Oleh:
Syukur Alhamdulillah, saya panjatkan kehadiran Allah SWT berkat rahmat dan
karunia-Nya saya berhasil menyeselesaikan makalah yang berjudul “Aspek
Keperilakuan Pada Audit Internal“.
Dengan penyajian materi yang ringkat, saya harapkan agar para pembaca dapat
dimudahkan dalam memahami isi materi sehingga dapat direalisasikan dalam
kehidupan berbisnis dan dapat juga digunakan sebagai bahan acuan untuk pembuatan
makalah kedepannya. Namun demikian saya sangat menyadari sesempurnal apapun
seseorang dalam melakukan sesuatu tidak jarang kekhilafan menjadi pendampingnya.
Oleh karna itu, saya sangat terbuka dalam menerima kritik dan saran untuk
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat member manfaat positif bagi para pembaca. Dan makalah
ini dapat menjadi acuan pembaca untuk kedepannya.
i
Daftar isi
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Auditor Internal.........................................................................................................3
B. Peran Auditor Internal...............................................................................................7
C. Otoritas Auditor Internal...........................................................................................8
D. Prospek Profesi Auditor Internal...............................................................................9
E. Profesionalisme dalam Peran Auditor Internal dan Otoritas.....................................11
F. Jenis Peran Auditor Internal......................................................................................11
G. Memotivasi Pihak Yang di Audit..............................................................................13
A. Kesimpulan................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................26
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi,
khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan
aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum
mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai
data pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek
keperilakuan auditor.
Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik dengan auditor
internal berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan publik terikat
dengan catatan-catatan suatu organisasi dan prinsip-prinsip akuntansi yang
dibangun oleh badan profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor internal terkait
dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang menjalankan
operasi organisasi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi
aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga terdapat hubungan pribadi
antara orang yang dievaluasi dengan orang yang mengevaluasi dengan para
auditor.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini
adalah sebagai berikut :
1) Apa itu audit internal ?
2) Apa peran auditor internal ?
3) Apa otoritas auditor internal ?
4) Apa prospek profesionalisme dalam peran auditor internal dan otoritas ?
5) Apa jenis peran auditor internal ?
6) Bagaimana cara memotivasi pihak yang diaudit ?
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan
untuk mengetahui :
3
1) Memahami audit internal.
2) Memahami peran auditor internal.
3) Memahami otoritas auditor internal.
4) Memahami prospek profesionalisme dalam peran auditor internal dan otoritas.
5) Memahami jenis peran auditor internal.
6) Memahami cara memotivasi pihak yang diaudit.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Permintaan audit eksternal dan internal bersumber pada kebutuhan untuk memiliki
beberapa alat verifikasi indenpenden untuk mengurangi kesalahan pencatatan,
penyalahgunaan aset dan kecurangan dalam organisasi bisnis dan nonbisnis. Akar audit
secara umum, secara intuitif digambarkan oleh sejarawan akuntansi Richard Brown
(1905), dikutip dalam Mautz $ Sharaf, 1961) sebagai berikut:
“asal mula auditing kembali kewaktu yang hampir tidak jauh dari akuntansi…
kapanpun kemajuan peradaban membawa perlunya seseorang sampai batas tertentu
dengan milik orang lain, kelayakan semacam pemeriksaan yang pertama akan menjadi
jelas.”
Standar tersebut memuat definisi dan tujuan audit internal berikut ini:
Pada tahun 1993, pernyataan tanggung jawab audit internal mencatat bahwa “ruang
lingkup audit internal mencakup pemeriksaan dan evaluasi kecukupan dan
keefektifitasan sistem pengendalian intern organisasi dan kualitas kinerja dalam
melaksanakan tanggung jawab yang ditugaskan”. Pada saat ini, ruang lingkup audit
internal meliputi:
1. Meninjau keandalan dan keintegritas informasi keuangan dan operasi, dan
sarana yang digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan
melaporkan informasi tersebut.
3. Meninjau cara menjaga aset dan jika perlu memverifikasi keberadaan aset
tersebut.
5. Mengkaji ulang operasi atau program untuk memastikan apakah hasil sesuai
dengan tujuan dan sasaran telah ditetapkan dan apakah operasi atau program
dijalankan sesuai rencana.
Menurut IIA (Institute of Internal Auditor) yang dikutip oleh Boynton dkk. (2001)
menjelaskan bahwa audit internal adalah aktivitas, independen, keyakinan objektif, dan
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi.
