Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

AKUNTASI KEPERILAKUAN
(Aspek Keperilakuan Pada Audit)

DOSEN PENGAMPUH : Farid Fajrin, M.Acc.

DISUSUN OLEH KELOMPOK E:

ASRINA DAMAYANTI 90400119107

ERNAWATI 90400119111

RAHMAWITA 90400119125

AKUNTANSI D 2019

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

i
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Taala Yang Maha Pemurah


dan Lagi Maha Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Taala, yang telah melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya
sehingga penulis mampu menyelesaikan penyusunan makalah Akuntansi
Keperilakuan Aspek Keperilakuan Pada Audit tepat pada waktunya.
Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Farid Fajrin, M.Acc. selaku Dosen
Mata kuliah Akuntansi Keperilakuan yang telah memberikan tugas makalah ini.
Penulis sadar bahwa Makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan. Karena itu di
mohon kritik dan saran yang membangun untuk penulis demi kesempurnaan
maklah selanjutnya.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Penulis
mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang
kurang jelas.

Gowa, 11 Juni 2022

Kelompok E

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. AUDIT INTERNAL.............................................................................................2
B. PERAN AUDITOR INTERNAL.........................................................................8
C. OTORITAS AUDITOR INTERNAL..................................................................9
D. PROSPEK PROFESI AUDITOR INTERNAL................................................10
E. PROFESIONALISME DALAM PERAN AUDITOR INTERNAL DAN
OTORITAS.................................................................................................................11
F. JENIS PERAN AUDITOR INTERNAL...........................................................12
F. MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT.......................................................17
BAB III...........................................................................................................................28
PENUTUP.......................................................................................................................28
A. Kesimpulan..........................................................................................................28
B. Saran....................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................29

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia
akuntansi, khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan
keputusan dan aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan
sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat
dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan
yang mengarah pada aspek keperilakuan auditor. Salah satu karakteristik
yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal berkaitan
dengan keterikatan secara abadi. Akuntan publik terkait dengan catatan-
catatan suatu organisasi dan prinsup-prinsip akuntansi yang dibangun oleh
badan profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait dengan
aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi
organisasi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu audit internal?
2. Bagaimana peran auditor internal?
3. Apa otoritas auditor internal?
4. Bagaimana profesionalisme dalam peran auditor internal dan
otoritas?
5. Apa saja jenis peran auditor internal?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui audit internal
2. Untuk mengetahui peran auditor intenal
3. Untuk mengetahui otoritas auditor internal
4. Untuk mengetahui profesionalisme dalam peran auditor internal
dan otoritas
5. Untuk mengetahui jenis peran auditor internal

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. AUDIT INTERNAL
Sejarah Audit Internal
Audit internal telah berkembang dari sekedar profesi yang hanya
mengfokuskan diri pada masalah- masalah teknis akuntansi menjadi profesi
yang memiliki oreantasi memberikan jasa bernilai tambah bagi manajemen.
Audit internal berfungsi sebagai adik dari profesi audit ekternal dengan pusat
perhatian pada penilaian atas keakuratan angka-angka keungan. Namun saat ini
audit telah memisahkan diri menjadi disiplin ilmu yang berbeda dengna pusat
perhatian yang lebih luas aydit internal menyediakan jasa-jasa yang mencakup
pmeriksaan dan penilaian atas kontrol,kinerja,risiko,dan tata kelola perusahaan
publik maupun privat.
Tuntutan-tuntutan hukum yang biasanya dihadapi oleh auditor dan
kerugian-kerugian keuangan yangterkaitdengan tuntutsebuah tersebut
memunculkan sebuah berita kehidupan dan keperilakuan pada
diriauditor,khususnya aspek-aspek yang terkait dengan propena
sesgambisebuah keputusan danakticocoksebagai-aktifiterima kasih audiker
dalam sayamplebihtimbangkan sesuatu seadalum mengambilkeputusan. Salah
satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor internal
berkaitan dengan keterkaitan secara pribadi. Akuntan publik terikat dengan
catatan-catatansuatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntan si yang dibangun
oleh badan profesi akuntansi.Sebaliknya, auditor internal terkait dengan
aktifirasa-aktifitas manajemen dan orang-orangyang laki-lakijalpergelangan
kakianoperasi organisasi. Selain itubiaya auditor internal
kendiberkaitandenganmemastikan kepatuhan terhadap prosedur, undang-
undang, serta praktik-praktik bisnisyang bersih. Praktik-praktik ini meliputi
pelaksanaan praktik-praktik yang ekonomis danoperasiyang efisien serta
penetapan standar-standar operasional untuk pencapaian efektifitas.
Secara histors, munculnya pembukuan double-entry pida sekitar tahun
1494M. dapat langsung dilacak pada kebutuban kritis untuk menjalankan

2
pengclolaan dan pengendalian.Sepanjang sejarah Eropa,misalnya,kasus
kecurangan-seperti South Sea buoble abad kc-18 dan skandal tulip-
memberikan justifikasi untuk mencrapkan pengendalian yang lebih besar
terhadap manajer. Dalam rentang waltu beberapa abad,sistem pembukuan dan
audit Eropa diperkenalkan ke Amerika Serikat.Seiring aktivitas bisnis tumbuh
dalam ukuran, ruanglingkup,dan kompleksitas, kebutuhan kritis akan fungsi
jaminan internal terpisah yang akan memverifikasi informasi (akuntansi) yang
digunakan untuk pengambilan keputusan oleh manajemen muncul. Manajemen
memerlukan beberapa cara untuk mengevaluasi tidak hanya efisiensi kerja
yang dilakukan untuk bisnis, tetapi juga kejujuran para pegawainya. Sekitar
pergantian abad ke-20, pembentukan fungsi audit internal formal di mana
tanggung jawab ini dapat didelegasikan dipandang sebagai jawaban logis. Pada
waktunya, fungsi audit internal menjadi tanggung jawab untuk"pengumpulan
cermat dan pelaporan interpretatifatas fakta bisnis yang dipilih" untuk
memungkinkan manajemen melacak perkembangan bisnis,aktivitas, dan hasil
dari transaksi yang beragam dan besar (Mautz, 1964).
Selanjutnya, pada tahun 1971,scbagai ketua Komite Riset,Lawrence Sawyer
mengambil tugas untuk berhasil merevisi Pernyataan Tanggung Jawab.Pernyataan
Tanggungjawab mengalami revisi lebih lanjut pada tahun 1976, 1981, dan 1990
untuk mencerminkan evolusi profesi audit internal yang terus berlanjut dan
cepat.Pada tahun 1978,IIA secara formal menyetujui standar untuk Praktik
Profesional Audit Internal (Standar),yang memiliki tujuan sebagai berikut.

1. Membantu dalam mengomunikasikan kepada orang lain peran, ruang


lingkup, kinerja, dan tujuan audit internal.
2. Menyatukan audit internal di seluruh dunia
3. Mendorong peningkatan audit internal.
4. Menetapkan dasar pengukuran konsistensi operasi audit internal.
5. Menyediakan kendaraan di mana audit internal dapat dikenali sepenuhnya
sebagai profesi.

Standar tersebut memuat definisi dan tujuan audit internal berikut ini:

"Audit internal adalah kegiatan penilaian independen yang ditetapkan dalam


organisasi sebagai layanan pada organisasi. Ini adalah pengendalian yang
berfungsi dengan memeriksa dan mengevaluasi kecukupan dan efektivitas

3
pengendalian lainnya. Tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota
organisasi dalam melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif. Untuk
tujuan ini, audit internal melengkapi analisis, penilaian, rekomendasi, nasihat, dan
informasi mengenai kegiatan yang ditinjau. Tujuan audit mencakup
mempromosikan pengendalian efektif dengan biaya yang wajar."

