AKUNTASI KEPERILAKUAN
(Aspek Keperilakuan Pada Audit)
ERNAWATI 90400119111
RAHMAWITA 90400119125
AKUNTANSI D 2019
JURUSAN AKUNTANSI
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Penulis
mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang
kurang jelas.
Kelompok E
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. AUDIT INTERNAL.............................................................................................2
B. PERAN AUDITOR INTERNAL.........................................................................8
C. OTORITAS AUDITOR INTERNAL..................................................................9
D. PROSPEK PROFESI AUDITOR INTERNAL................................................10
E. PROFESIONALISME DALAM PERAN AUDITOR INTERNAL DAN
OTORITAS.................................................................................................................11
F. JENIS PERAN AUDITOR INTERNAL...........................................................12
F. MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT.......................................................17
BAB III...........................................................................................................................28
PENUTUP.......................................................................................................................28
A. Kesimpulan..........................................................................................................28
B. Saran....................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia
akuntansi, khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan
keputusan dan aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan
sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat
dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan
yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor. Salah satu karakteristik
yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal berkaitan
dengan keterikatan secara abadi. Akuntan publik terkait dengan catatan-
catatan suatu organisasi dan prinsup-prinsip akuntansi yang dibangun oleh
badan profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait dengan
aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi
organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu audit internal?
2. Bagaimana peran auditor internal?
3. Apa otoritas auditor internal?
4. Bagaimana profesionalisme dalam peran auditor internal dan
otoritas?
5. Apa saja jenis peran auditor internal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui audit internal
2. Untuk mengetahui peran auditor intenal
3. Untuk mengetahui otoritas auditor internal
4. Untuk mengetahui profesionalisme dalam peran auditor internal
dan otoritas
5. Untuk mengetahui jenis peran auditor internal
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. AUDIT INTERNAL
Sejarah Audit Internal
Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya
mengfokuskan diri pada masalah- masalah teknis akuntansi menjadi profesi
yang memiliki oreantasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen.
Audit internal berfungsi sebagai adik dari profesi audit ekternal dengan pusat
perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keungan. Namun saat ini
audit telah memisahkan diri menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengna pusat
perhatian yang lebih luas aydit internal menyediakan jasa-jasa yang mencakup
pmeriksaan dan penilaian atas kontrol,kinerja,risiko,dan tata kelola perusahaan
publik maupun privat.
Tuntutan-tuntutan hukum yang biasanya dihadapi oleh auditor dan
kerugian-kerugian keuangan yangterkaitdengan tuntutsebuah tersebut
memunculkan sebuah berita kehidupan dan keperilakuan pada
diriauditor,khususnya aspek-aspek yang terkait dengan propena
sesgambisebuah keputusan danakticocoksebagai-aktifiterima kasih audiker
dalam sayamplebihtimbangkan sesuatu seadalum mengambilkeputusan. Salah
satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal
berkaitan dengan keterkaitan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan
catatan-catatansuatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntan si yang dibangun
oleh badan profesi akuntansi.Sebaliknya, auditor internal terkait dengan
aktifirasa-aktifitas manajemen dan orang-orangyang laki-lakijalpergelangan
kakianoperasi organisasi. Selain itubiaya auditor internal
kendiberkaitandenganmemastikan kepatuhan terhadap prosedur, undang-
undang, serta praktik-praktik bisnisyang bersih. Praktik-praktik ini meliputi
pelaksanaan praktik-praktik yang ekonomis danoperasiyang efisien serta
penetapan standar-standar operasional untuk pencapaian efektifitas.