Menurut Tugimin (2006) tujuan audit internal adalah membantu para anggota organisasi
agar dapat melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif. Untuk itu, audit internal
akan melakukan analisis, penilaian, dan mengajukan saran.
Menurut Agoes (2004), tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor internal
adalah membantu semua pimpinan perusahaan (manajemen) dalam melaksanakan
tanggung jawabnya dengan memberikan analisis, penilaian, saran, dan komentar
mengenai kegiatan yang diperiksanya. Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor internal
harus melakukan kegiatan sebagai berikut:
1. Menelaan dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem
pengendalian manajemen, pengendalian intern dan pengendalian operasional
lainnya, serta mengembangkan pengendalian efektif dengan biaya yang tidak
terlalu mahal.
2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana, dan prosedur yang telah
ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan
dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan
dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa penggolongan data yang dikembangkan dalam organisasi
6
dapat dipercaya.
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan
oleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efesiensi dan
efektivitas.
Adapun isi program adalah meliputi pernyataan tujuan, dalam hal ini harus
dipaparkan dengan jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, dikaitkan dengan kendala-
kendala yang mungkin dihadapi, serta pendekatan pemeriksaan yang digunakan.
Langkah kerja pemeriksaan yang memuat pengarahan khusus dalam melaksanakan
pemeriksaan meliputi langkah-langkah sebagai berikut:
Perencanaan pemeriksaan
1. Penetapan tujuan dan sasaran pemeriksaan secara efektif, efesien, dan ruang
lingkup kerja
7
2. Memperoleh informasi pendahuluan atas aktivitas yang diperiksa
1. Informasi dikumpulkan dari semua pihak yang terlibat dengan sasaran dan
ruang lingkup pemeriksaan
2. Informasi harus cukup, dapat dipercaya, relevan dan berguna sebagai
dasar temuan pemeriksaan dan rekomendasi
Tindak lanjut
Audit internal harus memonitor dan mengawasi apakah tindak lanjut yang harus
dilaksanakan atau apakah manajemen perusahaan telah mempertimbangkan dengan
matang semua risiko yang mungkin timbul jika ternyata tidak ada tindakan yang
diambil sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut. Selain itu, tindak lanjut juga
dilaksanakan sebagai alat ukut dalam menilai efektivitas pemeriksaan yang telah
dijalankan.
8
B. PERAN AUDITOR INTERNAL
Peran auditor internal sangat unik karena auditor internal adalah agen yang
memantau tindakan agen lain (manajemen), keduanya dipekerjakan oleh pimpinan yang
sama. Auditor internal memiliki peran pentig dalam mengevaluasi efektivitas system
pengendalian, dan memberikan kontribusi untuk efektifitas organisasi yang sedang
berlangsung. Peran auditor internal dalam manajemen resiko dari studi perbandingan
antara perusahaan Belgia dan AS mengungkapkan bahwa keterlibatan proaktif auditor
internal dalam pengembangan dan peningkatan pengendalian internal dianggap sebagai
aspek penting dari peran printis mereka.
Auditor internal memainkan peran berharga karena secara aktif meningkatkan
kesadaran resiko dan pengendalian atas nama manjemen. Pengendalian internal
merupakan bagian intergral dari tanggung jawab auditor internal, karena tingkat
manajemen tertentu tidak menyadari bahwa mereka bertanggung jawab untuk
pengendalian internal.
Otoritas auditor internal dapat dibentuk melalui pemantauan yang tepat oleh komite
audit dalam hal dukungan dan keputusan struktur. Susunan organisasi yang ideal adalah
yang memiliki fungsi laporan audit internal secara langsung dan sematan-mata kepada
komite audit Baik mengenai isu-isu audit internal maupun masalah administrasi seperti
sumber daya, anggaran dan kompensasi
Beberapa organisasi mungkin menepatkan manajer audit internal dibawah
pengaturan laporan ganda, fingsional bertanggung jawab kepada komite audit untuk hal-
hal seperti desain rancana audit dan peninjauan ruang lingkup audit dan temuan
audit.sedangkan laporan kepada seoang eksekutif senior adalah urusan administrasi,
Peraturan semacan itu berpotensi membatasi bisnis. Selain itu dalam penaatan hierarki
pelaporan, objektivitas dan fungsi organisasi manajemen audit internal kepada chief
executive officer. Secara teoritas, kepada eksekutif audit (CAE) harus melaporkan
secara fungsional kepada dewan atau komite audit dan administratif mengenai kepala
eksekutif organisasi.
