal audit harus memperhatikan hal-hal seperti:
 Relevansi dengan tujuan audit. Isi dari workpapers harus relevan dengan
keseluruhan perikatan audit dan tujuan khusus tertentu.
 Kondensasi detail. Kondensasi dan peringkasan detail yang cermat dapat
mengurangi workpapers dari isi yang tidak penting dan membuat
penggunaannya di kemudian hari lebih efisien.
 Kejelasan presentasi. Untuk menyajikan materi yang jelas dan dapat
dipahami, auditor dan supervisor harus meninjau presentasi workpapers
secara berkelanjutan dan membuat rekomendasi untuk perbaikan.
 Akurasi workpapers. Akurasi sangat penting untung semua jadwal audit
dan data kuantitatif lainnya. Workpapers dapat digunakan kapan saja di
masa depan untuk menjawab pertanyaan dan untuk mendukung
representasi audit internal di kemudian hari.
 Standards of form. Agar workpapers menggambarkan pekerjaan audit
yang dilakukan secara akurat, workpapers harus disiapkan dalam format
yang konsisten dalam setiap workpapers yang dimiliki oleh departemen
internal audit. Standards of form harus mencakup:
o Preparation of headings. Halaman workpapers harus memiliki judul,
komponen tertentu dari perikatan audit yang terkandung dalam
workpapers tertentu, dan tanggal. Judul yang lebih kecil di satu sisi
harus menunjukkan nama atau inisial orang yang menyiapkan
workpapers dan tanggal persiapan.
o Organisasi. Penggunaan judul yang tepat, spasi, dan kecakupan margin
dapat meningkatan pemahaman ketika membaca workpapers.

36
o Kerapihan dan dapat dibaca. Kualitas-kualitas ini tidak hanya
membuat workpapers lebih bermanfaat bagi user, tetapi juga
menegaskan perhatian yang diberikan dalam perisapan audit.
o Cross-indexing. Semua workpapers harus dilakukan indexing maupun
corss-indexing, yang berguna untuk memberikan jejak bagi auditor
dan memastikan keakuratan informasi dalam workpapers, serta dalam
laporan audit berikutnya.
Saat ini, sebagian besar auditor internal menyiapkan workpapers
mereka di komputer atau laptop dimana banyak komentar dan jadwal auditor
disimpan dalam file dan folder yang aman. Terlepas dari ukuran halaman atau
media, tujuan workpapers adalah untuk menyediakan kerangka kerja standar
untuk mendokumentasikan kegiatan audit internal. Format kertas kerja dapat
diperluas menjadi:
 Organisasi dokumen workpapers
Audit biasanya akan melibatkan pengumpulan sejumlah besar bahan
untuk mendokumentasikan proses audit. Dengan cakupan luas kegiatan
operasional yang ditinjau dan cakupan prosedur audit yang sama luasnya,
bentuk dan isi workpapers tersebut dapat sangat bervariasi. Untuk
sebagian besar audit internal, workpapers dapat dipisahkan menjadi area
audit luas seperti file permanen; file administrative; file prosedur audit;
file prosedur audit berbantuan komputer khusus; dan laporan audit dan
tindak lanjut audit.
 Computer-Asssited Audit Techniques Workpapers
Workpapers untuk CAAT umumnya memiliki pendekatan yang berbeda
daripada workpapers konvensional. Dengan CAAT, serangkaian rutinitas
khusus yang dikembangkan auditor digunakan untuk mensurvei file,
melakukan perhitungan ulang, atau melakukan beberapa tes audit dan
prosedur analisis lainnya. CAAT membutuhkan auditor khusus yang
mengembangkan atau mengontrol rutinitas software untuk menganalisis
beberapa file atau catatan otomatis lainnya. Untuk software pengambilan
audit yang sangat sederhana, workpapers dapat berisi daftar kode program
aktual yang digunakan serta beberapa bukti. CAAT workpapers harus
memiliki deskripsi yang cukup rinci tentang kapan CAAT dijalankan,
setiap masalah yang dihadapi selama pemrosesa dan analisis yang
dilakukan untuk mengajukan pertanyaan atau memverifikasi hasil dari tes
CAAT.
Sebagian besar proses persiapan workpapers mencakup drafting audit
comments dan mengembangkan jadwal untuk mendukung proses audit
hingga memperoleh kesimpulan audit. Dibutuhkan proses detail yang
mewajibkan auditor internal untuk mengikuti standar departemen audit secara
keseluruhan untuk menyiapkan workpapers, dan juga membuat workpapes
agar dapat