Secara histors, munculnya pembukuan double-entry pida sekitar tahun
1494M. dapat langsung dilacak pada kebutuban kritis untuk menjalankan
2
pengclolaan dan pengendalian.Sepanjang sejarah Eropa,misalnya,kasus
kecurangan-seperti South Sea buoble abad kc-18 dan skandal tulip-
memberikan justifikasi untuk mencrapkan pengendalian yang lebih besar
terhadap manajer. Dalam rentang waltu beberapa abad,sistem pembukuan dan
audit Eropa diperkenalkan ke Amerika Serikat.Seiring aktivitas bisnis tumbuh
dalam ukuran, ruanglingkup,dan kompleksitas, kebutuhan kritis akan fungsi
jaminan internal terpisah yang akan memverifikasi informasi (akuntansi) yang
digunakan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen muncul. Manajemen
memerlukan beberapa cara untuk mengevaluasi tidak hanya efisiensi kerja
yang dilakukan untuk bisnis, tetapi juga kejujuran para pegawainya. Sekitar
pergantian abad ke-20, pembentukan fungsi audit internal formal di mana
tanggung jawab ini dapat didelegasikan dipandang sebagai jawaban logis. Pada
waktunya, fungsi audit internal menjadi tanggung jawab untuk"pengumpulan
cermat dan pelaporan interpretatifatas fakta bisnis yang dipilih" untuk
memungkinkan manajemen melacak perkembangan bisnis,aktivitas, dan hasil
dari transaksi yang beragam dan besar (Mautz, 1964).
Selanjutnya, pada tahun 1971,scbagai ketua Komite Riset,Lawrence Sawyer
mengambil tugas untuk berhasil merevisi Pernyataan Tanggung Jawab.Pernyataan
Tanggungjawab mengalami revisi lebih lanjut pada tahun 1976, 1981, dan 1990
untuk mencerminkan evolusi profesi audit internal yang terus berlanjut dan
cepat.Pada tahun 1978,IIA secara formal menyetujui standar untuk Praktik
Profesional Audit Internal (Standar),yang memiliki tujuan sebagai berikut.
Standar tersebut memuat definisi dan tujuan audit internal berikut ini:
3
pengendalian lainnya. Tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota
organisasi dalam melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif. Untuk
tujuan ini, audit internal melengkapi analisis, penilaian, rekomendasi, nasihat, dan
informasi mengenai kegiatan yang ditinjau. Tujuan audit mencakup
mempromosikan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar."
Beberapa saat setelah tahun 1974, ketika ujian Certified Internal Auditor
(CIA) yang disponsori oleh The IIA, audit internal memiliki profil yang cukup
terhormatdan layak disebut profesi mapan karena memiliki pengetahuan khusus
(pengetahuan umum yang disetujui pada tahun 1972); sebuah proses pendidikan
formal (kursus pendidikan formal minimum yang ditentukan),standar yang
nengatur penerimaan sebagai anggota penuh lA (kursus yang ditentukan,lulus
ujian ClA, persyaratan pengalaman profesiona penustandar),scbutah Kode Etik
(pertama disetuji pada tabun , staus a dakii ditnjukan oleh lisensi ataul penetapan
khusus (CIA, atau MIIA7, yang dan di beberapa yurisdiksi di seluruh
dunia),kepentingan umu dalan pekeljan an dilakukan praktisi (mungkin lebih jelas
dalam pekerjaann yang dilalkukan oleh auditor internal
dipemerintahan,pendidikan, dan organisasi nirlaba daripada disektor swasta), dan
pengalkuam oleh para profesional tentang kewajiban sosial (sekalilagi, mungkin
lebih jclas dalampemerintahan,pendidikan,dan organisasi nirlaba). Agar fungsi
audit intermal dapat meningkatkan perawakan organisasinya, penting untuk
4
menjalin hubungan yang kuat dengan "mercka yang dituntut dengan tata kelola
organisasi," dan berkomunikasi langsung dlengan komite audit. Ada banyak bukti
saat ini balwa hubungan pelaporan semacam itu dipancang secara luas sebagai
praktik terbaik di perusahaan paling progresif yang berkomitmen untuk
meningkatkan struktur dan proses pemerintahan. Dalam sebuah penelitian awal,
tetapi penting mengenai komite audit perusahaan, Mautz &Neumann (1977)
menyatakan:
"Sebagian besar komite audit dipandang sebagai jembatan antara dewan direksi
dan auditor. Untuk memenuhi tanggung jawab mereka kepada pemegang saham
dan masyarakat luas, anggota komite audit harus lebih tertarik, dan memberi.
informasi lebih baik. Masalah audit manajemen juga telah menyadari perlunya
melindungi diri melalui pengawasan yang memadai terhadap pengendalian
internal dan audit yang efektif. Konsekuensinya,hal itu menjadi labih responsif
terhadap saran auditor dan permintaan informasi komite audit."