Standar tersebut juga menetapkan kriteria di mana operasi departemen audit


internal harus dievaluasi dan diukur. Mereka mencakup berbagai aspek audit
internal di dalam organisasi seperti independensi, kemampuan profesional, ruang
lingkup kerja, kinerja kerja audit, dan manajemen departemen audit internal.
Interpretasi standar diabadikan dalam Pernyataan Standar Auditor Internal (SIAS).
Misalnya, SIAS spesifik yang berfokus pada konsep pengendalian, penilaian
risiko, pencegahan dan penyelidikan kecurangan, hubungan dengan auditor
independen, komunikasi dengan dewan direksi, perencanaan penugasan, dan
tindak lanjut atas temuan audit. Pada saat lai, dalam hal perencanaan, kerja
lapangan, dan pelaporan,langkah-langkah dasar dalam audit operasional telah
diurutkan sebagai berikut: melakukan survei pendahuluan; mengembangkan
program audit; melakukan pekerjaan lapangan; menyiapkan kertas
kerja;mengembangkan daftar, dan memprioritaskan, temuan audit; dan
mendiskusikan temuan dengan auditee.Terakhir,menyiapkan dan menyampaikan
laporan audit.Standar dan SIAS berfungsi sebagai ukuran kualitas kinerja hasil
kerja audit internal. Tidakada keraguan bahwa,pada akhir 1970-an, bidang audit
internal telah mendapatkan hak yang disebut"profesi penuh",bahkan
menggunakan kondisi kualifikasi James Carey(199), cukup ketat untuk sebuah
"profesi".

Beberapa saat setelah tahun 1974, ketika ujian Certified Internal Auditor
(CIA) yang disponsori oleh The IIA, audit internal memiliki profil yang cukup
terhormatdan layak disebut profesi mapan karena memiliki pengetahuan khusus
(pengetahuan umum yang disetujui pada tahun 1972); sebuah proses pendidikan
formal (kursus pendidikan formal minimum yang ditentukan),standar yang
nengatur penerimaan sebagai anggota penuh lA (kursus yang ditentukan,lulus
ujian ClA, persyaratan pengalaman profesiona penustandar),scbutah Kode Etik
(pertama disetuji pada tabun , staus a dakii ditnjukan oleh lisensi ataul penetapan
khusus (CIA, atau MIIA7, yang dan di beberapa yurisdiksi di seluruh
dunia),kepentingan umu dalan pekeljan an dilakukan praktisi (mungkin lebih jelas
dalam pekerjaann yang dilalkukan oleh auditor internal
dipemerintahan,pendidikan, dan organisasi nirlaba daripada disektor swasta), dan
pengalkuam oleh para profesional tentang kewajiban sosial (sekalilagi, mungkin
lebih jclas dalampemerintahan,pendidikan,dan organisasi nirlaba). Agar fungsi
audit intermal dapat meningkatkan perawakan organisasinya, penting untuk

4
menjalin hubungan yang kuat dengan "mercka yang dituntut dengan tata kelola
organisasi," dan berkomunikasi langsung dlengan komite audit. Ada banyak bukti
saat ini balwa hubungan pelaporan semacam itu dipancang secara luas sebagai
praktik terbaik di perusahaan paling progresif yang berkomitmen untuk
meningkatkan struktur dan proses pemerintahan. Dalam sebuah penelitian awal,
tetapi penting mengenai komite audit perusahaan, Mautz &Neumann (1977)
menyatakan:

"Sebagian besar komite audit dipandang sebagai jembatan antara dewan direksi
dan auditor. Untuk memenuhi tanggung jawab mereka kepada pemegang saham
dan masyarakat luas, anggota komite audit harus lebih tertarik, dan memberi.
informasi lebih baik. Masalah audit manajemen juga telah menyadari perlunya
melindungi diri melalui pengawasan yang memadai terhadap pengendalian
internal dan audit yang efektif. Konsekuensinya,hal itu menjadi labih responsif
terhadap saran auditor dan permintaan informasi komite audit."

Pada tahun 1993,Pernyataan 'Tanggung Jawab Audit Internal mencatat


bahwa"ruang lingkup audit internal mencakup pemeriksaan dan evaluasi
kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian intern organisasi dan kualitas
kinerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan"' Pada saat ini,
ruang lingkup audit interral meliput:

1. Meninjau keandalan dan integritas informasi keuangan dan operasi, dan


sarana yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengulkur,
mengklasifikasi, dan melaporkall informasi tersebut.
2. Mengkaji ulang sistem yang ditetaplkan untuk memastilkan kepatuhan
terhadap kebijakan,rencana,prosedur,undang-undang, dan peraturan yang
dapat berdampak tersebut sesuai. signifikan terhadap operasi dan laporan,
dan menentuksa apakah organisasi
3. Meniujau cara menjaga aset dan,jilka perlu,memverifilkasi keberadaan
aset tersebut.
4. Menilai ekonomi dan efisiensi penggunaan sumber daya.
5. Mengkaji ulang opcrasi atau program untuk memastikan apakah hasil
scsuai dijalankan sesuai rencana.

Pengertian Audit Internal


Menurut Sukrisno Agoes (2004:221), internal audit (pemeriksaan
intern) adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit
perusahaan, baik terhadap laporankeuangan dan catatan akuntansi perusahaan,
maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan

5
dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari
ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah misalnya peraturan di bidang
perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi
dan lain-lain.Ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi misalnya standar
akuntansi keuangan.Definisi audit internal menurut IIA (Institute of Internal
auditor) yang dikutip oleh Boynton internal auding is an independen ojektive.
kegiatan yang diperiksanya.Untuk mencapai tujuan tersebut, internal
auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut.
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari
sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian
operasional lainnyaserta mengembangkan pengendalian yang efektif
dengan biaya yang tidak terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan prosedur-prosedur
yang telahditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi darikemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian,
kecurangan dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam
organisasi dapatdipercaya.5)Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam
melaksanakan tugas yang diberikan olehmanajemen.
5. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektifitas.

Program Dan Langkah Kerja Audit Internal

Untuk memperoleh hasil audit yang baik dan berkualitas pelaksanaan audit
harus direncanakan sebaik-baiknya. Audit internal harus menyusun terlebih
dahulu rencana pemeriksaan yang memadai serta diatur secara sistematis
mencakup semua unit yang harus dilasanakan program pemeriksaan juga
merupakam alat pengendali udit inter. Prograim disusun dengan manfaat sebagai
berikut.

1. Menetapkan tanggung jawab untuk setiap prosedur pemeriksaan.

6
2. Pembagian kerja yang rapi sehingga seluruh unit terperiksa secara
menyeluruh.
3. Menghasilkan pelaksanaan pemeriksaan yang tepat dan hemat waktu
4. Menekankan proselur yang paling penting untuk setiap pemeriksaan.
5. Berfungsi sebagai pedoman pemeriksaan yang dapai digunakan secara
berkesinambungan.
6. Mempermudah penilaian manajemen terhadap pelaksanaan peeriksaan.
7. Memastikan dipatuhinya norma-norma pemeriksaan dan prinsip-
prinsipakuntansi yang diterima umum.
8. Memastikan bahwa pemeriksa intern memperhatikan alasan-alasan
dilaksanakannya berbagai prosedur.

