Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

PERPAJAKAN

“Tata Cara Pengisian Dan Pelaporan SPT Tahunan”

Disusun Oleh

Juan Berhand Yakop_C30121191

AKUNTANSI NON REGULER


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-NYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
ARIF GUNARSA, S.E., M.Si., Ak., CA. selaku dosen mata kuliah Perpajakan yang telah
memberikan tugas makalah ini sehingga kami dapat mahami.

Dan saya berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya, saya yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN

1.1............................................................................................................................Latar
Belakang............................................................................................................1
1.2............................................................................................................................Rum
usan Masalah.....................................................................................................1
1.3............................................................................................................................Tuju
an.......................................................................................................................2

BAB II. PEMBAHASAN

2.1............................................................................................................................Audi
t Internal.............................................................................................................3
2.2............................................................................................................................Mem
otivasi Pihak Yang Diaudit................................................................................4
2.3............................................................................................................................Hub
ungan Dengan Gaya Manajemen.......................................................................5
2.4............................................................................................................................Peng
elolaan Konflik..................................................................................................6
2.5............................................................................................................................Masa
lah Masalah Hubungan......................................................................................8
2.6............................................................................................................................Kara
kteristik Umum Individu...................................................................................8
2.7............................................................................................................................Kesa
daran Pada Diri Sendiri......................................................................................9
2.8............................................................................................................................Kom
unikasi Secara Efektif........................................................................................10

iii
2.9............................................................................................................................Pela
ksaan Audit Parsitipatif.....................................................................................11
2.10. Penggunaan Pengetahuan Keperilakuan Dalam Audit…………………… 11

BAB III. PENUTUP


3.1............................................................................................................................Kesi
mpulan...............................................................................................................13
3.2............................................................................................................................Sara
n.........................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnya
aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan aktivitas-aktivitas
auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak
hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang
mengarah pada aspek keperilakuan auditor.

Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal
berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan catatan-catatan
suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan profesi akuntansi.
Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang
yang menjalankan operasi organisasi.

iv
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi aktivitas
yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi antara orang yang
dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi dengan para auditor.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang mencakup Audit Internal?
2. Bagaimana memotivasi pihak yang diaudit?
3. Bagaimana hubungan dengan gaya manajemen?
4. Bagaimana pengelolaan konflik?
5. Bagaimana masalah-masalah hubungan?
6. Bagaimana karakteristik umum individu?
7. Bagaimana kesadaran pada diri sendiri?
8. Bagaimana  komunikasi secara efektif?
9. Bagaimana pelaksanaan audit partisipatif?
10. Bagaimana penggunaan pengetahuan keperilakuan dalam audit?

1.3. Tujuan
Untuk menambah wawasan kita terkait dengan aspek keperilakuan dalam pengauditan
dan untuk memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Akuntansi Keperilakuan.

v
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Audit Internal
 Sejarah Audit Internal
Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya memfokuskan diri
pada masalah-masalah teknis akuntansi menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan
jasa bernilai tambah bagi manajemen. Pada awalnya, audit internal berfungsi sebagai “adik”
dari profesi auditor eksternal, dengan pusat perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-
angka keuangan. Namun saat ini audit internal telah memisahkan diri menjadi disiplin ilmu
yang berbeda dengan pusat perhatian yang lebih luas. Audit internal modern menyediakan
jasa-jasa yang mencakup pemeriksaan dan penilaian atas control, kinerja, risiko, dan tata
kelola (governance) perusahaan public maupun privat.

 Pengertian Audit Internal

vi
Menurut Sukrisno Agoes (2004:221), internal audit (pemeriksaan intern) adalah
pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan
keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen
puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-
ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di
bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dan
lain-lain. Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar akuntansi keuangan.

Definisi audit internal menurut IIA (Institute of Internal auditor) yang dikutip oleh Boynton
(2001:980) yakni: ”Internal auditing is an independent, objective

 Tujuan Audit Internal


Menurut Hiro Tugiman (2006:11) tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para
anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk itu,
pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-saran.
Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya
yang wajar.
Menurut Sukrisno Agoes (2004:222), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal
auditor adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan
tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai
kegiatan yang di periksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, internal auditor harus
melakukan kegiatan-kegiatan berikut:

1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem
pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional
lainnya serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang
tidak terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur yang
telah ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan
dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi
dapat dipercaya.

vii
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang
diberikan oleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan
efisiensi dan efektifitas.