5
dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari
ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang
perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi
dan lain-lain.Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar
akuntansi keuangan.Definisi audit internal menurut IIA (Institute of Internal
auditor) yang dikutip oleh Boynton internal auding is an independen ojektive.
kegiatan yang diperiksanya.Untuk mencapai tujuan tersebut, internal
auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut.
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari
sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian
operasional lainnyaserta mengembangkan pengendalian yang efektif
dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur
yang telahditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi darikemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,
kecurangan dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapatdipercaya.5)Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam
melaksanakan tugas yang diberikan olehmanajemen.
5. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektifitas.
Untuk memperoleh hasil audit yang baik dan berkualitas pelaksanaan audit
harus direncanakan sebaik-baiknya. Audit internal harus menyusun terlebih
dahulu rencana pemeriksaan yang memadai serta diatur secara sistematis
mencakup semua unit yang harus dilasanakan program pemeriksaan juga
merupakam alat pengendali udit inter. Prograim disusun dengan manfaat sebagai
berikut.
6
2. Pembagian kerja yang rapi sehingga seluruh unit terperiksa secara
menyeluruh.
3. Menghasilkan pelaksanaan pemeriksaan yang tepat dan hemat waktu
4. Menekankan proselur yang paling penting untuk setiap pemeriksaan.
5. Berfungsi sebagai pedoman pemeriksaan yang dapai digunakan secara
berkesinambungan.
6. Mempermudah penilaian manajemen terhadap pelaksanaan peeriksaan.
7. Memastikan dipatuhinya norma-norma pemeriksaan dan prinsip-
prinsipakuntansi yang diterima umum.
8. Memastikan bahwa pemeriksa intern memperhatikan alasan-alasan
dilaksanakannya berbagai prosedur.
Adapun isi program adalah meliputi pernyataan tujuan, dalam hal ini harus
dijpaparkan dengan jelas tenlang lujuan yang ingin dicapai, dikaitkan dengan
kendala-kendala yang mungkin dihadapi, serta pendekatan pemeriksaan yang
digunakan. Langkah kerja pemeriksaan yang memuat pengarahan khusus dalam
melaksanakan pemeriksaan meliputi langkah-langkalı sebagai berikut.
a. Perencanaan pemeriksaan
1. Penetapan tujuan dan sasaran pemeriksaan secara efektif dan
efisien, serta ruang lingkup kerja.
2. Memperoleh informasi pendahuluan atas aktivitas yang akan
diperiksa.
3. Menetapkan sumber daya yang perlu untuk mendukung
pelaksanaan pemeriksaan.
4. Komunikasi dengan semua pihak yang memerlukan pemeriksaan.
5. Melaksanakan survei lapanganuntuk lebih mengenal kegiatan dan
pengendalian yang akan diaudit, serta mendapatkan saran dari
pihak yang diaudit mengenai pelaksanaan pemeriksaan tersebut.
6. Menetapkan prosedur pemeriksaan.
7. Penetapan bagaimana,bilamana, dan kepada siapa pemeriksaan
tersebutakan dilakukan.
b. Pemeriksaan dan evaluasi informasi
1. Informasi dikumpulkan dari semua pihak yang terlibat dengan
sasaran clan ruang lingkup pemeriksaan.
2. Informasi harus cukup, dapat dipercaya, relevan, dan berguna
sebagai dasar temuan pemerikszan dan rekomendasi
3. Proseses pemeriksaan meliputi teknik pengujian dan teknik
pengambilan sampel yang digunakan.
4. mengumpulkan,menganalisis,menginterpretasikan,danmendokume
ntasikan informasi yang diperoleh.
7
5. Menyiapkan kertas kerja pemeriksaan.
c. Komunikasi hasil pemeriksaanpemeriksaan
1. Mendiskusikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan
pemeriksaan dan rekomendasinya.
2. Menerbitkan laporan hasil peineriksaan yang objektil,jelas,bersifat
konstruktit, dan tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan
sebelumnya.
d. Tindak lanjut
Audit internal harus memonitor dan mengawasi apakah tindak lanjut yang harus
dilaksanakan atau apakah manajemen perusahaan telah mempertimbangka dengan
matang semua risiko yang mungkin timbul jika ternyata tidak ada lindakan yang
diambil sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut. Selain itu, tindak lanjut
juga dilaksanakan sebagai alat ukur dalam menilai efektivitas pemeriksaan yang
telah djalankan.