Adapun isi program adalah meliputi pernyataan tujuan, dalam hal ini harus
dijpaparkan dengan jelas tenlang lujuan yang ingin dicapai, dikaitkan dengan
kendala-kendala yang mungkin dihadapi, serta pendekatan pemeriksaan yang
digunakan. Langkah kerja pemeriksaan yang memuat pengarahan khusus dalam
melaksanakan pemeriksaan meliputi langkah-langkalı sebagai berikut.

a. Perencanaan pemeriksaan
1. Penetapan tujuan dan sasaran pemeriksaan secara efektif dan
efisien, serta ruang lingkup kerja.
2. Memperoleh informasi pendahuluan atas aktivitas yang akan
diperiksa.
3. Menetapkan sumber daya yang perlu untuk mendukung
pelaksanaan pemeriksaan.
4. Komunikasi dengan semua pihak yang memerlukan pemeriksaan.
5. Melaksanakan survei lapanganuntuk lebih mengenal kegiatan dan
pengendalian yang akan diaudit, serta mendapatkan saran dari
pihak yang diaudit mengenai pelaksanaan pemeriksaan tersebut.
6. Menetapkan prosedur pemeriksaan.
7. Penetapan bagaimana,bilamana, dan kepada siapa pemeriksaan
tersebutakan dilakukan.
b. Pemeriksaan dan evaluasi informasi
1. Informasi dikumpulkan dari semua pihak yang terlibat dengan
sasaran clan ruang lingkup pemeriksaan.
2. Informasi harus cukup, dapat dipercaya, relevan, dan berguna
sebagai dasar temuan pemerikszan dan rekomendasi
3. Proseses pemeriksaan meliputi teknik pengujian dan teknik
pengambilan sampel yang digunakan.
4. mengumpulkan,menganalisis,menginterpretasikan,danmendokume
ntasikan informasi yang diperoleh.

7
5. Menyiapkan kertas kerja pemeriksaan.
c. Komunikasi hasil pemeriksaanpemeriksaan
1. Mendiskusikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil temuan
pemeriksaan dan rekomendasinya.
2. Menerbitkan laporan hasil peineriksaan yang objektil,jelas,bersifat
konstruktit, dan tepat waktu sesuai jadwal yang telah ditetapkan
sebelumnya.

d. Tindak lanjut

Audit internal harus memonitor dan mengawasi apakah tindak lanjut yang harus
dilaksanakan atau apakah manajemen perusahaan telah mempertimbangka dengan
matang semua risiko yang mungkin timbul jika ternyata tidak ada lindakan yang
diambil sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut. Selain itu, tindak lanjut
juga dilaksanakan sebagai alat ukur dalam menilai efektivitas pemeriksaan yang
telah djalankan.

Landasan Konseptual Audit Internal

Audit internal telah dilakukan selama berabad-abad, tetapi baru diakui


sebagai profesi modern sekitar pertengahanabad dua puluhan. Pada tahun 1941,
the Institute of Internal Auditors (IIA) didirikan di New York City ketika 25
auditor sependapat bahwa diperlukan sebuah organisasi untuk membantu mereka.
Sebelum itu pada auditor internal hanya bertemu secara informal melalui kontak
terbatas dengan auditor internal lain yang mempunyai posisi sama. Mereka
menemukan bahwa sekalipun mereka sedang bekerja di bisnis dan industri yang
cukup besar; adanya kebutuhan suatu hubungan yang formal dan langgeng dalam
suatu wadah tertentu. Sejumlah perubahan telah terjadi dan IIA terus berfungsi
sebagai wahana utama untuk mempromosikan profesi itu. Markas IIA sejak itu
telah beralih ke Altamone Spring, Florida. IIA telah tumbuh hingga saat ini dan
mempunyai anggota lebih dari 100.000 orang yang berfungsi sebagai entitas,
pembuat standar profesi, dan melaksanakan suatu program sertifikasi bagi para
auditor internal. IIA juga melakukan berbagai konferensi bertaraf dunia, dan
berbagai seminar dan program pendidikan berkelanjutan.

B. PERAN AUDITOR INTERNAL


Peran auditor internal sangat unik karcna auditor internal adalah agen yang
inemantall tindakan agen lain (manajemen), keduanya dipekerjakan oleh pimpinan
yang sama. Auditor internal memainkan peran penting dalamn mengevaluasi
efektivitas sistem pengendalian, dan memberikan kontribusi untuk efektivitas

8
organisasi yang sedang berlangsung.Sebelum berlakunya (SOX) 2002, jasa audit
internal berfokus pada deteksi bukan pencegahan. Flesher dan Zanzig (2000)11
menemukan bukti bahwa bebcrapa pelanggan audit tidak mengakui akan nilai
auditorinternal, dan bahkan dapat membatasi peran auditor internal
untukmengevaluasi pengendalian internal atas wilayah tradisional
sepertiakuntansi dan kcuangan. Auditor internal bergerak dari pendekatan
konfrontatif untuk bermitra dengan manajemen dan bergerak dari pendekatan
pengendalian untuk pendekatan berbasis risiko dan mereka juga berfokus pada
layanan konsultasi.

Peran auditor internal dalam manajemen risiko dari studi perbandingan antara
perusahaan Belgia dan AS mengungkapkan bahwa keterlibatan proaktif auditor
internal dalam pengembangan dan peningkatan pengendalian internal dianggap
sebagai aspek Penting dari peran perintis mereka.Auditor internal memainkan
peran berharga karena secara aktif meningkatkan kesadaran risiko dan
pengendalian atas nama manajemen. pengendalian internal merupakan bagian
integral daritanggung awab auditor internal, anena ingat menal men pakentu tidak
menyadar bahwa mereka bertanggung iawab untuk pengendalian internal.

C. OTORITAS AUDITOR INTERNAL

Pada literator sebelumnya telah dibahas bahwa piagam audit internal


merupakan mekanisme penting untuk menyampaikan secara resmi dan secara
tidak langsung ruang lingkup, peran, dan kegiatan audit internal. Untuk memenuhi
tantangan audit internal dalam lingkungan yang berubah, piagam audit yang
berarti mutlak diberikan kepada mereka. Selain itu, untuk mengejar peran mereka
secara efektif, dibutuhkan kejelasan referensi, praktik, dan fleksibilitas auditor
internal yang biasanya disebut sebagai piagam dan piagam ini harus menjadi
semakin efektif dan diterima oleh komite audit. Untuk alasan piagam ini, audit
harus dievaluasi ulang secara berkala, dan fleksibel untuk menggabungkan
lingkungan bisnis yang berubah dengan menguraikan tanggung jawab auditor
internal. Piagam audit dapat berfungsi sebagai alat untuk menjaga relevansi
auditor internal secara up-to-date atau bisa menjadi penghambat dalam
memperlambat proses dan kemajuan.

Otoritas auditor internal dapat dibentuk melalui pemantauan yang tepatoleh


komite audit dalam hal dukungan dan keputusan struktur. Susunan organisasi yang
ideal adalah yang memiliki fungsi laporan audit internal secara langsung dan
semata-mata kepada komite audit, baik mengenai isu-isu audit internal maupun
masalah administrasi seperti sumber daya, anggaran, dan kompensasi. Beberapa
organisasi mungkin menempatkan manajer audit internal di bawah pengaturan

9
pelaporan ganda: fungsional bertanggung jawab kepada komite audit untuk hal-
hal seperti desain rencana audit dan peninjauan ruang lingkup audit dan temuan
audit, sedangkan pelaporan pada seorang eksekutif senior adalah urusan
administrasi. Pengaturan semacam itu berpotensi membatasi kebebasan manajer
audit internal dan objektivitas ketika audit senior eksekutif lini bisnis. Selain itu,
dalam penataan hierarki pelaporan, objektivitas, dan fungsi organisasi audit
internal ditampilkan yang terbaik ketika dilakukan pelaporan administratif oleh
manajer audit internal kepada Chief Executive Officer. Secara teoretis, Kepala
Eksekutif Audit(CAE) harus melaporkan secara fungsional kepada dewan atau
komite audit dan administratif mengenai kepala eksekutif organisasi. Pelaporan
jalur fungsional untuk fungsi audit internal adalah sumber utama dari kebebasan
dan otoritas.