Audit internal dapat memainkan peran penting dalam menambah nilai bagi bisnis,
setelah menjelaskan hal ini tidak bisa dihindari bahwa fakta auditor internal sering
9
ditempatkan dalam posisi yang sangat sulit terutama ketika mereka dilihat sebagai
pembawa berita buruk tentang kinerja manajemen.
Para peneliti sebelumnya mengembangkan sebuah instrumen dengan meminta auditor
internal untuk membuat rekomendasi penawaran tender kepada manajemen pada skala
likert 8 point. Bagaimana instrumen informasi subjek masing-masing dari 4 kelompok
kepentingan yang berbeda akan memperoleh manfaat dari penawaran tentang
bagainama kelompok kepenting yang berbeda diuntungkan namun hasilnya menunjukan
bahwa tidak ada komsensun untuk kelompok auditor yang harus menempatkan pada
posisi prioritas.
10
organisasi berkaitan dengan pemantauan dan pengawansan manajemen risiko yang
efektif dan auditor internal jika dianggap sebagai “pakar manajemen risiko” dapat
berharap untuk memainkan peran penting dan berprofil tinggi dalam organisasi selama
beberapa dekade mendatang. Dengan persyaratan new york stock exchange baru baru
ini bagi perusahaan yang terdaftar unutk memiliki fungsi audit internal,profil fungsi
audit internal telah meningkat secara sginifikan.
Dengan diberi tempat pada diskusi tingkat tinggi mengenai tata kelola organisasi
terjadi,cakrawala untuk profesinya telah diperluas secara luas dan peluang untuk
memberi nilai tambah tumbuh secara eksponensial. Namun,tantangannya tetap bagi
profesional. Audit internal untuk mengembangkan pemahaman yang tajam mengenai
proposisi nilai yang mereka tawarkan dan mengelola persepsi dan citra mereka baik di
dalam maupun luar organisasi. Begitu fungsi audit internal mendapatkan kepercayaan
dan kepercayaan dari orang-orang yang ditugaskan dalam pemerintahan,ia dapat
melanjutkan untuk memberikan kinerja dan nilai yang luar biasa dengan menggunakan
gabungan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh personelnya dalam
mengendalikan praktik terbaik,pemantauan dan pengelolaan risiko serta struktur kelola
dan proses.
Secara khusus,dengan semua perusahaan layanan profesional big four menunjukan
minat yang kuat dalam mengembangkan praktir co-sourcing audit internal
mereka,profesi audit internal siap menghadapi dampak internasional yang signifikan.
Misalnya globalisasi kegiatan audit internal dan pengakuan petugas terhadap nilai
tambah fungsi audit internal dalam menyambut trn. Kesimpulannya,abad ke 21
menghadirkan banyak jani dan peluang pertumbuhan ang belum pernah terjadi
sebelumnya untuk profesi auditor internal. Namun,perkembangan dalam praktik harus
dipelajari secara cermat oleh akademisi sehingga sebuah badan pengetahuan dibangun
dan ditransmisikan secara sistemtis ke generasi profesinal audit internal genrasi
mendatang.
Fungsi IIA sebagai pemimpin diakui, otoritas diakui, dan menjadi pendidik utama
bagi profesi audit internal di seluruh dunia ( IIA, 2000 ). Auditor internal harus
memiliki profesionalisme, profil dan kemandirian untuk memenuhi perannya secara
efektif.
Auditor internal harus mampu menyediakan :
11
1. Tantangan lingkungan pelaporan
2. Transparansi
3. Jujur ke tingkat tinggi tanpa rasa takut dan retribusi.
Auditor Internal harus terfokus pada resiko organisasi. Hal ini menunjukan
pemahaman yang baik tentang operasi bisinis organisasi bersama-sama dengan
komunikasi dan keterampila persuasi untuk mendapatkan pesan.
Para auditor diminta untuk mendekati pihak yang diaudit dengan bahasa
yang memperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta dengan
mempercayai pihak yang diaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas
pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai melalui
jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan dicerminkan
secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit.
13
2. Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain
Kebutuhan akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak
yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk
mengidentifikasikan bidang – bidang yang bermasalah, membantu dalam
investigasi terhadap kinerja, serta mengembangkan tindakan – tindakan korektif.