37
mudah diikuti dan dipahami. Aspek paling penting adalah untuk memastikan
bahwa setiap staf internal audit memiliki pemahaman atas tujuan dan
pentingnya workpapers. Baik disiapkan secara manual maupun menggunakan
bantuan computer-based system, workpapers audit harus dipersiapkan pada
indexing tertentu dan standar notation untuk memudahkan review bagi orang
lain.
 Workpaper indexing dan cross-referencing
Cross-reference dan notation yang memadai dapat memudahkan auditor
atau reviewer untuk mengetahui referensi dan melacaknya kembali ke
sumber aslinya. Misalnya, workpapers yang menjelaskan tinjauan
keuangan atas aset tetap mungkin menyebutkan bahwa sistem otomatis
yang menghitung depresiasi tidak memiliki kontrol yang memadai.
Dengan cross-reference, pembaca laporan dapat dengan mudah
menemukan kontrol perhitungan penyusutan tersebut saat meninjau
workpapers. Halaman workpapers dengan nomor indeks sering
ditempatkan di pojok kiri atas. Nomor itu juga terhubung langsung ke
daftar isi. Cross-reference mengacu pada penempatan nomor indeks
workpapers referensi lain dalam jadwal workpapers yang diberikan.
Misalnya, jadwal workpapers dapat membahas pengendalian atas
penambahan aset tetap dan menyatakan bahwa semua penambahan di atas
batas yang ditentukan. Pernyataan itu akan mereferensikan nomor indeks
workpapers lain dan menunjukkan bukti atas pernyataan itu.
 Tickmarks
Tickmarks adalah bentuk manual auditor atau notasi pensil yang telah
berkembang selama bertahun-tahun, terutama untuk audit keuangan.
Seorang auditor dapat mengembangkan tickmarks tertentu untuk
menunjukkan bahwa nilai tertentu pada laporan keuangan berhubungan
dengan nilai lainnya dan tickmarks lain untuk menunjukkan bahwa nilai
itu terkait dengan neraca saldo. Tickmarks dapat meningkatkan
komunikasi karena manajemen dapat dengan mudah meninjau dan
memahami workpapers.
 References to external audit sources
Auditor internal sering mencatat informasi yang berasal dari sumber
eksternal. Sebagai contoh, auditor dapat mengumpulkan pemahaman atas
area operasional berdasarkan interview dengan manajemen. Audtor dapat
mencatat hasil interview itu pada workpapers dan mengandalkan apa yang
dikatakan ke auditor sebagai dasar untuk melakukan pengujian lanjutan
atau kesimpulan audit.
 Workpaper rough notes
Ketika melakukan interview, auditor internal sering membuat rough notes,
seringnya ditulis dalam personal form yang hanya dapat dibaca oleh

38
auditor itu sendiri. Auditor kemudian harus menulis ulang catatan kasar
ini dalam workpapers.
Seluruh workpapers harus ditinjau ulang secara independen untuk
memastikan bahwa seluruh pekerjaan penting telah dilakukan, semua hal
telah dijelaskan secara lengkapm dan temuan audit telah didukung dengan
bukti yang memadai. Chief Audit Executive (CAE) memiliki tanggung jawab
keseluruhan atas tinjauan ini, tapi pekerjaan itu dapat didelegasikan kepada
orang yang memantau departemen internal audit. Bukti atas tinjauan ini harus
meliputi inisial reviewer dan tanggal kapan workpapers itu ditinjau. Beberapa
fungsi internal audit juga menyiaopkan memorandum atau review checklist
untuk mendokumentasikan sejauh apa review dilakukan.
Audit workpapers merupakan properti organisasi secara keseluruhan
dan komite audit, tetapi workpapers harus dalam lindungan departemen
internal audit. Akses atas workpapers ini harus dikontrol oleh departemen
internal audit dan dibatasi hanya untuk individual yang berkepentingan.

2.3. Quality Assurance


2.3.1. Pengertian Quality Assurance
Quality assurance menurut Hadiawiarjo et al (2000) adalah
keseluruhan kegiatan yang terencana dan resmi yang dimaksudkan untuk
memberikan kepercayaan bahwa keluaran akan memenuhi tingkat mutu
yang diinginkan. The Institute of Internal Auditor pada statement on internal
auditing standard No. 4: Quality Assurance (1986) mendefinisikan sebagai
berikut: as a general term “quality assurance” is usually understand to
mean the process of objective review of overall effectiveness and compliance
with relevant policies and standard.
Menurut The Institute of Internal Auditor pada statement on internal
auditing standard No. 4: Quality Assurance (1986), tujuan program quality
assurance adalah “to provide reasonable assurance that the internal
auditing work conform with the standard for the professional practice of
internal auditing, the internal auditing department,s charter and other
applicable standards.”
Departemen internal audit berkewajiban melaksanakan program
quality assurance sebagaimana diamanatkan dalam standard No. 560 “the
director of internal auditing should establish and maintain a quality
assurance program to evaluate the operation of the internal auditing
department”.

39
Quality assurance adalah sangat perlu dalam menjaga kemampuan
departemen internal audit untuk melaksanakan fungsinya secara efektif dan
efisien. Quality assurance juga sangat penting dalam mencapai dan
memelihara tingginya tingkat kepercayaan dari manajemen, komite audit dan
siapa saja yang mempunyai hubungan dengan pekerjaan dan hasil internal
audit. Untuk kepentingan pelaksanaan quality assurance, the Institute of
Internal Auditor memberikan pengarahan dengan dikeluarkannya Statement
on Internal Auditing Standard No. 4 tentang Quality Assurance. Selanjutnya
pengarahan ini dimasukan sebagai bagian dari standar 560 dari standard for
the Professional Practice of Internal Auditing.