8
organisasi yang sedang berlangsung.Sebelum berlakunya (SOX) 2002, jasa audit
internal berfokus pada deteksi bukan pencegahan. Flesher dan Zanzig (2000)11
menemukan bukti bahwa bebcrapa pelanggan audit tidak mengakui akan nilai
auditorinternal, dan bahkan dapat membatasi peran auditor internal
untukmengevaluasi pengendalian internal atas wilayah tradisional
sepertiakuntansi dan kcuangan. Auditor internal bergerak dari pendekatan
konfrontatif untuk bermitra dengan manajemen dan bergerak dari pendekatan
pengendalian untuk pendekatan berbasis risiko dan mereka juga berfokus pada
layanan konsultasi.
Peran auditor internal dalam manajemen risiko dari studi perbandingan antara
perusahaan Belgia dan AS mengungkapkan bahwa keterlibatan proaktif auditor
internal dalam pengembangan dan peningkatan pengendalian internal dianggap
sebagai aspek Penting dari peran perintis mereka.Auditor internal memainkan
peran berharga karena secara aktif meningkatkan kesadaran risiko dan
pengendalian atas nama manajemen. pengendalian internal merupakan bagian
integral daritanggung awab auditor internal, anena ingat menal men pakentu tidak
menyadar bahwa mereka bertanggung iawab untuk pengendalian internal.
9
pelaporan ganda: fungsional bertanggung jawab kepada komite audit untuk hal-
hal seperti desain rencana audit dan peninjauan ruang lingkup audit dan temuan
audit, sedangkan pelaporan pada seorang eksekutif senior adalah urusan
administrasi. Pengaturan semacam itu berpotensi membatasi kebebasan manajer
audit internal dan objektivitas ketika audit senior eksekutif lini bisnis. Selain itu,
dalam penataan hierarki pelaporan, objektivitas, dan fungsi organisasi audit
internal ditampilkan yang terbaik ketika dilakukan pelaporan administratif oleh
manajer audit internal kepada Chief Executive Officer. Secara teoretis, Kepala
Eksekutif Audit(CAE) harus melaporkan secara fungsional kepada dewan atau
komite audit dan administratif mengenai kepala eksekutif organisasi. Pelaporan
jalur fungsional untuk fungsi audit internal adalah sumber utama dari kebebasan
dan otoritas.
Audit internal dapat memainkan peran penting dalam menambah nilai bagi
bisnis,Setelah menjelaskan hal ini, tidaks bisa dibindari bahwa falkta auditor
internal sering ditempatkan dalam posisi yang sangat sulit terutama ketika mereka
diihai sebagaipembawa berta buruk tentang knenia manaiemen lini. Auditor
internal dapal menghadapi semacam emsional dar konfik kepentingan atau
mungkin lebib ambigu.
10
makro maupun portofolio (enterprise-wide risk management) maupun tingkat
mikro atau departemen. Manajemen risiko sering kali merupakan area di mana
audit internal dapat berkontribusi besar dengan memberikan analisis dan
memberikan nasihat bijak kepada manajemen puncak dan dewan direksi. Fungsi
audit internal juga melakukan penilaian risiko tingkat mikro untuk tujuannya
sendiri untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yangmenuntut upaya terbesar dari
fungsi audit internal dan untuk mencapai cakupan audityang sesual diwilayab
audit selama periode walktu yang ditentukan (Ramamoorti & Traver,1998).
Salah satu premis utama saat ini dalam organisasi mana pun adalah bahwa
kehadiran fungsi audit internal yang kuat dapat berjalan lama dalam mendukumg
dan mempromosikan tata kelola organisasi yarg efektif. Sebagian besar tata kelola
organisasi berkaitan dengan pcmantauan dan pengawasan manajemen risiko yang
efektif, dan auditor internal, jika dianggap sebagai “pakar manajemen risiko",
dapat berharap untuk memainkan peran penting dan berprofil tinggi dalam
organisasi selama bebcrapa dekade mendatang. Dengan persyaratan New York
Stock Exchange baru-baru ini bagi perusahaan yang terdaftar untuk memiliki
fungsi audit internal, profil fungsi audit internal telah meningkat secara signifikan.