Audit internal dapat memainkan peran penting dalam menambah nilai bagi
bisnis,Setelah menjelaskan hal ini, tidaks bisa dibindari bahwa falkta auditor
internal sering ditempatkan dalam posisi yang sangat sulit terutama ketika mereka
diihai sebagaipembawa berta buruk tentang knenia manaiemen lini. Auditor
internal dapal menghadapi semacam emsional dar konfik kepentingan atau
mungkin lebib ambigu.

D. PROSPEK PROFESI AUDITOR INTERNAL

Organisasi kontemporer semakin bergantung pada informasi dan


pengetahuannya,dan terlibat dalam opcrasi yang sangat khusus dan canggih di
seluruh industri dan sektor secara global. Perkembangan bentuk organisasi baru di
era informasi, dengan menempa aliansi strategis cian kemunculan organisasi
maya, telal secara clramatis mengubah tujuan dan fungsi organisasi serta
kebutuhan petugas untuk mengendalikannya. Lanskap pengendalian di dalam
organisasi saatini sangat berbeda dengan yang ada di organisasi tradisional era
industri untuk sebagian besar abad ke-20. Dalam lingkungan bisnis yang berubah
secara radikal ini, fungsi audit internal telah menjadi fungsi pendukung utama
manajemen, komite audit, dewan direksi, auditor eksternal, dan juga pemangku
kepentingan utama. Dipahami dan diimplementasikan dengan benar; fungsi audit
internal dapat memainkan peran penting dalam mempromosikan dan mendukung
lata kelola organisasi yang efektif. Oleh karena perusahaan multinasional telah
mengenali peningkatan risiko yang dihadapi organisasi, tidak mengherankan jika
permintaan profesional manajemen risiko meningkat secara dramatis (Bernstein,
1996).

Setiap pendekatan disiplin terhadap pertumbuhan dan penciptaan nilai


mengasumsikan bahwa organisasi mengelola segala macam risiko yang signifikan
dan mungkin secara efektif. Risiko dapat dipertimbangkan baik pada tingkat

10
makro maupun portofolio (enterprise-wide risk management) maupun tingkat
mikro atau departemen. Manajemen risiko sering kali merupakan area di mana
audit internal dapat berkontribusi besar dengan memberikan analisis dan
memberikan nasihat bijak kepada manajemen puncak dan dewan direksi. Fungsi
audit internal juga melakukan penilaian risiko tingkat mikro untuk tujuannya
sendiri untuk mengidentifikasi wilayah-wilayah yangmenuntut upaya terbesar dari
fungsi audit internal dan untuk mencapai cakupan audityang sesual diwilayab
audit selama periode walktu yang ditentukan (Ramamoorti & Traver,1998).

Fungsi audit internal dapat memfasilitasi proses di mana unit bisnis"dapat


mengembangkan penilaian risiko kualitas tinggi," dan ini pada gilirannya
sangatbermanfaat bagifungsiauidit internal dalam merencanakan pekerjaannya
sendiri, terutama dengan meningkatkan kualitas keputusan-Informasi yangrclcvan
dan meminimalkan duplikasi usaha (Walker dkk,2002).

Salah satu premis utama saat ini dalam organisasi mana pun adalah bahwa
kehadiran fungsi audit internal yang kuat dapat berjalan lama dalam mendukumg
dan mempromosikan tata kelola organisasi yarg efektif. Sebagian besar tata kelola
organisasi berkaitan dengan pcmantauan dan pengawasan manajemen risiko yang
efektif, dan auditor internal, jika dianggap sebagai “pakar manajemen risiko",
dapat berharap untuk memainkan peran penting dan berprofil tinggi dalam
organisasi selama bebcrapa dekade mendatang. Dengan persyaratan New York
Stock Exchange baru-baru ini bagi perusahaan yang terdaftar untuk memiliki
fungsi audit internal, profil fungsi audit internal telah meningkat secara signifikan.

E. PROFESIONALISME DALAM PERAN AUDITOR INTERNAL DAN


OTORITAS
Literator IIA menunjukkan tujuian statuis profesional yang koheren untuk
praktik audit internal dan untuk IIA sebagai organisasi utama yang mewakili
seluruh disiplin. Fungsi IIA sebagai pemimpin diakui, otoritas diakui, dan menjadi
pendidik utama bagi profesi audit internal di seluruh dunia (IIA, 2000). Namun,
meskipun audit internal IIA sebagal sebuah profesi yang sudah matang, literator
audit internal sering menjadi aspirasi dan menjadi tidalk pasti mengenai otoritas
profesional dari disiplin. Audit internal memiliki pandangan praktisi sebagai
seorang profesional, dan ketegangan mereka penting sebagai kesan disiplin yang
profesionalis dalam klaimnya terhadap otoritas. Namun,peneliti juga menyoroti
beberapa masalah tentang identifikasi auditor internal sebagai professional sejati.
Auditor internal harus memiliki profesionalisme, profil, dan kemandirian
untuk memenuhi perannya secara efektif. Auditor internal harus mampu
menyediakan tantangan lingkungan pelaporan, transparansi, dan jujur ke tingkat
tertinggi lanpa rasa takut dan retribusi. Audit internal harus terfokus pada risiko

11
organisasi. Hal ini menunjukkan pemahaman yang baik tentang operasi bisnis
organisasi bersama-sama dengan komunikasi dan keterampilan persuasi untuk
mendapatkan pesan. The IIA Standar Internasional adalah tolok ukur (benchmark)
yang efektif atas kegiatan audit internal yang dapat diukur. Menetapkan
kewenangan audit internal melalui pelaporan garis atau struktur, hubungan dengan
komite audit dan manajemen senior, profesionalisme auditor internal dan reputasi,
dan kredibilitas audit internal.

Profesionalisme auditor internal yang dipekerjakan dalam pengaturan organisasi


menemukan otonomi mereka berkurang dengan pengendalian birokrasi. Sistem
organisasi yang dirancang untuk menegakkan keputusan profesional berkaitan
dengan keinginan manajemen. Para penulis mengungkapkan bahwa auditor
internal sering ditempatkan dalam situasi kompromi di mana mereka diminta oleh
orang lain yang kuat dengan subjek penilaian profesionalnya untuk memfasilitasi
hasil alternatif. Selama otonomi individu atau kolektif auditor dipertanyakan,
kemungkinan persepsi profesionalisme akan terus menurun.

F. JENIS PERAN AUDITOR INTERNAL

Peran Pengendalian Pengawasan

Untuk dianggap sebagai penambah nilai, fungsi strategis Internal Audit


(IAF) harus menyelaraskan dengan kebutuhan dan prioritas dari semua
stakeliolder kunci, termasuk komite audit, manajemen eksekutif, dan auditor
eksternal. Komite Basel (1999) mendefinisikan manajemen senioradalah
komponen kunci dalam tata kelola perusahaan. Sementara dewan direksi
menyediakan check and balances untuk manajer senior. Demikian pula, manajer
senior harus mengasumsikan bahwa peran pengawasan sehubungan dengan
manajer lini di bidang kegiatan bisnis yang spesifik. Hubungan antara Komite
Audit dan Internal Audit mencakup hubungan pelaporan dan hubungan
pengawasan. Efektivitas tanggung jawab Internal Audit dalam hal-hal tertentu
berkaitan dengan pelaporan keuangan, tata kelola perusahaan, dan pengendalian
perusahaan yang mewajibkan pelaporan terkait dengan Komite Audit. Jika
hubungan seperti ini tidakada, harus ada jalan lain bagi Internal Audit menangani
kasus pelanggaran atau penipuan yang melibatkan manajemen senior sendiri.