2.3.2. Unsur-unsur Quality Assurance


Ada tiga unsur yang harus dimasukkan dalam program quality
assurance sesuai dengan standar, yaitu:
1. Supervisi
Supervisi merupakan unsur pokok dalam program quality assurance dan
harus dilaksanakan secara berkelanjutan sejak perencaan, pemeriksaan,
evaluasi dan penyusunan laporan hasil pemeriksaan. Didalamnya termasuk
juga pengawasan dan pelatihan, evaluasi untuk kerja pegawai dan
pengawasan administrative yang berhubungan dengan tugas-tugas
pemeriksaan. Supervisib erdasarkan standar meliputi:
a) Providing suitable instruction to subordinates at the outset of the audit
and approving the audit program.
b) Seeing that the approved audit program is carried out unless deviations
are both justified and authorized.
c) Determining that audit working papers adequately support the audit
findings, conclusion and report.
d) Making sure that the audit report are accurate, objectives, clear,
concise, constructive and timely.

2. Internal Review
Internal review dilakukan oleh staff internal auditing secara teratur
untuk menilai kualitas pekerjaan dengan cara yang sama bila dilakukan
oleh selain internal audit. Biasanya dilakukan oleh sebuah team atau
pegawai staff yang dipilih oleh direktur internal auditing. Peninjauan
tersebut untuk dapat mengindikasikan “the degree of compliance with the
standards for the professional practice of internal auditing”. Level of audit
effectiveness and extent of compliance with organizational and department
policies and standard.

40
Jika internal review secara formal tidak perlu dilakukan, maka unsur
unsur evaluasi internal berikut ini mencakup:
a) Review by the director of internal auditing, audit manager, or
supervisor of a sample of audit (and areas of audit administration) where
the work was performed under the direction of the other managers or
supervisor. As an ongoing process this can provide training, exchange of
ideas and greater uniformity of internal auditing.
b) Feedback from auditee through the use of questionnaires or surveys,
either routinely after each audit or periodically for selected audit. This
process will elicit management’s perception of internal auditing
department and may also result in suggestions to make it more effective
and responsive to management’s need.

3. External Review
External review sebaiknya dilakukan oleh orang-orang yang
berkualifikasi dan bebas dari keterkaitan dengan organisasi yang ditelaah
dan tidak mempunyai kepentingan yang bertentangan (conflict of interest).
Penelaahan ini sedikitnya dilakukan sekali dalam tiga tahun sesuai dengan
standar yang menyatakan “such review should be conducted at least one
every three years”

41
BAB III
PENUTUP
Dalam melaksanakan proses internal audit, langkah-langkah yang
harus dilakukan oleh auditor meliputi melakukan analisis risiko untuk
mengidentifikasi potensi risiko pengendalian; berdasarkan hasil analisis risiko
dan kendala sumber daya audit, kemudian akan dikembangkan rencana
tahunan audit dan rencana jangka panjang untuk melakukan audit;
menjadwalkan audit dan mengalokasikan sumber daya; menyiapkan
engagement letter untuk auditee; melakukan field survey yang meliputi area
audit; menyiapkan atau menyempurnakan workpapers berdasarkan standar
departemen dan field survey; memulai fieldwork dan melakukan prosedur
audit; mendokumentasikan prosedur dan melakukan pengujian atas
pengendalian utama; mengembangkan poin-poin yang mencakup temuan
audit potensial; dan menyelesaikan fieldwork dan meninjau temuan yang
diusulkan.

Audit workpapers, bersamaan dengan laporan audit, merupakan hasil


akhir dari proses audit yang dilaksanakan oleh auditor internal. Workpapers
berguna untuk mendukung laporan akhir audit. Workpapers ini harus
disimpan dengan baik untuk referensi audit selanjutnya serta untuk
pembuktian kesimpulan dan rekomendasi audit yang dilaporkan. Sebagai
jembatan antara prosedur audit internal yang sebenarnya dan laporan yang
dikeluarkan, workpapers adalah sarana untuk mencapai tujuan audit.
Workpapers dibuat agar sesuai dengan tugas audit tertentu dan sangat
fleksibel, serta harus mendukung dan mendokumentasikan tujuan dan
aktivitas auditor internal, terlepas dair bentuk fisiknya.

DAFTAR PUSTAKA
42
Lawrence B. Sawyer & Glen E. Sumners Sawyer’s Internal Auditing, 4th
edition, The Institute of Internal Auditors, 2003

Richard L. Ratliff, et. al, Internal Auditing, Principles and Techniques, 2nd
edition, 1996, The Institute of Internal Auditors

Moeller, Robert R, Brink’s Modern Internal Auditing, 2005, John Wiley &
Sons, Inc, Hoboken, New Jersey.

43
44

Anda mungkin juga menyukai