Aspek terpenting disini adalah auditor mengidentifikasikan tindakan – tindakan
pihak yang diaudit secara langsung sebagai bagian dari usaha audit. Pihak yang
diaudit biasanya akan menerima rasa hormat dan respons manajemen melalui
penerapan audit yang merupakan bagian dari manajemen yang berpengaruh
dalam melakukan perbaikan operasional manajemen.
1. Hubungan Dengan Gaya Manajemen
Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Keempat gaya
manajemen tersebut yaitu :
a. Gaya mengarahkan
b. Gaya melatih
c. Gaya mendukung
d. Gaya mendelegasikan
Dari keempat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya terakhir merupakan yang
terpenting untuk didiskusikan. Pada gaya pertama, aturan – aturan manajemen dipatuhi
secara sangat ketat. Auditor seharusnya tidak membuat ikatan – ikatan dengan staf tanpa
persetujuan manajemen. Akan tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk
memperoleh informasi maupun akses terhadap informasi, sehingga harus diambil
langkah lain. Auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan seluruh
manajemen dalam proses audit. Hubungan yang akrab dan berulang dapat meyakinkan
pihak manajemen bahwa auditor berada di pihak mereka.Oleh karena itu, kejujuran
dalam berdiskusi dapat menyakinkan manajemen bahwa tujuan audit adalah untuk
mengembangkan desain guna membantu memperbaiki operasi. Selain itu, dibutuhkan
suatu pola perilaku audit yang dapat mewujudkan hubungan dengan manajemen
karyawan yang bergaya pelatih.
2. Perubahan Manajemen
Salah satu masalah terbesar yang dimiliki oleh auditor adalah “menjual” perubahan
– perubahan yang akan dijalankan melalui implementasi dan temuan audit. Ilmu social
telah mengidentifikasikan sejumlah alas an mengapa orang tidak menginginkan
perubahan metode operasi mereka. Ada tiga hal yang mungkin merupakan faktor
terpenting yang menimbulkan keengganan untuk melakukan perubahan :
a. Ketakutan terhadap apa yang tidak diketahui, yaitu apa yang akan dibawa
oleh perubahan tersebut.
b. Aspek birokrasi dari kenyataan perubahan, baik secara horizontal maupun
vertical.
15
c. Aspek ego, dengan adanya perubahan, maka metode sekarang dianggap
tidak efisien atau tidak layak.
16
dipandang sebagai perbaikan suatu operasi yang sebenarnya tidak salah.Audit hanya
membantu membuat operasi tersebut menjadi lebih efisien dan efektif. Walaupun pada
saat sekarang operasi tersebut tidak rusak atau cacat, tetapi operasi tersebut akan dapat
diperbaiki lebih jauh lagi dengan bantuan pihak yang diaudit. Pandangan – pandangan
yang demikian, menjadi penting untuk diperhatikan sebab cara pandang tersebut akan
mampu menjadi monivator untuk melakukan kegiatan – kegiatan perbaikan secara
berlanjut di lingkungan organisasi yang berubah secara simultan.
3. Pengelolaan Konflik
Konflik adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit
(Chambers at al., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi
jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas.
Konflik dapat terjaadi dalam hal – hal seperti berikut :
a. Lingkup seperti terhadap manajemen.
b. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.
c. Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
d. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang
diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung
mempertahakan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung
mempertahankan lembaga atau keinginannya. Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang
auditor bekerja pada suatu lembaga bisnis professional, yang dikelilingi oleh suatu
birokrasi, konflik dan hilangnya nilai – nilai serta norma – norma profesionalisme akan
muncul. Di pihhak lain, sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan lingkungan
anggota seprofesi sering kali dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang
dimunculkan oleh satu atau beberapa orang professional yang mempertahankan nilai –
nilai profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik.
Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap auditor dan dapat
kesimpulan menyatakan bahwa:
1. Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih tinggi dibandingkan
dengan konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja dilingkungan organisasi
bisnis bukan profesi.
2. Dalam organisasi professional, tingkat konflik yang diterima berbanding
1
terbalik dengan posisi individu dalam suatu birokrasi.
3. Persepsi konflik berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan
berhubungan secara positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja.
Konflik akan muncul ketika di dalam organisasi bisnis profesional terdapat
sebagian orang yang memegang teguh nilai –nilai profesionalismenya,
sementara sebagian lainnya tidak bahkancenderung untuk menghilangkan nilai –
nilai tersebut.