Salah satu isu yang muncul terkait dengan IA adalah peran perantaranya
dalam membantu melaksanakan fungsi pengawasan komite audit. Manajemen
perlu menerapkan proses pemantauan untuk menjamin dirinya dan dewan bahwa
sistem pengendalian internal berfungsi sebagaimana dimaksud. Dalam situasi ini,
dewan perusahaan akan perlu untuk menilai apakah proses tersebut memberikan

12
jaminan yang cukup dan objektif atau tinjauan rutin dan kecukupan penilaian, dan
integritas sistem pengendalian internal dalam perusahaan (Faudziah dkk., 2005).

Peran Pendukung Keputusan

IA dilengkapi dengan wewenang yang dapat meningkatkan akses terhadap


manajer senior yang mengandalkan masukan mereka untuk membuat keputusan
strategis yang cerdas. IA di tempat harus memastikan bahwa kerangka kerja yang
efektifadalah memastikan komitmen yang tepat dan akuntabilitas dari semua
pihak yang terlibat dalam rangka menciptakan kualitas dukungan keputusan.
Laporan yang ditulis oleh IA dan evaluasi sistem pengendalian internal di antara
pilar utama dari komite audit adalah jaminan kebutuhan dalam proses
pengawasan. Mereka memungkinkan komite audit memenuhi salah satu tugas
utamanya untuk menyimpulkan tentang efektivitas pengendalian internal. Peran
sebagai pendukung keputusan membuat tindakan positif bagi organisasi IA
dengan membantu manajer mengidentifikasi, menilai, dan mengurangi risiko yang
dapat memengaruhi unit atau proses. Perkembangan profesi membuat kegiatan
audit jauh lebih layak.

Dukungan Peran Manajemen Risiko

Hasil dari serangkaian wawancara dengan petugas di Inggris, perusahaan


publik yang terdaftar (Inggris PLC) dan auditor eksternal berinteraksi antara audit
internal dengan komite audit dan berkontribusi terhadap risiko manajemen yang
menunjukkan bahwa fungsi audit internal telah direposisi dan pindah dari risiko
fasilitator terhadap manajemen konsultan (Fraser dan Henry, 2007). 22
Persyaratan untuk audit internal mengatakan bahwa kesesuaian manajemen risiko
audit internal mengarah pada wilayah baru dan menggambarkan kedalaman
pemahaman risiko dari beberapa fungsi audit internal yang tidak mungkin
dimiliki.

Penelitian Jenny dan Pamela[2006)23 menemukan bahwa ada hubungan


antara penggunaan audit internal dan komitmen perusahaan untuk manajemen
risiko.Para peneliti menemukan dukungan untuk hipotesis mereka dengan
memprediksi hubungan antara penggunaan audit internal dan komitmen untuk
manajemen risiko yang kuat. Auditor internal adalah pakar dalam penilaian risiko
dan evaluasi pengendalian internal, termasuk pemantauan kepatuhan pengendalian
(Lightle dan Bushong, 2000).24Fokus pada manajemen risiko dan peran dewan
pengawas dalam menyelaraskan selera manajemen risiko dan pengaturan strategi
perusahaan telah meningkatkan pentingnya fungsi yang diperlukan auditor
internal. Audit internal berfungsi aktifsebagai pemantau risiko bagi manajemen
dan dewan atau komite audit.

13
Peran inti audit internal sehubungan dengan Enterprise Risk Management
(ERM) adalah memberikan jaminan objektif untuk risiko usaha terutama yang
dikelola secara tepat dan dalam kerangka pengendalian internal yang berfungsi
secara efektif. Meskipun tanggung jawab untuk ERM terletak pada manajemen,
ada kebutuhan untuk badan formal seperti audit internal dan komite audit, yang
beroperasi atas dasar organisasi dengan menambah prosedur informal jenis
Kontrol Penilaian Diri (CSA) dalam perusahaan. Bagian ini sering kali sangat
bergantung pada fungsi audit internal mereka sebagai profesi telah bergerak ke
arah orientasi bisnis, lebih tinggi dari tingkat sebelumnya. Oleh karena itu, audit
internal menjalankan risiko dengan terlibat secara baik di daerah yang tidak tepat
untuk mereka karena ancaman terhadap kemerdekaan mereka atau berada di luar
kemampuan mereka.

Peran Komunikasi

Auditor internal mungkin memiliki semua keterampilan keuangan dan


keterampilan teknis di dunia, tetapi jika mereka tidak dapat mengembangkan
hubungan dengan klien dan meyakinkan manajemen untuk melaksanakan ide-
idenya, mereka sangat tidak efektif. Meskipun demikian, menulis merupakan
keterampilan penting bagi auditor internal, sama pentingnya dengan keterampilan
komunikasi lisan. Jadi,hal ini menunjukkan bahwa komunikasi auditor
internaladalah kemampuan untukmenangani keterlibatan klien. Komunikasi peran
auditor internal dipengaruhioleh beberapa faktor seperti sifat dan ruang lingkup
penugasan audit, pengaturan organisasi dan struktur, jalur kewenangan, baik
formal maupun informal, dan jenis komunikasi dalam rangka memenuhi
permintaan berbagai tingkat manajemen untuk tugas tertentu. Struktur organisasi
dan garis wewenang, baik formal maupun informal, menentukan saluran untuk
komunikasi audit.

Fungsi pemimpin audit internal harus yakin bahwa mereka memiliki


pemahaman yang menyeluruh tentang bagaimana pekerjaan mereka memberikan
kontribusi nilai dan hu

bungan terhdap eksekusi strategi dan prestasi. Komunikasi terbuka dan


terperinci antara fungsi dan dewan memberikan kontribusi terhadap tata kelola
organisasi yang efektif.Standar Auditinternal negara: Para CAE harus melaporkan
secara berkala kepada dewan dan manajemen senior tentang tujuan kegiatan audit
internal,kewenangan, tanggung jawab, dan kinerja untuk rencana relatif.

Peran Pemerintahan

14
Awal abad 21 sejumlah besar skandal perusahaan dan kegagalan telah
mendorong tata keiola perusahaan menjadi topik yang sangat penting.Bagian
penting dari tata kelola perusahaan yang sehat adalah budaya pengendalian
internal yang kuat daninl termasuk IAF, Di Malaysia,kebutuhan properti diubah,
dikeluarkan pada 31 Januari 2008 yang merupakan tonggak penting bagi profesi
auditor internal,Para auditor internal mewajibkan fungsi untuk semaa perusahaan
publik dan telah mendorong auditor internal menjadi pusat perhatian.Negara
mengubah ketentuan di mana laporan tahunan untuk tahun buku yang berachir
pada aeau setelah 31 Januari 2009 harus memuat pernyataan pada fungsi audit
internal.

Dukungan terbaik atas internal sebagai struktur entiitas sesuai dengan


organisasi untuk melakukan tugasnya dengan menegakkan pengelolaan yang baik
berdasarkan perhatian pada pengendalian internal. Auditor adalah satu satu dari
tempat pilar tata kelola perusahaan-bersama dengan dewan, manajemen, dan
auditor eksternal. Auditor dapat bertindak sebagai penasihat dalam organsasi
dimana pengelolaan yang kurang terstruktur. Tata kelola perusahaan merupakan
fantor entitas perusahaan yang penting dalam menentukan tingkat nada bagi
lingkungan pengendalian secara keseluruhan yang memiliki implikasi signifikan
untuk penelian risiko auditor.