11
organisasi. Hal ini menunjukkan pemahaman yang baik tentang operasi bisnis
organisasi bersama-sama dengan komunikasi dan keterampilan persuasi untuk
mendapatkan pesan. The IIA Standar Internasional adalah tolok ukur (benchmark)
yang efektif atas kegiatan audit internal yang dapat diukur. Menetapkan
kewenangan audit internal melalui pelaporan garis atau struktur, hubungan dengan
komite audit dan manajemen senior, profesionalisme auditor internal dan reputasi,
dan kredibilitas audit internal.
Salah satu isu yang muncul terkait dengan IA adalah peran perantaranya
dalam membantu melaksanakan fungsi pengawasan komite audit. Manajemen
perlu menerapkan proses pemantauan untuk menjamin dirinya dan dewan bahwa
sistem pengendalian internal berfungsi sebagaimana dimaksud. Dalam situasi ini,
dewan perusahaan akan perlu untuk menilai apakah proses tersebut memberikan
12
jaminan yang cukup dan objektif atau tinjauan rutin dan kecukupan penilaian, dan
integritas sistem pengendalian internal dalam perusahaan (Faudziah dkk., 2005).
13
Peran inti audit internal sehubungan dengan Enterprise Risk Management
(ERM) adalah memberikan jaminan objektif untuk risiko usaha terutama yang
dikelola secara tepat dan dalam kerangka pengendalian internal yang berfungsi
secara efektif. Meskipun tanggung jawab untuk ERM terletak pada manajemen,
ada kebutuhan untuk badan formal seperti audit internal dan komite audit, yang
beroperasi atas dasar organisasi dengan menambah prosedur informal jenis
Kontrol Penilaian Diri (CSA) dalam perusahaan. Bagian ini sering kali sangat
bergantung pada fungsi audit internal mereka sebagai profesi telah bergerak ke
arah orientasi bisnis, lebih tinggi dari tingkat sebelumnya. Oleh karena itu, audit
internal menjalankan risiko dengan terlibat secara baik di daerah yang tidak tepat
untuk mereka karena ancaman terhadap kemerdekaan mereka atau berada di luar
kemampuan mereka.
Peran Komunikasi
Peran Pemerintahan
14
Awal abad 21 sejumlah besar skandal perusahaan dan kegagalan telah
mendorong tata keiola perusahaan menjadi topik yang sangat penting.Bagian
penting dari tata kelola perusahaan yang sehat adalah budaya pengendalian
internal yang kuat daninl termasuk IAF, Di Malaysia,kebutuhan properti diubah,
dikeluarkan pada 31 Januari 2008 yang merupakan tonggak penting bagi profesi
auditor internal,Para auditor internal mewajibkan fungsi untuk semaa perusahaan
publik dan telah mendorong auditor internal menjadi pusat perhatian.Negara
mengubah ketentuan di mana laporan tahunan untuk tahun buku yang berachir
pada aeau setelah 31 Januari 2009 harus memuat pernyataan pada fungsi audit
internal.
15
bertindak sebagai konsultan untuk proyek-proyek pengembangan sistem.Penulis
menemukan bahwa, sebagian besar CEO lebih peduli dengan fungsi internal audit
tetap independen daripada dengan auditor bertindak sebagai konsultan untuk
organisasi. Selain itu, responden pada dasarnya peduli mengenai keterlibatan audit
internal dalam perencanaan dan tahap desain dan tidak mendukung keterlibatan
audit internal dalam pengembangan,implementasi,dan tahap pemeliharaan.
Peran Teknis
16
pengendalian preventif bukan merupakan detektif atau pengendalian korektif.
Mereka berharap organisasinya tidak terinfeksi oleh praktik intimidasi dan
memperkenalkan pencegahan pengendalian untuk mengurangi praktik dalam
organisasi yang mereka layani.
17
pencapaian tujuan dari pekerjaan auditsekarang. Hal ini harus dicapai melalui
jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan
dicerminkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit.