Ada empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik:
1) Arbitrasi
Pada metode ini, ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga
yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi tersebut.
Hanya saja banyak pihak yang tidak menggunakan metode ini karna masalah
biaya yang dianggap mahal.
2) Mediasi
Metode terbaik lainnya adalah mediasi, mediasi merupakan metode
kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan seorang
juri senderung memegang teguh kepentingan-kepentingan organisasi.
3) Kompromi
Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan
keperilakuan adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat
dikompromikan.
4) Langsung
Keempat metode tersebut mencoba untuk mencapai suatu posisi yang dianggap
adalah yang terbaik bagi organisasi.Metode tersbut tidak selalu mencoba untuk
meredakan perasaan dari masing – masing kelompok yang mengalami konflik.Metode
yang terbaik dan paling sering digunakan dalam pendekatan keperilakuan adalah
metode kompromi, jika perbedaan masih dapat di kompromikan.Metode terbaik lainnya
yaitu mediasi.Mediasi merupakan jenis metode kompromi dengan pengecualian bahwa
mediasi yang menggunakan sseorang juri cenderung memegang teguh kepentingan –
kepentingan organisasi.Pada metode arbitrasi, ketika terjadi suatu konflik muncullah
kelompok ketiga yang menjadi suatu harapan penyelesaian konflik dalam organisasi
2
tersebut.
4. Masalah-Masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk
memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep – konsep tersebut merupakan
perilaku langsung dan kemungkinan dapat dimanfaatkan untuk semua hubungan
singkat perusahaan. Konsep tersebut meliputi :
a. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat – sifat dasar individu.
Auditor seharusnya menyadari adanya perbedaan ini dan mempertimbangkan
dalam kaitannya dengan karyawan pihak yang diaudit.
b. Pengaruh terbesar terhadap perasaan - perasaan dan emosi seharusnya juga
dipertimbangkan. Auditor seharusnya mengidentifikasi keberagaman peranan
dan mencoba menangani hal tersebut secara efektif.
c. Keragaman persepsi seharusnya juga dipertimbangkan. Staf pihak yang diaudit
tidak memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh stf audit.
Beragam pengalaman, pendidikan, dan lingkungan dari kedua kelompok
menghasilkan dikotomi terhadap sikap dan interprestasinya.Perbedaan ini dapat
berdampak serius pada komunikasi dan dapat menjadi sumber yang konstan dari
sikap –sikap yang kurang menyenagkan jika tidak di pertimbangkan secara
hati
– hati.
d. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.
Variasi dari apa yang disebut sebagai kelompok dinamis menghasruskan auditor
untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika melakukannya dengan
kelompok
yang lebih luas. Hal disebabkan karena banyak pendekatan teknis yang tidak
mengintegrasikan seluruh variasi perilaku.
e. Pengaruh dari berbagai situasi operasional sebagi suatu variasi akhir. Setiap
perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang.Auditor
seharusnya memasukkan variasi ini ke dalam pertimbangan pada hubungan
interpersonal.
3
5. Karakteristik Umum Individu
Brink dan Witt (1982) juga telah membuat suatudaftar mengenai karakteristik
kelompok individu dari orang-orang yang beradadalam berbagai tingkatan. Auditor
seharusnya mempertimbangkan hal tersebut karena hal ituberpengaruh terhadap
kepribadian,sikap,dan aktivitas. Pengetahuan dan pertimbangan atas perbedaan inidapat
membantu untuk memastikan hubungan yang lebih harmonis. Pada umumnya sifat
yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individudari pihak yang diaudit
meliputi :
a. Menjadi Produktif, sibuk padapekerjaan-pekerjaan yang bermakna.
b. Mempunyai dorongan kearah dedikasi terhadap suatuusaha yang
dianggap penting.
c. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan
kepada individu lain.
d. Bebas untuk memilih guna mendapatkan indenpendensi dan
kebebasan pilihan.
e. Memiliki sifat yang adil dan jujur.
f. Memiliki bias pada diri sendiri,tercermin pada sikap yang lebih suka
dipuji dibandingkan dengan kritik.
g. Mencari kepuasan diri sendiri.
h. Memiliki nilai untukmendapatkan imbalan atas usahanya.
i. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik.
j. Menjadi bagian tim yang sukses.
k. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
l. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
4
berhubungan secara mental ,fisik dan karakterisrik pribadi.
b. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
c. Kesadaran terhadap perintah dasar dalamlingkungan relative yang dimilki
seseorang dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok
organisasi yang luas.
d. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan- kebutuhan orang lain
e. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego
seseorang.
f. Suatau perasaan keterpaduan yangberasal dari kepercayaan bahwa
seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.