Sistem Keterlibatan Peran

Keterlibatan auditor internal dalam pengembangan sistem telah diusulkan


sebagai cara mengatasi masalah pengendalian terkait dengan sistem berbasis
komputer. Salah satu alasan yang diberikan untuk keterlibatan tersebut adalah
bahwa auditor akan memastikan bahwa pengendalian dibangun dan diterapkan
daripada ditambahkan setelah instalasi.Pentingnya peran auditor internal dalam
proses implementasi teknologi informasi. Kedua penulis berpendapat bahwa peran
auditor internal tradisional telah terfokus pada isu-isu manajemen risiko dan
pengujian pengendalian, terutama dalam pelaksanaan pra dan fase pemantauan
proyek teknologi informasi, daripada memainkan peran integral dalam
meningkatkan kelangsungan hidup implementasi teknologi informasi. Studi ini
menunjukkan bahwa teknologi informasi dapat dan harus memberikan masukan
berkaitan dengan konfigurasi sistem uniuk memastikan bahwa pengendalian
integral wajar berada di tempat dan hal ini harus dikomunikasikan dengan tim
teknologi informasi untuk memastikan bahwa sistem baru dan modifikasi sistem
yang ada cukup didokumentasikan. Survei dilakukan oleh peneliti tentang 241
pejabat eksekutifkepala (CEO) terhadap persepsi mereka tentang keterlibatan
auditor internal dalam pengembangan sistem, termasuk apakah auditor internal
bebas dihubungkan karena keterlibatan tersebut dan apakah auditor harus

15
bertindak sebagai konsultan untuk proyek-proyek pengembangan sistem.Penulis
menemukan bahwa, sebagian besar CEO lebih peduli dengan fungsi internal audit
tetap independen daripada dengan auditor bertindak sebagai konsultan untuk
organisasi. Selain itu, responden pada dasarnya peduli mengenai keterlibatan audit
internal dalam perencanaan dan tahap desain dan tidak mendukung keterlibatan
audit internal dalam pengembangan,implementasi,dan tahap pemeliharaan.

Peran Teknis

Auditor internal yang memiiki keterampilan teknis


tambahan,kompetensi,dan dalam lingkup dan fungsi.Literator sebelumnyatelah
menyora kmpetens esa ositifberkaitan dengan penghakiman kinerja auditor ketika
kompleksitas tuzs aui diambil. Oleh karena itu,auditor internal harus mencari dan
memperbaiki pengetahuan dan keterampilan teknis mereka secara kontinu dengan
menguasai teknologi otomatis rbaru yang dapat meningkatkan risiko organisasi
pemantauan dan pengendallan internal.

Verschoor (1999) menemukan bahwa audit kontinu akan mendapatkan


rintangan teknis yang signifikan.Ancaman mereka terhadap audit tradisional,
konsep baru yang dikenal sebagai audit kontinu. Alat audit dibantu
komputer(CAATs) diperlukan untuk mencapai audit kontinu. Dalam rangka
memperkuat peran teknis audit kontinu tampaknya menjadi jalan yang benar
untuk datang dengan jawaban bahwa investor dan pengguna lain dari laporan
keuangan keinginan. Auditor internal,bagaimanapun, harus mengubah pola pikir
mereka untuk memeluk lingkungan pelaporan kontinu dan kemudian memperoleh
keterampilan teknis yang diperlukan dan pengetahuan tentang materi pelajaran
untuk memenuhi tuntutan lingkungan ini.

Peran Manajemen Intimidasi

Semangat dari kebenaran perilaku profesional adalah kemampuan


untukmengintimidasi setiap peserta yang mengancam otonomi profesi, apakah
mereka adalah pimpínan, klien, atau jabatan lain. Hubungan penting di antara
anggota profesi dan lainnya dalam dunia kerja adalah salah satu otoritas. Ketika
anggota dari jabatan kurang kekuatan, argumen di luar atau persuasi, sesuai
dengan majikan atau klien menyiratkan kesamaan diantara para pihak untuk
berinteraksi. Argumen atau alasan yang masuk akal tidak menyarankan satu
hubungan yang ditandai dengan otoritas. Ketika satu jabatan semata-mata harus
memercayakan pada argumen atau bujukan terhadap pengendalian orang lain
menjadi bukti utama atas kekurangan status dari sebuah profesi. Dengan
demikian, penulis mengungkapkan intimidasi yang memiliki hubungan signifikan
dengan otoritas. Selama audotor internal terlibat dalam audit, keinginan

16
pengendalian preventif bukan merupakan detektif atau pengendalian korektif.
Mereka berharap organisasinya tidak terinfeksi oleh praktik intimidasi dan
memperkenalkan pencegahan pengendalian untuk mengurangi praktik dalam
organisasi yang mereka layani.

F. MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT


Motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit
internal. Dalam teorimotivasi, dikenal dengan lima kebutuhan pokok Maslow.
Dua dari kebutuhan pokok tersebutadalah keinginan untuk menjadi bagian
dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dandikenal, sehingga dapat
melayani auditor internal secara baik.1.Kebutuhan Menjadi Bagian dari
OrganisasiBagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang
berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang
diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapatmereka akan diterima dan
dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam pertimbangan
keseluruhanmanajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi.Para
auditor diminta untuk mendekati pihak yang diaudit dengan bahasa
yangmemperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta dengan
mempercayai pihak yangdiaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas
pencapaian tujuan dari pekerjaan auditsekarang. Hal ini harus dicapai melalui
jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan di
cerminkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit.

Kebutuhan mejadi bagian dari organisasi


Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang
berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut.para auditor
diminta untuk mendekati pihak yang di audit dengan bahasa memperkuat
kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta dengan mempercayaain tujuan
dari pekerja audit sekarang.
Para auditor diminta untuk mendekati pihak yang diaudit dengan
bahasa yangmemperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta dengan
mempercayai pihak yangdiaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas

17
pencapaian tujuan dari pekerjaan auditsekarang. Hal ini harus dicapai melalui
jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan
dicerminkan secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit.

Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain


Kebutuhan akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan
pihak yang diaudituntuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf
audit untuk mengidentifikasikan bidang– bidang yang bermasalah, membantu
dalam investigasi terhadap kinerja, serta mengembangkantindakan – tindakan
korektif. Aspek terpenting disini adalah auditor mengidentifikasikantindakan
– tindakan pihak yang diaudit secara langsung sebagai bagian dari usaha
audit. Pihak yang diaudit biasanya akan menerima rasa hormat dan respons
manajemen melalui penerapanaudit yang merupakan bagian dari manajemen
yang berpengaruh dalam melakukan perbaikan operasional manajemen.
Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang
berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersbut. Audit
mengenditifikasi tindakan- tindalan-tindakan pihak yang di audit secara
langsung sebagai bagian dari usaha audit pihak yang di audit biasanya akan
menerima rasa hormat dan respon manajemen melalui penerapan audit yang
merupakan bagian dari manajemen yang berpengaruh dalam melakukan
perbaikan operasional manajemen.