18
tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk memperolehinformasi maupun
akses terhadap informasi, sehingga harus ambil langkah lain.
b. Gaya melatih
Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan
mengawasi penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan,
menawarkan saran, danmendukung kemajuan bawahannya.
c. Gaya mendukung
Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya
bawahan untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam
pembuatan keputusan dengan bawahan.
d. Gaya mendelegasikan
Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung
jawab pembuatankeputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara
relative utuh.
Dari keempat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya terakhir merupakan
yang terpenting untuk didiskusikan. Pada gaya pertama, aturan-aturan manajemen
dipatuhi secara sangar ketat. Di sini auditor seharusnya tidak membuat ikatan
dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor
kesulitan untuk memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi,
sehingga harus diambil langkah lain. Auditor seharusnya mencoba untuk bekerja
sama dengan seluruh manajemen dalam proses audit. Hubungan yang akrab dan
berulang dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa auditor berada di pihak
mereka. Oleh karena itu, kejujuran dalam berdiskusi dapat meyakinkan
manajemen bahwa tujuan audit adalah untuk mengembangkan desain guna
membantu memperbaiki operasi. Selain itu, dibutuhkan Suatu pola perilaku audit
yang dapat mewujudkan hubungan dengan manajemen karyawan yang bergaya
pelatih.
Perubahan Manajemen
Terdapat tiga hal yang mungkin menimbulkan keengganan untuk
melakukan perubahan yaitu :
a. Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui, yaitu apa yang akan dibawa
oleh perubahan tersebut.
19
b. Aspek birokrasi dari kenyataan perubahan, baik secara horizontal maupun
vertikal.
c. Aspek ego, bahwa dengan adanya perubahan maka metode sekarang
dianggap tidak efisien atau tidak layak.
Oleh sebab itu, auditor seharusnya mengambil tindakan pasti untuk
menghilangkan ketakutan atau pertentangan dari pihak yang diaudit. Dalam kasus
ketakutan dari ketidaktahuan, auditor seharusnya berhati-hati dalam menelaah
kemungkinan dari pihakyang diaudit untuk menghasilkan perubahan, baik
berdampak baik maupun yang tidak begitu baik. Pihak yang diaudit seharusnya
diberitahu mengenai metodologi atau penyelesaian yang dapat digunakan dan
secara aktif menasihati mencari tahu mengenai metode-metode yang
direkomendasikan.
Pengelolaan Konflik
Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit
(Chambers atal., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit,
20
tetapi jika tidak ditanganilebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan
luas. Konflik dapat terjadi dalam hal – hal seperti berikut :
a. Lingkup seperti terhadap manajemen.
b. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.
c. Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
d. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak
yang diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang
cenderungmempertahakan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang
cenderung mempertahankanlembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan
bahwa ketika seorang auditor bekerja pada suatulembaga bisnis professional,
yang dikelilingi oleh suatu birokrasi, konflik dan hilangnya nilai – nilai serta
norma – norma profesionalisme akan muncul. Di pihhak lain, sikap dan
keyakinanyang berkaitan dengan lingkungan anggota seprofesi sering kali
dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang dimunculkan oleh
satu atau beberapa orang professionalyang mempertahankan nilai – nilai
profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik.
Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap auditor
dan dapat kesimpulanmenyatakan bahwa:
1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi
dibandingkan dengankonflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja
dilingkungan organisasi bisnis bukan profesi.
2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding
terbalik dengan posisi individu dalam suatu birokrasi.
3. Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan
berhubungansecara positif dengan kecenderungan untuk berpindah
kerja.Konflik akan muncul ketikadi dalam organisasi bisnis profesional
terdapat sebagian orang yang memegang teguh. nilai –nilai
profesionalismenya, sementara sebagian lainnya tidak bahkancenderung
untuk menghilangkan nilai – nilai tersebut.
21
Ada empat metode khususyang secara umum digunakan untuk
menyelesaikan konflik:
a. Arbitrasi
Pada metode ini, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok
ketiga yang menjadisuatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi
tersebut. Hanya saja banyak pihak yang tidak menggunakan metode ini karna
masalah biaya yang dianggap mahal.
b. Mediasi
Metode terbaik lainnya adalah mediasi, mediasi merupakan metode
kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan
seorang juri senderung memegangteguh kepentingan-kepentingan
organisasi.
c. Kompromi
Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam
pendekatan keperilakuanadalah metode kompromi, jika perbedaan masih
dapat dikompromikan.
d. langsung
Keempat metode tersebut mencoba untuk mencapai suatu posisi yang
dianggap adalah yang terbaik bagi organisasi. Metode tersebut tidak selalu
mencoba untuk meredakan perasaan dari masing-masing kelompok yang
mengalami konflik.