2.2. Memotivasi Pihak Yang Diaudit


Motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal. Dalam teori
motivasi, dikenal dengan lima kebutuhan pokok Maslow. Dua dari kebutuhan pokok tersebut
adalah keinginan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan
dikenal, sehingga dapat melayani auditor internal secara baik.

1. Kebutuhan Menjadi Bagian dari Organisasi


Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk
memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat
mereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam pertimbangan
keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi.

Para auditor diminta untuk mendekati pihak yang diaudit dengan bahasa yang
memperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta dengan mempercayai pihak yang
diaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas pencapaian tujuan dari pekerjaan audit
sekarang. Hal ini harus dicapai melalui jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif
mereka akan dicerminkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit.

2. Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain


Kebutuhan akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit
untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasikan
bidang – bidang yang bermasalah, membantu dalam investigasi terhadap kinerja, serta
mengembangkan tindakan – tindakan korektif. Aspek terpenting disini adalah auditor
mengidentifikasikan tindakan – tindakan pihak yang diaudit secara langsung sebagai bagian
dari usaha audit. Pihak yang diaudit biasanya akan menerima rasa hormat dan respons
manajemen melalui penerapan audit yang merupakan bagian dari manajemen yang
berpengaruh dalam melakukan perbaikan operasional manajemen.

2.3. Hubungan Dengan Gaya Manajemen


Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Keempat gaya
manajemen tersebut yaitu :

viii
a. Gaya mengarahkan
Gaya mengarahkan berarti pemimpin memberikan intruksi spesifik dan mengawasi
penyelesaian pekerjaan dari dekat. Pada gaya pertama, aturan-aturan manajemen dipatuhi
secara sangat ketat. Auditor seharusnya tidak membuat ikatan-ikatan dengan staf tanpa
persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk
memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi, sehingga harus ambil langkah
lain.

b. Gaya melatih
Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan mengawasi
penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan, menawarkan saran, dan
mendukung kemajuan bawahannya.

c. Gaya mendukung
Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya bawahan
untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam pembuatan keputusan
dengan bawahan.

d. Gaya mendelegasikan
Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung jawab pembuatan
keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara relative utuh. Bila audit
dilakukan menggunakan pendekatan audit tradisional, maka auditor akan mempercayai
atau mau membantu audit tersebut secara penuh. Auditor sebaiknya memilih pendekatan
yang membuatnya dapat berhubungan dengan kelompok pihak yang diaudit.
Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen dari pihak
yang diaudit akan menyebabkan audit kesulitan dalam perolehan bantuan serta kerja sama
secara sukarela.

2.4. Pengelolaan Konflik

Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit (Chambers
at al., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak
ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik dapat terjaadi
dalam hal – hal seperti berikut :

a. Lingkup seperti terhadap manajemen.


b. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.

ix
c. Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
d. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang
diaudit.

Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung
mempertahakan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung mempertahankan
lembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang auditor bekerja pada
suatu lembaga bisnis professional, yang dikelilingi oleh suatu birokrasi, konflik dan
hilangnya nilai – nilai serta norma – norma profesionalisme akan muncul. Di pihhak lain,
sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan lingkungan anggota seprofesi sering kali
dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang dimunculkan oleh satu atau
beberapa orang professional yang mempertahankan nilai – nilai profesionalismenya akan
cenderung menjadi pemicu konflik.

Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap auditor dan dapat kesimpulan
menyatakan bahwa:

1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi dibandingkan
dengan konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja dilingkungan organisasi bisnis
bukan profesi.
2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding terbalik
dengan posisi individu dalam suatu birokrasi.
Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan
berhubungan secara positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja.Konflik
akan muncul ketika di dalam organisasi bisnis profesional terdapat sebagian orang
yang memegang teguh
3. nilai –nilai profesionalismenya, sementara sebagian lainnya tidak bahkancenderung
untuk menghilangkan nilai – nilai tersebut.

Ada empat metode khususyang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik:

1) Arbitrasi
Pada metode ini, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga yang
menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi tersebut. Hanya saja
banyak pihak yang tidak menggunakan metode ini karna masalah biaya yang
dianggap mahal.
2) Mediasi

x
Metode terbaik lainnya adalah mediasi, mediasi merupakan metode kompromi
dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan seorang juri senderung
memegang teguh kepentingan-kepentingan organisasi.
3) Kompromi
Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan
adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat dikompromikan.
4) Langsung

Keempat metode tersebut mencoba untuk mencapai suatu posisi yang dianggap adalah
yang terbaik bagi organisasi.Metode tersbut tidak selalu mencoba untuk meredakan perasaan
dari masing – masing kelompok yang mengalami konflik.Metode yang terbaik dan paling
sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan adalah metode kompromi, jika perbedaan
masih dapat di kompromikan.Metode terbaik lainnya yaitu mediasi.Mediasi merupakan jenis
metode kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan sseorang juri
cenderung memegang teguh kepentingan – kepentingan organisasi.Pada metode arbitrasi,
ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga yang menjadi suatu harapan
penyelesaian konflik dalam organisasi tersebut.