Hubungan Dengan Gaya Manajemen


Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum.
Keempat gayamanajemen tersebut yaitu :
a. Gaya mengarahkan
Gaya mengarahkan berarti pemimpin memberikan intruksi spesifik dan
mengawasi penyelesaian pekerjaan dari dekat. Pada gaya pertama, aturan-
aturan manajemen dipatuhisecara sangat ketat. Auditor seharusnya tidak
membuat ikatan-ikatan dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Akan

18
tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk memperolehinformasi maupun
akses terhadap informasi, sehingga harus ambil langkah lain.
b. Gaya melatih
Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan dan
mengawasi penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan keputusan,
menawarkan saran, danmendukung kemajuan bawahannya.
c. Gaya mendukung
Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung upaya
bawahan untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam
pembuatan keputusan dengan bawahan.
d. Gaya mendelegasikan
Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung
jawab pembuatankeputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara
relative utuh.
Dari keempat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya terakhir merupakan
yang terpenting untuk didiskusikan. Pada gaya pertama, aturan-aturan manajemen
dipatuhi secara sangar ketat. Di sini auditor seharusnya tidak membuat ikatan
dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor
kesulitan untuk memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi,
sehingga harus diambil langkah lain. Auditor seharusnya mencoba untuk bekerja
sama dengan seluruh manajemen dalam proses audit. Hubungan yang akrab dan
berulang dapat meyakinkan pihak manajemen bahwa auditor berada di pihak
mereka. Oleh karena itu, kejujuran dalam berdiskusi dapat meyakinkan
manajemen bahwa tujuan audit adalah untuk mengembangkan desain guna
membantu memperbaiki operasi. Selain itu, dibutuhkan Suatu pola perilaku audit
yang dapat mewujudkan hubungan dengan manajemen karyawan yang bergaya
pelatih.

Perubahan Manajemen
Terdapat tiga hal yang mungkin menimbulkan keengganan untuk
melakukan perubahan yaitu :
a. Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui, yaitu apa yang akan dibawa
oleh perubahan tersebut.

19
b. Aspek birokrasi dari kenyataan perubahan, baik secara horizontal maupun
vertikal.
c. Aspek ego, bahwa dengan adanya perubahan maka metode sekarang
dianggap tidak efisien atau tidak layak.
Oleh sebab itu, auditor seharusnya mengambil tindakan pasti untuk
menghilangkan ketakutan atau pertentangan dari pihak yang diaudit. Dalam kasus
ketakutan dari ketidaktahuan, auditor seharusnya berhati-hati dalam menelaah
kemungkinan dari pihakyang diaudit untuk menghasilkan perubahan, baik
berdampak baik maupun yang tidak begitu baik. Pihak yang diaudit seharusnya
diberitahu mengenai metodologi atau penyelesaian yang dapat digunakan dan
secara aktif menasihati mencari tahu mengenai metode-metode yang
direkomendasikan.

Saran berikutnya yang juga akan membantu menyelesaikan masalah penting


kedua adalah aktivitas birokrasi yang penting untuk mengakomodasi perubahan.
Di sini, pihak yang diaudit dapat mempunyai kesempatan untuk membantu
mendesain metode baru dan memastikan bahwa metode tersebut tidak akan
menimbulkan gangguan terhadap operasi sekarang. Dengan demikian, pihak yang
diaudit mampu membantu dalam mendesain perubahan sebagaimana mereka
memengaruhi hubungan internal, baik secara vertikal maupun horizontal. Terkait
dengan masalah ini, beberapa pendekatan yang dapat diambil antara lain meliputi:

1. Auditor internal seharusnya melihat perubahan audit dengan cara pandang


manajer.
2. Konsep auditor terhadap pengendalian seharusnya sejauh mungkin
menyerupai konsep manajemen.
3. Auditor seharusnya mengutamakan suatu pendekatan partisipatif.
4. Audit seharusnya menjadi suatu audit yang seimbang, tidak sebagai suatu
yang menghakimi.
5. Auditor seharusnya melengkapi kegagalan dari suatu pendekatan
manajemen.
6. Auditor internal seharusnya mencoba untuk bertindak sebagai seorang
penasihat dan bukan sebagai seorang pengambil kebijakan.

Pengelolaan Konflik
Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit
(Chambers atal., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit,

20
tetapi jika tidak ditanganilebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan
luas. Konflik dapat terjadi dalam hal – hal seperti berikut :
a. Lingkup seperti terhadap manajemen.
b. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.
c. Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
d. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak
yang diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang
cenderungmempertahakan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang
cenderung mempertahankanlembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan
bahwa ketika seorang auditor bekerja pada suatulembaga bisnis professional,
yang dikelilingi oleh suatu birokrasi, konflik dan hilangnya nilai – nilai serta
norma – norma profesionalisme akan muncul. Di pihhak lain, sikap dan
keyakinanyang berkaitan dengan lingkungan anggota seprofesi sering kali
dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang dimunculkan oleh
satu atau beberapa orang professionalyang mempertahankan nilai – nilai
profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik.
Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap auditor
dan dapat kesimpulanmenyatakan bahwa:
1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi
dibandingkan dengankonflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja
dilingkungan organisasi bisnis bukan profesi.
2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding
terbalik dengan posisi individu dalam suatu birokrasi.
3. Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan
berhubungansecara positif dengan kecenderungan untuk berpindah
kerja.Konflik akan muncul ketikadi dalam organisasi bisnis profesional
terdapat sebagian orang yang memegang teguh. nilai –nilai
profesionalismenya, sementara sebagian lainnya tidak bahkancenderung
untuk menghilangkan nilai – nilai tersebut.

21
Ada empat metode khususyang secara umum digunakan untuk
menyelesaikan konflik:
a. Arbitrasi
Pada metode ini, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok
ketiga yang menjadisuatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi
tersebut. Hanya saja banyak pihak yang tidak menggunakan metode ini karna
masalah biaya yang dianggap mahal.
b. Mediasi
Metode terbaik lainnya adalah mediasi, mediasi merupakan metode
kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan
seorang juri senderung memegangteguh kepentingan-kepentingan
organisasi.
c. Kompromi
Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam
pendekatan keperilakuanadalah metode kompromi, jika perbedaan masih
dapat dikompromikan.
d. langsung
Keempat metode tersebut mencoba untuk mencapai suatu posisi yang
dianggap adalah yang terbaik bagi organisasi. Metode tersebut tidak selalu
mencoba untuk meredakan perasaan dari masing-masing kelompok yang
mengalami konflik.

Masalah-Masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu
untuk memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep – konsep tersebut
merupakan perilakulangsung dan kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk
semua hubungan singkat perusahaan. Konsep tersebut meliputi:
a. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat – sifat dasar individu.
Auditor seharusnya menyadari adanya perbedaan ini dan
mempertimbangkan dalam kaitannyadengan karyawan pihak yang diaudit.

22
b. Pengaruh terbesar terhadap perasaan - perasaan dan emosi seharusnya
jugadipertimbangkan. Auditor seharusnya mengidentifikasi keberagaman
peranan danmencoba menangani hal tersebut secara efektif.
c. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan. Staf pihak yang
diaudit tidak memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan
oleh stf audit. Beragam pengalaman, pendidikan, dan lingkungan dari
kedua kelompok menghasilkan dikotomiterhadap sikap dan
interprestasinya.Perbedaan ini dapat berdampak serius padakomunikasi
dan dapat menjadi sumber yang konstan dari sikap –sikap yang
kurangmenyenagkan jika tidak di pertimbangkan secara hati – hati.
d. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.
Variasi dari apayang disebut sebagai kelompok dinamis menghasruskan
auditor untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika melakukannya
dengan kelompok yang lebih luas. Hal ini disebabkan karena banyak
pendekatan teknis yang tidak mengintegrasikan seluruh variasi perilaku.
e. Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagai suatu variasi akhir.
Setiap perubahan situasi memengaruhi perasaan dan tindakan seseorang.
Auditor seharusnya memasukkan variasi ini kedalam pertimbangannya
pada hubungan interpersonal.

Karakteristik Umum Individu


Brink dan Witt (1982) juga telah membuat suatu daftar mengenai
karakteristik kelompok individu dari orang-orang yang beradadalam berbagai
tingkatan. Auditor seharusnyamempertimbangkan hal tersebut karena hal
ituberpengaruh terhadap kepribadian,sikap,danaktivitas. Pengetahuan dan
pertimbangan atas perbedaan inidapat membantu untuk memastikanhubungan
yang lebih harmonis. Pada umumnya sifat yang muncul pada berbagai
tingkatan dalamsetiap individudari pihak yang diaudit meliputi :
1. Menjadi Produktif, sibuk padapekerjaan-pekerjaan yang bermakna.
2. Mempunyai dorongan kearah dedikasi terhadap suatuusaha yang dianggap
penting.