Komunikasi ini terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, laporan tertulis.
Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan
cara yang positif untuk menciptakan lingkungan yang harmonis dalam menjalankan
audit.
Terdapat unsur-unsur yang dipresentasikan baik secara lisan maupun tulisan yang
dipertimbangkan untuk memiliki hubungan perilaku yang baik unsur tersebut adalah :
a. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah
bagian dari manajemen.
b. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahan-
kesalahan dari pihak yang diaudit.
c. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan baik secara
verbal maupun tertulis.
d. Ketika memberikan saran pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit sebab
hal ini berimplikasi kepadaanggapan mereka .
e. Mengijinkan pihak yang diaudit untuk melakukan perubahan dalam bahasa
laporan sepanjang tidak mengubah subtansinya.
f. Jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas, karena auditor
mencari fakta dan tidak bertindak sebgai seorang penasihat yang berhungan
dengan moral.
g. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
5
h. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab
dari temuanya.
i. Mengizinkan paihak yang diaudit sepanjang proses penyusuna laporan
untuk mengungkapkan pendapat
j. Sopan dengan seluruh tingkatan staff pihak yang diaudit dan
menyambut manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat.
k. Melakukan pertemuan dan wawancara dikantor pihak yangdiaudit.
l. Mempertimbangkan kemungkinatekanan yang muncul dalam diri
pihak yang diaudit.
Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang
baik berasal daripendekatan keprilakuan. Elemen keprilakuan tersebut meliputi:
a. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diadit bidang mana yang
akan diaudit.
b. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit
dalam menilai.
c. Perolehan persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi
d. Dapatkan persetujuan atas isi laporan
e. Memeasukan informasi nyata pada laporan audit. Partisipasi didalam audit
membantu memecahkan berbagai permasalahan dan mengordinasikan tindakan
korektif. Seluruh keberhasilan diatas tergantung pada kredibilitas auditor atas
kekejujuran.
6
hal berikut:
a. Kondisi, pada umumnya kualitas dri struktur pengendalian internal.
b. Motivasi atau kebutuhan dari karyawan kantor untuk membentuk
etika dan kejujuran.
c. Sikap atas dasar karakteristik pribadi dari seluruh tingkatan karyawan.
Oleh karena itu, suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika laporan audit
dapat diterima dan di implementasikan.
7
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya
dibicarakan tentang teknik – teknik audit tetapi juga bagaimana auditor mengambil
kebijakan untuk menentukan suatu fakta. Sering kali, pertimbangan – pertimbangan
yang diambil oleh auditor menjadi penentu dalam memutuskan suatu masalah, terutama
dalam hal menetapkan pendapat.Untuk itu, sikap, persepsi, dan perilaku menjadi acuan
dalam pembahasan mengenai pertimbangan seorang auditor, baik auditor internal
maupun eksternal.
8
DAFTAR
PUSTAKA
Ikhsan, Lubis Arfan. 2017. Akuntansi Keperilakuan Edisi ketiga. Jakarta: Salemba
Empat.
https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiV-
s7GvZn8AhUhS2wGHbuvBakQFnoECA8QAQ&url=https%3A%2F%2Fid.scribd.com
%2Fdoc%2F289715125%2FAspek-Keperilakuan-Pada-Audit-
Internal&usg=AOvVaw0S987STIBdSPzxAQ0z36hr https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwiV-
s7GvZn8AhUhS2wGHbuvBakQFnoECCUQAQ&url=https%3A%2F
%2Fwww.coursehero.com%2Ffile%2F22182596%2FAspek-Keperilakuan-pada-Audit-
Internal%2F&usg=AOvVaw1rO2SylAtc5pazsBQqGhPa https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&cad=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjwlOHovZn8
AhUIcGwGHa9SBZQQFnoECBQQAQ&url=https%3A%2F%2Fwww.academia.edu
%2F44731364%2FMAKALAH_ASPEK_KEPERILAKUAN_PADA_AUDIT_INTERNAL
&usg=AOvVaw0fSNxJ3TX9n0J_kZe8uEu_