2.5. Masalah Masalah Hubungan


Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk
memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep – konsep tersebut merupakan perilaku
langsung dan kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk semua hubungan singkat
perusahaan. Konsep tersebut meliputi :

a. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat – sifat dasar individu. Auditor
seharusnya menyadari adanya perbedaan ini dan mempertimbangkan dalam kaitannya
dengan karyawan pihak yang diaudit.
b. Pengaruh terbesar terhadap perasaan - perasaan dan emosi seharusnya juga
dipertimbangkan. Auditor seharusnya mengidentifikasi keberagaman peranan dan
mencoba menangani hal tersebut secara efektif.
c. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan. Staf pihak yang diaudit tidak
memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh stf audit. Beragam
pengalaman, pendidikan, dan lingkungan dari kedua kelompok menghasilkan

xi
dikotomi terhadap sikap dan interprestasinya.Perbedaan ini dapat berdampak serius
pada komunikasi dan dapat menjadi sumber yang konstan dari sikap –sikap yang
kurang menyenagkan jika tidak di pertimbangkan secara hati – hati.
d. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan. Variasi dari
apa yang disebut sebagai kelompok dinamis menghasruskan auditor untuk
memodifikasi pendekatan secara teknis ketika melakukannya dengan kelompok yang
lebih luas. Hal disebabkan karena banyak pendekatan teknis yang tidak
mengintegrasikan seluruh variasi perilaku.
e. Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagi suatu variasi akhir. Setiap
perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang.Auditor seharusnya
memasukkan variasi ini ke dalam pertimbangan pada hubungan interpersonal.

2.6. Karakteristik Umum Individu

Brink dan Witt (1982) juga telah membuat suatu daftar mengenai karakteristik
kelompok individu dari orang-orang yang beradadalam berbagai tingkatan. Auditor
seharusnya mempertimbangkan hal tersebut karena hal ituberpengaruh terhadap
kepribadian,sikap,dan aktivitas. Pengetahuan dan pertimbangan atas perbedaan inidapat
membantu untuk memastikan hubungan yang lebih harmonis. Pada umumnya sifat yang
muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individudari pihak yang diaudit meliputi :

1. Menjadi Produktif, sibuk padapekerjaan-pekerjaan yang bermakna.


2. Mempunyai dorongan kearah dedikasi terhadap suatuusaha yang dianggap
penting.
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu
lain.
4. Bebas untukmemilihguna mendapatkan indenpendensi dan kebebasan pilihan.
5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.
6. Memiliki bias pada diri sendiri,tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji
dibandingkan dengan kritik.
7. Mencari kepuasan diri sendiri.
8. Memiliki nilai untukmendapatkan imbalan atas usahanya.
9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik.
10. Menjadi bagian tim yang sukses.
11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.

xii
12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13. Lebih cenderung untuk sensitive dibandingkandengan membantu orang.

2.7. Kesadaran Pada Diri Sendiri

Dalam suatu situasi dimana terdapat banyak hubungan interpersonal sebagaimana


yang terdapat didalam audit internal, merupakan hal penting untuk menyadari dan
memegang teguh keseimbangan serta untuk memandabg diri sendiri sebagaimana orang
lain memandangnya (Ratclff et al,1988). Beberapa elemen utama dari aspek yang
terpenting kondisi ini adalah:

1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam


berhubungan secara mental ,fisik dan karakterisrik pribadi.
2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalamlingkungan relative yang dimilki
seseorang dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok
organisasi yang luas.
4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan- kebutuhan orang lain
5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego
seseorang.
6. Suatau perasaan keterpaduan yangberasal dari kepercayaan bahwa seseorang
berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.
2.8. Komunikasi Secara Efektif

Komunikasi ini terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, laporan tertulis.
Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan cara
yang positif untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dalam menjalankan audit.