Masalah-Masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu
untuk memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep – konsep tersebut
merupakan perilakulangsung dan kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk
semua hubungan singkat perusahaan. Konsep tersebut meliputi:
a. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat – sifat dasar individu.
Auditor seharusnya menyadari adanya perbedaan ini dan
mempertimbangkan dalam kaitannyadengan karyawan pihak yang diaudit.
22
b. Pengaruh terbesar terhadap perasaan - perasaan dan emosi seharusnya
jugadipertimbangkan. Auditor seharusnya mengidentifikasi keberagaman
peranan danmencoba menangani hal tersebut secara efektif.
c. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan. Staf pihak yang
diaudit tidak memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan
oleh stf audit. Beragam pengalaman, pendidikan, dan lingkungan dari
kedua kelompok menghasilkan dikotomiterhadap sikap dan
interprestasinya.Perbedaan ini dapat berdampak serius padakomunikasi
dan dapat menjadi sumber yang konstan dari sikap –sikap yang
kurangmenyenagkan jika tidak di pertimbangkan secara hati – hati.
d. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.
Variasi dari apayang disebut sebagai kelompok dinamis menghasruskan
auditor untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika melakukannya
dengan kelompok yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena banyak
pendekatan teknis yang tidak mengintegrasikan seluruh variasi perilaku.
e. Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagai suatu variasi akhir.
Setiap perubahan situasi memengaruhi perasaan dan tindakan seseorang.
Auditor seharusnya memasukkan variasi ini kedalam pertimbangannya
pada hubungan interpersonal.
23
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada
individu lain.
4. Bebas untukmemilihguna mendapatkan indenpendensi dan kebebasan
pilihan.
5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.
6. Memiliki bias pada diri sendiri,tercermin pada sikap yang lebih suka
dipujidibandingkan dengan kritik.
7. Mencari kepuasan diri sendiri.
8. Memiliki nilai untukmendapatkan imbalan atas usahanya.
9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara
baik.
10. Menjadi bagian tim yang suka.
11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13. Lebih cenderung untuk sensitive dibandingkandengan membantu orang
24
6. Suatau perasaan keterpaduan yangberasal dari kepercayaan bahwa
seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.
25
Berbeda dengan penjelasan di atas yang bertujuan untuk mengembangkan
suatu hubungan yang harmonis dengan pihak yang diaudit, terdapat kemungkinan
bahwa auditor harus menghadapi banyaknya oposisi. Terdapat tiga jenis pokok
dari banyaknya oposisi:
26
mengordinasikan tindakan korektif.Seluruhkeberhasilan diatas
tergantung pada kredibilitas auditor atas kekejujuran.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak
hanya dibicarakan tentang teknik-teknik audit, tetapi juga bagaimana
auditor mengambil kebijakan untuk menentukan suatu fakta . Seringkali
pertimbangan yang diambil oleh auditor menjadi penentu dalam
memutuskan suatu masalah , terutama dalam hal penetapan pendapat.
Untuk itu sikap, persepsi, dan perilaku menjadi acuan dalam pembahasan
mengenai pertimbangan seorang auditor , baik auditor internal maupun
auditor eksternal.
B. Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca bahkan jika perlu untuk
menulis juga. Selanjutnya penulis juga mengharapkan masukan berupa
kritik atau saran pada penulisan kami dalam makalah ini guna peningkatan
kualitas dalam penulisan makalah ini.
28
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/44705702/
makalah_ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_AUDIT_INTERNAL.
https://pdfcoffee,com/aspek-keperilakuan-pada-audit-internal-8-pdf-free.html
https://www.academia.edu/44731364/
MAKALAH_ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_AUDIT_INTERNAL
https://missyustikaratu.blogspot.com/2019/09/makalah-akuntansi-keperilakuan-
aspek.html
29