23
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada
individu lain.
4. Bebas untukmemilihguna mendapatkan indenpendensi dan kebebasan
pilihan.
5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.
6. Memiliki bias pada diri sendiri,tercermin pada sikap yang lebih suka
dipujidibandingkan dengan kritik.
7. Mencari kepuasan diri sendiri.
8. Memiliki nilai untukmendapatkan imbalan atas usahanya.
9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara
baik.
10. Menjadi bagian tim yang suka.
11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13. Lebih cenderung untuk sensitive dibandingkandengan membantu orang

Kesadaran Pada Diri Sendiri


Dalam suatu situasi dimana terdapat banyak hubungan interpersonal
sebagaimana yangterdapat didalam audit internal, merupakan hal penting untuk
menyadari dan memegang teguh.keseimbangan serta untuk memandabg diri
sendiri sebagaimana orang lain memandangnya(Ratclff et al,1988).
Beberapa elemen utama dari aspek yang terpenting kondisi ini adalah:
1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam
berhubungan secara mental ,fisik dan karakterisrik pribadi.
2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalamlingkungan relative yang
dimilkiseseorang dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan
kelompok organisasi yang luas.
4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan- kebutuhan orang lain
5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego
seseorang.

24
6. Suatau perasaan keterpaduan yangberasal dari kepercayaan bahwa
seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.

pendekatan teknis yang tidak mengintegrasikan seluruh variasi


perilaku.Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagi suatu variasi
akhir. Setiap perubahansituasi mempengaruhi perasaan dan tindakan
seseorang.Auditor seharusnya memasukkanvariasi ini ke dalam
pertimbangan pada hubungan interpersonal.

Komunikasi Secara Efektif


Komunikasi terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, dan laporan
tertulis. Bahasa yang menggunakan aksioma (pernyataan) seharusnya jelas,
ringkas, bebas akronim (singkatan), dalam struktur gramatikal yang baik, dan
mengungkapkan isi dalam aturan sederhana yang logis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kominikasi yang
efektif adalah:
1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor
bukanlah bagian dari manajemen.
2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahn-
kesalahan kerja dari pihak yang diaudit.
3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik
secara verbal atau tertulis.
4. Pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit ketika memberi saran.
5. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
6. Jangan berargunen mengenai moralitas.
7. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari
temuanya.
8. Sepanjang proses penyusunan laporan mengizinkan pihak yang diaudit
untuk mengungkapkan pendapatnya.

Menghadapi Banyaknya Oposisi

25
Berbeda dengan penjelasan di atas yang bertujuan untuk mengembangkan
suatu hubungan yang harmonis dengan pihak yang diaudit, terdapat kemungkinan
bahwa auditor harus menghadapi banyaknya oposisi. Terdapat tiga jenis pokok
dari banyaknya oposisi:

1. Suatu indikasi yang menunjukkan kurang pentingnya audit. Manajemen


puncak dari pihak yang diaudit menolak untuk berpartisipasi dalam
pertemuan untuk mempertimbangkan isi laporan.
2. Pihak yang diaudit bertindak dalam suatu gaya konfrontasional,misalnya
catatanr catatan tidak tersedia.
3. Pihakyang diaudit menolak untuk mengambil berbagai tindakan selama
atau setelah audit, dan operasi terus dijalankan seperti sebelumnya.

Auditor dihadapkan pada suatu masalah seperti pembatasan atas berbagai


tindakan. Pernyataan hanya akan meningkat pada tingkatperlawanan.Bujukan dan
seruan kepada hal-hal yang menarik pihak yang diaudit cenderung akan
melemahkan mereka. Selatn itu, percobaan untuk mencapai beberapa hal yang
terpisah, seperti perbaikan status pihak yang diaudit akan dapat membantu.

Pelaksanaan Audit Partisipatif


Audit Partisipatif, yaitu proses yang melibatkan bantuan klien dalam
mengumpulkan data, mengevaluasi operasi, dan mengoreksi masalah. Jadi
audit ini merupakan kemitraan untuk menyelesaikan masalah, sehingga
terkadang disebut audit kemitraan.
Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja
audit yang baik berasal daripendekatan keprilakuan. Elemen keprilakuan
tersebut meliputi:
1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diadit bidang mana yang
akan diaudit.
2. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit
dalam menilai.
3. Perolehan persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi
4.Dapatkan persetujuan atas isi laporan
4. Memeasukan informasi nyata pada laporan audit. Partisipasi didalam
audit membantumemecahkan berbagai permasalahan dan

26
mengordinasikan tindakan korektif.Seluruhkeberhasilan diatas
tergantung pada kredibilitas auditor atas kekejujuran.

Penggunaan pengetahuan keperilakuan dalam Audit


Secara umum penanganan keperilakuan organisasi adalah akibat dari
berbagai hal berikut ;
1. Kondisi, pada umumnya kualitas dri struktur pengendalian internal.
2. Motivasi atau kebutuhan dari karyawan kantor untuk membentuk
etika dan kejujuran.
3. Sikap atas dasar karakteristik pribadi dari seluruh tingkatan
karyawan.
Diasumsikan bahwa para auditor internal dalam setiap pekerjaannya
selalu berhubungan dengan karyawan – karyawan yang ada diorganisasi.
Kedekatan ini menghasilkan posisi evaluative yang memungkinkan karyawan
untuk menerima atau menolak auditor, di mana hal tersebut akan berdampak
pada tingkat kebebasan auditor. Pengalaman dan pemahaman atas aspek
keperilakuan serta pertimbangan terkait memberikan kepada auditor alat audit
yang kuat.
Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu
memahami budaya organisasi. Porter et al (1985) dikatakan bahwa budaya
organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku auditor. Untuk budaya organisasi,
unsure – unsure tercermin, antara lain :
1. Komitmen karyawan
2. Kualitas pelatihan dan Pengembangan staf
3. Identitas perusahaan seperti kebijakan.
4. Pembuatan keputusan.
5. Fokus manajemen.
Oleh karena itu, suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika
laporan audit dapat diterima dan di implementasikan.

27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak
hanya dibicarakan tentang teknik-teknik audit, tetapi juga bagaimana
auditor mengambil kebijakan untuk menentukan suatu fakta . Seringkali
pertimbangan yang diambil oleh auditor menjadi penentu dalam
memutuskan suatu masalah , terutama dalam hal penetapan pendapat.
Untuk itu sikap, persepsi, dan perilaku menjadi acuan dalam pembahasan
mengenai pertimbangan seorang auditor , baik auditor internal maupun
auditor eksternal.
B. Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap dapat menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca bahkan jika perlu untuk
menulis juga. Selanjutnya penulis juga mengharapkan masukan berupa
kritik atau saran pada penulisan kami dalam makalah ini guna peningkatan
kualitas dalam penulisan makalah ini.

28
DAFTAR PUSTAKA

Ikhsan Lubis Arfan. 2010 . akuntansi Keperilakuan Edisi 2.Jakarta:Salemba


Empat.

https://www.academia.edu/44705702/
makalah_ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_AUDIT_INTERNAL.
https://pdfcoffee,com/aspek-keperilakuan-pada-audit-internal-8-pdf-free.html
https://www.academia.edu/44731364/
MAKALAH_ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_AUDIT_INTERNAL
https://missyustikaratu.blogspot.com/2019/09/makalah-akuntansi-keperilakuan-
aspek.html

29

Anda mungkin juga menyukai