Terdapat unsur-unsur yang dipresentasikan baik secara lisan maupun tulisan yang
dipertimbangkan untuk memiliki hubungan perilaku yang baik unsur tersebut adalah :

1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah
bagian dari manajemen.
2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahan-
kesalahan dari pihak yang diaudit.
3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan baik secara
verbal maupun tertulis.

xiii
4. Ketika memberikan saran pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit sebab
hal ini berimplikasi kepadaanggapan mereka .
5. Mengijinkan pihak yang diaudit untuk melakukan perubahan dalam bahasa
laporan sepanjang tidak mengubah subtansinya.
6. Jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas, karena auditor
mencari fakta dan tidak bertindak sebgai seorang penasihat yang berhungan
dengan moral.
7. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
8. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari
temuanya.
9. Mengizinkan paihak yang diaudit sepanjang proses penyusunan laporan untuk
mengungkapkan pendapat
10. Sopan dengan seluruh tingkatan staff pihak yang diaudit dan menyambut
manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat.
11. Melakukan pertemuan dan wawancara dikantor pihak yangdiaudit.
12. Mempertimbangkan kemungkinatekanan yang muncul dalam diri pihak yang
diaudit.

2.9. Pelaksaan Audit Parsitipatif

Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang
baik berasal daripendekatan keprilakuan. Elemen keprilakuan tersebut meliputi:

1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diadit bidang mana yang akan diaudit.
2. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam
menilai.
3. Perolehan persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi
4. Dapatkan persetujuan atas isi laporan
5. Memeasukan informasi nyata pada laporan audit. Partisipasi didalam audit
membantu memecahkan berbagai permasalahan dan mengordinasikan tindakan
korektif.Seluruh keberhasilan diatas tergantung pada kredibilitas auditor atas
kekejujuran.

xiv
2.10. Penggunaan Pengetahuan Keperilakuan Dalam Audit

Secara umum penanganan keperilakuan organisasi adalah akibat dari berbagai hal
berikut:

a. Kondisi, pada umumnya kualitas dri struktur pengendalian internal.


b. Motivasi atau kebutuhan dari karyawan kantor untuk membentuk etika dan
kejujuran.
c. Sikap atas dasar karakteristik pribadi dari seluruh tingkatan karyawan.

Diasumsikan bahwa para auditor internal dalam setiap pekerjaannya selalu


berhubungan dengan karyawan – karyawan yang ada diorganisasi. Kedekatan ini
menghasilkan posisi evaluative yang memungkinkan karyawan untuk menerima atau
menolak auditor, di mana hal tersebut akan berdampak pada tingkat kebebasan auditor.
Pengalaman dan pemahaman atas aspek keperilakuan serta pertimbangan terkait
memberikan kepada auditor alat audit yang kuat.

Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami
budaya organisasi.Porter et al (1985) dikatakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi
sikap dan perilaku auditor. Untuk budaya organisasi, unsur-unsur tercermin, antara lain :
1. Komitmen karyawan
2. Kualitas pelatihan dan Pengembangan staf
3. Identitas perusahaan seperti kebijakan.
4. Pembuatan keputusan.
5. Fokus manajemen.

Oleh karena itu, suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika laporan audit
dapat diterima dan di implementasikan.

xv
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya
dibicarakan tentang teknik – teknik audit tetapi juga bagaimana auditor mengambil
kebijakan untuk menentukan suatu fakta. Sering kali, pertimbangan – pertimbangan
yang diambil oleh auditor menjadi penentu dalam memutuskan suatu masalah,
terutama dalam hal menetapkan pendapat.Untuk itu, sikap, persepsi, dan perilaku
menjadi acuan dalam pembahasan mengenai pertimbangan seorang auditor, baik
auditor internal maupun eksternal.

xvi
Internal audit (pemeriksaan intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan
akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang
telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan
dari ikatan profesi yang berlaku.tujuan pemeriksaan internal adalah membantu para
anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif. Untuk
itu, pemeriksaan internal akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran-
saran. Tujuan pemeriksaan mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif
dengan biaya yang wajar.

3.2. Saran

Makalah ini merupakan Makalah yang dibuat hanya berdasarkan beberapa materi
yang di dapat dari buku ataupun artikel di internet dan mungkin seharusnya lebih baik
jika perlu dilakukan observasi terkait dengan materi ini dan hal hal yang berkaitan
dengan hal itu.

DAFTAR ISI

Sondakh, M. R. (2013). Evaluasi perhitungan dan pelaporan pajak PPh 22 atas import
barang. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(3).

Yusran, R. R. (2017). Pengaruh Pemahaman Wajib Pajak Dan Kualitas Pelayanan Pajak
Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Pemotongan PPh Pasal 23. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Dharma Andalas, 19(1), 127.

Walandouw, P. (2013). Analisis perhitungan dan pelaporan PPh pasal 23 dan PPh pasal
25. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 1(3).

xvii
xviii

Anda mungkin juga menyukai